Anda di halaman 1dari 13

MODUL 3

PERILAKU DAN PROMOSI KESEHATAN


SKENARIO 3 : Belajar Promosi

Dr. Mirna merupakan seorang kepala puskesmas yang memiliki latar belakang pendidikan
magister di bidang kesehatan masyarakat. Sejak menjabat sebagai seorang kepala puskesmas,
banyak perubahan yang sudah dilakukan olehnya. Beliau memiliki pemahaman bahwa mengatasi
masalah kesehatan bukan hanya terbatas pada bagian kuratif saja, melainkan harus fokus juga
pada bagian pencegahan timbulnya penyakit. Karena beliau paham betul terjadinya suatu
penyakit bukan hanya dipengaruhi oleh bakteri, virus, atau parasit semata, akan tetapi banyak
faktor yang menjadi penentu seseorang itu sehat atau lebih dikenal dengan istilah determinant of
health. Salah satu faktor penentu kesehatan adalah perilaku dari masyarakat itu sendiri, sehingga
beliau berfokus pada cara merubah perilaku hidup masyarakat yang beradaq di lingkungan
puskesmas tersebut. Perubahan perilaku akan mudah terjadi apabila adanya pemahaman yang
benar tentang bagaimana perilaku sehat itu sendiri. Untuk itu, dr. Mirna sering melakukan
kegiatan promosi kesehatan untuk masyarakatnya termasuk kegiatan sosialisasi terkait program
imunisasi karena menurut laporan yang ada, angka capaian imunisasi di Indonesia masih
tergolong rendah di beberapa daerah. Selain masyarakat umum, subjek dalam promosi kesehatan
yang dijalankan oleh dr.Mirna dan tim dari puskesmas juga berfokus untuk meningkatkan
pemahaman kelompok khusus seperti ibu hamil agar mereka memiliki pemahaman yang benar
dalam rangka mengetahui perkembangan janin yang dikandungnya dengan melakukan ANC
rutin ke pusat layanan kesehatan bukan ke tempat lain. Hasilnya angka kunjungan ANC pada ibu
hamil di puskesmas tersebut terus meningkat setiap tahunnya. Kondisi ini menjadi bukti bahwa
dr. Mirna sudah mampu merubah perilaku masyarakat terkait dengan Care Seeking Behaviour.
Apakah tindakan dr. Mirna sudah sesuai dengan prinsip peningkatan kualitas hidup dari
masyarakat?
JUMP 1 : TERMINOLOGI

1. DETERMINANT OF HEALTH : kondisi sosial yg memperngaruhi kesempatan


seseorang untuk memperoleh kesehatan
2. Care seeking behavior : perilaku orang atau masyarakat yang sedang mengalami sakit
atau masalah kesehatan yang lain, untuk memperoleh pengobatan sehingga sembuh atau
teratasi masalah ksehatannya

JUMP 2&3 : RUMUSAN MASALAH & HIPOTESA

1. Bagaimana cara mengatasi masalah kesehatan dengan berfokus pada bagian pencegahan
timbulnya penyakit ?
Jawab : pencegahan primordial ( pelarangan ilegallogging ), pencegahan primer
( usaha yang dilakukan pada tahap prepatogenesis sehingga derajat kesehatan dapat
ditingkatkan pada derajat tertentu ), pencegahan sekunder ( usaha yang dilakukan pada
saat sakit dengan diagnosis dini serta pengobatan yang cepat dan tepat ), pencegahan
tersier ( usaha yang dilakukan untuk mencegah kecacatan/kematian, mencegah
terulangnya penyakit serta melaukukan proses rehabilitasi fisik, sosial dan psikologi )

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit ( determinanat of health ) ?


