Anda di halaman 1dari 34

PENGUSULAN TEMA RISET PROPOSAL

PRIORITAS 1

OLEH :

NAMA : HUSNUL KHATIMAH

NIM : 119201724

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


FAMIKA MAKASSAR

2020-2021
RUMUSAN MASALAH

FENOMENA
Setiap perilaku seksual remaja pranikah dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari
faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap
penting, media massa, lembaga pendidikan, lembaga agama, dan emosi dari dalam
individu. Sikap seksual pranikah remaja bisa berwujud positif ataupun negatif (Azwar,
2011).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Sulawesi Selatan tahun 2013 prevalensi
Kasus HIV sebanyak 882 kasus diantaranya 2,49% usia <15 tahun dan 18,48% usia
15-24 tahun. Prevalensi kasus AIDS sebanyak 305 kasus diantaranya terdapat pada
umur <15 tahun (1,97%) dan umur 15-24 tahun (11,15%), dari keseluruhan data
tersebut 47,8% ditularkan melalui hubungan seksual remaja pranikah. Pada tahun yang
sama, didapatkan 3,2% remaja mengalami kehamilan diluar nikah dan 1,2% berujung
pada perilaku aborsi.
Tingginya persentase remaja melakukan hubungan seksual yang berakibat
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta aborsi dan berujung pada kematian
ibu menjadi persoalan serius yang harus diperhatikan. Upaya yang mampu
menerangkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi pada remaja adalah melalui
pendidikan kesehatan.
Metode stratagem mampu meningkatkan kemampuan, namun diperlukannya
media sebagai penunjang dalam performa dalam proses belajar mengajar. Salah satu
media yang dapat dipergunakan saat ini adalah media audiovisual (Susilana & Riyana,
2008).

MASALAH PENELITIAN
Dari penelitian yang dilakukan oleh (Abdul Haris Haery, 2017) bahwa Metode
Stratagem dapat meningkatkan keefektifan proses penyuluhan seksualitas dan dapat
meningkatkan pengetahuan bahaya seks pranikah pada remaja awal. Dan penelitian
yang dilakukan oleh (Nurul Istiqamah, 2018) bahwa Metode Stratagem dapat
meningkatkan pengetahuan vulva hygiene pada remaja putri.
Begitupun dengan ( Ardin Prima Massolo, 2011; Nofia Putri Handayani, 2015;
Darliana Tompubolon, 2015) bahwa pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi baik
melalui metode ceramah maupun metode diskusi memberikan peningkatan terhadap
pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual pranikah.

PERTANYAAN PENELITIAN
Apakah penyuluhan seksualitas dengan Metode Stratagem dapat berpengaruh
terhadap Pengetahuan Bahaya Seks Sebelum Nikah pada siswa remaja?

ORIGINAL PENELITIAN
Penelitian penyuluhan seksualitas dengan metode Stratagem telah dilakukan
sebelumnya oleh (Abdul Haris Haery, 2017) dan (Nurul Istiqamah, 2018) namun studi
ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh penyuluhan seksualitas dengan
Metode Stratagem terhadap pengetahuan Bahaya Seks Pranikah pada remaja awal dan
pengetahuan Vulva Hygiene pada remaja putri. Dan hasilnya Metode Stratagem dapat
meningkatkan keefektifan proses penyuluhan seksualitas dan dapat meningkatkan
pengetahuan Bahaya Seks Pranikah pada remaja awal dan pengetahuan Vulva Hygiene
pada remaja putri. Dan penelitian dari (Tiffani Rosita, 2018) tentang pengaruh metode
pembelajaran Make A Match terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Kesehatan
Reproduksi siswa kelas VIII SMP, adalah model pembelajaran kooperatif dengan cara
menjodohkan atau memasangkan 5 kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban atau satu
konsep dengan konsep lain yang sesuai, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pendidikan kesehatan dengan metode Make A Match berpengaruh terhadap
peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi siswa kelas VIII SMP.
Berdasarkan dari penelitian diatas, peneliti ingin membandingkan antara
metode Stratagem dan metode Make A Match terhadap peningkatan Pengetahuan
Bahaya Seks Pranikah pada siswa remaja.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti mengajukan tema riset sebagai berikut:

Perbandingan pengaruh penyuluhan seksualitas dengan Metode Stratagem dan Metode


Make A Match terhadap Pengetahuan Bahaya Seks Sebelum Nikah pada siswa remaja

KOMPONEN PICOT

P Siswa remaja
I Penyuluhan Seksualitas Dengan Metode Stratagem
C Metode Make A Match
O Pengetahuan Bahaya Seks Sebelum Nikah pada siswa remaja
T Bulan

ALGORITME PENCARIAN

SCHOLAR
7

Identification Artikel yang


Diidentifikasi n: 7 Eksklusi :
Double Publikasi( n: 0)

Screening Hasil Skrining


n:7 Eksklusi :
Tidak sesuai pertanyaan ( n: 4)
English (n : 0)

Eligibility Sesuai dengan


pertanyaan
penelitian n: 3 Eksklusi :
Bukan hasil penelitian (n=0)
Tidak full text (n=1)
Inclusion
Jumlah artikel yang
Jurnal yang disintessis
Berkualitas dan
N= 2
sesuai : 2

SINTESIS GRID

Author Judul Populasi Study design Study aim, Instrument Hasil dan
Tahun dan intervensi and follow rekomenda
tempat sampel and method up outcome si
Abdul Pengaruh Populasi Quasi Pengaruh Kuisioner,da kelompok
Haris penyuluhan : Siswa eksperimen penyuluhan n lembar yang
Haery seksualitas kelas seksualitas observasi diberikan
dengan VII SMP dengan penyuluhan
SMP
Metode Pesantre Metode Uji seksualitas
Pesantre
Stratagem n Guppi Stratagem Wilcoxon dengan
n Guppi
terhadap Samata terhadap Test metode
Samata
Pengetahua Pengetahua stratagem
n Bahaya n Bahaya terdapat
Seks Sampel: Seks perbedaan
Tahun Pranikah 42 Pranikah yang
2017 pada pada signifikan.
remaja remaja Sebaliknya
awal awal kelompok
yang tidak
diberikan
penyuluhan
seksulitas
dengan
metode
stratagem
tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan.
Nurul Pengaruh Populasi Pre Pengaruh Kuisioner,da Pada
Iatiqama pendidikan : Eksperiment pendidikan n lembar kelompok
h kesehatan Siswa al dengan kesehatan observasi SMP dan
dengan SMAN 9 rancangan dengan SMA ada
Aula
Metode Makassa Two Group Metode Uji perbedaan
SMAN 9
Stratagem r kelas Pretest Stratagem Wilcoxon Pengetahua
Makassa
terhadap XI IPS Posttest terhadap n Vulva
Pengetahua dan Pengetahua Hygiene
r dan
n Vulva siswa n Vulva pada kedua
Aula
Hygiene kelas Hygiene kelompok
SMPN 33
pada VIII pada sesudah
Makassa
remaja SMPN remaja diberikan
r
putri 33 putri pendidikan
Makassa kesehatan
r dengan
2018 Metode
Sampel; Stratagem
Siswa
SMPN
33
Makassa
r 42
orang

