Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN JENIS METODE

KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) PADA WANITA MENIKAH USIA


SUBUR DI PROVINSI JAWA TIMUR

Luki Triyanto1, Diah Indriani2


1,2
Departemen Biostatistika dan Kependudukan
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Alamat Korespondensi: Luki Triyanto
Email: luki.triyanto@gmail.com

ABSTRACT
Long-Acting and Permanent Method (LAPM) is a very effective method of contraception, but women of
childbearing age majority use short-term contraceptive methods. The purpose of this study was to apply
multinomial logistic regression analysis in predicting factors affecting Fertile Women in the use of LAPM in
East Java Province in 2012. This research use secondary data that was result of Indonesia Demographic Health
Surveys (IDHS) year 2012 using the number of 171 respondents. The results of this study indicated the variables
that affected the use of LAPM of WUS age (p = 0.008), education level (p = 0,004), occupation (p = 0,029),
source of family planning services (p = 0,000), residence area (p = 0.016). The conclusion of this study was age,
educational level, occupation, source of FP services, and residential areas affecting the use of long-term
contraceptive methods in women of childbearing age. Therefore the government through the National Family
Planning Coordinating Board (BKKBN), still pay attention to the family planning program and ensure every
community to implement family planning programs and educate and promote family planning programs to
resolve the problems of the population.

Keywords: multinomial logistic regression, LAPM, women of childbearing age.

ABSTRAK
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah metode kontrasepsi yang sangat efektif, tetapi wanita
mayoritas usia subur menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menerapkan analisis regresi logistik multinomial dalam memprediksi faktor-faktor yang mempengaruhi Wanita
Usia Subur dalam penggunaan MKJP di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012. Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang merupakan hasil SDKI tahun 2012 dengan jumlah 171 responden. Hasil penelitian ini
menunjukkan variabel yang mempengaruhi penggunaan MKJP usia WUS (p = 0,008), tingkat pendidikan (p =
0,004), pekerjaan (p = 0,029), sumber layanan keluarga berencana (p = 0,000), daerah tempat tinggal (p =
0,016). Kesimpulan dari penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber layanan KB, dan
daerah pemukiman mempengaruhi penggunaan MKJP pada WUS. Karena itu pemerintah melalui Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tetap memperhatikan program keluarga berencana
dan memastikan setiap masyarakat untuk menerapkan program keluarga berencana, serta mendidik dan
mempromosikan program keluarga berencana untuk menyelesaikan permasalahan penduduk.

Kata kunci: regresi logistik multinomial, MKJP, wanita usia subur.

PENDAHULUAN Regresi logistik multinomial adalah sebuah


analisis regresi logistik yang menggunakan
Analisis regresi logistik merupakan variabel dependen yang bersifat
salah satu pendekatan model matematis polikotomus atau multinomial (lebih dari
yang digunakan untuk menganalisis dua kategori berskala nominal) (Hosmer
hubungan antara variabel dependen yaitu dan Lemeshow, 2000). Analisis regresi
kategori yang bersifat dikotom atau logistik multinomial digunakan untuk
polikotomus dengan variabel independen pemodelan faktor risiko yang bertujuan
berupa skala pengukuran nominal, ordinal, untuk memprediksi pengaruh antara suatu
interval, maupun rasio (Kuntoro, 2007). determinan dengan masalah kesehatan

©2018 IJPH. License doi: 10.20473/ijph.vl13il.2018.244-255


Received 30 April 2018, received in revised form 26 May 2018 , Accepted 28 May 2018 , Published online:
December 2018
Luki Triyanto dan Diah Indriani, Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan... 245