Jawab : teori H.L Blum : gaya hidup, pelayanan kesehatan, faktor genetik, lingkungan
sosial

3. Mengapa perilaku masyarakat dapat menjadi salah satu faktor penentu kesehatan ?
Jawab : kesehatan sendiri tidak hanya berhubungan dengan kseahatan diri ( sembh dari
penyakit ) namun, juga berhubungan degan kesehatan lingkungan dan pencegahan
penyakit yang ada ( promotif,preventif,kuratif, dan rehabilitatif )sehingga untuk
menghasilkan tingkat kesehatan yang baik maka kita harus mampu menciptakan
lingkungan yang waspada/sadar akan kesehatannya. Maka, perilaku masyarakat yang
sadar akan kesehatannya akan sangat berpengaruh dengan tingkat kesehatan terbaik
jangka panjang.
4. Bagaimana cara merubah perilaku masyarakat ?
Jawab :
(-) pendekatan perilaku , melalui nilai-nilai budaya
(-) informasi komunikasi yang efektif melalui tatap muka dan gambaran audio visual
(-) program PHBS

5. Bagaimana pemahaman yang benar tentang perlaku sehat ?


Jawab : perilaku kesehatan mencakup 4 hal ( illness behavior,health service behavior,
nutrition behavior, enviromental health behavior )

6. Bagaimana cara melakukan kegiatan promosi dan sosialisasi kesehatan ?


Jawab :
● proses komunikasi primer : proses penyampaian pikiran/perasaan seseorang kepada
orang lain dengan menggunakan lambang ( simbol ) sebagai media. Lambang sebagai
media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal ( bahasa ) , dan pesan nn
verbal ( gestur,isyarat, gambar, warna, dll )
● proses komunikasi sekunder : proses penyampaian pesan kepada orang lain
menggunakan alat bantu/peraga.

7. Mengapa di beberapa daerah di indonesia angka capaian imunisasi masih tergolong


rendah ?
Jawab :
● Karena kepercayaan masyarakat yang meyakini bahwasanya vaksin ini tidak halal
● Kurangnya informasi tentang vaksin

8. Siapa saja yang menjadi subjek promosi kesehatan selain masyrakat umum dan ibu hamil
?
Jawab :
● Pada anak-anak sekolah
● Pada penderita dm tipe 2 ( berhenti merokok dan minum alkohol )
● Promosi kesehatan ke lembaga pemerintah sehingga mereka mau peduli dan
mendukung upaya-upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan

9. Mengapa angka kunjungan ANC pada ibu hamil di puskesmas meningkat setiap tahunnya
?
Jawab :
● faktor teknologi ( untuk ibu-ibu yang memiliki akses informasi kehamilan di internet
maupun dari grup whatsap ibu-ibu desa tentang pentingnya ANC )
● faktor sosial ( dukungan dari sosial dan keluarga ) dimana keduanya memegang
peranan penting dalam mempengaruhi psikologi si ibu dalam melakuakan perilaku
kesehatan
● faktor nilai budaya
● faktor ekonomi ( keluarga yang dlm kondisi perekonomian buruk akan cenderung
membuat keputusan berkaitan dnegan kesehatan yang sekiranya tidak merugikan dirinya
sehingga dapat memicu perilaku kesehatan negatif )

10. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi care seeking behavior ?
Jawab :
● perilaku tenaga kesehatan yang kurang ramah
● faktor jarak pusat layanan kesehatan yang jauh
● faktor predisoposisi ( usia, jenis kelamin, sikap )
● faktor penguat ( dukungan keluarga dan dukungan dari petugas kesehatan )

11. Apakah tindakan dr. Mirna sudah sesuai dengan prinsip peningkatan kualitas hidup
masyrakat ?
Jawab : peningkatan kualitas hidup masyrakat indonesia merupakan salah satu tujuan
yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Meningkatkan kealiats
hidup antara lain diwujudkan dengan meningkatkan pendapatan melalui berbagai
kegiatan perekonomian. Salah satu sarana yang mempunyai peranan strategis dalam
kegiatan perekonomian adalah perbankan
JUMP 4 : SKEMA

Social- Faktor-faktor
Determinant of yang
Health mempengaruhi
gender & stigma

Perilaku
Kesehatan

Pencegahan
Strategi
Promosi penyakit Care-seeking
Perubahan
Kesehatan (program behavior
Perilaku
imunisasi)