Siswa
SMAN 9
Makassa
r 41
orang
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2011). Sikap manusia: teori & pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susilana, R., & Riyana, C. (2008). Media pembelajaran: hakikat, pengembangan,


pemanfaatan, dan penilaian. CV. Wacana Prima.

(Haery, A. H. (2017). Pengaruh Penyuluhan Seksualitas dengan Metode Stratagem Terhadap


Pengetahuan Bahaya Seks Pranikah pada Remaja Awal (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar)., n.d.)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode remaja kadang kala disebut sebagai masa pemberontakan. Pada periode ini,
seorang anak yang baru saja menjalani masa-masa pubertas kadang kala memperlihatkan
berbagai macam gejolak amarah, menutup diri dari keluarganya sendiri, serta mengalami
berbagai macam kesulitan, baik di rumah, sekolah, maupun di area rumah serta di
kalangan teman-temannya.
(Hidayah, 2019) Periode remaja adalah suatu periode perubahan yaitu mulai dari masa
kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja yaitu manusia yang sementara mengalami
perkembangan baik perkembangan fisik dan psikis serta fungsi hormonal yang terdapat
pada tubuh remaja. Biasanya proses terjadinya kematangan fisik lebih cepat terjadi
ketimbang proses terjadinya kematangan psikis. Periode remaja sangatlah potensial dan
berkembang kearah yang positif ataupun negatif maka dari itu perencanaan edukatif
dalam tatanan pendidikan, bimbingan, ataupun pendampingan sangatlah dibutuhkan
supaya mengarahkan potensi remaja agar dapat berkembang ke arah yang lebih baik,
positif, dan produktif. Pada masa ini kondisi remaja benar-benar memprihatinkan.
Peristiwa ini dapat diamati dari keadaan separuh dari remaja yang mengarah makin bebas
dan tidak memperhatikan nilai-nilai moral yang terdapat didalam setiap perilaku mereka
sehingga lebih mengarah pada perbuatan yang negatif yakni kenakalan remaja. (Hidayah,
2019)
(Issa, 2019) Berdasarkan informasi demografi dan kesehatan Indonesia 2017 tentang
kesehatan reproduksi remaja bahwa interaksi seksual remaja lelaki kian banyak
dibandingkan dengan remaja wanita. Data membuktikan bahwa keadaan budaya seks
pada remaja itu di latarbelakangi pada berbagai keadaan diantaranya seperti usia remaja,
area tempat tinggal seperti di desa-desa dan di kota, serta derajat pengajaran pada remaja.
Usia dapat berpengaruh pada perbuatan seks remaja, data dari SDKI 2017 membuktikan
bahwa pada umur 15-19 tahun remaja makin kerap melakukan perbuatan seks di luar
nikah. (BKKBN, 2017). (Issa, 2019)
(Putri, Suyono, & Tentama, 2019) Kasus seks pra nikah pada remaja mencapai angka
14,6% pada laki-laki dan 1,8% pada perempuan (Survei Dasar Kesehtan Indonesia,
2012). Sebanyak 32% remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota besar di Indonesia (Jakarta,
Surabaya, dan Bandung) pernah melakukan hubungan seksual pra nikah dan
membuktikan 62,7% remaja kehilangan keperawanannya saat usia 12-13 tahun, bahkan
21,2% diantaranya melakukan aborsi (Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2013).
(Putri et al., 2019)
(TAHA, 2018) Adapun data kasus perlindungan anak berdasarkan lokasi pengaduan
dan pemantauan media se-indonesia tahun 2011-2016 di Provinsi Sulawesi Selatan,
jumlah kasus tentang kesehatan dan napza adalah 42 kasus, anak korban tayangan dan
pergaulan seks bebas adalah 6 kasus, anak korban pernikahan dibawah umur adalah 2
kasus, anak pengguna napza adalah 4 kasus, anak korban pornografi dari media social
adalah 15 kasus dan anak sebagai pelaku aborsi adalah 4 kasus. hal ini menandakan
bahwa permasalahan kesehatan reproduksi telah dihadapi oleh remaja Sulawesi Selatan.
(TAHA, 2018)
(Susmiarsih, Marsiati, & Endrini, 2019) Bagian remaja yang melakukan hubungan
seksual diluar nikah, hamil di usia muda, dan menjadi ibu di usia muda yang sudah
banyak menggerakkan pemerintah sehingga mengeluarkan UU RI No. 52 Tahun 2009
yang di dalamnya terdapat kebijakan-kebijakan mengenai pembentukan keluarga dengan
cara melakukan pembinaan kekuatan dan ketentraman keluarga serta pengembangan
karakter remaja dengan memberikan akses berupa informasi, pendidikan, pengarahan,
dan bantuan mengenai kehidupan dalam berkeluarga. Perbuatan seksual remaja di
Indonesia pada masa ini benar-benar membahayakan. Oleh sebab itulah, usaha untuk
mencegah perbuatan seksual secara bebas di kalangan remaja sekolah, terkhusus pada
siswa SMP dan SMA harus lebih ditingkatkan, yaitu dengan memberikan akses berupa
informasi dengan cara pemberian pemahaman mengenai sebagian komponen yang dapat
mempengaruhi terjadinya hubungan seks di luar nikah, diantaranya perbuatan seks,
kesehatan reproduksi, pemahaman agama mengenai seks di luar nikah, serta bagaimana
hukum perkawinan dini. (Susmiarsih et al., 2019)
(Istiqamah, 2018) Metode stratagem ini diperlukan saluran yang akan dijadikan
sebagai penopang pada saat dilakukan proses pembelajaran. Salah satu alat yang
diharapkan ialah media audiovisual, dimana pada saat pelaksanaan media tersebut bisa
mendukung terhubungnya komunikasi timbal balik antara pembimbing dengan anggota
yang dibimbing selama proses pembelajaran. Jadi alat yang di gunakan adalah audio
(bisa di dengar) dan visual (bisa di lihat), beserta dengan gabungan antara penglihatan
dan pendengaran komunikasi bisa dimengerti secara gampang. (Istiqamah, 2018)
(Ismail, 2019) Metode pembelajaran Make A Match adalah Penerapan metode
yang dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan. (Ismail, 2019)
(Istiqamah, 2018) Menjadi perawat tugas kita ialah selaku pendidik dalam
memberikan asuhan kepearawatan. Menjadi perawat kita mempunyai kewajiban dalam
memberikan bantuan kesehatan secara umum termasuk pada kaum remaja di sekolah.
Adapula Health Promotion Model adalah salah satu konsep dalam menyampaikan
pelajaran mengenai kesehatan yang mencerminkan proses sehingga menjadi penetap
gaya hidup yang dikembangkan oleh Pender yaitu pada tahun 1987. Selama proses
pembelajaran benar-benar diperlukan persiapan yang luas dalam pengembangan
konsentrasi proses belajar siswa remaja. (Istiqamah, 2018)
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
perbandingan metode pembelajaran stratagem dengan metode make a match dalam
upaya peningkatan pengetahuan bahaya seks pranikah pada remaja awal, tepatnya di
SMPN 4 TomboloPao.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dirumuskan pertanyaan
peneliti “bagaimana Perbandingan pengaruh penyuluhan seksualitas dengan Metode
Stratagem dan Metode Make A Match terhadap Pengetahuan Bahaya Seks Sebelum
Nikah pada siswa remaja?”

