Disusun Oleh:
BONE
2023
Pendahuluan
Dalam dunia yang terus berubah ini, menjaga kesehatan reproduksi merupakan
tantangan yang kompleks dan beragam. Faktor-faktor seperti pola makan yang
tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan
stres kronis dapat memengaruhi keseimbangan hormonal, kualitas sperma, serta
meningkatkan risiko infertilitas dan gangguan reproduksi lainnya. Untuk
mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang holistik dan melibatkan
partisipasi aktif dari komunitas.
1 Community engagement adalah keterlibatan dan partisipasi dalam suatu organisasi untuk
kesejahteraan masyarakat.
2
meliputi pola makan yang seimbang, aktivitas fisik teratur, manajemen stres yang
baik, serta menghindari kebiasaan merokok dan minum alkohol berlebihan.
Namun, menerapkan gaya hidup sehat ini bukanlah tugas yang mudah dilakukan
secara individu. Diperlukan kerja sama dan keterlibatan aktif dari komunitas
untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan mendorong adopsi gaya
hidup sehat.
3
kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja disebut juga sebagai masa
perubahan, meliputi perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik (Pratiwi, 2012).
Remaja cenderung ingin selalu mencoba mencari tahu. Remaja enggan untuk
bertanya kepada orang tua karena sebagian besar keluarga di Indonesia
menganggap tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dengan anak yang
belum menikah. Karena alasan inilah, remaja seringkali mencari informasi
melalui teman sebaya maupun lingkungannya yang belum tentu memiliki
pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksi remaja (Dhafir, 2014).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2012,
sebanyak 1,6% remaja perempuan (110 orang) usia 15-19 tahun telah
melakukan hubungan seks sebelum berusia 15 tahun. Hanya 40,5% (2.805
orang) remaja perempuan usia 15-19 tahun yang menggunakan kondom
ketika berhubungan seksual dan hanya 61% (4.225 orang) yang membatasi
hubungan dengan satu pasangan.
Gambar 1
4
Sumber:
https://www.academia.edu/23171321/Survei_Demografi_dan_Kesehatan_Indones
ia_2012_Kesehatan_Reproduksi_Remaja_MEASURE_DHS_ICF_International
5
Community engagement dapat menjadi strategi yang efektif untuk menganalisis
kesehatan reproduksi dalam konteks tantangan kontemporer. Dengan melibatkan
komunitas, informasi dan pengetahuan tentang gaya hidup yang sehat dapat
disebarkan dengan lebih efektif. Pendekatan ini melibatkan identifikasi masalah
bersama, pembuatan kebijakan yang berfokus pada kesehatan reproduksi, serta
implementasi program-program kesehatan reproduksi yang lebih efektif dan
berkelanjutan.
Gambar 2
Sumber: https://www.fphighimpactpractices.org/briefs/community-group-
engagement/
2 Bentuk tindakan yang terjadi dalam suatu hubungan pada kelompok community engagement
6
Individu menghadapi banyak hambatan untuk mengakses dan menggunakan alat
kontrasepsi secara efektif, seperti ketakutan akan konsekuensi sosial dan/atau
kesehatan dari penggunaan keluarga berencana.
Gambar 3
Sumber: https://www.fphighimpactpractices.org/briefs/community-group-
engagement/
Hambatan yang termasuk dalam ilustrasi teori perubahan CGE yang ditunjukkan
pada Gambar 3 didasarkan pada tinjauan hambatan gender untuk penggunaan
kontrasepsi (McCleary-Sills et al., 2012) dan mencerminkan masalah umum yang
ditangani oleh kegiatan CGE. Meskipun teori perubahan diatur dalam format
linear dan searah, kemungkinan besar mekanisme aksinya multiarah dan lebih
kompleks.
7
studi ini melaporkan peningkatan penggunaan kontrasepsi atau penurunan tingkat
kesuburan setelah dua sampai tiga tahun pelaksanaan program. Dampak
penerapan program komprehensif bervariasi dari peningkatan 4 hingga 10 poin
persentase dalam penggunaan kontrasepsi modern di komunitas intervensi.
Analisis multivariat mengungkapkan bahwa di keempat negara, CGE
berkontribusi secara signifikan terhadap hasil yang diamati.