JUMP 5 : LEARNING OBJECTIVE

1. Promkes secara umum dan khusus (ex : anak sekolah, difabel, lansia dan ibu hamil)

2. Perilaku dlm mencari pelayanan kesehatan & dihubungkan dgn budaya

3. Determinant of Health

4. Strategi yg dapat merubah perilaku kesehatan

5. Pencegahan Penyakit & Program Imunisasi dan pencapaian di Indonesia

JUMP 6 : SHARING INFORMATION

3.Social Determinant Of Health


Social determinants of health, menurut WHO, adalah kondisi sosial yang mempengaruhi
kesempatan seseorang untuk memperoleh kesehatan.
Dalam SDH, ada dua hal berbeda yang dapat menggambarkan ketimpangan sosial terkait
derajat kesehatan masyarakat yaitu inequality dan inequity : 

Inequality in health merupakan konsep normatif dan merujuk pada ketidakseimbangan


yang dianggap tidak adil sebagai hasil dari berbagai proses sosial. Faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap health inequalities adalah: 1) faktor sosial ekonomi atau faktor materi
seperti anggaran belanja pemerintah dan distribusi pendapatan serta sumber daya lain di
masyarakat, 2) faktor psikologi seperti stres, keterasingan, hubungan sosial dan dukungan sosial,
dan 3) faktor perilaku dan gaya hidup.

Inequity in health atau ketidakadilan dalam aspek kesehatan merupakan sebuah dugaan


empiris dan merujuk pada perbedaan status kesehatan antar kelompok yang berbeda. Sedangkan,
health equity berarti ketiadaan ketidakadilan dan pencegahan perbedaan status kesehatan diantara
kelompok sosial. Health equity juga terkait dengan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan. Dalam
health equity, kesehatan merupakan sumber daya yang penting dan bernilai untuk perkembangan
manusia yang membantu manusia untuk meraih potensi mereka dan berkontribusi secara positif
untuk masyarakat.

Dalam menggali adanya inequity dan inequality in health, diperlukan sebuah riset terkait


SDH. Ada 3 pendekatan dan prinsip dalam riset SDH ini, yakni: 1) berfokus pada kelompok
yang paling kurang beruntung. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dari kelompok yang
paling kurang beruntung. Pendekatan ini juga dapat meningkatkan kesehatan bagi mereka yang
kurang beruntung meskipun kesenjangan kesehatan antara yang kaya dan miskin tidak berubah;
2) mempersempit kesenjangan kesehatan. Ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mereka
yang kurang beruntung dengan meningkatkan keluaran kesehatan mereka agar setara dengan
kelompok yang beruntung. Ini memerlukan pengaturan target untuk mengurangi perbedaan
dalam keluaran kesehatan; dan 3) mengurangi kesenjangan sosial. Ini termasuk menurunkan
perbedaan dan membuat aspek kesehatan menjadi lebih adil disemua jenjang.

Untuk mengukur SDH dan inequalities in health, diperlukan data yang memadai untuk
dapat membantu kita memahami inequalities in health dan untuk membantu kita
mengidentifikasi target dan intervensi yang tepat untuk mengatasinya. Data yang dimaksud
adalah: 1) data mengenai kematian, kesakitan, kesehatan dan penggunaan layanan kesehatan, dan
2) informasi mengenai bagaimana indikator pelayanan tersebut dipolakan diseluruh kelompok
demografis dan sosioekonomi serta diseluruh area geografis yang berbeda.

Sumber :
(https://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/article/1297#:~:text=M
enggali%20Informasi%20Ketimpangan%20Sosial%20dalam%20Aspek%20Kesehatan%3A
%20Social%20Determinants%20of%20Health%20Research&text=Social%20determinants
%20of%20health%2C%20menurut,kesempatan%20seseorang%20untuk%20memperoleh
%20kesehatan.)

1. Strategi perubahan perilaku

Dalam pekerjaan (program/proyek) Perubahan Perilaku yang anda lakukan saat


ini, ada beberapa elemen yang Anda perlu pikirkan dalam merancang strategi perubahan
perilaku?. Secara ringkas ada beberapa poin yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Perilaku harus dituliskan dengan jelas dan spesifik (Subject + Perilaku (kata kerja) +
Keterangan Spesifik (kuantitas, frekuensi, durasi, dll). Misalnya: Ibu memberikan ASI
saja kepada bayinya selama 6 bulan pertama; Pemuda/I berolah raga minimal 30 menit
sehari dan tiga kali dalam seminggu.