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana Perbandingan pengaruh penyuluhan seksualitas
dengan Metode Stratagem dan Metode Make A Match terhadap Pengetahuan Bahaya
Seks Sebelum Nikah pada siswa remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetahuan bahaya seks sebelum nikah pada siswa remaja dengan
menggunakan metode stratagem.
b. Mengetahui pengetahuan bahaya seks sebelum nikah pada siswa remaja dengan
menggunakan metode make a match.
c. Menganalisis bagaimana Perbandingan pengaruh penyuluhan seksualitas dengan
Metode Stratagem dan Metode Make A Match terhadap Pengetahuan Bahaya
Seks Sebelum Nikah pada siswa remaja.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan terutama
dalam ilmu keperawatan komunitas. Sebagaimana penggunaan metode pembelajaran
yang bervariasi dalam peningkatan pengetahuan bahaya sek sebelum nikah pada
siswa remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan mengenai bahaya seks
sebelum nikah bagi peneliti serta dapat menjadi pengalaman peneliti dalam
memberikan penyuluhan kesehatan seksual bagi para siswa remaja.
b. Manfaat Bagi Responden
Dengan metode stratagem dan make a match, peserta didik diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuan tentang bahaya seks sebelum nikah pada siswa
remaja serta dapat mengingat dengan mudah.
c. Manfaat Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan serta
masukan kepada pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan mengenai
bahaya seks sebelum nikah pada siswa remaja.
d. Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam bidang perpustakaan
khususnya dalam keperawatan serta dapat memberikan pengetahuan serta
informasi dalam ilmu keperawatan.

E. Kajian Pustaka
Aprilaz, I. (2016). Perbandingan efektivitas antara metode video dan cerita boneka dalam
pendidikan seksual terhadap pengetahuan anak prasekolah tentang personal safety skill.
Retrieved from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33035/1/Istiqomah Aprilaz-
FKIK.pdf
Haery, A. H. (2017). Pengaruh Penyuluhan Seksualitas dengan Metode Stratagem Terhadap
Pengetahuan Bahaya Seks Pranikah pada Remaja Awal. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Hidayah, I. N. (2019). GAMBARAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERILAKU SEKS
PRANIKAH. Universitas Pendidikan Indonesia.
Ismail, I. L. (2019). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII A SMP
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Negeri 1 Rantepao. Jurnal
Pemikiran Dan Pengembangan Pembelajaran, 1(2), 89–103.
Issa, J. (2019). No TitleΕΛΕΝΗ. Permenkes Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, 8(5), 55.
Istiqamah, N. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Stratagem Terhadap
Pengetahuan Vulva Hygiene pada Remaja Putri. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Nurhidayati, D., & Pratiwi, T. I. (2013). Pengembangan media video untuk meningkatkan
pemahaman bahaya seks Bebas di kalangan remaja SMA Negeri 1 Soko Tuban. Jurnal
BK UNESA, 1(1), 281–290. Retrieved from
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/3444/5734
Putri, D., Suyono, H., & Tentama, F. (2019). Memahami kontrol diri terhadap intensi seks
pranikah pada remaja. Prosiding Seminar Nasional Magister Psikologi Universitas
Ahmad Dahlan, 159–165.
Rosita, T. (2019). Pengaruh Metode Pembelajaran Make a match terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas VIII SMP. In Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53).
Susmiarsih, T. P., Marsiati, H., & Endrini, S. (2019). Peningkatan Pengetahuan Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Perilaku Seks dalam Upaya Cegah Seks Pranikah pada Siswa-Siswi
SMP N 77 dan SMA N 77 Jakarta Pusat. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
(Indonesian Journal of Community Engagement), 4(2), 206.
https://doi.org/10.22146/jpkm.34197
TAHA, N. A. (2018). HUBUNGAN ANTARA SOSIALISASI PROGRAM KESEHATAN
REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SMPN 12 MAKASSAR.
Yunita, A. (2016). Pengaruh Metode Stratagem Melalui Pembelajaran Kooperatif Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Viii Smp Negeri 20 Padang. Ta’dib, 17(1),
25. https://doi.org/10.31958/jt.v17i1.254

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Remaja


1. Pengertian Remaja
(Istiqamah, 2018) Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal
dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
kematangan” bangsa primitif atau orang-orang purbakala memandang masa puber
dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak
dianggap sudah dewasa apabila telah mampu mengadakan reproduksi (Asrori, 2011).
(Istiqamah, 2018)

