Anda di halaman 1dari 4

Isu utama:

POLICY BRIEF TAHUN 2013  Tanggung jawab keterpenuhan hak kespro


remaja perlu dipikul bersama. Persentase
PUSLITBANG KEPENDUDUKAN BKKBN remaja yang mengetahui mengenai ke-
beradaan PIK Remaja masih rendah (10%)
INKLUSI SALURAN INFORMASI dan hal ini perlu menjadi perhatian men-
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA genai alternatif sistem saluran penyebar-
luasan informasi KRR yang menjangkau
seluruh remaja
Ringkasan Eksekutif
Remaja menjadi korban ketidakpahaman mereka akan resiko berhubungan seksual di usia muda, salah satunya
adalah kehamilan yang tidak diinginkan yang dapat membawa mereka ke pernikahan dini. Berbagai studi dan lapo-
ran menyebutkan bahwa permasalahan remaja sangat mengkhawatirkan seperti mereka pernah melakukan hubun-
gan seksual, kasus HIV dan AIDS, serta narkoba. Ironisnya, sebagian kelompok remaja, utamanya remaja putus
sekolah dan mereka yang berkebutuhan khusus, miskin dan tinggal di daerah tertinggal, terpencil serta perbatasan
(galcitas) juga dianggap sebagai kelompok rentan yang tereksklusi atau terpinggirkan dari program-program
pemerintah, khususnya terkait dengan penyediaan sarana kesehatan reproduksi. ini

Di sisi lain, remaja perlu dipersiapkan menjadi generasi yang produktif yaitu remaja yang menyelesaikan pendidikan,
berkarir dalam pekerjaan, merencanakan berkeluarga,berpartisipasi dalam masyarakat,serta mempraktekkan hidup
sehat. Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang telah telah dikemas ulang menjadi program Generasi
Berencana (GenRe). Saluran utama program GenRe ini menggunakan pendekatan ke remaja melalui PIK-Remaja
dengan fokus utama meningkatkan pengetahuan sikap perilaku (PSP) remaja tentang KRR. Keefektifan program
PIK Remaja ini menjadi dipertanyakan karena rendahnya pengetahuan remaja baik pria maupun wanita mengenai
keberadaan PIK Remaja sebagai saluran utama informasi KRR dan perlu dipikirkan mengenai saluran informasi
kespro yang menjangkau remaja yang tereksklusikan dari PIK Remaja dan saluran KRR lainnya ini.

Tujuan umum analisis ini adalah mempelajari inklusi saluran informasi KRR sebagai realisasi pemenuhan hak KRR.
Sumber data utama studi ini menggunakan Survei Demografi dan Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2012. Policy
brief ini berfokus pada bahwa sudah saatnya para pemangku kebijakan bersama masyarakat merealisasikan sistem
saluran informasi kesehatan reproduksi yang inklusif , menarik dan ramah bagi remaja. Disimpulkan bahwa peran
lembaga adat dan agama sangat strategis sebagai alat kontrol sosial dalam penyebarluasan informasi KRR. Selain
itu peningkatan peran serta lembaga swadaya masyarakat dan juga perlunya peningkatan koordinasi antar sektor
dalam pelaksanaan penyebarluasan informasi KRR ini sangat penting dan harus ditangani segera.

