Anda di halaman 1dari 7

BRIEF-PLISSIT INTERVENTION MODEL (BPIM) SEBAGAI

BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN KESEHATAN


KOMUNITAS DALAM PEMBINAAN KESEHATAN REPRODUKSI
DI SMP A
Ns. Muflih, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom1
INTISARI
Brief-PLISSIT Intervention Model (BPIM) yang telah dimodifikasi merupakan bentuk intervensi keperawatan
komunitas untuk meningkatkan pandangan, kepercayaan diri dan komitmen remaja dalam menjaga
kesehatan reproduksi. Penulisan bertujuan memberikan gambaran pelaksanaan BPIM dalam pelayanan dan
asuhan keperawatan komunitas melalui integrasi model CAP, HPM, CHSM, dan Trias UKS pada siswa di
SMP A. Terdapat perbedaan pandangan, kepercayaan diri dan komitmen yang signifikan antara kelompok
intervensi teknik BPIM dengan non BPIM, kecuali pada materi pacaran, seks bebas, dan aborsi. Puskesmas
diharapkan mengadakan pelatihan dan menggunakan teknik BPIM sehingga terjadi peningkatan
kemampuan perawat dalam memberikan konseling remaja terkait masalah kesehatan reproduksi.

Kata kunci : BPIM, Intervensi Keperawatan Komunitas, Remaja, Kesehatan Reproduksi

ABSTRACT
Brief-PLISSIT Intervention Model (BPIM) is a modified form of community nursing intervention to improve
the perceived, self-efficacy and commitment in maintaining adolescent reproductive health. The aim of this
paper was to provide an overview of the implementation BPIM in service and nursing care through the
integration of the model of CAP, HPM, CHSM, dan Trias UKS at SMP A. There were differences in the
opinion, self-efficacy and commitment between-group intervention compared to non BPIM, except in the
matter of dating, sex, and abortion. Public health centre is expected to provide training and to use BPIM
techniques, so as increase th ability of nurses to provide counseling related to
adolescent reproductive health issues.
Key Words : Adolescent, BPIM, Community Nursing Intervention, Reproductive Health.
1

Dosen S1 Ilmu Keperawatan FIKES UNRIYO

Persepsi remaja tentang seksualitas dipengaruhi

PENDAHULUAN
Setiap agregrat, termasuk remaja, dalam tahap
kehidupannya
kemungkinan

memiliki
terpapar

peluang

faktor-faktor

atau
tertentu,

seperti biologi, lingkungan, gaya hidup, dan


sistem

pelayanan

kesehatan

sehingga

mempengaruhi kondisi kesehatannya (Stanhope &


Lancaster, 2004; Allender, Rector, & Warner,
2010;).

oleh hasil interaksi stimulasi nilai-nilai internal


dan eksternal di sekitar lingkungannya yang
membentuk

perilaku

kesehatan

(Pender,

Murdaugh, & Parsons, 2002). Persepsi remaja


tentang seks bebas selalu dibandingkan dengan
nilai dan norma

kesusilaan di masyarakat

(Sarwono,

Santrock,

2006;

2007).

Apabila

perilaku seks bebas dianggap hak individu


seseorang, maka remaja akan menyimpulkan

bahwa seks bebas sebagai nilai fleksibilitas

berpacaran sebagai tanda kesetiaan cinta sebesar

kebebasan

&

26,8%, dan penderita HIV/AIDS harus dijauhi

Ramos, 2005). Hal ini mengakibatkan terjadinya

sebesar 65,3%. Adapun gambaran tindakan

peningkatan

remaja

berekspresi

kasus

(Gullota,

perilaku

Adams,

seks

bebas

di

mengenai

kesehatan

reproduksi

kalangan remaja (Santrock, 2007; Papalia, Old, &

didapatkan bahwa siswa yang mengaku pernah

Feldman, 2011).

mencari informasi seksual (hubungan intim laki-

Menurut survei Komnas Perlindungan Anak pada

laki dg perempuan) di internet sebesar 29,1% dan

tahun 2008 di Indonesia telah terjadi perilaku

siswa yang mengaku memiliki keinginan untuk

seksual pada remaja seperti 93,7% remaja SMP

berpacaran sebesar 77,9%, serta terdapat 4,7%

dan SMA pernah ciuman, meraba alat kelamin

yang mengaku pernah menonton pornografi.

dan seks melalui mulut, 62,7% remaja SMP telah

Beberapa

pendekatan

melakukan seks bebas, dan 21,2% remaja pernah

reproduksi

remaja

melakukan aborsi (BKKBN, 2010a).

(Cowan 2002). Pembinaan kesehatan reproduksi

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun

remaja sebagai upaya mewujudkan pencapaian

2010, telah terjadi 47,79% perempuan menikah

target MDGs 2015 khususnya tujuan no 6 yakni

pada usia di bawah 16 tahun di daerah pedesaan

pengendalian penyebaran HIV/AIDS (Sari, 2012).

dan sebesar 21,75% di daerah perkotaan. Hal ini

Penyebaran HIV/AIDS sangat besar ditularkan

menandakan bahwa risiko kehamilan remaja akan

dari perilaku seks bebas oleh remaja 15-29 tahun

terus meningkat. Hal ini diperkuat dengan tingkat

sebesar

pengetahuan remaja yang telah mengetahui bahwa

daripada golongan umur lainnya (Ditjen PP & PL

hubungan seksual yang hanya sekali dapat

Kemenses RI, 2013).

membuat kehamilan hanya sebesar 63%. (SDKI,

Upaya pemerintah yang sudah dilakukan dalam

2007; BKKBN, 2010b).

Artinya lebih dari

menanggulangi massalah kesehatan reproduksi

setengah penduduk remaja di Indonesia belum

remaja diantaranya adalah pembentukan Pusat

mengetahui

Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi

bahwa

melakukan

seks

bebas

37,45%,

membina

perlu

yakni

kesehatan

dilakukan

persentase

inovasi

tertinggi

walapun sekali dapat mengakibatkan kehamilan

Remaja (PIK-KRR) yang dinaungi oleh Badan

Hasil pengkajian di SMP A kota Depok

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

didapatkan bahwa tingkat pengetahuan siswa

(BKKBN, 2013). Terdapat program kesehatan

tentang kesehatan reproduksi yang masih kurang

remaja Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

baik sebesar 65,3%. Sebesar 62,0% siswa

(PKPR)

mengaku

Kesehatan dan dilaksanakan oleh Puskesmas

belum

mendapatkan

informasi

yang

dinaungi

(Kemenkes,

tentang bahaya seks bebas, 59,2% tentang

direncanakan untuk diperkenalkan dan dilakukan

penyakit HIV/AIDS, dan sebagian besar siswa

di berbagai lingkungan, termasuk sekolah melalui

(65,7%) belum mengetahui bahwa berhubungan

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Palang Merah

intim

Remaja (PMR), dan Saka Bhakti Husada (SBH),

dilakukan

sekali

saja

dapat

Program

Kementrian

kesehatan cara menjaga alat reproduksi, 48,8%

yang

2013).

oleh

tersebut

menimbulkan kehamilan.

namun program ini tidak semua dilaksanakan

Gambaran sikap siswa SMP A Kota Depok

secara sinergis.

didapatkan bahwa yang setuju remaja gaul adalah

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dapat

yang memiliki pacar sebesar 32,9%, ciuman saat

dilakukan dengan cara mengendalikan faktor

resiko

yang

semua

kesehatan reproduksi yang ditemukan di SMP A

Perawat

Kota Depok. Pertimbangan sasaran intervensi

komunitas sebagai bagian dari profesi kesehatan

keperawatan kepada siswa SMP didasarkan pada

memiliki tanggung jawab untuk berperan aktif

perkembangan pola pikir remaja SMP yang sudah

dalam meningkatkan perilaku hidup sehat remaja.

mulai terpengaruh untuk mengikuti perilaku

Intervensi

hal

kesehatan berisiko. Selain itu, topik permasalahan

pembinaan kesehatan reproduksi remaja dapat

reproduksi remaja, perilaku berpacaran remaja

menggunakan metode komunikasi edukatif secara

dan seksualitas, dianggap masih sangat yang tabu

langsung. Strategi intervensi promosi kesehatan

untuk dibicarakan. Penggunaan teknik BPIM

yang bertujuan mengubah perilaku remaja dengan

diharapkan mampu meningkatkan pandangan,

mengembangkan

stakeholder,

dapat

dilakukan

termasuk

promosi

oleh

perawat.

kesehatan

alternatif

dan

kepercayaan diri dan komitmen yang positif

masalah

yang

dalam melakukan perilaku yang lebih sehat.

diminati oleh remaja (Allender, Rector & Warner,

Menurut teori HPM bahwa komitmen akan

2010). Intervensi promosi kesehatan dilakukan

menginisiasi sebuah perilaku promosi kesehatan

dengan menggunakan Brief-PLISSIT Intervention

(Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002).

bimbingan

aktifitas

dalam

dalam

antisipasi

Model (BPIM). Bentuk intervensi ini merupakan


inovasi pengembangan dari PLISSIT Intervention
Model oleh Annon (1974) (Davis & Taylor, 2006;
Janssen

&

Davis,

intervention/intervensi

2009)

dan

singkat

brief

(Greenberg,

Ganshorn, & Danilkewich, 2001; NIHCE, 2006;


Williamson, 2008; Trepper, et al, 2013).
Teknik

BPIM

menggunakan

dalam

menjalankan

perilaku

kesehatan reproduksi dan seksual yang terfokus


pada identifikasi dan perubahan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku berisiko remaja.
Tahapan model PLISSIT terdiri dari Permission,
Limited Information, Specific Suggestions, dan
Intensive Therapy (Antory, 2011). Pada tahap
Specific Suggestions dan Intensive Therapy
dikembangkan oleh penulis dengan menggunakan
metode brief intervention. Intervensi ini telah
dikembangkan sebagai salah satu cara yang
terbukti mampu mengurangi atau bahkan merubah
perilaku berisiko remaja oleh mereka sendiri
(Williamson, 2008).
Penggunaan

teknik

Intervensi BPIM dilaksanakan mulai tanggal 18


Desember 2013 hingga 15 April 2014. Evaluasi
efektifitas teknik BPIM dilihat dari perbandingan
pada satu kelompok siswa dengan menggunakan
teknik BPIM dan tanpa BPIM pada kelompok

pendekatan

komunikasi yang bertujuan mencari solusi atas


permasalah

HASIL

siswa yang lain dari hasil pre-post test tingkat


tentang 7 materi yang telah diberikan.

Uji

perbedaan skor dari kedua kelompok dapat dilihat


hasil uji signifikasi secara statistik yang dpat
dilihat pada tabel 1.
Pada tabel 1 memperlihatkan hasil uji beda mean
antara kelompok intervensi BPIM dan non BPIM
didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada materi kemampuan menerima
masukan dan evaluasi diri (p-value 0,012),
manajemen perilaku; kemampuan identifikasi
hobi, dan cita-cita (p-value 0,005), kemampuan
mengidetifikasi manfaat, kerugian dan waktu
ideal berpacaran (p-valuei 0,022), kemampuan
mengidentifikasi perbedaan perasaan suka atau
cinta (p-value 0,048), kemampuan mengenal

BPIM

didasarkan

atas

pertimbangan penulis terhadap fenomena perilaku

potensi diri dengan Johari window (p-value

0,005), dan kemampuan meningaktkan sikap

Artinya intervensi BPIM memberikan dampak

positif dan tanggung jawab diri (p-value 0,033).

yang lebih baik secara signifikan daripada


intervensi edukasi biasa.

Tabel 1. Hasil Uji Efektifitas Intervensi Teknik Brief-PLISSIT Intervention Model (BPIM)
Kelompok
Kelompok Non
Intervensi
Intervensi
Selisih
p-value
No
Materi
SD
(Kelas IX A)
(Kelas IX B)
Mean
2-tailed*
n
n
1 Kemampuan menerima masukan
18
18,3
16
17,1
1,3
1,3
0,012
dan evaluasi diri
2 Pacaran, Seks bebas, & Aborsi
20
18,4
18
17,7
0,7
1,1
0,099
3 Manajemen perilaku :
kemampuan identifikasi hobi, dan 15
18,4
15
17,5
0,9
0,8
0,005
cita-cita
4 Manajemen perilaku :
kemampuan identifikasi manfaat,
20
18,0
18
17,4
0,6
0,7
0,022
kerugian, dan waktu ideal
berpacaran
5 Manajemen perilaku :
kemampuan identifikasi
18
18,6
12
18,0
0,6
0,7
0,048
perbedaan perasaan suka atau
cinta
6 Manajemen perilaku :
kemampuan pengenalan potensi
22
18,9
20
18,3
0,7
0,8
0,005
diri dengan Johari Window
7 Manajemen perilaku :
kemampuan meningkatkan sikap
22
18,0
18
17,3
0,7
1,0
0,033
positif dan tanggung jawab diri
Keterangan : * Uji Mann-Whitney
Adapun hasil uji beda pada materi pacaran, seks

cenderung berisiko, menghasilkan hasil yang

bebas dan aborsi tidak didapatkan perbedaan yang

signifikan.

Hasil

evaluasi

selama

signifikan (p-value 0,099). Hal ini diperkuat dari

intervensi

dengan

teknik

komunikasi

nilai rata-rata kedua kelompok yang tidak jauh

didapatkan bahwa siswa merasa lebih nyaman,

berbeda yakni 18,4 pada kelompok intervensi

terbuka dan percaya diri dalam menyampaikan

BPIM dan 17,7 pada kelompok intervensi non

permasalahan, ide, saran, gagasan, dan kemampuan

BPIM dengan selisih nilai rata-rata 0,7 dan standar

dalam mengikuti kegiatan sampai selesai.

deviasi sebesar 1,1. Hal ini berarti bahwa siswa

Intervensi konseling kelompok dengan teknik

SMP A memiliki pandangan yang sama mengenai

BPIM dapat membentuk komitmen untuk menjaga

permasalahan pacaran, seks bebas & aborsi.

kesehatan

Data tersebut menunjukkan bahwa teknik BPIM

mempengaruhi remaja berperilaku kesehatan. Hal

memberikan dampak yang signifikan terhadap

ini sejalan dengan teori HPM yang menjelaskan

perilaku kesehatan reproduksi siswa SMP A yang

bahwa

lebih baik dibandingkan pada kelompok yang tidak

perilaku promosi kesehatan (Pender, Murdaugh, &

diberikan teknik BPIM.

Parsons, 2002).

reproduksi.

komitmen

dapat

Komitmen

menginisiasi

kegiatan
BPIM

akan

sebuah

Penggunaan teknik BPIM sebagai upaya alternatif

PEMBAHASAN

yang inovatif yang diharapkan dapat memberikan

Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah

hasil yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori

perilaku kesehatan reproduksi siswa SMP A yang

Health

Promotion

Models

(HPM)

yang

menjelaskan bahwa perilaku kesehatan dilandasi

intervensi dengan menggunakan teknik edukasi

oleh

biasa, kecuali pada materi pacaran, seks bebas, dan

komitmen

untuk

berbuat

yang

dapat

dicetuskan dari faktor pesepsi, situasi lingkungan,

aborsi.

pengarus interpersonal, pengalaman, dan faktor

Program inovasi BPIM dapat dijadikan evidence

internal (Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002).

base

Teknik Brief-PLISSIT Intervention Model (BPIM)

pengembangan program PKPR kepada pemegang

merupakan intervensi inovasi kombinasi dari 2

kebijakan yaitu PJ PKPR di puskesmas.

(dua) intervensi promosi

Puskesmas dapat mengadopsi teknik BPIM dalam

kesehatan yakni Brief

bagi

Dinas

Kesehatan

meningkatkan

telah

Efektifitas

memberikan konseling remaja terkait masalah

intervensi dengan menggunakan teknik BPIM

kesehatan reproduksi. peneliti dapat melakukan

dikuatkan dari hasil penelitian Janssen dan Davis

kajian efektivitas konseling kesehatan reproduksi

(2009) yang telah menggunakan model PLISSIT

remaja teknik BPIM dengan menggunakan kaidah

Intervention Model terhadap kelompok remaja

penelitian kualitatif.

oleh

penulis.

perawat

dasar

Intervention dan PLISSIT Intervention Model yang


dimodifikasi

kemampuan

sebagai

dalam

pekerja di Australia dalam pencegahan penyakit


menular dari perilaku seks bebas, bahwa teknik ini
dapat meningkatkan pengetahuan remaja pekerja
tentang seks yang aman dan dapat membantu
meningkatkan perilaku sehat.
Hal ini dikuatkan dari NIHCE (2006), yang
menggunakan

Brief

Intervention

untuk

meningkatkan aktivitas fisik remaja sehingga


mampu menjauhi perilaku berisiko. Penggunaan
model Brief intervention telah umum digunakan
oleh perawat primer profesional di komunitas
dengan melibatkan saran oportunistik, diskusi,
negosiasi, atau motivasi yang terfokus pada
identifikasi dan perubahan faktor-faktor untuk
memperbaiki perilaku atau aktivitas berisiko remaja
(NIHCE, 2006).

KESIMPULAN DAN SARAN


Intervensi-intervensi asuhan keperawatan termasuk
berdampak pada perilaku (pengetahuan, sikap, dan
tindakan) kesehatan reproduksi siswa SMP A
mengalami peningkatan yang signifikan. Adapun
intervensi BPIM kepada siswa SMP A kota Depok
dapat meningkatkan pandangan, kepercayaan diri

DAFTAR PUSTAKA
Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K.D. (2010).
Community Health Nursing; Promoting
& Protecting The Publics Health. (7th
ed). Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Annon, J. (1976). The PLISSIT model: A proposed
conceptual scheme for the behavioural
treatment of sexual problems, Journal of
Sex Education Therapy, v.2, n.1, pp.115.
Antory, D. (2011). Addressing Sexuality. Diakses
dari
http://www.networks.nhs.uk/nhsnetworks/sexual-rehabilitation-aftercancer/documents/Addressing%20Sexual
ity. pdf
BKKBN. (2010a). Usia perkawinan & hak-hak
reproduksi bagi remaja indonesia.
Jakarta:
Direktorat
Remaja
dan
Perlindungan Hak-hak Reproduksi.
BKKBN.
(2010b).
Penyiapan
kehidupan
berkeluarga bagi remaja; ditijau dari
aspek 8 fungsi keluarga: kesehatan,
ekonomi, psikologi, pendidikan, agama
& sosial. Jakarta: Direktorat
BKKBN. (2013). Pusat Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKKRR).
Diakses
dari
https://www.k4health.org/sites/default/fil
es/Bagian_II_Program_Pemerintah_PIKKRR.pdf

dan komitmen dalam menjaga kesehatan reproduksi


secara signifikan dibandingkan dengan kelompok

Cowan, F. M. (2002). Adolescent Reproductive


Health Interventions. Sex Transm

Infect 2002;
78:315318 doi:10.1136/sti.78.5.315
Davis, S. & Taylor, B. (2006). From PLISSIT to
Ex-PLISSIT, in Rehabilitation: The use
of theories and models in practice, ed. S.
Davis, Elsevier, Edinburgh, pp.101-29.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2013). Statistik
Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor
s/d Desember 2013. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Diakses
dari
http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.p
df.
Gullotta, T.P., Adams, G.R., & Ramos, J.M.
(2005). Handbook Of Adolescent
Behavioral Problems: Evidence-Based
Approaches
To
Prevention
And
Treatment. New York: Springer Science.
Greenberg, G., Ganshorn, K., & Danilkewich, A.
(2001).
Solution-focused therapy :
Counseling model for busy family
physicians. Canadian Family Physician.
Vol 47. November 2001.
Janssen, M. & Davis, J. (2009). The Youth
Workers Role in Young Peoples Sexual
Health: A Practice Framework. Journal
Stidies Australia. Volume, 28 Number 4
2009.
Kemenkes RI. (2013). Pedoman Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja Di Puskesmas.
Diakses
dari
https://www.k4health.org/sites/default/fil
es/Program_PKPR_0_0.pdf
National Institute for Health and Clinical
Excellence. (2006). Four commonly used
methods to increase physical activity:
brief interventions in primary care,
exercise referral schemes, pedometers
and
community-based
exercise
programmes for walking and cycling.
Public Health Intervention Guidance no.
2. Issue Date: March 2006.
Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, R.D. (2011).
Human
development
(psikologi
perkembangan). (Edisi Ke-9). Jakarta:
Kencana.
Pender, N. J., Murdaugh, C. L., & Parsons, M. A.
(2002). Health Promotion In Nursing
Practice. Ed 4th. New Jersey: Prentice
Hall.
Santrock, J.W. (2007). Adolesence (Remaja). (Edisi
ke-11). Terjemahan oleh Soedjarwo.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sari, A. (2012). Strategi dan Inovasi Pencapaian
MDGs 2015 di Indonesia. Diakses dari
http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfpr
osiding2/fisip201236.pdf.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community &


public health nursing. (6th ed). St Louis:
Mosby.
Sarwono, S.W. (2006). Seksualitas & fertilitas
remaja. Jakarta: CV Rajawali.
Trepper, S. T., McCollum, E. E., De Jong, P.,
Korman, H., Gingerich, W., & Franklin,
C. (2013). Solution Focused Therapy
Treatment Manual for Working with
Individuals Research Committee of the
Solution
Focused
Brief
Therapy
Association 2010. SFBTA 2013.
Williamson, A. (2008). Brief Psycological
Intervention in Clinical Practice.
Chichester : John Wiley & Sons Ltd.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHU

Anda mungkin juga menyukai