2. Tahap-tahap Perkembangan Remaja


(Haery, 2017) Pengertian tumbuh kembang remaja adalah pertumbuhan fisik
atau tubuh dan perkembangan kejiwaan/psikologis/emosi. Tumbuh kembang remaja
merupakan proses atau tahap perubahan atau transisi dari masa kanak-kanak menjadi
masa dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan (Kumalasari dkk, 2012).
Perubahan yang paling menonjol dalam tumbuh kembang remaja menurut adalah :
a. Perubahan fisik
Perubahan fisik dan psikologis remaja disebabkan oleh kelenjar endokrin
yang dikontrol oleh susunan saraf pusat, khususnya di hipotalamus.
Beberapa jenis hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan adalah hormon pertumbuhan (growth hormone), hormon
gonadotropik (gonadotropic hormone), estrogen, progesteron, serta testosteron.
Perubahan fisik berupa percepatan tinggi berat badan dan tinggi badan,
perkembangan karateristik seks sekunder, perubahan bentuk tubuh dan
perkembangan otak.
b. Perkembangan Kognitif
Menurut sarwono (2013), tahap perkembangan kognitif remaja antara lain :
1) Remaja Awal (early adollescence)
Remaja tahap awal (usia 12-15 tahun), seseorang remaja tahap ini masih
terheran heran akan perubahan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri
dan dorongan dorongan yang menyertai perubahan perubahan itu. Remaja
mengembangkan pikiran pikiran dari arah ketertarikan pada lawan jenis mudah
terangsang secara erotis.
2) Remaja Madya (Middle Adollescence)
Remaja tahap menengah (usia 15-18 tahun) dimana remaja sangat
membutuhkan kawan kawan. Ada kecenderungan narcistic yaitu mencinta
diri sendiri, dengan menyukai teman teman yang mempunyai sifat sama
dengan dirinya.
3) Remaja Akhir (Late Adollescence)
Remaja tahap akhir (usia 18-21 tahun) memahami dirinya dengan lebih
baik dan dapat mengaitkan dengan jelas informasi yang abstrak kedalam
kehidupannya. Supaya dapat berinteraksi efektif dengan remaja, pada tahap ini
remaja telah mulai mengambil keputusan, keputusan yang berkenan dengan
aktifitas seksual, kehamilan dan mulai memikirkan bagaimana menjadi orang
tua.
c. Perkembangan psikososial
Lima tahapan yang dilalui remaja pada tahap perkembangan psikososial
antara lain :
1) Kepercayaan (trust) versus ketidakpercayaan (mistrust).
2) Otonomi (autonomy) versus rasa malu dan ragu (shame and doubt).
3) Inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt).
4) Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority).
5) Identitas (identity) versus kebingungan identitas (identity confusion). (Haery,
2017)

B. Tinjauan Umum Pengetahuan


1. Pengertian
(Aprilaz, 2016) Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah
hasil tahu seseorang yang diperoleh dari penginderaan manusia (mata, hidung,
telinga, kulit, lidah). Pengetahuan dipengaruhi oleh seberapa intens waktu indera
memerhatikan dan memahami objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan didapat
melalui indera pendengaran dan indera penglihatan. Tingkat pengetahuan seseorang
dibagi menjadi enam tingkatan:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
disimpan sebelumnya setelah mendapat pengetahuan tertentu. Cara
mengevaluasi tahu seseorang dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terkait materi.
b. Memahami (comprehension)
Memahami tidak sekedar tahu dan menyebutkan suatu objek tetapi
juga dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan seseorang telah memahami tentang suatu objek
dengan menggunakan atau mengaplikasikan prinsip tersebut pada situasi yang
lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan,
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang sudah diketahui.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu objek. Penilaian didasarkan pada suatu kriteria atau
norma-norma yang telah ditentukan. (Aprilaz, 2016)

2. Kriteria tingkat pengetahuan


(Haery, 2017) Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat
diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
a. Baik : Hasil presentase 76%-100%.
b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%.
c. Kurang : Hasil presentase <56%. (Haery, 2017)
3. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan
(Haery, 2017) Notoatmodjo (2010) memaparkan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:
a. Pengalaman dapat berasal dari diri sendiri maupun orang lain. Pengalaman
yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang. b. Keyakinan
merupakan ide/konsep tentang bagaimana pendapat atau pemikiran seseorang
terhadap suatu.
b. Tingkat pendidikan secara umum, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang dengan pendidikan yang rendah.
c. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yang
nantinya dapat berdampak pada perilaku atau tindakan yang diambil.
d. Budaya setempat dan kebiasaan keluarga dapat berpengaruh terhadap
pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. (Haery, 2017)

C. Tinjauan Umum Penyuluhan Seksualitas


1. Pengertian Penyuluhan Seksualitas
(Haery, 2017) Menurut Notoadmojo (2010) penyuluhan mempunyai dua
pengertian. Penyuluhan kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat
pencegahan penyakit. Sedangkan yang kedua penyuluhan diartikan sebagai upaya
memasarkan, menyebarluaskan, mengenal atau menjual pesan-pesan kesehatan
sehingga masyarakat mau menerima perilaku kesehatan yang pada akhirnya mau
berprilaku sehat.
Penyuluhan Seksualitas merupakan cara penyebaran pesan mengenai
kesehatan reproduksi dalam hal ini pendidikan seks yang didalam nya merupakan
pesan penting nya bahaya seks. (Haery, 2017)

2. Tujuan Penyuluhan Seksualitas


(Haery, 2017) Tujuan utama dalam penyuluhan seksualitas adalah
mewujudkan perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta
berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
Tujuan penyuluhan secara umum adalah untuk merubah perilaku individu
atau kelompok masyarakat khususnya perilaku kesehatan. Menurut Notoatmodjo
(2010) tujuan dilakukannya penyuluhan yakni:
a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.
b. Membantu individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan
suatu kegiatan untuk mencapai status kesehatan yang optimal.
c. Memotivasi pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
d. Mendukung masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar
terhadap status kesehatannya sendiri.
e. Mendorong seseorang untuk melakukan langkah-langkah positif dalam
mencegah terjadinya penyakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah
dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat yang
disebabkan oleh dampak yang ditimbulkan dari penyakit yang diderita.
f. Membantu seseorang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi
perubahan-perubahan sistem, cara memanfaatnkannya dengan efektif dan
efisien.
g. Mendorong orang supaya mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan
bagaimana caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan
kesehatan yang formal. (Haery, 2017)