sehingga dapat memprediksi faktor yang penggunaan kondom masih sangat rendah
mempengaruhi penggunaan Metode yaitu sebesar 3% (SDKI, 2013). Suntikan
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). KB dan pil merupakan metode KB
MKJP merupakan usaha hormonal yang termasuk metode
pemerintah dalam menekan pertambahan kontrasepsi jangka pendek, yang rentan
penduduk. Permasalahan pertumbuhan terhadap kegagalan dan tingkat drop out
penduduk yang mengalami peningkatan, yang cukup tinggi mencapai 23-39%,
membutuhkan adanya suatu usaha dari sementara metode kontrasepsi jangka
masyarakat dan pemerintah. Dalam rangka panjang hanya sekitar 0,5-10% (Bapennas,
menekan laju pertumbuhan penduduk 2012).
pemerintah melaksanakan berbagai Berdasarkan hasil sensus penduduk
program pembangunan, salah satunya tahun 2010, jumlah penduduk di Jawa
Keluarga Berencana (KB) bagi Pasangan Timur menjadi salah satu yang terbanyak,
Usia Subur (PUS) (BPS, 2013). Keluarga yaitu sebesar 37,476 juta orang dan
Berencana merupakan usaha untuk mengalami peningkatan hingga tahun 2016
menjarangkan atau merencanakan jumlah sebesar 39,075 juta orang (BPS, 2017).
anak dan jarak kehamilan dengan cara Cakupan jumlah PUS di Jawa Timur yang
memakai kontrasepsi dan menciptakan menjadi akseptor KB dalam 3 (tiga) tahun
kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi terakhir berfluktuasi sebesar 72,77% pada
seluruh masyarakat melalui usaha tahun 2014, 84,44% pada tahun 2015, dan
perencanaan dan pengendalian penduduk mengalami penurunan menjadi 68,79%
(Saifuddin, 2006). pada tahun 2016 (Dinkes, 2017).
Berdasarkan hasil Survei Berdasarkan hasil evaluasi BKKBN Jawa
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Timur sampai dengan bulan Februari tahun
tahun 2012 peserta KB aktif Contraceptive 2017 cakupan peserta KB aktif
Prevalence Rate (CPR) pasangan usia berdasarkan kontrasepsi yang digunakan
subur mencapai 61,9% (BPS, 2013). Pada sebesar 74,39%. Alat kontrasepsi yang
hasil Survei Penduduk Antar Sensus paling banyak diminati oleh peserta KB
(SUPAS) tahun 2015 terdapat penurunan aktif adalah jenis non MKJP yang terdiri
dibandingkan hasil SDKI 2012. Angka dari suntik, pil, dan kondom, sedangkan
prevalensi pemakaian kontrasepsi semua untuk MKJP masih cukup rendah yang
metode hasil SUPAS 2015 sebesar 57,9% terdiri dari IUD, MOP, MOW dan implan.
dan kontrasepsi modern 57,1%. Dari Penelitian yang dilakukan Magetin
sekian banyak pengguna aktif dan banyak (2016), menunjukkan bahwa umur istri,
metode kontrasepsi yang ditawarkan, jumlah anak dan tingkat pendidikan
metode suntikan KB merupakan metode memiliki hubungan yang signifikan dengan
yang banyak digunakan (BKKBN, 2015). pemilihan jenis kontrasepsi yang
Berdasarkan hasil SDKI 2012 digunakan. Umur berpengaruh dengan
prevalensi KB aktif di Indonesia 58% struktur organ, fungsi organ, komposisi
wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun biokimiawi dan sistem hormonal, sehingga
menggunakan metode modern dan 4% pada periode umur tertentu dapat
menggunakan metode tradisional. Suntikan menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi
KB adalah metode kontrasepsi yang paling yang dibutuhkan. Jumlah anak yang masih
banyak digunakan, diikuti oleh pil, masing- hidup juga berkaitan dengan perencanaan
masing sebesar 32% dan 14%. Kemudian keluarga dari pasangan suami istri dan
Intra Uterine Device (IUD) sebesar 4%, tingkat kesejahteraan keluarga. Pasangan
susuk KB/implan sebesar 3,3%, secara yang memiliki anak masih sedikit memiliki
medis yaitu Medis Operatif Wanita peluang atau kecenderungan untuk
(MOW) sebesar 3,2%, sedangkan untuk menggunakan kontrasepsi dengan
pria yaitu Medis Operatif Pria (MOP) dan efektifitas rendah, sedangkan pasangan
246 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 244-255

dengan jumlah anak hidup banyak Teknik sampling pada penelitian ini
cenderung untuk menggunakan kontrasepsi adalah multi stage sampling. Besar sampel
dengan efektifitas tinggi. Tingkat keseluruhan berdasarkan SDKI sebanyak
pendidikan juga mempunyai pengaruh 45.607 responden. Sesuai dengan kriteria
dalam menentukan pilihan, karena dengan keinginan peneliti, maka pada
seseorang yang memiliki pendidikan tinggi penelitian ini diperoleh sampel sebesar 171
pada umumnya akan lebih luas responden. Variabel independen pada
pandangannya dan lebih mudah menerima penelitian ini umur, tingkat pendidikan,
ide maupun hal-hal inovatif. daerah tempat tinggal. Variabel dependen
Faktor lain yang mempengaruhi metode kontrasepsi jangka panjang pada
pemilihan metode kontrasepsi adalah wanita (IUD, MOW, dan implan).
fasilitas kesehatan (Stephenson dkk, 2008). Data yang diperoleh, selanjutnya
Fasilitas kesehatan sangat penting dalam diolah dan dianalisis secara komputerisasi.
keberhasilan program KB. Fasilitas Analisis Data dalam penelitian ini
kesehatan sebagai penyedia alat/cara bertujuan untuk memprediksi faktor yang
kontrasepsi, selain itu harus melakukan mempengaruhi penggunaan metode
upaya dalam peningkatan akseptor KB dan kontrasepsi jangka panjang. Analisis data
melakukan pelayanan promotif dan yang dilakukan berupa analisis deskriptif
preventif sehingga pasangan usia subur dan analisis regresi logistik. Analisis
dapat secara rasional dalam penggunaan deskriptif yang digunakan adalah distribusi
kontrasepsi yang sesuai kebutuhan. frekuensi dan tabel statistik deskriptif yang
Sedangkan untuk menggunakan digunakan untuk mendeskripsikan variabel
MKJP, faktor yang ditemukan signifikan penelitian guna memperoleh gambaran
diantaranya usia, jumlah anak hidup, karakteristik penelitian. Metode yang
tingkat pendidikan, lama pernikahan, digunakan untuk menganalisis data adalah
sumber pelayanan KB dan tujuan ber KB regresi logistik multinomial dengan
(Nasution, 2011). bantuan software statistik.
Berdasarkan penelitian Magetin
dan faktor kondisi yang ada di Provinsi HASIL
Jawa Timur, maka dilakukan penelitian
terkait faktor yang mempengaruhi Gambaran Distribusi Frekuensi
penggunaan jenis MKJP dengan analisis pengguna MKJP Pada WUS di Provinsi
uji regresi logistik multinomial karena Jawa Timur tahun 2012
pada penelitian ini dependen variabelnya
nominal lebih dari 2 (dua) kategori. Tabel 1. Distribusi Pengguna MKJP di
Provinsi Jawa Timur tahun 2012
METODE PENELITIAN MKJP Frekuensi %

