Anda di halaman 1dari 7

METODE PEMBERIAN INFORMASI TERKAIT MENSTRUAL HYGIENE

MANAGEMENT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI


SAAT MENSTRUASI : A LITERATURE REVIEW
Widyaning Dara Utami *,

Postgraduate Applied Science Program in


Midwifery, Poltekkes Kemenkes Semarang,
Semarang, Indonesia,

Corresponding author’s e-mail:


widya.dara22@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang: Masa remaja merupakan masa yang penting, karena terjadi banyak perubahan dalam
dirinya terutama organ reproduksi yang ditandai dengan menstruasi pada remaja putri. Banyak daerah
di beberapa negara yang menganggap informasi seputar menstruasi merupakan hal yang tabu, padahal
dengan menstrual hygien management yang baik dapat menghindarkan remaja dari masalah kesehatan
reproduki yang selama ini menjadi momok di kalangan remaja. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan antara beberapa metode yang dapat dijadikan
sebagai media dalam meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap remaja terkait dengan
menstrual hygiene management. Metode: Tinjauan literatur ditinjau dari database elektronik yaitu
Science Direct, Google Cendekia dan situs web terkait lainnya. Kata kunci yang digunakan untuk
menjadi jurnal penelitian adalah “Adolescent Menstrual Hygiene Management ". Sebanyak 7 dari
8.460 publikasi berkisar dari tahun 2014 hingga Februari 2019, 6 diantaranya disajikan dalam bahasa
Inggris dan 1 disajikan dalam bahasa Indonesia. Hasil: Seluruh upaya pemberian informasi dengan
metode yang dianalisis memberikan peningkatan pengetahuan dan perbaikan sikap remaja yang
signifikan, namun jika dilihat berdasarkan konsep cone of experience, maka metode permainan
memiliki persentasi keefektifan lebih tinggi dibandingkan yang lainnya karena metode ini dapat
memacu adanya diskusi interaktif antar pemain yang ada di dalam permainan tersebut. Kesimpulan:
Metode pemberian informasi yang dimodifikasi dan kebijakan yang ada diperlukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap sikap remaja terkait menstrual hygiene
management.

Kata kunci: Pengetahuan dan sikap remaja, menstrual


hygiene management, metode pemberian informasi
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa yang sangat penting terutama dalam aspek reproduksinya. Pada
remaja perempuan, yang menjadi indikator aktifnya masa reproduksi yaitu terjadinya proses
menstruasi yang pertama yang disebut masa menarche [1]. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan
olehi WHO menyebutkan bahwa remaja putri dengan usia 10 hingga 14 tahun memiliki masalah yang
berkaitan dengan kesehatan organ genitalnya [2]. Praktik terkait kebersihan perempuan selama
menstruasi sangat penting karena memiliki dampak bagi kesehatannya [3]. Perilaku remaja dalam
menjaga kebersihan dan kesehatan organ genital terutama saat menstruasi yang kurang tepat dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan seperti keputihan, infeksi saluran kemih, dan kanker leher rahim.
Kejadian infeksi saluran kemih pada perempuan 3 sampai 4 kali lebih besar dibandingkan dengan yang
terjadi pada laki-laki. Di sisi lain, kanker serviks merupakan penyebab kematian perempuan nomor 2
di dunia [1]. Menstruasi dan praktik kebersihan saat menstruasi masih dianggap tabu, sehingga remaja
tidak mengetahui fakta ilmiah dan praktik kesehatan yang baik yang diperlukan untuk menjaga
kesehatan reproduksinya [3].
Di banyak daerah di negara-negara berkembang, sikap tidak peduli terhadap topik seputar
menstruasi dan masalah yang terkait menstruasi sudah menjadi budaya. Hal ini mengakibatkan
banyak remaja kekurangan informasi yang sesuai tentang menstruasi [4].
Ada banyak cara untuk memberikan edukasi seputar menstruasi. Cara yang dapat dilakukan
diantaranya pendidikan kesehatan dengan metode permainan, pendidikan terstruktur, pendidikan
berbasis sekolah, ceramah dengan bantuan slide dan buklet, pendidikan kesehatan dengan media
leaflet dan flipchart, dan dengan cara membuat kebijakan-kebijakan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan menstruasi terutama di lingkungan sekolah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan beberapa metode pemberian
informasi terkait menstrual hygiene management terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri saat
menstruasi. Setelah tahu metode yang paling signifikan yang dapat memberikan perubahan
pengetahuan pada remaja putri, maka kita bisa menggunakan opsi terbaik untuk memberikan
informasi yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan reproduksi remaja putri.