D. Tinjaun Umum Metode Pembelajaran Stratagem


1. Pengertian Metode Stratagem
(Yunita, 2016) Metode stratagem merupakan salah satu bentuk permainan
akademik yang dikembangkan oleh (Munandir, 1991: 488). Metode permainan ini
mempunyai batas waktu dan aturan-aturan tertentu, dimana siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok yang saling berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah
pemainnya terbatas dan lama permainannya juga terbatas. Permainan ini cocok
dipakai untuk memotivasi siswa dalam belajar, terutama bila bahan pelajaran yang
dipelajarinya kurang menarik. Permainan ini dikembangkan dengan maksud
mengurangi tekanan karena belajar dalam menghadapi ujian maupun tidak dan untuk
meningkatkan usaha siswa dalam mengerjakan soal-soal pelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta. (Yunita, 2016)
2. Cara Belajar Permainan Stratagem
(Yunita, 2016) (Munandir, 1991: 488) menjelaskan bahwa cara belajar melalui
permainan stratagem dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Permainan ini merupakan kegiatan belajar kooperatif yang terdiri dari 2 – 5 orang
dimana mereka merupakan bankir dan juga pemain.
b. Menjawab pertanyaan secara bergiliran berdasarkan kartu-kartu soal.
c. Pemberian skor awal pada tiap kelompok.
d. Pemberian skor dalam setiap pertanyaan.
e. Setiap pertanyaan dijawab oleh kelompok selama 3 – 5 menit. (Yunita, 2016)

3. Manfaat Metode Pembelajaran Stratagem


(Istiqamah, 2018) Stratagem merupakan teknik permainan belajar yang
memiliki manfaat dalam penerapannya, sebagai berikut (Yunita, 2009) :
a. Melatih dalam proses berpikir operasional formal
Metode stratagem sesuai dengan tahap perkembangan kognitif remaja,
dimana remaja telah mencapai puncak berpikir kognitif, yakni remaja telah
mencapai periode operasional formal. Menurut Wong (2009), remaja dalam
perkembangan kognitifnya sesuai teori Piaget sudah mencapai puncak berpikir
kognitif yakni berpikir abstrak yang dikatakan sebagai periode operasional
formal.
Tahap ini remaja berpikir jauh ke depan, memikirkan segala sesuatu yang
akan terjadi, hubungan dengan orang tua dan akibat dari tindakan yang
dilakukannya. Remaja mampu berpikir tentang pendapat mereka sendiri dan
pendapat orang lain. Remaja telah mengalami peningkatan dalam membayangkan
pendapat orang lain secara logis, membedakan pendapat orang lain dengan
pendapat diri sendiri dan mengutarakan kesimpulan dari pendapat-pendapat
tersebut. Cooperative learning stratagem akan melatih remaja makin aktif dalam
menerima pendapat orang lain, berpikir abstrak, dan berani mengutarakan
kesimpulan dari pendapat pribadinya dan orang lain.
b. Melatih kerjasama dan berjiwa kompetitif.
Hasil penelitian Yunita (2009), bahwa melalui metode stratagem siswa
dapat melakukan diskusi dan saling menanyakan sesuatu yang belum dimengerti
sambil bermain dengan kelompok sebayanya tanpa tertekan dalam belajar sesuai
teori yang menyatakan permainan adalah kegiatan yang ringan, menyenangkan
dan kompetitif. Pembelajaran dengan metode stratagem terjadi komunikasi dua
arah. Mereka dapat menyelesaikan soal-soal dengan bekerja sama, berdiskusi
dalam kelompok yang heterogen. Siswa yang pandai dan telah menyimpulkan
hasil diskusi tersebut menjelaskan pada teman kelompoknya yang belum paham
dan siswa mulai terbiasa mengkomunikasikan ide dan gagasannya dalam sebuah
diskusi serta menyimpulkan ide dan gagasan orang lain.
c. Meningkatkan kemampuan komunikasi
Pembelajaran kooperatif akan memberikan remaja kesempatan yang
sangat luas untuk dikenali, baik dalam kelompoknya maupun dalam pendidikan
kesehatan. Remaja akan lebih berani mengemukakan ide yang ada dalam
pikirannya karena mereka belajar dalam sebuahkelompok. Setiap remaja bebas
memperlihatkan peran sertanya dalam mengemukakan gagasan dan ide serta
menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Remaja pada strategi ini bebas
mengkomunikasikan pendapatnya secara klasikal karena dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif peserta didik diminta untuk menjelaskan kembali materi
yang belum dimengerti oleh peserta didik yang lainnya. Kondisi ini tentunya akan
berdampak positif terhadap prestasi belajar seorang remaja karena terjadi
peningkatan pada aspek komunikasi. (Istiqamah, 2018)

E. Tinjauan Umum Metode Pembelajaran Make A Match


1. Pengertian Make A Match
(Ismail, 2019) Metode pembelajaran Make A Match adalah Penerapan
metode yang dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu
yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan. (Ismail, 2019)
(Zainal Aqib: 2013) Make a Match (Mencari Pasangan) diperkenalkan oleh
Lena Curran, pada tahun 1994. Pada metode ini peserta didik diminta mencari
pasangan dari kartu. (Zainal Aqib: 2013)

2. Langkah-langkah Make A Match


(Zainal Aqib: 2013)
a. Pendidik menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic
yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
c. Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiao peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal jawaban)
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya.
g. Demikian seterusnya.
h. Kesimpulan/penutup. (Zainal Aqib: 2013)

3. Manfaat Metode Pembelajaran Make a Match


(Rosita, 2019) Huda (2011) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat dari
pembelajaran kooperatif metode make a match, diantaranya:
a. Para peserta didik akan saling memberikan motivasi dalam proses belajar.
b. Rasa tanggung jawab pada peserta didik terhadap kelompoknya akan
meningkat karena mereka ingin yang terbaik bagi kelompoknya.
c. Keterampilan sosial peserta didik akan meningkat sehingga mereka bisa
belajar dan bekerja lebih efektif.
d. Peserta didik akan memiliki kesempatan untuk membahas lebih mendalam
tentang sebuah masalah.
e. Keterampilan diskusi dan kepemimpinan peserta didik akan lebih meningkat.
(Rosita, 2019)

F. Tinjauan Umum Bahaya Seks Sebelum Nikah Pada Siswa Remaja


1. Pengertian Seks
(Nurhidayati & Pratiwi, 2013) Menurut Yuanita (2012:61) pengertian seks
secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang
berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim laki-laki dengan perempuan.
Sedangkan menurut Dewi (2011:60) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.
(Nurhidayati & Pratiwi, 2013)
(Haery, 2017) Seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja
tanpa adanya ikatan pernikahan. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan
perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut
hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing. (Haery, 2017)

