Anda di halaman 1dari 22

PEMASARAN SOSIAL UNTUK

PERUBAHAN PERILAKU
KESEHATAN
KELOMPOK 3
RAIHAN ZAINAL / 1412020001R
NUR AFIFAH FATHRANI / 14120200090
HIBRUSSOLEH AKHMAD / 14120200130

C8 PEMASARAN SOSIAL KESEHATAN


PROMOSI KESEHATAN 2022
OUTLINE

1. PENDIDIKAN KESEHATAN MENJADI PROMOSI KESEHATAN

2. KONTEKS PERUBAHAN PERILAKU

3. KEDUDUKAN PEMASARAN SOSIAL

4. PEMASARAN SOSIAL DALAM PROMOSI KESEHATAN


PENDIDIKAN KESEHATAN
MENJADI PROMOSI KESEHATAN
GREEN(1980)
Pendidikan Kesehatan adalah “any combination of
learning’s experiences designed to facilitate voluntary
adaptations of behavior conducive to health” (kombinasi
dari pengalaman pembelajaran yang didesain untuk
memfasilitasi adaptasi perilaku yang kondusif untuk
kesehatan secara sukarela).

WHO(1984)
Mengubah istilah pendidikan kesehatan menjadi
promosi kesehatan. Perbedaan kedua istilah tersebut
yaitu pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk
mengubah perilaku sedangkan promosi kesehatan
selain untuk mengubah perilaku juga mengubah
lingkungan sebagai upaya untuk memfasilitasi ke arah
perubahan perilaku tersebut.
1986
Istilah Health Promotion (promosi kesehatan) ini secara
resmi disampaikan pada Konferensi Internasional
tentang Health Promotion di Ottawa, Kanada

Pada Konferensi tersebut health promotion didefinisikan


sebagai “the process of enabling peoples to increase
controls over, and to improved their health” yaitu proses
yang memungkinkan seseorang untuk mengontrol dan
meningkatkan kesehatan.
PROMKES DI INDONESIA

Istilah promosi kesehatan di Indonesia pada Visi promosi kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari
dasarnya mengacu pada perkembangan dunia visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti
internasional. Konsep promosi kesehatan yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI
ternyata juga sesuai dengan perkembangan No. 366 Tahun 2009
pembangunan kesehatan di Indonesia yaitu
mengarah pada paradigma sehat.
“Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya,
sebagai investasi sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi”.
KONTEKS
PERUBAHAN PERILAKU
PERUBAHAN PERILAKU & INDIKATORNYA

Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses


yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama.
Secara teori perubahan perilaku seseorang menerima atau
mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui
tiga tahap, yaitu :

1.PERUBAHAN PENGETAHUAN
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator – indikator apa yang digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi :
a) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
b) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
c) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
2. SIKAP
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau
objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah
seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator
untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti diatas.

3. PRAKTIK & TINDAKAN


Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,
proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau
mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah
yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan
perilaku kesehatan (overt behavior).
BENTUK-BENTUK PERUBAHAN PERILAKU

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan
oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Dibawah ini di uraikan
bentuk – bentuk perubahan perilaku menurut WHO yang mana dikelompokkan
menjadi tiga :

1. PERUBAHAN PENGETAHUAN ALAMIAH (NATURAL CHANGE)


2. PERUBAHAN TERENCANA (PLANNED CHANGE)
3. KESEDIAAN UNTUK BERUBAH (READINESS TO CHANGE)
KEDUDUKAN
PEMASARAN
SOSIAL
Pemasaran sosial lebih mengedepankan pada perubahan perilaku untuk menghasilkan
kebaikan bersama dalam jangka panjang. Di bidang kesehatan misalnya, mendorong
orang untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji atau alkohol, meningkatkan
konsumsi makanan organik dan mendorong gaya hidup sehat.