METODE
Jurnal penelitian ditinjau dari database elektronik yaitu Science Direct, Google Cendekia dan
situs web terkait lainnya. Kata kunci yang digunakan untuk menjadi jurnal penelitian adalah
“Adolescent Menstrual Hygiene Management ". Sebanyak 7 dari 8.460 publikasi berkisar dari tahun
2014 hingga Februari 2019, 6 diantaranya disajikan dalam bahasa Inggris dan 1 disajikan dalam
bahasa Indonesia. Jurnal-jurnal tersebut membahas mengenai metode pemberian informasi terkait
menstrual hygiene management terhadap sikap remaja putri saat menstruasi, dan selanjutnya diulas
dalam artikel ini. Penulis juga menggunakan pedoman lain yang relevan untuk melengkapi dan
memberikan informasi lebih lanjut atau memberikan laporan tambahan yang tidak dapat
teridentifikasi dalam pencarian melalui media elektronik.

HASIL
Media dalam berkomunikasi dapat kita temukan dalam berbagai banyak macam dan bentuk,
mulai dari yang bersifat tradisional hingga yang modern. Pada saat ini banyak yang yang
menggunakan media berupa pagelaran kesenian, surat, papan pengumuman, telepon, telegram,
pamflet, poster, spanduk, surat kabar, majalah, film, radio, televisi, dan sebagainya. Pada umumnya
media komunikasi diklasifikasikan menjadi media cetak, visual, audio, dan audio-visual, akan tetapi
dapat juga diklasifikasikan menjadi media lini atas dan media lini bawah [5].
Dua jurnal yang penulis ulas membahas metode pendidikan kesehatan tentang menstrual
hygiene dengan mengunakan metode permainan. Penelitian Jeanne L. Long dkk. [6] dan penelitian
Minal Jain dan Pradeep Yammiyavar [7] menguji keefektifan sebuah permainan untuk meningkatkan
pengetahuan remaja setempat terkait menstrual hygiene dan mengubah stigma yang salah mengenai
menstruasi. Kedua studi menunjukkan bahwa metode permainan merupakan metode inovatif yang
efektif dalam memicu diskusi mengenai menstrual hygiene diantara para remaja yang terlibat di
dalamnya. Jeanne L. Long dkk [6] menggunakan struktur dan material permainan berupa dadu enam
sisi, patung-patung binatang, dan papan poster yang memiliki jalur dan jembatan yang
menghubungkan ruang-ruang di sepanjang jalan yang di dalamnya memuat pertanyaan-pertanyaan
dalam bentuk FGD seputar menstual hygiene. Di sisi lain penelitian yang dilakukan Minal Jain dan
Pradeep Yammiyavar [7] memiliki konsep permainan digital yang disebut 'Help Pinky' yang dirancang
untuk menjembatani kesenjangan informasi dan mengurangi paradigma tabu tentang hal yang
berkaitan dengan menstruasi dan pubertas pada.
Penelitian yang dilakukan Jyotsna Bhudhagaonkar dan Mahadeo Shinde [3] menguji
keefektifan pengunaan metode pendidikan terstruktur untuk menilai pengetahuan tentang praktik
menstrual hygiene di kalangan remaja perempuan. Dalam post test ada peningkatan signifikan yang
terlihat terkait pengetahuan para remaja. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat respon positif
terhadap pembelajaran terstruktur ternyata sangat bermanfaat bagi mereka. Sampel menyatakan bahwa
mereka mendapakan lebih banyak konten tentang berbagai aspek seksualitas manusia dan pendidikan
seksual. Sekarang pendidikan seksual telah lebih ditekankan bahkan dalam pendidikan umum, dengan
harapan lebih banyak informasi dengan gambar dan pendidikan yang terstruktur agar mudah dipahami
dan terarah.