2. Bahaya Seks Pranikah


(Nurhidayati & Pratiwi, 2013) Bahaya utama akibat seks pranikah dan seks
bebas menurut Suparyanto (2012) diantaranya:
a. Menciptakan kenangan buruk.
b. Mengakibatkan kehamilan.
c. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi.
d. Penyebaran penyakit.
e. Timbul rasa ketagihan.
f. Hancurnya masa depan remaja tersebut.
g. Remaja wanita yang terlanjur hamil mengalami kesulitan selama kehamilan
karena jiwa dan fisiknya belum siap.
h. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya
karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
i. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan
kejiwaan saat ia dewasa. (Nurhidayati & Pratiwi, 2013)

3. Cara Mencegah Terjadinya Seks Bebas


(Nurhidayati & Pratiwi, 2013) Cara mencegah terjerumus seks bebas ditinjau
dari aspek psikologis diantaranya dengan cara:
a. Meningkatkan harga diri (self esteem). Dalam hal ini remaja diharapkan bisa
meningkatkan harga dirinya dengan cara berikut:
1) Belajar untuk selalu menghargai diri sendiri walau terkadang orang lain
memandang dirinya rendah.
2) Memiliki konsep diri yang benar tentang harga diri, bahwa harga diri berasal
dari dalam bukan dari luar diri kita.
3) Jangan tertarik akan pujianpujian yang akan membawa kerugian pada diri
sendiri
b. Self Nurture (Self Love) Remaja belajar untuk menyukai dan mencintai diri
sendiri. Menyukai diri sendiri berarti menerima diri apa adanya, belajar untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki dan selalu bersyukur untuk segala hal
yang dimiliki.
c. Self Control Jurnal BK UNESA. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013, 281 - 290
286 pada hakikatnya adalah kemampuan seseorang untuk mengelola emosi.
d. Perilaku Bertanggung Jawab yaitu kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan
atau perbuatan yang dilakukan.
e. Ketegasan dalam Menolak Ajakan Pasangan (Asertif), Bersikap asertif adalah
bersikap tegas yang dengan sopan dengan maksud untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan dan pendapat tanpa bersikap agresif. (Nurhidayati & Pratiwi, 2013)

G. Tinjauan Pustaka
Aprilaz, I. (2016). Perbandingan efektivitas antara metode video dan cerita boneka
dalam pendidikan seksual terhadap pengetahuan anak prasekolah tentang
personal safety skill. Retrieved from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33035/1/Istiqomah
Aprilaz-FKIK.pdf

Haery, A. H. (2017). Pengaruh Penyuluhan Seksualitas dengan Metode Stratagem


Terhadap Pengetahuan Bahaya Seks Pranikah pada Remaja Awal. Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.

Hidayah, I. N. (2019). GAMBARAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERILAKU


SEKS PRANIKAH. Universitas Pendidikan Indonesia.

Ismail, I. L. (2019). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII A
SMP Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Negeri 1
Rantepao. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Pembelajaran, 1(2), 89–103.

Issa, J. (2019). No TitleΕΛΕΝΗ. Permenkes Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit, 8(5), 55.

Istiqamah, N. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Stratagem


Terhadap Pengetahuan Vulva Hygiene pada Remaja Putri. Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Nurhidayati, D., & Pratiwi, T. I. (2013). Pengembangan media video untuk
meningkatkan pemahaman bahaya seks Bebas di kalangan remaja SMA Negeri 1
Soko Tuban. Jurnal BK UNESA, 1(1), 281–290. Retrieved from
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-
unesa/article/view/3444/5734

Putri, D., Suyono, H., & Tentama, F. (2019). Memahami kontrol diri terhadap intensi
seks pranikah pada remaja. Prosiding Seminar Nasional Magister Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan, 159–165.

Rosita, T. (2019). Pengaruh Metode Pembelajaran Make a match terhadap Peningkatan


Pengetahuan dan Sikap Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas VIII SMP. In Journal
of Chemical Information and Modeling (Vol. 53).

Susmiarsih, T. P., Marsiati, H., & Endrini, S. (2019). Peningkatan Pengetahuan Faktor-
Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seks dalam Upaya Cegah Seks Pranikah pada
Siswa-Siswi SMP N 77 dan SMA N 77 Jakarta Pusat. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 4(2), 206.
https://doi.org/10.22146/jpkm.34197

TAHA, N. A. (2018). HUBUNGAN ANTARA SOSIALISASI PROGRAM KESEHATAN


REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SMPN 12 MAKASSAR.

Yunita, A. (2016). Pengaruh Metode Stratagem Melalui Pembelajaran Kooperatif


Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Viii Smp Negeri 20 Padang.
Ta’dib, 17(1), 25. https://doi.org/10.31958/jt.v17i1.254

Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif) Oleh: Zainal


Aqib;2013.
BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual
(Haery, 2017) Menurut Notoadmojo (2010) penyuluhan mempunyai dua pengertian.
Penyuluhan kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan
penyakit. Sedangkan yang kedua penyuluhan diartikan sebagai upaya memasarkan,
menyebarluaskan, mengenal atau menjual pesan-pesan kesehatan sehingga masyarakat
mau menerima perilaku kesehatan yang pada akhirnya mau berprilaku sehat. Penyuluhan
Seksualitas merupakan cara penyebaran pesan mengenai kesehatan reproduksi dalam hal
ini pendidikan seks yang didalam nya merupakan pesan penting nya bahaya seks. (Haery,
2017)
(Yunita, 2016) Metode stratagem merupakan salah satu bentuk permainan akademik
yang dikembangkan oleh (Munandir, 1991: 488). Metode permainan ini mempunyai
batas waktu dan aturan-aturan tertentu, dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
yang saling berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah pemainnya terbatas dan
lama permainannya juga terbatas. Permainan ini cocok dipakai untuk memotivasi siswa
dalam belajar, terutama bila bahan pelajaran yang dipelajarinya kurang menarik.
Permainan ini dikembangkan dengan maksud mengurangi tekanan karena belajar dalam
menghadapi ujian maupun tidak dan untuk meningkatkan usaha siswa dalam
mengerjakan soal-soal pelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta.
(Yunita, 2016)
(Ismail, 2019) Metode pembelajaran Make A Match adalah Penerapan metode yang
dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktu yang ditentukan. (Ismail, 2019)
(Haery, 2017) Seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja tanpa
adanya ikatan pernikahan. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku
seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum
maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing. (Haery, 2017)
Berdasarkan dasar pemikiran variabel tersebut, maka dibuat skema pola variabel
sebagai berikut:

Variabel Independen variabel Dependen

Penyuluhan seksualitas Pengetahuan


dengan metode bahaya seks
sebelum nikah
stratagem dan metode
pada siswa remaja
make a match awal

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Penghubung antar Variabel

B. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh penyuluhan seksualitas dengan metode stratagem dan metode make a
match terhadap pengetahuan bahaya seks sebelum nikah pada siswa remaja awal.

