Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia Vol 4 No

2, Oktober 2019
MODEL PENGEMBANGAN PEMAHAMAN KESEHATAN
REPRODUKSI SISWA MELALUI LAYANAN
BIMBINGAN KLASIKAL METODE JIGSAW
Anden Agung Nugroho¹, Suhendri², G. Rohastono Ajie³
1,2,3
Program Studi Bimbingan dan Konseling,
Universitas PGRI Semarang, Indonesia

e-mail: andenagung8@gmail.com, suhendri12@gmail.com,


rohastono34@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang kesehatan
reproduksi melalui layanan bimbingan klasikal dengan metode jigsaw. Penelitian ini
mengunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan one grup pre-
test post-test design. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMK Negeri 9 Semarang
berjumlah 64 siswa yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, penentuan subyek penenlitian mengunakan cluster sampling, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Instrument yang digunakan dalam
penelitian yaitu skala psikologis tentang kesehatan reproduksi, melalui desain skala likert
mengunakan empat option yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidajk
setuju (STS) tingkat relibilitas 0,906. Teknik analisis data menggunakan Uji t_independent
sample test (O1-O2). Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan signifikan layanan
bimbingan klasikal dengan metode jigsaw efektif mengembangkan pemahaman kesehatan
repproduksi siswa. Hal ini ditunjukan hasil analisis statistik melalui Uji t_independent
sample test yaitu kelompok kontrol sig.0.122 > 0.05 artinya tidak menunjukan peningkatan
yang signifikan, sedangkan kelompok eksperimen sig.
0.040 < 0.05 artinya terdapat peningkatan yang signifikan. Dengan demikian maka layanan
bimbingan klasikal dengan metode jigsaw efektif mengembangkan pemahaman kesehatan
reproduksi siswa.

Kata kunci : Kesehatan reproduksi, bimbingan klasikal, metode jigsaw

Abstract
This research aims to develop students understanding of reproductive health through the
classical guidance service with the Jigsaw method. This research uses quantitative approaches
with research design using one group of pre-Test post-Test design. The subject of research is
grade X students of SMK Negeri 9 Semarang amounting to 64 students divided into two
groups, namely group of experiments and control groups, determination of the subject of
Weaver using sampling clusters, the data collection techniques used are interviews.
Instruments used in the study of the psychological scale about reproductive health, through the
design of Likert scale using four options that are very agreed (SS), agree (S), disagrees (TS),
very not agreed (STS) the level of relibility 0.906. Data analysis techniques Using Test
t_independent sample test (O1-O2).The results showed significant differences in classical
guidance services with Jigsaw methods effective in developing the health understanding of the
student repproduction. This is demonstrated by the results of statistical analysis through test
t_independent sample test i.e. control group SIG.
0.122 > 0.05 meaning it does not indicate a significant increase, while the experimental group
SIG. 0040 < 0.05 means there is a significant improvement. Thus, the classical guidance
service with Jigsaw method effectively develops the understanding of students ' reproductive
health.