Tujuan utama pemasaran sosial adalah mempengaruhi dan mengubah perilaku kita agar
bermanfaat, baik secara sosial maupun terhadap lingkungan. Itu mempromosikan
manfaat bersama bagi masyarakat dalam jangka panjang. Walaupun biasanya
membutuhkan waktu yang lebih lama bahkan mungkin bertahun-tahun. Misalnya,
kampanye anti merokok di Australia, yang mana diluncurkan pada tahun 1997,
membutuhkan waktu 5 tahun untuk mengurangi jumlah perokok dewasa sebesar 3,7%.
CONTOH Pengurangan produk tidak ramah
lingkungan seperti plastik sekali pakai
PEMASARAN SOSIAL Kampanye anti tembakau, untuk
mengurangi tingkat perokok
Gerakan makan makanan yang bergizi.
Seperti makan sayur dan buah,
mengurangi konsumsi makanan cepat saji,
dan meningkatkan konsumsi makanan
organik
Kampanye meminimalkan anti
diskriminasi atau anti-sosial.
Social marketing (pemasaran sosial) dinilai oleh banyak pihak memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan strategi perubahan sosial secara tradisional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh
strategi perubahan sosial secara tradisional lebih menekankan pada kegiatan-
kegiatan yang lazim dilakukan, seperti pidato dari pak lurah, kiai atau pemangku
adat dalam menyosialisasikan agar mengamalkan Pancasila, sedangkan
pemasaran sosial dibangun atas pengetahuan yang diperoleh dari praktik bisnis
yang mempertimbangkan objek terukur, riset tentang kebutuhan manusia,
mengarahkan produk kepada kelompok konsumen tertentu, memanfaatkan
teknologi untuk menunjang aktivitas (seperti pemanfaatan komputer untuk
desain grafis), mengomunikasikan keuntungan/manfaat yang mereka peroleh
secara efektif, kewaspadaan yang tetap untuk mengubah lingkungan, dan
kemampuan beradaptasi dengan perubahan.
PEMASARAN SOSIAL DALAM
PROMOSI KESEHATAN
Pemasaran sosial merupakan wujud dari suatu teknologi pemasaran komersial, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi suatu program yang direncanakan untuk mempengaruhi perilaku
seseorang secara sukarela. Salah satu tujuan adanya pemasaran sosial yaitu untuk merubah
perilaku masyarakat yang dijadikan sebagai sasaran. Perubahan perilaku difokuskan pada
segmen prioritas populasi atau pasar, bukan individu. Sehingga pemasaran sosial dapat dikatakan
sebagai salah satu pendekatan dalam strategi promosi kesehatan dan dukungan sosial.
Sebagai mana disebutkan dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah, strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah:
a) Pemberdayaan, yang didukung oleh
b) Bina Suasana,
c) Advokasi, serta dijiwai semangat
d) Kemitraan
1.Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan ujung tombak dari upaya promosi kesehatan dirumah
sakit. Hakikatnya adalah upaya membantu atau memfasilitasi pasien/klien, sehingga
mempunyai pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk mencegah dan atau
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya. Sehingga pemberdayaan hanya bisa
dilakukan terhadap pasien/klien.
Tantangan pertama Pemasaran Sosial dalam Promosi Kesehatan dalam
pemberdayaan adalah pada saat awal, yaitu pada saat meyakinkan seseorang bahwa
suatu masalah kesehatan (yang sudah dihadapi atau yang potensial) adalah masalah
bagi yang bersangkutan. Sebelum orang tersebut yakin bahwa masalah kesehatan itu
memang benar-benar masalah bagi dirinya, maka ia tidak akan peduli dengan upaya
apa pun untuk menolongnya.
2.Bina Suasana
Pemasaran Sosial dalam Promosi Kesehatan Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil
bila didukung dengan kegiatan menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif.
Tentu saja lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan yang diperhitungkan
memiliki pengaruh terhadap pasien yang sedang diberdayakan. Kegiatan
menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif ini disebut bina suasana.
3.Advokasi
Advokasi perlu dilakukan, bila dalam upaya memberdayakan pasien dan klien, rumah
sakit membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain dalam pemasaran sosial dalam
promosi kesehatan. Contoh promosi kesehatan dalam rangka mengupayakan
lingkungan rumah sakit yang tanpa asap rokok, rumah sakit perlu melakukan advokasi
kepada wakil-wakil rakyat dan pimpinan daerah untuk diterbitkannya peraturan
tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang mencakup di rumah sakit.
4.Kemitraan
Baik dalam pemberdayaan, maupun dalam bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip
kemitraan harus ditegakkan. Pemasaran sosial dalam promosi kesehatan kemitraan
dikembangkan antara petugas rumah sakit dengan sasarannya (para pasien/kliennya
atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi. Di
samping itu, kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk
meningkatkan efektivitas Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), petugas rumah
sakit harus bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, seperti misalnya kelompok
profesi, pemuka agama, Lembaga Swadaya Masyarakat, media massa, dan lain-lain.
Te ri m a
Ka sih

“Kekuatan tim ada pada setiap


anggota. Kekuatan setiap anggota
ada pada tim.”
— Phil Jackson

Anda mungkin juga menyukai