C. Variabel Penelitian
Klasifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel independen : Penyuluhan seksualitas dengan metode stratagem dan


metode make a match
2. Variabel dependen : Pengetahuan bahaya seks sebelum nikah pada siswa
remaja awal

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif


1. Penyuluhan Seksualitas
Penyuluhan seksualitas adalah cara untuk memberikan informasi atau
pengetahuan baik kepada individu atau kelompok, mengenai kesehatan reproduksi
dalam usaha untuk menyampaikan informasi pentingnya bahaya seks demi
tercapainya peningkatan pengetahuan serta dapat menghindari perilaku yang buruk.

Kriteria Objektif
Baik : Jika responden menjawab dengan total skor >10

Kurang : Jika responden menjawab dengan total skor < 10

a. Jumlah pertanyaan
10 pertanyaan
b. Skala yang digunakan dalam lembar observasi adalah skala Gutman, dimana
diberi nilai 0 jika jawaban salah dan diberi nilai 1 jika jawaban benar.

2. Pengetahuan Siswa Remaja Awal Mengenai Bahaya Seks Sebelum Menikah


Pengetahuan siswa remaja awal mengenai bahaya seks sebelum menikah,
yaitu hasil dari pengetahuan siswa remaja awal mengenai hubungan seks sebelum
menikah dan apa saja yang diketahui mengenai bahaya atau dampak apa saja yang di
bisa ditimbulkan dari perilaku tersebut.

Kriteria Objektif

Baik : Jika responden menjawab dengan total skor >20

Kurang : Jika responden menjawab dengan total skor < 20

a. Jumlah pertanyaan
20 pertanyaan
b. Skala yang digunakan dalam kuesioner adalah skala Gutman, dimana diberi nilai
0 jika jawaban salah dan diberi nilai 1 jika jawaban benar.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah strategi atau rancangan yang digunakan peneliti untuk
mengidentifikasi permasalahan, mendefinisikan struktur penelitian yang akan
dilaksanakan, merancang teknik pengumpulan data dan analisis data, serta mencapai
tujuan atau menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan metode True Experimental Design dengan pre-test and post-test with
control group design. (Aprilaz, 2016)
Peneliti ini melakukan uji coba dua intervensi berbeda kepada dua kelompok berbeda.
Desain penelitian ini digunakan untuk menguji perbandingan pengaruh penyuluhan
seksualitas dengan Metode Stratagem dan Metode Make A Match terhadap Pengetahuan
Bahaya Seks Sebelum Nikah pada siswa remaja awal. Pengukuran pengetahuan
dilakukan sebelum diberikan intervensi (pre-test) dan setelah diberikan intervensi (post-
test).

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting dan
menentukan hasil keakuratan penelitian (Suyanto, 2011). Maka populasi yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswa SMPN 4 TomboloPao kelas IX
dengan jumlah 52 orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Yaitu untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Sampel yang diambil
dalam penelitian ini yaitu kelas IX, dimana kelas tersebut dibagi menjadi 2 kelompok
dan dijadikan sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas ekperimen 2. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang digunakan dengan adanya pertimbangan tertentu.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut yaitu kelas IX merupakan kelas unggulan dan
tidak adanya perbedaan yang signifikan antara prestasi (pengetahuan) antara peserta
didik di kelas IX.
Adapun cara penarikan sampel menggunakan rumus yang merujuk
pada penelitian serupa oleh Darliana Tompubolon (2015). Rumus Slovin adalah
sebagai berikut :

N
n = -------------------------
1 + N (d)2

Keterangan :

n = sampel

N = Populasi
d = tingkat kepercayaan menggunakan 0,05

C. Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling yaitu
mengambil sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dari seluruh total anggota sampel
yaitu untuk kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
(Haery, 2017) Purposive sampling adalah suatu tehnik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga
sampel tersebut dapat diwakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
1. Kriteria Inklusi
a. Siswa kelas IX SMPN 4 TomboloPao
b. Siswa yang bersedia menjadi Responden
c. Siswa yang yang mampu diajak berkomunikasi
2. Kriteria Eksklusi
a. Siswa yang tidak hadir pada saat penyuluhan

D. Pengumpulan Data dan Analisa Data


1. Penyuluhan Seksualitas
Penyuluhan seksualitas adalah cara untuk memberikan informasi atau
pengetahuan baik kepada individu atau kelompok, mengenai kesehatan reproduksi
dalam usaha untuk menyampaikan informasi pentingnya bahaya seks demi
tercapainya peningkatan pengetahuan serta dapat menghindari perilaku yang buruk.
a. Instrument yang digunakan adalah instrument Observasi.
b. Skala yang digunakan adalah skala Gutman.
c. Jumlah pertanyaan 10.
d. Pilihan jawaban a,b,c dan d.
e. Skor 0 untuk jawaban yang salah dan 1 untuk jawaban yang benar.
f. Kriterianya adalah Observasi dilakukan satu kali setelah pre-test pada kelompok
A dan kelompok B

2. Pengetahuan Siswa Remaja Awal Mengenai Bahaya Seks Sebelum Menikah


Pengetahuan siswa remaja awal mengenai bahaya seks sebelum menikah,
yaitu hasil dari pengetahuan siswa remaja awal mengenai hubungan seks sebelum
menikah dan apa saja yang diketahui mengenai bahaya atau dampak apa saja yang di
bisa ditimbulkan dari perilaku tersebut.
a. Instrument yang digunakan adalah instrument Kuesioner.
b. Skala yang digunakan adalah skala Gutman.
c. Jumlah pertanyaan 20.
d. Pilihan jawaban Benar atau Salah.
e. Skor 0 untuk jawaban yang salah dan 1 untuk jawaban yang benar.
f. Kriterianya adalah responden diberikan pertanyaan sebelum dilakukan
intervensi (pre-test) dan setelah dilakukan intervensi (post-test).

E. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi dan
kuesioner. Lembar observasi adalah lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi
dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan
belajar mengajar dikelas. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah dibuat untuk
memperoleh data sesuai yang diinginkan. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini
ada dua macam, yaitu kuesioner I mengenai data umum responden yang diisi oleh
responden, kuesioner II yang berkaitan dengan pengetahuan responden tentang bahaya
seks sebelum nikah pada remaja awal yang diisi sesuai jawaban responden saat
ditanyakan oleh fasilitator. (Aprilaz, 2016)
(Istiqamah, 2018) Variabel pengetahuan menggunakan kuesioner pre-test dan post-
test yang terdiri dari beberapa pertanyaan dengan jawaban benar bernilai 1 dan salah 0.
Pengetahuan responden diukur dari total skor jawaban responden yaitu skor 0-20.
Pengetahuan responden dinilai berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh secara
keseluruhan. Jumlah nilai yang benar dari lembar kuesioner pengetahuan bahaya seks
sebelum nikah pada siswa remaja awal dijumlahkan dan hasil penilaian ini
diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan Arikunto (2010) yaitu baik (>76%),
cukup (56-76%), dan kurang (<56%). Cara menghitung nilai hasil responden, sebagai
berikut:

Rumus :
f
P = -------- x 100
N
Keterangan:
P : pengetahuan
f : Jumlah pertanyaan benar
N : Jumlah soal

F. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 4 TomboloPao.
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan sekitar

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari :

1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara dan
observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti melakukan
observasi di SMPN 4 TomboloPao.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang pengumpulannya tidak dilakukan


sendiri oleh peneliti, tetapi diperoleh dari pihak lain, dalam hal ini peneliti
mengambil data dari tempat penelitian, analisa data dan pengolahahan data.

3. Metode Pengumpulan Data

(Aprilaz, 2016) Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling


utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui metode pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Tahapan pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menentukan tempat dan subjek.


2. Peneliti membuat surat perizinan penelitian dari Kampus Stik Famika
Makassar untuk diajukan ke pihak sekolah.
3. Peneliti menemui kepala sekolah untuk meminta izin mengadakan penelitian
dan mengambil data, serta membuat kontrak tentang jadwal pengambilan
data agar dipersiapkan calon responden.
4. Peneliti mempersiapkan alat dan bahan untuk penelitian.
5. Peneliti mendatangi pihak sekolah kembali untuk memberikan gambaran
materi yang akan diberikan dan merencanakan kegiatan dengan pihak
sekolah.
6. Peneliti mendatangi sekolah pada hari yang telah disepakati dan menemui
calon responden untuk membagikan kuesioner I agar mendapatkan responden
tetap.
7. Pada hari pengambilan data, peneliti mengumpulkan responden bernomor
ganjil di suatu ruangan untuk diberikan intervensi dengan memberikan
penyuluhan seksualitas dengan metode stratagem. Setelah intervensi pertama
selesai, peneliti mengumpulkan responden bernomor genap dengan diberikan
intervensi dengan memberikan penyuluhan seksualitas dengan metode make
a match. Evaluasi dilakukan setelah intervensi pada masing-masing
kelompok.
8. Peneliti mengundurkan diri dan berpamitan kepada responden dan pihak
sekolah.
9. Peneliti melakukan analisa data dari hasil pengisian kuesioner sebelum dan
setelah diberikan intervensi. (Aprilaz, 2016)

H. Teknik Analisa Data

(Haery, 2017) Pengolahan data dilakukan secara manual yaitu dengan mengisi
lembar observasi yang disediakan. Pengolahan data tersebut kemudian diolah
menggunakan program SPSS dengan tahap tahap sebagai berikut :

1. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan


memeriksa kelengkapan data, kesalahan pengisian data konsistensi dari setiap
jawaban.

2. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua jawaban atau
data, kesalahan pengisian data konsistensi dari setiap jawaban (pengkodean).
3. Tabulasi
Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dengan pengolahan data ke dalam
satu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
4. Analisa data
Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dengan pengolahan data kedalam
satu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
a. Analisa Univariat, dilakukan dengan membuat tabel distribusi dan presentase.
b. Analisa Bivariat, dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi. Data yang diperoleh dalam bentuk ordinal dianalisa dengan
menggunakan uji statistik yaitu uji T-test sampel paired, uji ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah ada pengaruh sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan seksual dengan metode stratagem dan metode make a match
terhadap tingkat pengetahuan remaja awal tentang bahaya seks sebelum nikah
pada siswa dengan tingkat kepercayaan 95% atau α=5% (0,05).

I. Etika Penelitian
(Istiqamah, 2018) Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi
tempat penelitian, dalam hal ini SMPN 4 TomboloPao. Setelah mendapat persetujuan,
barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang
meliputi :

1. Informed consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila
subjek menolak, maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap
menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan akan mencantumkan nama
responden tetapi lembar tersebut diberikan kode.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Data yang telah dikumpul
disimpan dalam disket dan hanya bisa diakses oleh peneliti dan pembimbing. Data ini
akan dimusnahkan (Notoadmodjo, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Aprilaz, I. (2016). Perbandingan efektivitas antara metode video dan cerita boneka dalam
pendidikan seksual terhadap pengetahuan anak prasekolah tentang personal safety skill.
Retrieved from
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33035/1/Istiqomah Aprilaz-
FKIK.pdf

Haery, A. H. (2017). Pengaruh Penyuluhan Seksualitas dengan Metode Stratagem Terhadap


Pengetahuan Bahaya Seks Pranikah pada Remaja Awal. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.

Ismail, I. L. (2019). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII A SMP
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Negeri 1 Rantepao. Jurnal
Pemikiran Dan Pengembangan Pembelajaran, 1(2), 89–103.

Istiqamah, N. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Stratagem Terhadap


Pengetahuan Vulva Hygiene pada Remaja Putri. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.

Yunita, A. (2016). Pengaruh Metode Stratagem Melalui Pembelajaran Kooperatif Terhadap


Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Viii Smp Negeri 20 Padang. Ta’dib, 17(1),
25. https://doi.org/10.31958/jt.v17i1.254

Anda mungkin juga menyukai