Keywords : Reproductive health, classical guidance, Jigsaw method

1
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia Vol 4 No
2, Oktober 2019
PENDAHULUAN namanya kesenjangan antara siswa lain. Fakta
Pelayanan bimbingan klasikal dilapangan masih terjadi siswa yang kurang
merupakan pelayanan dasar bimbingan yang bisa ikut berkontribusi dalam kelompok dalam
dirancang menuntut konselor untuk melakukan menyelesaikan tugas. Salah satu contoh di
kontak langsung dengan peserta didik dalam SMA kota Malang masih ada yang siswanya
memberikan layanan informasi kepada peserta dikelas tertentu belum bisa bekerjasama
didik.Bimbingan klasikal (dalam Yusuf dan dengan maksimal dalam hal penugasan yang
Juntika, 2009:26) merupakan proses pemberian diberikan oleh guru. Selain itu kerjasama dan
bantuan bagi peserta didik atau siswa melalui sikap toleransisiswa yang masih belum
kegiatan-kegiatan secara klasikal yang optimal, terlihat hanyabeberapa anak yang
disajikan secara sistematis. Fandini dan aktif, sebagian ada yang duduk diam atau
Purwoko (2018) menyatakan bimbingan mondar-mandir melihat pekerjaan
Klasikal sebagai suatu layanan Bimbingan dan kelompoklain. Belum terjalin kerjasama yang
Konseling yang diberikan kepada peserta didik baik antar siswadalam kelompok, karena kerja
oleh guru Bimbingan dan Konseling atau kelompok masihdidominasi siswa tertentu.
Konselor kepada sejumlah peserta didik dalam Selain itu masih ada (Kusuma, 2018).
satuan kelas yang dilaksanakan di dalam kelas. Masa remaja merupakan masa transisi
Tujuan adanya bimbingan klasikal ini adalah dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa
agar konselor dapat mengenal konseli lebih yang ditandai dengan berbagai perubahan baik
dekat dan juga konselor dapat mengidentifikasi fi sik, psikis, maupun sosial. Berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh peserta perubahan tersebut dapat menimbulkan
didik. Menurut permendikbud nomor 111 persoalan- persoalan yang kemungkinan dapat
tahun 2014 menyampaikan bahwasanya mengganggu perkembangan remaja
layanan bimbingan dan konseling sebagaimana selanjutnya. Diantara persoalan tersebut yang
dimaksud pada ayat 3 yang diselenggarakan di dihadapi remaja adalah masalah kesehatan
dalam kelas dengan beban belajar 2 jam reproduksi. Menurut beberapa penelitian yang
perminggu. Selain itu, Arviani dan Setiawati, dihimpun Badan Koordinasi Keluarga
(2018)menyatakan bimbingan klasikal Berencana Nasional (BKKBN), dari waktu ke
dijadikan strategi layanan yang diberikan waktu ternyata permasalahan kesehatan
kepada semua siswa antara 20-35 orang, reproduksi yang dihadapi remaja semakin
secara terjadwal yang diberikan secara meningkat baik secara kuantitatif maupun
langsung oleh seorang pembimbing kepada kualitatif. Berbagai jenis Penyakit Menular
peserta didik dalam rangka mecegah timbulnya Seksual (PMS) makin banyak terjadi pada
masalah dan mengembangkan potensinya remaja. Bahkan perilaku seksual berisiko pun
secara maksimal. makin sering dilakukan oleh para remaja dan
Dengan demikian bimbingan dan sangat disayangkan tidak sedikit remaja yang
konseling harus melaksanakan bimbingan melakukan tindakan aborsi atau pengguguran
klasikal sesuai dengan aturan yang dibentuk. kandungan yang mencapai angka 28,4% dari
Bimbingan klasikal juga merupakan cara bagi kasus aborsi yang ada (BKKBN, 2008). Sensus
konselor dalam membuat dinamika kelas Penduduk 2010 memperlihatkan bahwa remaja
menjadi kohesif. Adapun fungsi dari yang berusia 10-19 tahun berjumlah 43.5 juta
bimbingan klasikal adalah sebagai pencegahan, atau 18% dari jumlah penduduk. Isu kesehatan
pemahaman, pemeliharaan, dan pengembangan reproduksi dan seksual remaja menjadi penting
sebagai upaya spesifik yang diarahkan pada bagi pembangunan nasional mengingat
proses yang proaktif(dalam Fandini & besarnya populasi penduduk remaja tersebut
Purwoko, 2018).Dalam hal ini konselor bisa dan dampak jangka panjang yang dapat
mengetahui kerjasama antara siswa satu ditimbulkan dari persoalan kesehatan
dengan yang lainnya ketika diberikan reproduksi dan seksual remaja.
penugasan kelompok agar tidak ada yang

