Anda di halaman 1dari 7

BAB I KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN

A. Sekilas Determinan Kesehatan


Rumitnya kelengkapan di bidang kesehatan menghadirkan tantangan yang cukup serius.
Hampir setiap aspek eksistensi manusia mempengaruhi atau di pengaruhi oleh kesehatan.
Kenyataan ini membuat perilaku kesehatan adalah bahasan yang tak kunjung usai,
mengingat bahwa hampir semua perilaku manusia berhubungan dengan kesehatan.
Konsep Blum menjelaskan penentu derajat kesehatan masyarakat dibagi menjadi 4
kategori besar yaitu :
1. Genetika
2. Lingkungan
3. Pelayanan Kesehatan
4. Perilaku
Kategori ini dapat di gambarkan sebagai berikut :
1. Genetika, sebagian besar ukuran tubuh seseorang dan kemampuan juga daya tahan
penyakit, mungkin disebabkan factor genetic. Dalam beberapa kasus, kehidupan yang
didominasi oleh beberapa penyakit genetic tertentu.
2. Lingkungan, suhu, kelembaban, sikap tingkat kebisingan, ada atau tidak adanya
berbagai polutan, dan paparan radiasi semua mempengaruhi berbagai derajat kesehatan.
Begitu juga dengan lingkungan social, keb.iasaan, adat istiadat, dan hukum, serta
kegiatan organisasi sosial, komersial, dan pemerintahan yang menentukan kondisi politik
dan ekonomi sangat mempengaruhi kualitas hidup setiap orang.
3. Pelayanan kesehatan, kualitas, ketersediaan, dan penggunaan yang tepat dari pelayanan
kesehatan medis, dapat memilki efek yang penting terhadap kesehatan seseorang
4. Perilaku, pilihan yang dibuat oleh setiap orang dalam memperhatikan nutrisi, latihan
dan aktifitas fisisk, tingkah laku seksual, dan factor gaya hidup lain yang mempengaruhi
gaya hidup dan status kesehatan.
Intervensi terhadap faktor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya
yang saling bertentangan. Masing masing upaya tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kedua upaya tersebut dilakukan melalui :
1) Tekanan (Enforcement)
Upaya agar masyarakat mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan
dengan cara-cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya enforcement ini bisa
dalam bentuk undang-undang atau peraturan-peraturan, instruksi-instruksi, tekanan-
tekanan (fisik/nonfisik), sanksi-sanksi dan sebagainya. Pendekatan ini biasanya
menimbulkan dampak yang lebih cepat terhadap perubahan perilaku. Tetapi pada
umumnya perubahan atau perilaku baru ini tidak langgeng Isutainable), karena perubahan
perilaku yang dihasilkan dengan cara ini tidak didasari oleh pengertian atau kesadaran
yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut dilaksanakan. Contoh sederhana UU No 36
Tahun 2009 tentang kesehatan, dengan jelas pasal 115 dikatakan bahwa kawasan tanpa
rokok adalah fasilitas kesehatan, tempat anak bermain, sekolah, tempat ibadah, tempat
kerja, angkutan umum, tempat umum dan tempat-tempat lain yang ditetapkan. Didalam
praktek sehari-hari kenyataannya sering kita jumpai masih ada orang yang dengan
sengaja merokok ditempat tempat tersebut, lebih ironis lagi bila kita ketempat fasilitas
kesehatan masih ada juga petugas kesehatan yang merokok dilingkungan fasiktas
kesehatan, selain itu masih ada juga pemerintah daerah yang belum menerapkan kawasan
tanpa rokok dengan serius. Inilah bentuk gambaran kelemahan dari pendekatan dengan
upaya enforcemeni, dibutuhkan niat atau kesadaran yang kuat selain itu sanksi yang tegas
wajib diterapkan, pemimpin tidak boleh ragu atau takut untuk mengambil kebijakan
sesuai UU atau peraturan yang sudah dikeluarkan karena pada dasarnya UU itu dibikin
untuk kebaikan.
2) Pendidikan (Education)
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara
persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan
sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan. Memang
dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat, akan
memakan waktu lama dibanding cara koersi. Namun demikian, bila perilaku tersebut
berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan.
B. Mengenal Promosi Kesehatan
Sampai saat ini masih terjadi distorsi pemahaman promosi kesehatan. Promosi
kesehatan masih dipahami semata-mata sebagai pengganti istilah Pendidikan Kesehatan.
Secara institusional mungkin benar bahwa promosi kesehatan itu merupakan pengganti
pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Tetapi secara konsep berbeda, maka lebih baik
dikatakan bahwa promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan.
Terminologi “promosi” dalam promosi kesehatan sekurang-kurangnya mengandung
empat pengertian sekaligus, yakni :
a. Seperti halnya dalam “five level of prevention” dari Leavels and Clark dalam
Hanlon (1974), dimana pencegahan tingkat pertama adalah "health promotion”.
Terminologi ini juga seperti digunakan dalam dunia akademik (promosi doktor),
atau dunia pekerjaan (promosi jabatan). Dalam konsep 5 tingkat pencegahan (five
leve/s of prevention), pencegahan tingkat pertama dan utama adalah promosi
kesehatan
health promotion) . Secara lengkap adalah:
1. Promosi kesehatan (Health promotion)
2. Perlindungan khusus melalui imunisasi (Specific protection)
3. Diagnosisi dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prompt treatment)
4. Membatasi atau mengurangi kecacatan (Disability Iimitation)
5. Pemulihan (Rehabilitation)
b. Memasarkan atau menjual, seperti yang berlaku di dunia bisnis, memasarkan atau
menjual ide-ide kesehatan.
c. Dalam literatur lama (zaman Belanda), dijumpai istilah “Propaganda Kesehatan”,
yang sebenarnya adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain atau masyarakat
untuk melakukan hal-hal yang sehat misalnya: makan makanan yang bergizi,
minum air yang direbus, buang air besar di jamban, dan sebagainya. Istilah
propaganda kesehatan ini masih dipakai juga sampai awal kemerdekaan Republik
Indonesia, oleh dr. J. Leimena, Menteri Kesehatan pada waktu itu.
d. Belakangan muncul dilapangan atau dalam praktisi promosi kesehatan, bahwa
promosi kesehatan itu dilakukan dan identik dengan Penyuluhan Kesehatan.
Tidak keliru memang, karena dalam penyuluhan tersebut terjadi proses
peningkatan pengetahuan kesehatan bagi masyarakat. Dengan peningkatan
pengetahuan tersebut diharapkan akan berakibat terjadinya peningkatan sikap dan
perilaku (praktek) hidup sehat. Demikian juga telah tejadi dalam penyuluhan
(promosi) kesehatan tersebut terjadi penjulan “produk” Produk yang dimaksud
disini bukanlah produk komersial, tetapi produk sosial.
Promosi kesehatan adalah proses memungkinkan orang untuk meningkatkan
kontrol pada faktor-faktor penentu kesehatan dengan meningkatkan kesehatan mereka.
Istilah promosi selama ini selalu dihubungkan dengan penjualan (sales), periklanan
(advertising), dan dipandang sebagai pendekatan propoganda yang didominasi oleh
penggunaan media massa. Begitupun dalam bidang kesehatan promosi diartikan sebagai
upaya memperbaiki kesehatan melalui penggunaan media massa untuk meningkatkan
derajat . kesehatan masyarakat baik itu perorangan maupun perkelompok.
Promosi kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau
masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan. Promosi kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok atau
masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan.
Menurut L. Green, 1984 defenisi promosi kesehatan adalah segala bentuk
kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan.
Menurut WHO, 1986 defenisi promosi kesehatan adalah proses memungkinkan
orang untuk meningkatkan kontrol atas faktorfaktor penentu kesehatan dengan
meningkatkan kesehatan mereka.

Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat


dalam memelihara dan meingkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapaiu derajat
kesehatan yang sempumah, baik fisik mental sosial ekonomi dan spritual sebagai konsep
kesehatan holistik, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mmapu mengubah atau mengatasi lingkunagnnya secara
mandiri. Dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan
demikian dalam konteks promosi kesehatan aspek intervensi lingkungan dalam upaya
perubaha perilaku adalah bagian penting yang harus diperhatikan.
C. Model Promosi Kesehatan
Telah banyak model yang dikembangkan untuk mencoba menerangkan bagaimana
faktor-faktor itu dapat mempengaruhi kesehatan serta bagaimana pengetahuan membantu
memperbaiki intervensi pencegahan dan program kesehatan. Terdapat tiga jenis model
yang masuk pengertian model kesehatan antara lain model kesehatan, model perilaku
kesehatan, dan model pendidikan dan promosi kesehatan (Schmidt dkk.,1990:Simnett,
1994).
a. Model Keyakinan Kesehatan (Healty Belief Model)
Model keyakinan kesehatan merupakan model kognitif yang digunakan
untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Menurut Model Keyakinan
Kesehatan, tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan seseorang dipengaruhi
secara langsung dari hasil dua keyakinan atau penilaian kesehatan antara lain
ancaman yang dirasakan setara penilaian terhadap keuntungan dan kerugian.
Model keyakinan kesehatan melingkupi kebiasaan seseorang dan sifat-
sifat yang dikaitkan dengan perkembangan, termasuk gaya hidup tertentu seperti
merokok, diet, olahraga, perilaku keselamatan, penggunaan alkohol, penggunaan
kondom untuk pencegahan AIDS dan gosok gigi. Promoai kesehata dan
pencegahan penyakt telah lebih ditekankan pada kontrol resiko.
b. Transteoritical Model (TTM)
Model tranteortical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai
kesiapan seorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang baru dan
memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu
melalui tahapan perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan.
James O. Prochasta, dkk (1977) mengembangkan TTM berdasarkan
analisis teori yang berbeda dari psikoterapi. Model ini terdin atas empat variabel,
yaitu prasyarat untuk terapi, proses perubahan, isi harus diubah dan hubungan
terapeutik. Model ini disempumakan oleh Prochasta berdasarkan penelitan yang
mereka publikasikan dalam peer review jual dan bukunya terdiri atas lima
konstruksi yaitu tahapan prubahan, proses-proses perubahan, keseimbangan
putusan, keberhasilan diri, dan godaan atau percobaan.
c. Model Transaksional Stres dan Koping
Model transaksional dari stres dan koping adalah suatu kerangka kerja
untuk mengevaluasi proses mengatasi peristiwa stres. Pengalaman stres
ditafsirkan sebagai transaksi orang dengan lingkungannya. Transaksi ini
bergantung pada dampak dari stresor ekstemal. Hal ini dimediasi oleh penilaian
pertama orang tentang streosor dan penilaian kedua pada sumber daya sosial atau
budaya sekitanya. Ketika berhadapan dengan stresor, seseorang mengevaluas
potensi ancaman atau disebut dengan penilaian primer, yaitu penilaian seseorang
tentang makna dari suatu peristiwa sebagai stres, positif, terkendali, menantang,
atau tidak relevan. Penilaian kedua menghadapi stresor adalah evaluasi
pengendalan stresor dan sumber daya yang dimiliki untuk menghadapnya.
Sebagai contoh, penilaian sumber daya masyarakat dalam mengatasi dan
membuat sebuah pilihan seperti apa yang dapat dilakukan tentang situasi yang
terjadi (Cohen, 1984).
E. Determinan Sosial Kesehatan dan Praktek Promosi Kesehatan
Menurut teori Green bahwa factor perilaku ditentukan oleh 3 faktor.
Pertama, factor predisposisi (predisposing factor), yaitu factor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, “antara lain:
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dsb. Contoh:
seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan penimbangan
agar mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya pengetahuan, ibu tersebut
mungkin tidak akan membawa anaknya ke posyandu. Kedua, factor pemungkin
(enabling factor), yaitu faktor yang memungkinkan atau yang menfasilitasi
perilaku atau tindakan, antara lain: prasarana, sarana, ketersediaan sdm. Contoh
konkritnya, ketersediaan puskesmas, ketersediaan tong sampah, adanya tempat
olah raga,

dsb. Ketiga, faktor penguat (reinforcing factor), yaitu factor yang mendoron: atau
memperkuat terjadinya perilaku, antara lain: sikap

Anda mungkin juga menyukai