Gambar 1. Saluran Informasi KRR


Pendahuluan

Laporan Pengendalian Lapangan hasil


pelaksanaan sub sistem pencatatan dan
pelaporan BKKBN pada bulan November
2013 menyebutkan bahwa terdapat 15.232
kelompok PIK Remaja yang telah melapor,
jumlah ini menggambarkan 85,29% dari data
keseluruhan yang terdaftar di Direktorat Bina
Ketahanan Remaja (BKKBN, 2013). Semen-
jak tahun 2001, program Penyiapan Ke-
hidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR)
telah dicanangkan BKKBN dan telah dikemas
ulang menjadi program Generasi Berencana
(GenRe). Saluran utama program GenRe ini
menggunakan pendekatan ke remaja melalui
PIK-Remaja dengan fokus utama meningkat-
kan pengetahuan sikap perilaku (PSP) remaja
tentang KRR.
Sumber : SDKI Kespro Remaja 2012
Keberadaan PIK Remaja/Mahasiswa (PIK R/
M) sebagai salah satu saluran informasi KRR 11 persen responden remaja wanita dan 10 persen remaja pria
saat ini menjadi salah satu sorotan karena yang mengetahui keberadaan PIK Remaja ini .(SDKI 2012). Ber-
besarnya dana yang digulirkan melalui bagai studi dan laporan menyebutkan bahwa permasalahan re-
program GenRe namun keefektifannya untuk maja sangat mengkhawatirkan seperti mereka pernah melakukan
menjadi pusat KRR masih dipertanyakan, hubungan seksual, kasus HIV dan AIDS, serta narkoba (Qodarina,
karena gambar 1 menunjukkan bahwa hanya 2013).
organisasi Kepemudaan. Terlepas dari kontroversi
Metode Kajian kevalidan data tersebut, dari proporsi jumlah remaja
Indonesia sebesar maka ketersediaan berbagai pihak
Kajian ini dilakukan dengan melakukan analisis mempertanyakan keefektifan pelaksanaan program
lanjut berupa desk study pada data sekunder SDKI KRR ini yang kurang luas pelayanan KRRnya, baik
Kespro Remaja tahun 2012. dan analisis data literatur. dalam hal daerah jangkauan, sasaran maupun materi
Metodologi yang dipergunakan adalah metode pelayanan.
grounded theory (membangun kesimpulan secara Gambar 2 menunjukkan bahwa fokus kegiatan
induktif berdasarkan data yang diperoleh untuk PIK R/M sebagian besar persentasenya pada lembaga
menjelaskan suatu fenomena sosial). pendidikan formal (sekolah dan perguruan tinggi) dan
sekitar 40 persen yang bergerak di masyarakat
Model kajian yang dipergunakan adalah
(BKKBN, 2012).
modifikasi dari precede-proceed, eksklusi dan modal
Perlunya telaah lanjutan mengenai tingkat
sosial serta menggunakan sistem model social
keefektifitasan PIK pada masing-masing basis karena
franchising yang merupakan langkah lanjut dari
jumlah PIK yang lebih tinggi pada jalur sekolah tidak
penerapan program inklusi KRR yang telah berhasil
berarti tingginya efektifitas PIK pada jalur ini. Hal ini
diterapkan Nikaragua dan Filipina (Smith, 2002).
dikarenakan tidak tersedianya data yang
Modifikasi ini digunakan di dalam kesehatan
menggambarkan secara spesifik jumlah remaja yang
masyarakat dan ilmu sosial dengan berfokus kepada
ada ada jalur sekolah. Terlebih lagi, permasalahan
promosi dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja.
keberlanjutan/kaderisasi pengelola PIK, tingginya
Precede and Procede menyediakan kerangka pergantian atau drop-out PS dan KS di PIK Remaja
untuk proses pemikiran, perencanaan, implementasi, jalur Sekolah menjadi tantangan tersendiri (BKKBN,
dan evaluasi intervensi masyarakat (Matlo, 2010). 2010).
Sedangkan eksklusi dan modal sosial dipergunakan Hasil penelitian BKKBN tahun 2010 menunjukkan
karena adanya kesamaan di dalam hasil yang bahwa remaja yang mengikuti kegiatan kelompok KRR
diharapkan yaitu penyertaan individu sebagai bentuk baik melalui PIK R/M, Pusat Informasi Kesehatan
masyarakat kolektif untuk tujuan bersama (Daly dan Reproduksi Remaja (PIKER,) Youth Center dan lainnya
Silver dalam Syahra, 2010). memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi dengan
kategori baik yaitu 49 persen. Ada hubungan yang
Menjangkau Seluruh Remaja Indonesiakah bermakna (p<0,05) antara remaja yang pernah
mengikuti kegiatan kelompok KRR dengan
kegiatan PIK R/M? pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Remaja
yang pernah mengikuti kegiatan PIK-Remaja
Keterpenuhan hak kespro dan seksualitas mempunyai peluang memiliki pengetahuan KRR 4,4
remaja telah disepakati pada pertemuan International kali dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti
Cairo on Population Development tahun 1994. kegiatan PIK-Remaja (Rahmadewi, 2010).
Pemerintah berusaha memenuhi hak remaja tersebut Besarnya manfaat keikutsertaan remaja pada
dengan program terkait remaja oleh Kementerian kegiatan kelompok KRR dengan adanya Pendidik
Kesehatan, Kementerian Agama,Kementerian Sebaya (PS) dan Konselor Sebaya (KS) ini juga akan
Pendidikan Nasional, Kementerian Pemberdayaan dapat mengakomodir bahwa secara psikologis remaja
Perempuan dan Perlinduangan Anak, Kementerian akan lebih nyaman untuk berbagi permasalahan terkait
Agama dan BKKBN. BKKBN merespon dengan KRR dengan teman sebayanya. Hasil SDKI 2012
pembentukan PIK R/M dan BKR. menunjukkan bahwa 25 persen remaja pria dan 22
Data dari Direktorat Bina Ketahanan Remaja persen remaja perempuan mencari informasi KRR
(DITHANREM) BKKBN sampai dengan Desember kepada teman (BKKBN, 2012).
2013, pencapaian kelompok PIK R/M sebanyak
16.711 yang tersebar melalui jalur Perguruan Tinggi, Keberadaan PS dan KS ini dapat sebagai
Sekolah Umum/Agama, Organisasi Keagamaan, dan langkah antisipatif sebagaimana disebutkan dalam teori
precede sebagai faktor penguat terdiri dari faktor-
faktor berulang yang mempengaruhi perilaku seperti
Gambar 2. Persentase PIK Per basis Tahun 2012 dukungan lingkungan, pengaruh teman sebaya, dan
pengaruh keluarga bahwa harus ada langkah
antisipatif sesuai dengan kultur masyarakat dan
41,11 karakteristik remaja tersebut. Tantangan KRR saat
ini adalah keterbatasan layanan pemerintah dan
adanya tentangan dari lembaga adat dan agama
58,89 yang menganggap bahwa KRR adalah pendidikan
seksual yang harus diwaspadai karena dikha-
watirkan dapat menjerumuskan remaja ke perilaku
seksual beresiko. Pentingnya langkah
Sekolah/PT Masyarakat prevensi ini karena remaja berkemungkinan dua
kali lebih besar untuk mengikuti perilaku
Sumber : Data DITHANREM BKKBN, 2012 berpacaran remaja sebayanya (Qodarina, 2013).
Gambar 3. Sumber Kespro Yang Disukai Remaja
Apabila jangkauan program PIK R/M yang saat ini
masih lebih banyak berfokus pada sekolah formal,
maka hal ini akan sulit menjangkau sekelompok
remaja yang tereksklusi dari program GenRe basis
sekolah, utamanya remaja putus sekolah dan yang
berkebutuhan khusus, miskin dan tinggal di daerah
tertinggal, terpencil serta perbatasan (galciltas).
Mereka dianggap sebagai kelompok rentan yang
terpinggirkan dari program-program pemerintah,
khususnya terkait dengan penyediaan sarana
kesehatan reproduksi ini (GTZ, 2010). Kelompok
remaja putus sekolah ini membutuhkan adanya
kegiatan peningkatan ketrampilan hidup karena
adanya kebutuhan untuk dapat mandiri secara
finansial dan tetap terpenuhi kebutuhan kespronya
Sumber : SDKI Kespro Remaja 2012 dengan sehat (UNFPA, 2005).