2
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia Vol 4 No
2, Oktober 2019
Sementara, penduduk remaja kita saat ini kehidupannya, sehingga berdampak pada
masih rentan terhadap masalah kesehatan berbagai perilaku menyimpang yang
reproduksi dan seksual, seperti perkawinan membahayakan diri dan masa depannya.
remaja, pengetahuan kesehatan reproduksi dan Maka dari itu, memberikan pemahaman
seksual yang rendah, kehamilan di usia muda, mengenai kesehatan reproduksi bagi
kehamilan tidak diinginkan, penyakit menular remaja mutlak diperlukan, agar remaja
seksual seperti HIV dan AIDS, aborsi yang mampu memiliki kesadaran untuk
tidak aman, maupun kekerasan berbasis menjaga memelihara dan menghindarkan diri
gender. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar dari tindak kekerasan seksual yang lebih
tahun 2010, se banyak 41,9% usia perkawinan dalam. Tulisan ini akan
pertama berada pada kelompok usia 15-19 mendeskripsikan gambaran mengenai
tahun, 33,6% ber ada pada kelompok usia 20- kesehatan reproduksi bagi remaja sebagai
24 tahun (Taukhit, 2014). strategi menghindari kekerasa seksual
Terdapat kenaikan yang cukup pada remaja perempuan (Hasanah, 2016).
signifikan pada kasus aborsi yang dilakukan Membahas tentang remaja, tentu
remaja perempuan. Kuntari menyebutkan bersinggungan dengan perkembangan
bahwa di Indonesia angka abortus remaja dan pertumbuhan pada masa pubertas. Salah
perempuan mencapai 2- 2,6 juta kasus satu perkembangan yang terjadi pada remaja
pertahunnya atau sekitar 43 kasus aborsi setiap adalah timbulnya rasa
100 kehamilan usia muda antara 15-24 tahun.2 keingintahuan yang tinggi terhadap
Kasus lain berkaitan dengan problem penyakit kesehatan reproduksi. Rasa keingintahuan
menular seksual lainnya adalah meningkatnya tersebut dapat terlihat dari anak usia remaja
jumlah angka penderita dengan HIV/AIDS. yang mulai mencari tahu tentang kesehatan
Tahun 2012 sebanyak reproduksi di dunia maya
26.483 kasus HIV/AIDS terjadi pada ataupun di internet. Hal tersebut tidak
kelompok usia muda antar 20-29 tahun. Tahun menjadi masalah bila informasi yang
2013 terdapat 29.031 kasus HIV/AIDS terjadi diperoleh dapat dipertanggung jawabkan
pada keompok usia muda.3 Data tingginya kebenarannya. Yang menjadi masalah adalah
angka perniikahan dini, kasus hamil di luar ketika sumber informasi yang mereka
nikah, tingkat aborsi, dan orang terinfeksi peroleh tidak dapat
HIV/AIDS menunjukkan fakta yang dipertanggungjawabkan kebenarannya.
memprihatinkan, terlebih realitas ini dialami Penelitian ini dilatar belakangi oleh
kaum muda sebagai generasi bangsa. Remaja pemahaman kesehatan reproduksi yang belum
adalah masa penting dalam perjalanan optimal pada siswa kelas X di SMK Negeri 9
kehidupan. Masa ini membutuhkan tanggung Semarang, Jawa Tengah. permasalahan
jawab secara sosial lebih tinggi untuk menuju tersebut disebabkan oleh masih tabunya
pada masa dewasa dan kematangan. Idealnya membahas permasalahan reproduksi di
remaja menjadi generasi yang membanggakan, lingkungan keluarga maupun lingkungan
benar- benar menikmati seluruh perjalanan sekolah. Hal tersebut memicu siswa untuk
masa remajanya dengan menyenangkan. mencari informasi di internet atau media sosial
Remaja belajar dengan segala hal secara lainnya. Dampak yang paling berbahaya adalah
sungguh-sungguh untuk mengembangkan ketika informasi didapat berasal dari sumber
segala potensi yang dimiliki. yang tidak terpercaya serta tidak dapat
Namun banyak faktor yang menjadikan dipertanggung jawabkan kebenarannya. Hal
remaja justruu jauh dari pencapaian tugas tersebut membuat siswa salah mempersepsikan
perkembangan. Ini dibuktikan dengan masih arti dari informasi yang didapatnya serta
rendahnya pemahaman remaja mengenai peran berpotensi terjadi perilaku seksual yang
penting kesehatan reproduksi bagi menyimpang. Menurut Adnani (2008) sumber
informasi yang diperoleh akan berpengaruh
pada perilaku seksual siswa.
Menurut WHO dalam (Marmi 2013 :
54), kesehatan reproduksi adalah suatu