8
Keterlibatan kelompok masyarakat telah diterapkan di bidang kesehatan lainnya
dalam skala besar dan hemat biaya. Implementasi CGE dalam program KB secara
besar-besaran belum banyak dilakukan. Bukti untuk penerapan CGE dalam
program kesehatan ibu dan anak, bagaimanapun, menunjukkan bahwa pendekatan
ini dapat mengarah pada “transformasi berkelanjutan yang hemat biaya untuk
meningkatkan perilaku kesehatan kritis” (Farnsworth et al., 2014; Prost et al.,
2013)
Remaja dan dewasa muda, terutama wanita muda di negara berpenghasilan rendah
dan menengah, menghadapi banyak ancaman terhadap kesehatan seksual dan
reproduksi mereka. Ancaman ini termasuk kehamilan remaja dan melahirkan
anak, seringkali tidak disengaja; komplikasi dari aborsi yang tidak aman;
HIV/AIDS dan infeksi menular seksual lainnya; dan perkawinan anak. Untuk
mengatasi tantangan ini, pemerintah dan organisasi non-pemerintah telah
menerapkan berbagai strategi intervensi. Strategi ini meliputi pendidikan
seksualitas yang komprehensif di sekolah, penyediaan layanan kesehatan seksual
dan reproduksi yang ramah remaja, dan bantuan tunai. Namun, terlepas dari upaya
ini, remaja dan kaum muda terus menghadapi kerentanan dan tantangan unik yang
sering diabaikan oleh kebijakan dan intervensi saat ini (Tucho et al., 2022).
9
Kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksi remaja masih belum terpenuhi
karena berbagai faktor, termasuk kurangnya pengetahuan, stigma sosial, undang-
undang dan kebijakan yang membatasi yang mencegah penyediaan kontrasepsi
dan/atau aborsi untuk remaja yang belum menikah, dan sikap menghakimi di
antara penyedia layanan (Tucho et al., 2022). Keputusan yang dibuat selama masa
remaja, khususnya mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, memiliki
implikasi jangka panjang bagi kesejahteraan individu dan perkembangan manusia
secara keseluruhan (Tucho et al., 2022). Kebijakan kesehatan reproduksi
memainkan peran penting dalam menangani berbagai populasi dan masalah
kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi remaja.
Remaja sering diberikan panduan yang terbatas tentang cara menavigasi kesehatan
seksual dan reproduksi mereka, yang mengarah pada peningkatan kerentanan
terhadap infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Selanjutnya, efektivitas program kesehatan reproduksi remaja sangat dipengaruhi
oleh keyakinan dan sikap remaja itu sendiri. Keterlibatan dan partisipasi aktif
mereka dalam program semacam itu sangat penting untuk keberhasilan dan
efektivitas intervensi ini. Analisis kesehatan reproduksi berdasarkan keterlibatan
masyarakat penting dalam mengatasi tantangan kontemporer yang dihadapi
remaja dan dewasa muda, khususnya perempuan muda di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Melalui community engagement, individu dan komunitas
secara aktif terlibat dalam perancangan, implementasi, dan evaluasi program
kesehatan reproduksi. Pendekatan ini memastikan bahwa program-program
tersebut relevan secara kontekstual dan responsif terhadap kebutuhan dan
tantangan khusus yang dihadapi remaja dan kaum muda. Dengan melibatkan
masyarakat dalam program kesehatan reproduksi, pembuat kebijakan dan
pelaksana dapat memperoleh wawasan tentang norma, nilai, dan kepercayaan
sosial lokal yang membentuk sikap terhadap kesehatan reproduksi remaja.
10
Kesehatan reproduksi merupakan hal yang penting dalam kehidupan individu dan
komunitas. Untuk mencapai kesehatan reproduksi yang optimal, penting bagi
masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup yang sehat. Dalam konteks community
engagement, masyarakat berperan aktif dalam menerapkan dan mempraktekkan
gaya hidup sehat untuk menjaga kesehatan reproduksi mereka. Pada esai ini akan
dijelajahi gaya hidup yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat dalam
menjaga kesehatan reproduksi dalam konteks community engagement.
- Memilih sumber protein yang sehat: Masyarakat dapat memilih sumber protein
yang sehat, seperti ikan, kacang-kacangan, dan daging tanpa lemak. Protein
penting dalam pembentukan jaringan tubuh dan menjaga keseimbangan hormonal.