Sumber : SDKI Kespro Remaja 2012 Di sisi lain, remaja tanpa terkecuali berhak dan
berkewajiban menjadi generasi yang produktif yaitu
Remaja menjadi korban ketidakpahaman mereka akan
remaja yang menyelesaikan pendidikan, berkarir
resiko berhubungan seksual di usia muda, salah satunya
dalam pekerjaan, merencanakan
adalah kehamilan yang tidak diinginkan yang dapat
berkeluarga,berpartisipasi dalam masyarakat,serta
membawa mereka ke pernikahan dini. Hal-hal yang men-
mempraktekkan hidup sehat. Upaya pemerintah
dorong remaja melakukan perilaku seksual pranikah yaitu
dalam mewujudkan tujuan ICPD tahun 1994, yaitu
keterbatasan akses informasi, ketidaklayakan akses
mempersiapkan sumberdaya manusia berkualitas me-
terhadap pelayanan kesehatan reproduksi remaja, alasan
lalui keterpenuhan hak-hak reproduksi dan seksualitas
ekonomi, serta adanya pengaruh teman (Gubhaju, 2002).
remaja masih dipandang belum terpenuhi (Ahdiat,
Gambar 3 menunjukkan kecenderungan terbesar
dkk, 2012). Kondisi ini maka perlu ditanggulangi
remaja untuk mencari informasi KRR kepada petugas
dengan akan alternatif sistem kegiatan lain yang dapat
kesehatan (44 persen remaja pria dan 39 persen remaja
menjadi jembatan pemenuhan hak ini. Pelaksanaan
wanita). Adanya variasi pada remaja pria dan wanita
berbagai program KRR oleh pemerintah melalui berba-
pada pilihan sumber informasi KRR lainnya yaitu guru
gai kementerian yang lebih mengutamakan penyera-
dan ibu. Hal yang perlu disosialisasikan yaitu terutama
pan anggaran dan capaian program tanpa mengin-
untuk resiko hamil ketika berhubungan seksual pertama
dahkan penerimaan masyarakat (social acceptance)
kali dan infeksi menular seksual (IMS) karena masih
ternyata tidak membuahkan hasil yang diharapkan
rendahnya pengetahuan remaja mengenai hal ini
(Syahran, 2010).
(BKKBN, 2012). Penting bagi orang tua untuk tidak
menganggap tabu membahas bersama remaja mengenai Pendekatan eksklusi sosial yang lebih mene-
permasalahan kespro remaja. kankan upaya mengatasi ketidaksetaraan pemenuhan
hak KRR dengan adanya dukungan modal sosial dari
Social Franchising sebagai Sistem Saluran masyarakat akan lebih dapat diterima karena disesuai-
kan dengan kondisi sosial dan kultural masyarakat
Informasi Kespro Remaja setempat. Gambar 4 menggambarkan Social Fran-
chising System yang merupakan sistem kemitraan dan
inklusi program yang mendasarkan pada pembagian
Gambar 4. Model Social Franchising tugas yang jelas pada pelaksanaan suatu program
tanpa mengharapkan adanya keuntungan secara fi-
nansiil dan tujuan utama yang dihasilkan adalah pen-
ingkatan kepuasan masyarakat terhadap capaian pro-
gram tersebut dan kualitas kesehatan yang makin
membaik (Swiss, 2002).