2. Kelompok Prioritas: mereka yang diharapkan untuk melakukan perilaku

3. Kelompok Berpengaruh: mereka yang dapat mendukung/menghambat kelompok


prioritas dalam melakukan perilaku. Kadang, jika kelompok ini sangat berpengaruh,
maka kita bisa saja menjadikan mereka menjadi kelompok prioritas.

4. Determinan: adalah perasaan, keyakinan, atau elemen lain yang dapat menghambat
atau mendukung kelompok prioritas dalam melakukan perilaku.
5. Jembatan Kegiatan/Bridges to Activities: Gambaran spesifik ke arah mana
determinan akan dibawa. Untuk setiap determinan, selalu minimal ada satu jemabatan
kegiatan (Mis. Meningkatkan akses terhadap….)

6. Kegiatan: kegiatan yang harus dilaksanakan terhadap Kelompok Prioritas/Kelompok


Berpengaruh untuk mencapai sesuatu.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam merancang proses perubahan perilaku
diantaranya:

Sumber :
(https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/5a1e2cdb452d3a8f0af1c35e83708421.pd
f)

4.Care Seeking Behavior


Lawrence green mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku khususnya
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, yang mengatakan bahwa kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku.
Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 (tiga) faktor :
1) Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadaphal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,sistem nilai yang
dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan,dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagimasyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, posobat desa, dokter atau bidan praktek
swasta, dsb. Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga.
3) Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama
(toma), sikap dan perilaku pada petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang
peraturan peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yangterkait dengan
kesehatan.

Berdasarkan teori Health Belief Model berkembangnya pelayanan kesehatan masyarakat


akibat kegagalan dari orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan atau
penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider (Edberg, 2009). Ada 6 variabel yang
menyebabkan seseorang mengobati penyakitnya:
1. Persepsi Kerentanan (perceived susceptibility)
Persepsi seseorang terhadap resiko dari suatu penyakit. Agar seseorang bertindak untuk
mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan kalau ia rentan terhadap penyakit
tersebut.

2. Persepsi Keparahan ( perceived seriousness)


Tindakan seseorang dalam pencarian pengobatan dan pencegahanpenyakit dapat disebabkan
karena keseriusan dari suatu penyakit yang dirasakan misalnya dapat menimbulkan kecacatan,
kematian, atau kelumpuhan, dan juga dampak sosial seperti dampak terhadap pekerjaan,
kehidupan keluarga, dan hubungan sosial.
3. Persepsi Manfaat (perceived benefits)
Penerimaan seseorang terhadap pengobatan penyakit dapat disebabkan karena keefektifan dari
tindakan yang dilakukan untuk mengurangi penyakit. Faktor lainnya termasuk yang tidak
termasuk dengan perawatan seperti, berhenti merokok dapat menghemat uang.
4. Persepsi Hambatan ( perceived barriers)
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakan pencegahan penyakit akan mempengaruhi
seseorang untuk bertindak. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan daripada
rintangan atau hambatan yang mungkin ditemukan dalam melakukan tindakan tersebut.
5. Petunjuk untuk Bertindak (cues to action)
Kesiapan seseorang akibat kerentanan atau manfaat yang dirasakan dapat menjadi faktor yang
potensial untuk melakukan tindakan pengobatan. Selain factor lainnya seperti faktor lingkungan,
media massa atau anjuran dari keluarga, teman-teman dan sebagainya.
6. Efikasi Diri (self efficacy)
Efikasi diri adalah kepercayaaan seseorang terhadap kemampuannya dalam pengambilan
tindakan.

HBM mengasumsikan proses internal dan rasional, yakni seseorang menilai derajat
resiko mereka dan membuat perhitungan untung rugi jika mereka tidak ikut dalam perilaku
kesehatan preventif atau kegiatan berorientasi kesehatan. Namun perhitungan tersebut bervariasi
berdasarkan informasi dan interpretasi yang dibuat.