3
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia Vol 4 No
2, Oktober 2019
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar
utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau sekaligus mengajarkan kepada orang lain,
kecacatan dalam segala aspek yang Zaini (2008:56). Pembelajaran kooperatif
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang
dan prosesnya. Selanjutnya, Irianto (2014) terdiri dari beberapa anggota dalam satu
kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kelompok yang bertanggungjawab atas
kesehatan yang sempurna baik secara fisik, penguasaan materi dan mampu mengajarkan
mental, sosial dan bukan semata- mata materi yang dibahas kepada orang lain,
terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam Sudrajat (2008). Dari pernyataan tersebut,
segala aspek yang berhubungan dengan metode jigsaw dapat digunakan dalam
sistem reproduksinya. pemberian layanan bimbingan klasikal dengan
Dengan demikian, maka kesehatan tema kesehatan reproduksi yang bertujuan agar
reproduksi sangat penting untuk dipahami pemahaman kesehatan reproduksi siswa kelas
siswa agar terhindar dari perilaku seksual yang X SMK Negeri 9 dapat berkembang serta
menyimpang. Salah satu dampak negatif dari terhindar dari perilaku seksual yang
perilaku seksual yang menyimpang adalah menyimpang yang disebabkan oleh kurang
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan pahamnya siswa tentang kesehatan reproduksi.
(KTD). Untuk mencegah hal tersebut, Metode jigsaw digunakan karena
diperlukan komitmen dari banyak pihak memiliki beberapa keunggulan yang
disekolah, termasuk peran bimbingan koseling diantaranya adalah : a) dalam kelas kooperatif
dalam pendidikan kesehatan reproduksi siswa dapat berinteraksi dengan teman
sangatlah diperlukan khususnya layanan sebayanya dan dengan gurunya sebagai
bimbingan klasikal. pembimbing, b) motivasi teman sebaya dapat
Menurut Santoso (2011:139) bimbingan digunakan secara efektif untuk meningkatkan,
klasikal adalah program yang dirancang baik pembelajaran kognitif siswa maupun
menuntut konselor atau guru BK untuk pertumbuhan siswa, c) menumbuhkan
melakukan kontak langsung dengan para siswa tanggung jawab siswa, d) mendorong siswa
di dalam kelas. Bimbingan klasikal aktif dan saling membantu menguasai materi
dilaksanakan secara terjadwal, konselor yang dibahas, e) untuk mengoptimalkan
memberikan pelayanan bimbingan kepada para manfaat dari belajar dengan format kelompok,
siswa. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa Isjoni (2011).
berupa diskusi kelas atau brain storming atau Selain memiliki keunggulan, metode
curah pendapat. Bimbingan klasikal bertujuan jigsaw juga memiliki beberapa kelemahaman
untuk membantu siswa agar dapat memenuhi yang diantaranya yaittu : a) siswa yang tidak
tugas-tugas perkembangan yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan sulit
meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan menjelaskan materi kepada temannya, b) siswa
karir. Untuk lebih mengefektifkan layanan yang tidak biasa berkompetisi akan kesulitan
bimbingan klasikal tersebut, maka perlu dalam mengikuti proses pembelajaran, c)
digunakannya suatu metode pembelajaran yang membutuhkan ruang kelas yang cukup luas
membuat siswa lebih tertarik terhadap layanan karena dalam metode ini dibentuk kelompok-
yang diberikan guna tercapainya tujuan kelompok kecil, d) sedikit membutuhkan
diberikannya layanan yaitu mengembangkan waktu untuk membentuk kelompok-kelompok
pemahaman kesehatan reproduksi siswa. kecil tersebut, Isjoni (2011). Untuk
Metode pembelajaran jigsaw meminimalisir kelemahaman
merupakan strategi yang menarik digunakan tersebut, maka kompetensi atau skill konselor
bila materi yang akan dipelajari dapat dibagi sangatlah diperlukan agar layanan mampu
menjadi beberapa bagian. Kelebihan dari berjalan dengan lancar serta sesuai tujuan.
metode jigsaw ini adalah Rozikan (2017) menyimpulkan bahwa
kompetensi konselor harus dikembangkan,
dilatih