Penelitian ini termasuk jenis IUD 73 42,7


penelitian non reaktif atau unobstrusive MOW 52 30,4
yaitu penelitian yang tidak memerlukan Implan 46 26,9
respon dari subyek yang diteliti dan tidak Total 171 100
ada interaksi antara peneliti dan subyek
penelitian. Data yang digunakan adalah
data sekunder SDKI 2012. Lokasi Jumlah WUS di Jawa Timur
penelitian berada di Provinsi Jawa Timur. berdasarkan data SDKI tahun 2012
Penelitian ini mengambil data SDKI tahun berjumlah 1635 orang. Jumlah WUS yang
2012 yang berada di wilayah Provinsi Jawa telah menikah dan menggunakan
Timur. Populasi dari SDKI 2012 adalah kontrasepsi sebanyak 1014 orang,
Wanita Usia Subur (WUS). sebanyak 171 responden. Berikut
Luki Triyanto dan Diah Indriani, Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan... 247

merupakan tabel penggunaan metode Tabel 3 menunjukkan bahwa


kontrasepsi jangka panjang (IUD, MOW pendidikan yang dimiliki wanita usia subur
dan Implan) di Jawa Timur. beragam dari yang tidak sekolah hingga
Tabel 1 menunjukkan persentase dengan pendidikan Sekolah Menengah
WUS yang menggunakan MKJP dengan Atas. Wanita usia subur dengan tingkat
metode IUD sebanyak 42,7%, metode pendidikan Sekolah Menengah Atas
MOW sebesar 30,4%, dan metode implan sebanyak 70% memilih menggunakan
sebesar 26,9%. Intrauterine Device (IUD).

Tabel 2. Distribusi Pengguna MKJP Pada Tabel 4. Distribusi Pengguna MKJP Pada
WUS Berdasarkan Umur di WUS Berdasarkan Daerah
Provinsi Jawa Timur tahun 2012 Tempat Tinggal di Provinsi Jawa
MKJP
Timur tahun 2012
Umur Total
IUD MOW Implan MKJP
13 0 17 30 TT Total
IUD MOW Implan
≤ 30 (43,3) (0) (56,7) (100)
37 30 24 91
Kota (40,7) (33) (26,4) (100)
60 52 29 141
> 30 (42,6) (36,9) (20,6) (100)
36 22 22 80
Total 73 52 46 171
Desa (45) (27,5) (27,5) (100)
(42,7) (30,4) (26,9) (100)
Total 73 52 46 171
Keterangan: (42,7) (30,4) (26,9) (100)
Angka (dalam kurung) dinyatakan dalam satuan persen
(%) Keterangan:
TT : Tempat Tinggal

Tabel 2 menunjukkan bahwa WUS Tabel 4 menunjukkan bahwa


dengan umur (kurang dari 30) tahun yang wanita usia subur di Provinsi Jawa Timur
menggunakan MKJP sebanyak 30 orang memiliki penyebaran yang cukup merata di
dan WUS yang menggunakan metode daerah perkotaan maupun daerah pedesaan.
MKJP yang banyak dipilih adalah metode Penggunaan metode Intrauterine Device
implan sebesar 56,7%. (IUD) paling banyak digunakan oleh
wanita usia subur yang berada di daerah
Tabel 3. Distribusi Pengguna MKJP pada pedesaan sebanyak 45%.
WUS Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Provinsi Jawa Tabel 5. Distribusi Pengguna MKJP Pada
Timur tahun 2012 WUS berdasarkan pekerjaan di
Pend. MKJP Provinsi Jawa Timur tahun 2012
Total
IUD MOW Implan
1 1 4 6 Pekerja MKJP
TS an Total
(16,7) (16,7) (66,7) (100) IUD MOW Implan
29 23 19 71 22 16 24 62
SD Tdk
(40,8) (32,4) (26,8) (100)
(35,5) (25,8) (26,4) (100)
SMP 29 25 20 74 Kerja
(39,2) (33,8) (27) (100) 51 36 22 109
SMA 14 3 3 20 Kerja (46,8) (33) (20,2) (100)
(70) (15) (15) (100)
Total 73 52 46 171 Total 73 52 46 171
(42,7) (30,4) (26,9) (100) (42,7) (30,4) (26,9) (100)
Keterangan:
TS : Tidak Sekolah
Tabel 5 menunjukkan bahwa WUS
di Provinsi Jawa Timur ada yang bekerja
248 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 244-255

dan tidak bekerja. WUS yang memiliki Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai
pekerjaan memilih menggunakan IUD Sig. (p-value) kurang dari 0,05, sehingga
sebesar 46,8%. model tersebut memiliki signifikansi dan
dapat diaplikasikan dalam memprediski
Tabel 6. Distribusi Sumber Pelayanan faktor yang mempengaruhi penggunaan
Pengguna MKJP Pada WUS di metode kontrasepsi jangka panjang pada
Provinsi Jawa Timur tahun wanita menikah usia subur.
2012
Pelayan MKJP
Tabel 8. Likelihood Ratio Tests
Total
an IUD MOW Implan Model
9 32 0 41 Fitting
RSP Likelihood Ratio Tests
(22) (78) (0) (100)
Effect Criteria
29 9 22 60
PKM -2 Log Chi- Df Sig.
(48,3) (24,2) (27,5) (100)
Likelihood Square
RS 2 9 0 11
Swasta (18,2) (81,8) (0) (100) Kons. 96,934a .000 0
22 0 9 31 Umur 119,463 22,529 2 .000
Bidan 113,449 16,515 6 .011
(71) (0) (29) (100) Pend.
11 11 6 28 TT 104,467 7,542 2 .023
Lainnya
(39,3) (39,3) (21,4) (100) Pekerja
Total 73 61 37 171 an 103,360 6,426 2 .040
(42,7) (30,4) (26,9) (100)
Sumber
Keterangan:
RSP : Rumah Sakit Pemerintah
Pelayan 225,299 128,365 8 .000
PKM : Puskesmas
an
Keterangan:
Tabel 6 menunjukkan pemasangan Kons. : Konstanta

kontrasepsi oleh WUS dengan metode Tabel 8 menunjukkan adanya


MOW dilakukan di RS Swasta sebesar variabel yang memberikan kontribusi pada
81,8% dan di RS Pemerintah sebesar 78%. model adalah variabel dengan nilai Sig. (p-
Sedangkan penggunaan kontrasepsi value) kurang dari 0,05. Variabel tersebut
dengan metode IUD dengan memanfaatkan antara lain umur, pendidikan, daerat tempat
tenaga bidan sebesar 71% dan di tinggal, pekerjaan dan sumber pelayanan.
Puskesmas dipilih oleh WUS dalam
penggunaan dan pemasangan IUD sebesar Tabel 9. Uji Kesesuaian Model Regresi
48,3%. Logistik Multinomial
Regresi Logistik Multinomial dari Chi- Df Sig.
Square
Faktor yang Mempengaruhi
Penggunaan MKJP pada WUS di
Pearson 44,397 110 1,000
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012
Deviance 53,896 110 1,000
Tabel 7. Indikator Model Fit
Model Tabel 9 menunjukkan nilai Sig. (p-
Fitting
Criteria
Likelihood Ratio Tests value) yaitu sebesar 1,000 lebih dari 0,05,
Df
sehingga dapat diartikan bahwa model
-2 Log Chi- Sig.
Likelihoo Square dapat diterima dan model dapat dibentuk,
d karena tidak terdapat perbedaan yang
Model signifikan antara model dengan nilai
96,934 182,337 20 0,000
Final observasinya.
Luki Triyanto dan Diah Indriani, Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan... 249

Tabel 10. Uji Multivariat Faktor yang


Berpengaruh terhadap Pada Tabel 10 menunjukkan hasil
Penggunaan MKJP di Provinsi analisis regresi logistik multinomial
Jawa Timur tahun 2012 terdapat variabel yang signifikan
Faktor Koefisien P- Exp
berpengaruh terhadap pemilihan MKJP
value (B) pada WUS dengan nilai (p-value) kurang
Kons. 3,619 0,002 dari 0,05.
Umur Model pertama membandingkan
≤ 30 -1,528 0,008 .218 antara wanita usia subur yang
>30 Pembanding (Reference menggunakan metode kontrasepsi jangka
Group)
Tingkat Pendidikan
panjang jenis IUD dengan wanita usia
TS -4,214 0,004 0,015 subur yang menggunakan metode
SD -1,700 0,059 0,183 kontrasepsi jangka panjang jenis Implan.
SMP -1,128 0,182 0,324 Wanita usia subur yang berumur lebih dari
SMA Pembanding (Reference 30 tahun kemungkinan untuk
Group) menggunakan MKJP IUD sebesar 4,587
Pekerjaan
kali dibandingkan dengan WUS yang
Tidak -1,072 0,030 0,342
IUD Ya Pembanding (Reference berumur kurang dari sama dengan 30
(I) Group) tahun; WUS yang memiliki pendidikan
Daerah Tempat Tinggal SMA kemungkinan untuk menggunakan
Desa -0,725 0,104 .484 metode kontrasepsi jangka panjang
Kota Pembanding (Reference Intrauterine Device (IUD) sebesar 66,666
Group)
kali dibandingkan dengan wanita usia
Sumber Pelayanan
RSP 18,685 0,000 1,303 subur yang tidak sekolah.
E8 Model kedua perbandingan antara
PKM -0,939 0,149 0,391 wanita usia subur (WUS) yang
RS 18,319 0,000 9,033 menggunakan MOW dengan WUS yang
Swasta E7 menggunakan metode implan. WUS yang
Bidan -0,62 0,936 0,940 bekerja memiliki kemungkinan
Lainnya Pembanding (Reference
Group) menggunakan MKJP metode MOW
Kons. 2,707 0,77 sebesar 5,882 kali dibanding dengan WUS
Pekerjaan yang tidak bekerja; sedangkan WUS yang
Tidak -1,072 0,030 0,342 bertempat tinggal di daerah perkotaan
Ya Pembanding (Reference kemungkinan menggunakan MKJP metode
MOW
(II)
Group) MOW 8,196 kali dibandingkan dengan
Daerah Tempat Tinggal
Desa -2,103 0,016 0,122
WUS yang tinggal di daerah pedesaan.
Kota Pembanding (Reference
Group)
Kelompok pembanding: Implan

Gambar 1. Model Regresi Logistik Multinomial Penggunaan IUD


250 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 244-255

Gambar 2. Model Regresi Logistik Multinomial Penggunaan MOW

Pada gambar 1 dan 2 Model regresi Pengaruh Karakteristik WUS


logistik multinomial yang terbentuk dari berdasarkan Umur terhadap
nilai koefisien pada tabel 10. Penggunaan MKJP di Provinsi Jawa
Timur tahun 2012
Keterangan Gambar (1 dan 2): Permintaan penggunaan alat
P (Y) : Probabilitas penggunaan MKJP kontrasepsi dengan umur responden
X1 : Umur menunjukkan hubungan yang sangat
X2 : Tingkat Pendidikan bermakna. Bertambahnya umur tentu
X3 : Jenis Pekerjaan peluang responden untuk menggunakan
X4 : Sumber Pelayanan alat kontrasepsi akan semakin tinggi. Hasil
X5 : Tempat Tinggal penelitian berdasarkan umur pada Tabel 2,
memperlihatkan bahwa responden dengan
PEMBAHASAN usia dibawah 30 tahun yang menggunakan
alat kontrasepsi dengan metode IUD hanya
Berdasarkan hasil penelitian, 13 orang, sebaliknya pada umur lebih dari
mayoritas metode kontrasepsi jangka 30 tahun cenderung menggunakan MKJP
panjang (MKJP) yang digunakan oleh dengan metode IUD sebanyak 60 orang.
WUS di Provinsi Jawa Timur tahun 2012 Umur ibu berhubungan dengan
adalah metode IUD. Metode IUD ini minat menggunakan MKJP jenis IUD.
adalah metode kontrasepsi yang cukup Seorang perempuan dikatakan berada pada
efektif, tahan lama (hingga 10 tahun usia produktif ketika berusia dibawah 30
proteksi), efisien, nyaman dan biaya yang tahun (BKKBN, 2010). Pada usia tersebut
dikeluarkan relatif murah. Tingkat justru berupaya untuk dapat memiliki
kegagalan pada setahun pertama sangat keturunan. Terbukti pada penelitian ini,
rendah mencapai angka 0,8%. Keuntungan bahwa usia dibawah 30 tahun tidak banyak
lainnya adalah penggunaan MKJP ini tidak yang menggunakan kontrasepsi MKJP
bergantung pada kalender haid ataupun metode IUD. Hasil penelitian ini sejalan
kepatuhan dalam meminum pil atau dengan penelitian yang dilakukan oleh
kunjungan ke dokter (Stoddard dkk, 2011). Nasution (2011), menemukan adanya
Penggunaan MKJP dengan metode hubungan yang signifikan antara usia
IUD juga tidak memiliki pengaruh dengan pemilihan MKJP. Umur berperan
terhadap lingkungan seksual, tidak ada sebagai faktor intrinsik, yang dapat
pengaruh terhadap hormon, apabila masih mempengaruhi struktur organ, fungsi,
program menyusui juga tidak akan komposisi biokimiawi dan sistem
mengganggu produksi ASI setelah hormonal pada suatu periode umur. Umur
dipasang segera setelah melahirkan. juga mempengaruhi seseorang dalam
Menurut Julie Strickland, Profesor berpikir dan berperilaku. Seseorang dengan
Kebidanan dan Ginekologi di University of umur yang lebih dari 30 tahun sudah
Missouri-Kansas City (Turangan, 2016), memiliki 2 (dua) anak, sehingga lebih
metode IUD merupakan metode memilih kontrasepsi dengan masa yang
kontrasepsi yang baik, karena aman, tidak lebih panjang, salah satunya IUD
mempengaruhi kesuburan bahkan setelah (Bernadus, 2013). Penggunaan IUD pada
melepaskannya, fleksibel menyesuaikan umur lebih dari 30 tahun dikarenakan
dengan bentuk rahim dan mudah dilepas, bertambahnya umur maka peluang untuk
dan sangat efektif. membatasi kelahiran juga bertambah
tinggi.
Luki Triyanto dan Diah Indriani, Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan... 251

Pengaruh Karakteristik WUS WUS yang memiliki pendidikan


berdasarkan Tingkat Pendidikan lebih tinggi seperti berpendidikan SMA
terhadap Penggunaan MKJP di Provinsi kemungkinan menggunakan IUD
Jawa Timur tahun 2012 dibandingkan implan sebesar 5,26 kali
dibandingkan dengan WUS yang tidak
Tingkat pendidikan seseorang sekolah dan WUS berpendidikan SMA
sangat berpengaruh pada orang tersebut kemungkinan sebesar 6,02 kali
dalam bertindak dan mencari solusi dari dibandingkan dengan WUS yang
segala permasalahan yang ada pada berpendidikan SD.
hidupnya. Dengan pendidikan yang tinggi,
sesorang dapat bertindak sangat rasional Pengaruh Karakteristik WUS
sehingga akan lebih mudah menerima ide berdasarkan Daerah Tempat Tinggal
gagasan baru. Pendidikan dalam arti yang terhadap Penggunaan MKJP di Provinsi
sesungguhnya adalah suatu proses Jawa Timur tahun 2012
penyampaian materi pada sasaran yang
bertujuan untuk terjadinya perubahan WUS di Jawa Timur lebih banyak
tingkah laku dan tujuan (Notoadmodjo, tinggal di perkotaan dan lebih memilih
2003). Menurut Kusumaningrum (2009), untuk menggunakan metode kontrasepsi
tidak selalu ada hubungan yang signifikan IUD. Kemungkinan penggunaan IUD
antara tingkat pendidikan dengan daripada metode Implan di daerah
penggunaan metode kontrasepsi. perkotaan sebesar 2,865 kali dibandingkan
Berdasarkan hasil analisis data dengan WUS yang tinggal di daerah
pada Tabel 3, menunjukkan bahwa pedesaan. Faktor yang mempengaruhi
responden yang tidak sekolah lebih banyak WUS yang tinggal di perkotaan memiliki
menggunakan metode MKJP yaitu implan pendidikan yang lebih tinggi, lebih mudah
sebesar 66,7%. Hal ini sesuai dengan untuk menjangkau fasilitas pelayanan
penelitian yang dilakukan oleh Magadi kesehatan dan akses untuk mendapatkan
(2003), yang menyatakan bahwa responden informasi dari berbagai media lebih mudah
yang tidak sekolah akan mempunyai didapat. Hal ini sejalan dengan penelitian
peluang yang sangat kecil untuk yang telah dilakukan oleh Magetin (2016)
menggunakan metode IUD. Penggunaan yang menyatakan bahwa daerah tempat
IUD lebih dipilih oleh responden dengan tinggal memiliki pengaruh dalam
tingkat pendidikan SD dan SMP masing- penggunaan kontrasepsi. Menurut Pastuti
masing sebanyak 29 orang. Hal ini sejalan dan Wilopo (2007), status tempat tinggal
dengan penelitian yang dilakukan oleh antara perkotaan dan pedesaan dengan
Nurbaiti (2013), bahwa ibu yang berada penggunaan KB menunjukkan bahwa
pada jenjang pendidikan yang rendah tidak 58,5% responden yang tinggal di perkotaan
menggunakan IUD dan sebaliknya pada ingin membatasi dan mengatur jarak
responden dengan kriteria pendidikan kelahiran. Namun, secara statistik tidak
tinggi lebih memilih IUD sebagai alat terdapat hubungan yang siginifikan
kontrasepsi. mengenai pernyataan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Daerah tempat tinggal responden
Nurbaiti (2013), menggambarkan bahwa juga memiliki hubungan yang bermakna
pemakaian metode kontrasepsi dipengaruhi terhadap penggunaan IUD. Responden
oleh tingkat pendidikan sebelumnya yang tinggal di daerah perkotaan memiliki
dengan praktek pemakaian kontrasepsi. peluang lebih tinggi untuk menggunakan
Tingkat pendidikan ini mempempengaruhi IUD. Hal tersebut terkait dengan
keputusan WUS dalam memilih metode ketersediaannya fasilitas yang memadai
kontrasepsi. dan lebih baik dibandingkan di lingkungan
pedesaan. Hasil penelitian yang dilakukan
252 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 244-255

oleh Wilopo (1995), bahwa wanita yang menyatakan mengenai hubungan pekerjaan
tinggal di lingkungan perkotaan lebih dengan pemilihan jenis kontrasepsi.
memilih IUD karena merasa cocok dan Dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan
promosi mengenai jenis alat kontrasepsi yang signifikan antara bekerja atau
tersebut. tidaknya seseorang dengan pemilihan
kontrasepsi, karena umumnya penggunaan
Pengaruh Karakteristik WUS kontrasepsi tidak akan menganggu
berdasarkan Pekerjaan terhadap aktivitas sehari-hari (Bernadus, dkk, 2013).
Penggunaan MKJP di Provinsi Jawa
Timur tahun 2012 Pengaruh Karakteristik WUS
berdasarkan Sumber Pelayanan KB
WUS yang bekerja atau memiliki terhadap Penggunaan MKJP di Provinsi
pekerjaan yang menetap akan lebih Jawa Timur tahun 2012
memilih alat kontrasepsi MKJP karena
praktis, aman dan memiliki pengaruh Salah satu keberhasilan pelayanan
jangka panjang. Penggunaan MKJP ini keluarga berencana ditentukan oleh kondisi
dimaksudkan agar dapat membatasi jarak tempat pelayanan seperti sarana prasarana
kelahiran dan membatasi jumlah anak yang memenuhi standar baku pelayanan.
sehingga tidak mengganggu karir dan Sumber pelayanan keluarga berencana
pekerjaannya. Sejalan dengan hasil dapat menjadi salah satu faktor yang
penelitian, pekerjaan mempengaruhi WUS mempengaruhi penggunaan metode
dalam penggunaan IUD. WUS yang kontrasepsi (BKKBN, 2014). Berdasarkan
bekerja lebih memilih menggunakan IUD hasil analisis data menunjukkan bahwa
dibanding dengan menggunakan metode sumber pelayanan keluarga berencana
Implan sebesar 2,924 kali dibandingkan memiliki pengaruh terhadap wanita usia
dengan WUS yang tidak bekerja. Untuk subur yang menggunakan IUD. Wanita
wanita yang bekerja, pengaturan jarak usia subur lebih memilih memanfaatkan
kehamilan merupakan hal yang sangat sumber pelayanan keluarga berencana di
penting, karena demi mempertahankan puskesmas paling banyak diantara fasilitas
karir yang dimiliki dan untuk mendukung lainnya. Hal ini dikarenakan puskesmas
perekonomian keluarga. merupakan fasilitas kesehatan pertama
WUS yang memilih menggunakan yang akan dituju, dapat memanfaatkan
IUD lebih nyaman karena penggunaan fasilitas BPJS, dan terdapat jadwal khusus
IUD ini tidak memberikan pengaruh dalam pelayanan KB.
terhadap hormonal yang dapat Pemilihan fasilitas kesehatan dalam
mengganggu aktivitas kerja. Pada Tabel hal pemasangan alat kontrasepsi jangka
10, hubungan pekerjaan dengan panjang ini tidak terlepas dari kepercayaan
penggunaan metode IUD pada responden masyarakat, apabila masyarakat memilih
memiliki nilai Sig. (p-value) lebih dari memasang kontrasepsi di RS yang besar,
0,05 yang berarti tidak adanya hubungan maka masyarakat beranggapan bahwa
signifikan antara pekerjaan dengan fasilitas lengkap dan terjamin, tenaga
penggunaan metode kontrasepsi jangka kesehatan memiliki kualifikasi yang baik,
panjang dengan metode IUD. Hal ini serta kelengkapan alat bantu medis yang
sejalan dengan penelitian yang dilakukan memadai. Perbaikan dan penyampaian
oleh Sri Panuntun (2004) yang menyatakan pelayanan serta akses yang mudah
bahwa pekerjaan ibu tidak ada kaitannya dijangkau dapat meningkatkan proporsi
dengan pemilihan kontrasepsi (Wulandari, pemakaian kontrasepsi.
2015). Hal tersebut juga diungkapkan Berdasarkan hasil analisis dalam
dalam penelitiannya di Rumah Sakit penelitian ini, wanita usia subur yang
Umum Panda Arang, Boyolali yang memilih fasilitas RS pemerintah memiliki
Luki Triyanto dan Diah Indriani, Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan... 253

peluang atau kemungkinan menggunakan yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan,


IUD terhadap implan sebesar 1,303 kali sumber pelayanan dan daerah tempat
dibandingkan dengan WUS yang memilih tinggal. Kemudian pada fungsi logit 2
fasilitas lainnya. Wanita usia subur yang perbandingan antara Medis Operasi Wanita
memilih fasilitas Rumah Sakit swasta (MOW) dan implan terdapat dua variabel
memiliki peluang atau kemungkinan yaitu pekerjaan dan dareah tempat tinggal
menggunakan Intrauterine Device IUD yang berpengaruh. Sehingga diperoleh
terhadap implan sebesar 9,033 kali model regresi logistik multinomial seperti
dibandingkan dengan wanita usia subur yang terdapat pada hasil penelitian.
yang memilih pasang di fasilitas lainnya. Selanjutnya untuk mengetahui
metode kontrasepsi jangka panjang yang
Analisis Regresi Logistik Multinomial memiliki probabilitas paling besar untuk
terhadap Penggunaan MKJP dipilih oleh kelompok umur, tingkat
pendidikan, pekerjaan, sumber pelayanan,
Pada studi kasus ini, variabel dan daerah tempat tinggal tertentu maka
dependennya adalah metode kontrasepsi digunakan estimasi probabilitas respon.
jangka panjang pada wanita menikah usia Sebagai contoh untuk kelompok umur wus
subur di Jawa Timur, dibagi menjadi 3 (kurang dari sama dengan 30 tahun)
kategori yaitu : dikodekan dengan 0, pendidikan (tidak
Y = 1 untuk IUD sekolah) dikodekan dengan 0, sumber
Y = 2 untuk MOW pelayanan lainnya dikodekan dengan 0,
Y = 0 untuk Implan (sebagai pembanding) tidak bekerja dikodekan dengan 0 dan
pedesaan dikodekan dengan 0.
g1 = 3,619-1,528(X1)-4,214(X2)- Berdasarkan hasil estimasi
1,072(X3) +18,685(X4)- probabilitas dibawah ini, dapat dikatakan
1,052(X5) bahwa probabilitas responden umur kurang
g2 = 2,707-1,769(X3)-2,103(X4) dari sama dengan 30 tahun, tidak sekolah,
tidak bekerja, memasang alat kontrasepsi
Fungsi logit yang diperoleh di sumber pelayanan lain dan bertempat
berdasarkan estimasi parameter adalah: tinggal di desa memilih Intrauterine
Hasil penelitian menunjukkan Device (IUD) sebagai alat kontrasepsi
bahwa pada fungsi logit 1 (perbandingan sebesar 70%, memilih Medis Operasi
antara IUD dan implan) terdapat lima Wanita (MOW) 28,12%, dan memilih
variabel yang berpengaruh terhadap model implan 1,88%.

Estimasi probabilitas WUS memilih IUD sebagai alat kontrasepsi:

Gambar 3. Probabilitas WUS dalam memilih IUD

Estimasi probabilitas WUS memilih MOW sebagai alat kontrasepsi:

Gambar 4. Probabilitas WUS dalam memilih MOW


254 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 244-255

Estimasi probabilitas wanita usia subur memilih Implan sebagai alat kontrasepsi:

Gambar 5. Probabilitas WUS dalam memilih Implan

SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan terhadap variabel independen BAPPENAS, 2012. Arah Pembangunan
dengan variabel dependen, diperoleh Kependudukan dan Keluarga
kesimpulan antara lain: metode kontrasepsi Berencana dalam RKP 2012 dan
yang paling banyak digunakan oleh WUS Rancangan RKP 2013. Jakarta:
di Provinsi Jawa Timur tahun 2012 yaitu BAPPENAS.
IUD sebanyak 43,7%. Rata-rata pengguna Bernadus. J. D., Agnes M., Gresty M.
metode kontrasepsi jangka panjang jenis 2013. Faktor-Faktor yang
IUD pada wanita usia subur di Provinsi berhubungan dengan Pemilihan
Jawa Timur berumur 30 tahun ke atas Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
dengan latar belakang pendidikan SD. Bagi Akseptor KB di Puskesmas
Faktor yang mempengaruhi penggunaan Jailolo. Jurnal e-NERS (eNS)
MKJP di Provinsi Jawa Timur tahun 2012 Volume 1 Nomor 1. Hal.1-10.
antara lain WUS yang berumur lebih dari BKKBN. 2010. Demografi dan
30 tahun, WUS yang memiliki tingkat Kependudukan Nasional. Jakarta.
pendidikan yang lebih tinggi, mayoritas BKKBN. 2014. Peranan Rumah sakit
bertempat tinggal di daerah perkotaan dan Swasta dalam mendukung
memiliki pekerjaan. pelayanan KB. Subid Bina
Mayoritas wanita usia subur Kesertaan Kb jalur Pemerintah dan
menggunakan metode IUD dalam Swasta.
menerapkan metode kontrasepsi jangka BKKBN. 2015. Policy Brief 5: Jangan
panjang, tetapi banyak metode lain yang Terlena dengan Pencapaian Angka
cukup efektif, sehingga penting bagi Fertilitas Total (TFR) Hasil Supas
BKKBN untuk dapat mempromosikan hal 2015 dan PMA 2015. Jakarta:
tersebut kepada wanita usia subur. Puslitbang KB dan KS.
Kegiatan promosi pada wanita usia subur BPS. 2013. Proyeksi Penduduk Menurut
mengenai beberapa metode kontrasepsi Provinsi, 2010-2035 (ribuan) BPS.
selain IUD dapat dilakukan pada usia BPS. 2017. Jumlah Penduduk Provinsi
dibawah 30 tahun, pada berbagai tingkat Jawa Timur tahun 2016. BPS.
pendidikan, yang tidak memiliki pekerjaan, Hosmer, David W. Dan Lemeshow, S.Jr.,
dan bertempat tinggal di pedesaan. Selain 2000. Applied Logistic Regression,
kegiatan mengenai promosi, dapat 2nd ed. New York. John Willey &
dilakukan dengan cara konseling, Sons.inc.
informasi, dan edukasi (KIE) melalui Kuntoro, 2007. Metode Statistik. Surabaya:
penyuluhan kesehatan. Pustaka Melati.
Upaya penyampaian informasi Kusumaningrum, R., 2009. Faktor-faktor
yang dibutuhkan bagi bidan atau tenaga yang mempengaruhi Pemilihan
kesehatan di daerah pedesaan adanya jenis kontrasepsi yang digunakan
pelatihan terhadap cara pemasangan IUD. pada pasangan usia subur. Karya
Adanya hasil dan simpulan dari penelitian Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas
ini, dilakukan penelitian lebih lanjut untuk Kedokteran Universitas
mengetahui faktor lain memiliki pengaruh.. Diponegoro.
Luki Triyanto dan Diah Indriani, Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan... 255

Magadi, M.A., and Curtis. L. S. 2003. 2002-2003. Berita Kedokteran


Trends and Determinants of Masyarakat vol. 23, no. 2, Juni
Contraceptive Method Choice in 2007.
Kenya. Studies in Familly Planning Saifuddin, A., 2006. Buku Panduan Praktis
34 (3): 149-59. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Magetin, D. M. C., 2016. Analisis Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Penggunaan Metode Kontrasepsi Prawiroharjo.
Oleh Pasangan Usia Subur di SDKI. 2013. The 2012 Indonesia
Provinsi Jawa Timur dengan Demographic and Health Survey.
Pemodelan Regresi Logistik Jakarta. BPS, BKKBN, Kemenkes,
Multinomial. Skripsi. Universitas ICF International.
Airlangga. Stephenson, R., Beke, dan Tshibangu, D.,
Nasution, S. L., 2011. Faktor-Faktor Yang 2008. Community and Health
Berhubungan Dengan Pemakaian Facility Influence On Contraceptive
Kontraseps Implan Pada Akseptor Method Choice in the Eastern
KB Di Puskesmas Ciomas Cape, South Africa. International
Kecamatan Ciomas Kabupaten Family Planning Perspectives, 34
Bogor Tahun 2012. Depok: UI. (2):pp.62-70.
Nasution, S. L. 2011. Faktor yang Stoddard, A., McNicholas, C., Peipert, J.F.
Mempengaruhi Pemakaian 2011. Efficacy and Safety of Long
Kontrasepsi Jangka Panjang Acting Reversible Contraception.
(MKJP) di Enam Wilayah Drugs 71 (8): 969-980.
Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Turangan, L. 2016. 7 Alasan Memilih
Pembangunan KB dan BKKBN. Kontrasepsi IUD. Jakarta.
Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Wilopo, S. A. 1995. Dari Konsep ke
Masyarakat. Jakarta: Bina Pustaka Persepsi Wanita terhadap Kualitas
Sarwono Prawihardjo. Pelayanan Kontrasepsi, Studi
Nurbaiti. 2013. Faktor yang Kasus di Yogyakarta. Pusat
Mempengaruhi Penggunaan Alat Penelitian Pranata Pembangunan,
Kontrasepsi Intra Uterine Device Universitas Indonesia.
(IUD) di Wilayah Kerja Puskesmas Wulandari, S. 2015. Hubungan Faktor
Simpang Tiga Kabupaten Pidie Sosial Budaya dengan
tahun 2003. Jurnal Kebidanan. Keikutsertaan KB IUD di
Diakses pada Puskesmas Mergangsan Kota
simtakp.stmikubudiyah.ac.id. Yogyakarta tahun 2013. Jurnal
Pastuti, R. dan Siswanto Agus Wilopo. Medika Respati vol. 10 nomor 1
2007. Determinan Penggunaan Januari 2015 ISSN: 1907-3887.
Metode Kontrasepsi IUD di
Indonesia Analisis Data SDKI

Anda mungkin juga menyukai