Penelitian yang dilakukan oleh Syed Emdadul Haque dkk. [4] merupakan studi pertama yang
mengevaluasi program pendidikan menstruasi di kalangan anak sekolah di Bangladesh. Studi ini
mengevaluasi pengetahuan menstruasi, kepercayaan dan praktik, serta gangguan menstruasi yang
dialami oleh siswa di kelas 6-8. Setelah pendidikan kesehatan tentang mensruasi dilakukan, terdapat
peningkatan yang signifikan (p <0,001) dalam aspek pengetahuan dan keyakinan yaitu dari 51%
menjadi 82,4%. Peningkatan signifikan juga diamati dalam praktik menstruasi yang baik secara
keseluruhan yaitu dari 28,8% menjadi 88,9%; termasuk peningkatan dalam menggunakan pembalut
selama menstruasi meningkat sebanyak 22,4%; frekuensi mengganti pembalut / kain per hari
meningkat 68,8%, mengeringkan kain penyerap yang digunakan meningkat 77,6%; metode
pembuangan kain penyerap yang digunakan meningkat 25,5%; dan pembersihan alat kelamin
meningkat 19,2%. Selama masa tindak lanjut, para peserta melaporkan perbaikan signifikan dalam
keteraturan siklus menstruasi mereka dari 94,5% menjadi 99,5%; dan lebih sedikit komplikasi selama
menstruasi yaitu menurun dari 78,6% menjadi 59,6%. Secara keseluruhan program ini menghasilkan
perubahan signifikan dalam pengetahuan, kepercayaan dan praktik kebersihan menstruasi, komplikasi
dari kurangnya kebersihan, dan perilaku remaja yang sedang menstruasi. Hasil ini menunjukkan
kelayakan program pendidikan kesehatan untuk diterapkan kepada semua remaja putri, agar tercipta
kebersihan menstruasi baik di sekolah maupun di tempat tinggalnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Suwarno dkk. [1] menggunakan media leaflet dan flipchart
dalam memberikan pendidikan kesehatan di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan skor pengetahuan kelompok leaflet sebesar 7,86 sedangkan kelompok flipchart
meningkat sebesar 4,57. Selain itu, peningkatan juga terjadi di aspek sikap yaitu untuk kelompok
leaflet meningkat 7,00 dan kelompok flipchart meningkat 3,85. Secara statistik, leaflet (p=0,000) dan
flipchart (p=0,022) efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang pendidikan kesehatan.
Penelitian yang dilaukan oleh Marni Sommer dkk. [8] menganalisis bagaimana sektor
pendidikan menangani manajemen menstruasi. Peneliti memilih dokumen kebijakan pendidikan di 21
negara. Temuan menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan nasional yang ada tidak cukup
menyediakan fasilitas sanitasi atau peningkatan fasilitas terkait menstruasi lainnya yang diperlukan di
sekolah. Hanya 2 dari 38 total kebijakan, rencana, dan strategi yang termasuk dalam
sampel membahas menstrual hygiene management secara eksplisit, yang masih dibutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk lebih diterapkan dalam dunia pendidikan yang menciptakan lingkungan belajar
dengan memperhatikan kesetaraan gender. Baru-baru ini dikembangkan kebijakan WASH in Schools
(WinS) yang menyajikan contoh-contoh pendekatan potensial bagi stake holder di dalam dunia
pendidikan terkait kebutuhan menstruasi anak perempuan di sekolah seperti
menyediakan sejumlah toilet terpisah yang cukup dengan kunci, tempat sampah untuk kain
penyerap/pembalut, dan air untuk mencuci darah dari tangan dan pakaian yang bernoda melalui respon
kebijakan dan program yang didukung dengan anggaran yang cukup dan terperinci.

PEMBAHASAN
Pada bagian ini, metode dibandingkan untuk dianalisis kekuatan dan kelemahan masing-
masing metode berdasarkan efektivitas, kesederhanaan, dan ketersediaannya. Metode itu efektif ketika
memberikan perubahan yang signifikan terhadap pengetahuan dan sikap remaja saat menstruasi.
Sementara itu kesederhanaan dan ketersediaan metode yang didefinisikan oleh penulis sebagai
kemudahan untuk dipraktikkan oleh pendidik dan konselor dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang ditinjau dalam ulasan ini, metode yang paling efektif
adalah
Setiap metode memiliki peluang untuk muncul ketidaksesuaian antara harapan dan realitanya,
namun analisis kebutuhan, desain strategis, pengembangan, uji coba, implementasi, dan evaluasi
dapat meningkatkan efektivitas penyediaan layanan pendidikan kesehatan dalam membantu
meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap remaja tentang menstrual hygiene [1]. Seluruh
upaya pemberian informasi dengan metode yang telah dipaparkan di bagian hasil seperti metode
permaianan, pendidikan terstruktur, program pendidikan mentruasi di sekolah, ceramah dengan
menggunakan leaflet dan flipchart memberikan peningkatan pengetahuan dan perbaikan sikap remaja
yang signifikan. Berdasarkan metode yang ada, metode yang memiliki konsep yang berbeda dengan
yang lainnya yaitu metode permainan. Berdasarkan konsep cone of experience dijelaskan bahwa kita
akan mengingat 5% dari yang kita dengar, 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar dan
baca, 30% dari yang diperagakan, 50% dari diskusi kelompok, 75% dari yang kita lakukan dan 90%
dari yang kita ajarkan [1]. Metode permainan memiliki nilai keunggulan, karena keefektifannya dapat
dilihat dari bagaimana antusias remaja pada zaman sekarang terhadap suatu pengetahuan yang
dikemas dalam bentuk permainan yang inovatif terutama permainan-permainan yang berbentuk
aplikasi dengan dukungan perkembangan teknologi. Metode permainan ini pula dapat memicu
munculnya diskusi interaktif atas pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk FGD yang tersedia di dalam
permaianan, sehingga dapat mengubah stigma negatif mengenai menstruasi yang sudah lama menjadi
momok dalam masyarakat [6].
Berdasarkan kesederhanaan metode, metode yang paling sederhana adalah metode pemberian
informasi dengan ceramah menggunakan leaflet dan flipchart. Efektifitas kedua media tersebut tidak
hanya didukung oleh visual symbol (penglihatan), tetapi juga didukung oleh penjelasan pemateri atau
audio symbol (pendengaran) [1]. Selain itu metode ini tidak mengeluarkan biaya terlalu mahal seperti
biaya untuk membuat aplikasi permainan, dan tidak membutuhkan proses birokrasi yang rumit, karena
tidak terikat dengan suatu instansi baik pemerintah maupun pendidikan. Kekurangan metode ini yaitu
menjadi kurang efektif jika sasaran berjumlah lebih dari 30 orang, ditinjau dari aspek jarak dan sudut
pandang [1].
Berdasarkan ketersediaan alat yang dibutuhkan untuk memberikan informasi seputar
menstrual hygiene, metode yang alatnya mudah didapatkan yaitu metode dengan ceramah
menggunakan leaflet dan flipchart. Hampir di setiap puskesmas atau instansi kesehatan terdapat
leaflet maupun flipchart. Selain itu leaflet dan flipchart juga bisa dibuat sendiri dengan mencari bahan
dari search engine.
Hal penting lain yang dapat mendukung upaya untuk mencapai keberhasilan menstrual
hygiene management adalah kebutuhan kebijakan kesehatan yang dibentuk sebagai protokol atau
pedoman komprehensif . Pada kenyataannya di Indonesia tidak ada protokol standar untuk mengatur
pemberian informasi dan penjaminan kesehatan dan kebersihan masa menstruasi di sekolah. Hal-hal
terkait menstruasi yang terdapat di Indonesia yaitu jaminan hak reproduksi yang termuat dalam UU
Nombor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yaitu memberikan hak istimewa (privilage) pada
wanita untuk dapat mengambil cuti saat menstruasi di hari pertama dan kedua tepatnya pada pasal 81
ayat 1, namun undang-undang ini hanya ditujukan untuk tenaga kerja wanita, bukan untuk wanita
secara universal yang dapat mencakup remaja juga [9].

KESIMPULAN
Menstruasi merupakan proses yang penting dalam tahapan masa remaja, maka dari itu perlu
adanya pendampingan dan pemberian informasi yang tepat mengenai menstrual hygiene. Metode
yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan remaja mengenai menstruasi sangat dibutuhkan
untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan reproduksi remaja yang selama ini dianggap
tabu dan tidak jarang menjadi momok yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. menentukan
kehilangan darah yang sederhana dan tanpa biaya sangat dibutuhkan. Metode permainan merupakan
metode yang menarik bagi usia remaja dan dapat memacu adanya diskusi interaktif yang dengan
seperti itu dapat lebih efektif meningkatkan pengetahuan remaja secara menyeluruh tanpa ada
hambatan jarak dan sudut pandang. Memodifikasi permainan dengan menjadikan permainan
tersebut sebagai metode dalam memberikan pendidikan kesehatan secara terstruktur di sekolah
dapat dijadikan sebagai bagian terintegrasi dari metode ini yang harapannya akan memberikan
peningkatan pengetahuan dan perbaikan sikap remaja yang lebih efektif dan signifikan. Bagian
terintegrasi ini pula akan menjadi jauh lebih baik jika didukung dengan adanya kebijakan legal yang
disepakati oleh para pembuat kebijakan.

KONFLIK KEPENTINGAN
Tidak ada konflik kepentingan.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Z. Shaluhiyah and P. N. Prabamurti, “Media Efektif untuk Pendidikan Kesehatan Organ Genital
bagi Siswi Sekolah Menengah Pertama” vol. 8, no. November, pp. 192–199, 2017.
[2] U. Nations and F. Unicef, Adolescence An Age of Opportunity. 2011.
[3] J. Bhudhagaonkar and M. Shinde, “Impact of Structured Education Regarding Menstrual
Hygiene Practices among Adolescent Girls,” Int. J. Sci. Res., vol. 3, no. 5, pp. 244–252, 2014.
[4] S. E. Haque, M. Rahman, K. Itsuko, M. Mutahara, and K. Sakisaka, “The effect of a school-
based educational intervention on menstrual health: An intervention study among adolescent
girls in Bangladesh,” BMJ Open, vol. 4, no. 7, pp. 1–9, 2014.
[5] H. A. Susanti, “Strategi Komunikasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN),” J. ASPIKOM, vol. 2, no. 4, p. 243, 2017.
[6] M. Freeman, J. Long, B. Caruso, K. Vancraeynest, M. Mamani, and G. Camacho, “Developing
games as a qualitative method for researching menstrual hygiene management in rural
Bolivia,” Waterlines, vol. 34, no. 1, pp. 68–78, 2015.
[7] M. Jain and P. Yammiyavar, “Game based learning tool seeking peer support for empowering
adolescent girls in rural Assam,” pp. 275–278, 2015.
[8] C. Kwauk, M. Jones, M. Sommer, N. Fyles, and C. Figueroa, “Attention to menstrual hygiene
management in schools: An analysis of education policy documents in low- and middle-income
countries,” Int. J. Educ. Dev., vol. 57, no. April, pp. 73–82, 2017.
[9] S. Miladiyanto and Ariyanti, “Jurnal Panorama Hukum Jurnal Panorama Hukum,”
Perlindungan Huk. terhadap Hak - Hak Reproduksi Pekerja Wanita. (Perspektif Undang -
Undang Ketenagakerjaan di Indonesia. dan Malaysia), vol. 1, no. 2, pp. 69–82, 2016.

Anda mungkin juga menyukai