4
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia Vol 4
No 2, Oktober 2019
serta dipelihara sebagai prasyarat yang
digunakan dalam penelitian yaitu skala
menentukan efektif atau tidaknya sebuah
psikologis tentang kesehatan reproduksi,
layanan.
Berdasarkan hasil wawancara melalui desain skala likert mengunakan empat
dilapangan, terdapat setidaknya satu atau dua option yaitu sangat setuju (STS), setuju (S),
siswa yang keluar setiap tahunnya dikarenakan tidak setuju (TS), sangat tidajk setuju (STS)
sekolah melarang siswa yang hamil tidak tingkat relibilitas 0,906. Teknik analisis data
diperkenankan melanjutkan studi disekolah menggunakan Uji t_independent sample
tersebut. Kejadian tersebut terjadi karena test (O1-O2).
beberapa penyebab, salah satunya adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
kurang pahamnya siswa tentang
reproduksinya. Akibat kekurang pahaman Penelitian ini dilakukan untuk
tersebut siswa mencari tahu dari sumber- mengetahui efektifitas layanan bimbingan
sumber yang tidak dapat dipertanggung klasikal dengan metode jigsaw untuk
jawabkan kebenarannya. Akhirnya siswa justru mengembangkan pemahaman kesehatan
salah dalam memahami dan terkena dampak reproduksi siswa SMK Negeri 9 Semarang.
negatif, seperti kehamilan diluar pernikahan. Temuan peneliti ini menunjukkan bahwa
Untuk mengurangi dampak negatif dari pemberian layanan bimbingan klasikal metode
kekurang pahaman siswa tentang kesehatan jigsaw memberi efek peningkatan yang
reproduksi, maka peneliti bertujuan signifikan pada kelompok eksperimen yaitu
melaksanakan pendidikan kesehatan 0,000 < 0,05. Sedangkan pada kelompok
reproduksi kepada siswa yang mayoritas kontrol tidak menunjukkan peningkatan yang
perempuan agar pemahaman tentang kesehatan signifikan yaitu 0,016 > 0,05. Peneliti
reproduksi siswa dapat berkembang serta siswa berkesimpulan peningkatan pemahaman
dapat mengetahui dampak negative dari kesehatan reproduksi siswa karena
perilaku seksual yang menyimpang karena diberikannya layanan bimbingan klasikal
kekurang pahaman siswa tentang kesehatan metode jigsaw dengan tema kesehatan
reproduksi sehingga kejadian seperti diatas reproduksi. Pernyataan tersebut didukung
tidak terulang kembali, mengingat siswa siswi penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rao
merupakan generasi penerus bangsa, (2008) yang menyimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan reproduksi sangat penting dan harus
METODE diberikan karena efektif meningkatkan
Subyek penelitian adalah siswa kelas X pemahaman kesehatan reproduksi siswa.
SMK Negeri 9 Semarang berjumlah 64 siswa Selanjutnya menurut Rahmawati (2013)
yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu menyimpulkan bahwa bimbingan informasi
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, klasikal metode jigsaw mampu efektif
penentuan subyek penenlitian mengunakan terhadap peningkatan pemahaman kesehatan
cluster sampling, teknik pengumpulan data reproduksi siswa. Berikut adalah tabel hasil
yang digunakan adalah wawancara. analisis uji t independent pretest posttest pada
Instrument yang kelompok eksperimen dan kelompok kontrol :

Tabel 1. Hasil analisis uji t independent pretest posttest pada kelompok control dan eksperimen
Pretest Postest Independent Keterangan
Test Sig.(2-
tailed)
Kelompok M SD M SD
Kontrol 86,83 2,69 87,96 2,89 0,016 Tidak
Signifikan
Eksperimen 84,91 3,40 84,91 3,40 0,000 Signifikan

5
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia Vol 4 No
2, Oktober 2019
Untuk mengetahui perbandingan Dengan demikian maka layanan bimbingan
peningkatan pemahaman kesehatan reproduksi klasikal metode jigsaw dengan tema kesehatan
antara kelompok kontrol dan kelompok reproduksi efektif mengembangkan
eksperimen, maka disajikan tabel sebagai pemahaman kesehatan reproduksi siswa SMK
berikut : Negeri 9 Semarang, Jawa Tengah.

DAFTAR PUSTAKA
Ademola, J. 2007. Evalution of School
Based Reproductive Health
Education Program. African Journal of
Reproductive Health. Vol.11, No.2.

Amiruddin, M. 2009. Remaja dan


Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
STAIN Ponorogo.
Gambar 1. Grafik 1. Perbandingan
peningkatan pemahaman kespro antara Depdiknas,. 2007. Model dan Contoh
kelompok kontrol dan kelompok Pengembangan Diri. Jakarta: Puskur
eksperimen. Balitbang

Berdasarkan grafik diatas, dapat Hasanah, Hasyim. 2016. Pemahaman


diketahui jika kelompok eksperimen yang Kesehatan Reproduksi Bagi Perempuan:
diberikan layanan bimbingan klasikal metode Sebuah Strategi Mencegah Berbagai
jigsaw dengan tema kesehatan reproduksi Resiko Masalah Reproduksi Remaja .
(ditandai dengan garis biru) mengalami Jurnal SAWWA – Volume 11, Nomor
peningkatan yang signifikan dari nilai rata-rata 2,
83,91 menjadi 85,55. Sedangkan kelompok April 2016
kontrol yang tidak diberikan layaan bimbingan
klasikal metode jigsaw dengan tema kesehatan Irianto, Koes. 2014. Biologi Reproduksi (
reproduksi (ditandai dengan garis merah) tidak Reproductive Biology). Bandung.
mengalami peningkatan yang signifikan dari Alfabeta.
rata-rata nilai 86,83 menjadi 87,96. Dengan
demikian maka layanan bimbingan klasikal Isjoni. 2011. Cooperative Learning
metode jigsaw mampu efektif dalam Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
meningkatkan pemahaman kesetan reproduksi Bandung: Alfabeta
siswa.
Kusuma, Ardi Wira. 2018. Meningkatkan
PENUTUP Kerjasama Siswa dengan Metode Jigsaw
Berdasarkan hasil penelitian yang dalam Bimbingan Klasikal. Jurnal
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa dengan Universitas Muhammadiyah Malang
layanan bimbingan metode jigsaw dengan Volume 7 Number 1 2018
tema kesehatan reproduksi mampu efektif
dalam meningkatkan pemahaman tentang Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi.
kesehatan reproduksi. Siswa SMK Negeri 9 Yogyakarta: Pustaka pelajar
Semarang. Peningkatan yang terjadi pada
kelompok eksperimen dan kontrol berbeda. Rao, R. 2008. Effectiveness of
Kelompok eksperimen mengalami peningkatan Reproductive Health Education
yang signifikan, sedangkan kelompok kontrol Among Rural Adolescent Girl.
mengalami peningkatan namun tidak Vol.62, No.11.
signifikan.

6
Jurnal Bimbingan dan Konseling Indonesia Vol 4 No
2, Oktober 2019
Rakhmawati, Ellya. 2014. Layanan Informasi
Untuk Meningkatkan Pemahaman
Kesehatan Reproduksi di Kalangan
Siswa. Salatiga: Tesis

Robert E, Slavin. 2005. Cooperative


Learning. Bandung: Nusa Media.

Rozikan, M. 2017. Spiritualitas Peran


Konselor Dalam Meningkatkan
Kualitas Pelayanan Bimbingan
Konseling. Malang: Prosiding Seminar
Bimbingan dan Konseling. VOL.1, No.1

Sudrajat, Akhmad. 2008. Cooperative


Learning Teknik Jigsaw. Jakarta:
Akhmad Sudrajat wordpress

Taukhit. 2014. Pengembangan Edukasi


Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas
Remaja dengan Metode Game Kognitif
Proaktif . JURNAL STUDI PEMUDA •
Vol. 3, No. 2,
September 2014

Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran


Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.

Anda mungkin juga menyukai