Adanya peluang untuk dapat memaksimalkan


peran serta masyarakat melalui LSM nasional dan
internasional serta komunitas remaja yang ada di
daerah masing-masing sebagai faktor pemungkin yaitu
faktor yang berkaitan dengan lingkungan dan perilaku
yang dapat mendorong kebijakan untuk diwujudkan
seperti program pelayanan, atau pengembangan
keahlian baru (Matlo, 2010). Konsep pemberdayaan
masyarakat ini sebagai perwujudan modal sosial yang
oleh Putnam mengutamakan prinsip kepercayaan
(trust) antara remaja sebagai konsumen program KRR
ini dengan pemerintah dan masyarakat sebagai
penyedia layanan dan franchisor (Swiss, 2002).
Kesimpulan Referensi
Kegiatan PIK-Remaja saat ini masih kurang Ahdiat, dkk. 2012. Say Hello to Our Body : Seksuali-
diketahui dan dimanfaatkan sebagai sumber KRR oleh tas Anak Muda. Jurnal Perempuan Edisi Per-
remaja dan terdapat potensi untuk dapat memberdaya- tama 2012. Yayasan Jurnal Perempuan : Ja-
kan saluran KRR lainnya melalui tenaga kesehatan, karta;
keluarga dan masyarakat.
Sebagai upaya peningkatan capaian kebijakan Gubhaju, Bhakta B. 2002. Asia Pacific Population Journal:
dan strategi nasional kesehatan reproduksi maka Adolescent Reproductive Health in Asia. (http://
peran lembaga adat dan agama sangat strategis w w w . u n . o r g / e s a / s o c d e v / u n yi n / w o r k s h o p s /
sebagai alat kontrol sosial dalam penyebarluasan bhakta.pdf) Diakses pada 12 Januari 2014 Pukul
informasi KRR. Selain itu peningkatan peran serta 01.48
lembaga swadaya masyarakat dan juga perlunya
peningkatan koordinasi antar sektor dalam GTZ Siskes. 2010. Measuring the Fulfilment of Human
pelaksanaan penyebarluasan informasi KRR ini sangat Rights in Maternal and Neonatal Health Using
penting dan harus ditangani segera. WHO Tools .Study Case of West and East Nusa
Tenggara Indonesia. Kementerian
Kesehatan:Jakarta;