11
aktivitas fisik sebagai bagian rutin dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa langkah
yang dapat diambil adalah:
- Mengajak keluarga dan teman untuk beraktivitas bersama: Aktivitas fisik akan
lebih menyenangkan jika dilakukan bersama-sama. Masyarakat dapat mengajak
keluarga, teman, atau tetangga untuk berolahraga bersama, sehingga membangun
ikatan sosial sambil menjaga kesehatan reproduksi.
12
- Mencari dukungan sosial: Masyarakat dapat mencari dukungan dari keluarga,
teman, atau kelompok dukungan untuk berbagi pengalaman dan mengatasi stres
yang mereka hadapi.
13
Analisis kesehatan reproduksi yang berbasis community engagement menjadi
semakin penting dalam upaya menjaga kesehatan reproduksi individu dan
komunitas secara keseluruhan. Melalui melibatkan komunitas secara aktif dalam
pengambilan keputusan terkait kesehatan reproduksi, pendekatan ini dapat
membantu mengidentifikasi tantangan kontemporer yang mempengaruhi
kesehatan reproduksi dan menemukan solusi yang tepat. Melihat negara sekarang
yang sudah memasuki era teknologi yang semakin maju yang dimana Indonesia
sendiri sudah memasuki era society 5.0, maka sepatutnya negara untuk
memanfaatkan penggunaan teknologi canggih yang ada dalam perkembangan
komunitas termasuk pemanfaatan teknologi pada community engagement
kesehatan. Esai ini akan menjelajahi perkembangan inovasi baru dalam analisis
kesehatan reproduksi berbasis community engagement dan bagaimana inovasi-
inovasi tersebut meningkatkan efektivitas upaya kesehatan reproduksi.
14
meningkatkan pemahaman mereka tentang kesehatan reproduksi dan memperoleh
keterampilan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan reproduksi mereka.
Pelatihan dapat mencakup berbagai topik, seperti gaya hidup sehat, perencanaan
kehamilan, pencegahan penyakit menular seksual, dan pengelolaan kesehatan
reproduksi secara umum.
15
mengidentifikasi tren, pola, dan faktor risiko yang berpotensi mempengaruhi
kesehatan reproduksi komunitas. Informasi ini dapat digunakan untuk merancang
program-program kesehatan reproduksi yang lebih efektif dan untuk melakukan
intervensi dini dalam mencegah masalah kesehatan reproduksi yang lebih serius.
Selain itu, penggunaan data dan analitik juga membantu dalam memonitor dan
mengevaluasi dampak program-program kesehatan reproduksi yang dilakukan.
Kesimpulan
16
Pola makan yang sehat merupakan bagian penting dari pola hidup sehat untuk
kesehatan reproduksi. Makan makanan bergizi , seperti sayuran, sumber protein
sehat, dan lemak sehat, membantu menjaga keseimbangan hormon dan
meningkatkan kesehatan sel reproduksi. Aktivitas fisik secara teratur juga
berperan dalam menjaga kesehatan reproduksi. Dengan berjalan kaki, bersepeda,
atau melakukan bentuk olahraga lainnya, orang dapat meningkatkan sirkulasi,
menjaga berat badan yang sehat, dan meningkatkan keseimbangan hormon.
Manajemen stres yang tepat juga diperlukan untuk kesehatan reproduksi. Melalui
teknik relaksasi, mencari kesenangan, dan mencari dukungan sosial, orang tua
dapat mengurangi tingkat stres yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan
reproduksi. Selain itu, menghindari rokok dan minum berlebihan sangat penting
untuk menjaga kesehatan reproduksi. Merokok dan alkohol dapat mengganggu
keseimbangan hormonal, memengaruhi kesuburan, dan meningkatkan risiko
komplikasi pada kehamilan.
17
Dalam community engagement, masyarakat memiliki peran aktif dalam menjaga
kesehatan reproduksi mereka. Melalui partisipasi dan keterlibatan aktif dalam
menerapkan gaya hidup sehat, masyarakat dapat mencapai kesehatan reproduksi
yang optimal. Dengan saling mendukung dan berbagi pengetahuan, komunitas
dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan reproduksi secara
bersama-sama. Dalam keseluruhan, melalui integrasi gaya hidup sehat dan inovasi
baru dalam analisis kesehatan reproduksi berbasis community engagement,
diharapkan masyarakat dapat mencapai kesehatan reproduksi yang optimal,
meminimalkan risiko penyakit reproduksi, dan meningkatkan kualitas hidup
mereka secara keseluruhan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19