Sumber : (http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51079/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y)

1. Promosi kesehatan yang menjadi unggulan dari puskesmas


Konsep Promosi Kesehatan

Ada berbagai konsep promosi kesehatan yang dapat dilibatkan dalam upaya menyebarkan


informasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait peningkatan kualitas kesehatan dan
menjalani gaya hidup sehat. Aktivitas promosi kesehatan di sekolah dapat menjadi bagian dari
kegiatan menyebarkan informasi dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait pesan – pesan
tertentu. Salah satu promosi kesehatan yang dapat digulirkan di sekolah adalah ajakan untuk
meningkatkan konsumsi ikan. Terdapat beberapa pesan penting dari gerakan tersebut yang
berkaitan dengan gizi tinggi yang bisa diperoleh dari konsumsi ikan dan tentu saja rasa yang
enak.

Dalam konsep promosi kesehatan terdapat beberapa kegiatan yang bisa dilakukan baik itu
untuk promosi kesehatan di tempat kerja, promosi kesehatan di sekolah ataupun promosi
kesehatan di masyarakat. Dan berikut adalah kegiatan promosi kesehatan.

Apa Saja Konsep Promosi Kesehatan?

 Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


 Cuci tangan pakai sabun (CTPS)
 Mengkonsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur.
 Tidak membuang sampah sembarangan
 Melakukan kerja bakti untuk menciptakan lingkungan sehat
 Menggunakan pelayanan kesehatan.
 Menjalankan gaya hidup sehat bersama anggota keluarga.

Promosi Kesehatan Di Sekolah

Promosi kesehatan di sekolah menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kesehatan


masyarakat. Hal tersebut karena promosi kesehatan melalui komunitas sekolah cukup efektif
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
Usia sekolah sangat baik untuk memberikan edukasi dan pemahaman mengenai Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS).
 Tujuan Promosi Kesehatan Di Sekolah
 Menciptakan siswa,guru dan masyarakat lingkungan sekolah untuk menerapkan PHBS.
 Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bersih dan nyaman.
 Mampu meningkatkan pendidikan di sekolah.
 Menciptakan pelayanan kesehatan di sekolah yang bisa dimanfaatkan dengan baik
 Meningkatkan penerapan kebijakan sehat dan upaya di sekolah untuk mempromosikan
kesehatan.

Kegiatan  promosi kesehatan terkait meningkatkan konsumsi ikan ini juga dapat digulirkan di
tempat lain seperti fasilitas umum hingga kegiatan promosi kesehatan di tempat kerja baik itu
instansi pemerintah ataupun swasta. Ada cukup banyak pesan yang dapat dikomunikasikan
melalui promosi kesehatan ajakan mengkonsumsi ikan, salah satunya adalah informasi mengenai
manfaat konsumsi ikan. Beberapa informasi penting dalam kaitan ajakan menambah jumlah
konsumsi ikan dapat berupa informasi mengenai fakta bahwa ikan merupakan sumber protein
dan vitamin yang baik.

Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja

Upaya promosi kesehatan yang dilaksanakan di tempat kerja, selain bisa mengatasi,memelihara,


meningkatkan serta melindungi kesehatannya sendiri. Dengan menerapkan promosi kesehatan di
tempat kerja hal ini akan bisa meningkatkan produktivitas kerja dan menciptakan lingkungan
kerja yang sehat

Menerapkan promosi kesehatan di tempat kerja bisa memberikan dampak positif terhadap


lingkungan kerja dan masyarakat. Secara garis besar, promosi kesehatan di tempat kerja adalah
harus bisa memberikan perlindungan individu,baik didalam ataupun diluar lingkungan tempat
kerja untuk menciptakan proses kesehatan yang berkelanjutan.

Tujuan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja

 Mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja


 Bisa menurunkan angka absensi tenaga kerja
 Mengurangi angka penyakit baik dalam lingkungan kerja atau diluar lingkungan kerja
 Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

Sebagai sebuah program promosi kesehatan di tempat kerja dengan target orang dewasa;


beberapa poin seperti manfaat konsumsi ikan yang dapat mencegah penuaan dini dan
melemahnya ingatan serta menjaga kesehatan penglihatan dapat diutamakan. Kini ada berbagai
jenis media promosi kesehatan yang dimanfaatkan untuk menyebar informasi dan menumbuhkan
kesadaran masyarakat tentang meningkatkan kualitas kesehatan.

Sumber : (https://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan)

Anda mungkin juga menyukai