Implementasi dan Rekomendasi Kebijakan


Rahmadewi. 2010. Hubungan Kesertaan Remaja dalam
PIK-KPP dan Konseling Kesehatan Reproduksi
Implementasi kebijakan yang direkomendasikan yaitu: Remaja dengan Pengetahuan Remaja tentang
1. Perlunya kesadaran bersama yang diperkuat den- Reproduksi. Warta Ilmiah Edisi V dan VI Nopem-
gan komitmen antara pemerintah, masyarakat dan ber 2010. BKKBN : Jakarta;
LSM baik nasional maupun internasional dalam Setyawati, L. 2010. Keberagaman dan Eksklusi Sosial :
penerapan model social franchising guna me- Simbol Identitas Dalam Ruang Publik. Jurnal
mepercepat kebijakan dan strategi nasional kese- Masyarakat dan Budaya Edisi Khusus Tahun
hatan reproduksi Indonesia yang telah dicanang- 2010. LIPI: Jakarta;
kan semenjak tahun 2005.
Smith, E. 2002. Social Franchising Reproductive Health
2. Peningkatan cakupan dan kualitas kegiatan KRR Services. Can It Work? A Review Of The Expero-
melalui dukungan pemerintah pada sosialisasi, per- ence. Working Paper No. 5 February 2002. Marie
anan dan dukungan masyarakat serta LSM dengan Stopes International: London;
mempertimbangkan karakteristik dan kondisi sa-
saran untuk kegiatan PIK-Remaja berbasis Syahra, R. 2010. Eksklusi Sosial : Perspektif Baru untuk
masyarakat yang difokuskan pada kegiatan pende- Memahami Deprivasi dan Kemiskinan. Jurnal
wasaan usia perkawinan dan ketrampilan hidup. Masyarakat dan Budaya Edisi Khusus Tahun
2010. LIPI: Jakarta.
3. Adanya kebijakan yang mengatur pertemuan ber-
kala antara orang tua yang mengikuti BKR atau UNFPA. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Kese-
kegiatan kemasyarakatan lainnya (contoh : perte- hatan Reproduksi . UNFPA: Jakarta;
muan RT/RW, PKK, model banjar di Bali) dengan
Qodarina, UK. 2013. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap
para anggota PIK R/M supaya terjalin komunikasi Perilaku Seksual Remaja di Indonesia Tahun
untuk dapat meningkatkan kepercayaan orang tua 2012: Analisis Lanjut SDKI 2012. Skripsi S1 FKM
kepada remaja. Universitas Indonesia : Jakarta
4. Kebijakan pelaksanaan advokasi tentang
Kesehatan Reproduksi Remaja dan hak-hak
reproduksi ke sebanyak mungkin DPRD dan
para pejabat kabupaten/kota oleh Komisi
Kesehatan Reproduksi.
5. Kesehatan Reproduksi dan hak-hak
reproduksi remaja sebagai prioritas peraturan
daerah yang ada atau pengembangan
peraturan daerah baru yang dapat menunjang
dan menggerakkan program Kesehatan
Reproduksi dan hak-hak reproduksi di
daerahnya. Policy Brief ini ditulis oleh Anindita Dyah Sekarpuri, MSR
6. Pengalokasian anggaran untuk program dengan pendanaan Puslitbang Kependudukan BKKBN
Kesehatan Reproduksi dan hak-hak Tahun 2013 sebagai bagian dari Anallisis Lanjut Hasil
reproduksi yang mencakup sektor-sektor SDKI Kespro Remaja Tahun 2012. Isi sepenuhnya
terkait.
7. Kebijakan menggerakkan masyarakat merupakan tanggung jawab penulis. Untuk informasi lebih
melalui komunitas remaja dan lanjut dapat berkomunikasi melalui anindita@bkkbn.go.id
h o b i / m i n a t t e r t e n t u untuk dapat lebih
berpartisipasi dalam Kesehatan Reproduksi
dan hak-hak reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai