BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang di
inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi
merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi sosial,mental dan phisik dalam
kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat kerja dapat memberikan pengaruh
yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan
absensi dan peningkatan produktifitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak
sehat (sering terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya biaya
kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.
Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan
pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara yang sudah maju. Secara
umum bahwa kesehatan dan lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi.
Dimana industrilisasi banyak memberikan dampak positif terhadap kesehatan, seperti
meningkatnya penghasilan pekerja, kondisi tempat tinggal yang lebih baik dan meningkatkan
pelayanan, tetapi kegiatan industrilisasi juga memberikan dampak yang tidak baik juga
terhadap kesehatan di tempat kerja dan masyarakat pada umumnya.
Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara global dibidang
pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan perubahan-perubahan dalam
pembangunan baik dalam bidang tehnologi maupun industri. Dengan adanya perubahan
tersebut maka konsekuensinya terjadi perubahan pola penyakit / kasus-kasus penyakit karena
hubungan dengan pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan) , faktor fisik
(panas , Bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang
sangat penting yang perlu diperhatikan, stress, penyakit Jantung, tekanan darah tinggi dan
lain-lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau
diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan pemecahan masalahnya hanya dari segi
kuratif dan rehabilitatif saja tanpa memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan
Promosi kesehatan ini dikembangkan dengan adanya Deklarasi Jakarta hasil dari konferensi
Internasional Promosi Kesehatan di Jakarta bulan juli 1997. Dengan komitmen yang tinggi
Indonesia ikut berperan dalam melakukan kegiatan tersebut terutama melalui program
perilaku hidup bersih yang dilakukan di beberapa tatanan diantaranya adalah tatanan tempat
kerja.
Masih sangat sedikit sekali pekerja dari perusahaan mendapatkan pelayanan kesehatan
keselamatan kerja yang memuaskan, karena banyak para pimpinan perusahaan kurang
menghubungkan antara tempat kerja, kesehatan dan pembangunan. Padahal kita ketahui
bahwa pekerja yang sehat akan menjadikan pekerja yang produktif, yang mana sangat
penting untuk keberhasilan bisnis perusahaan dan pembangunan nasional. Untuk itu promosi
kesehatan di tempat kerja merupakan bagian yang sangat penting di tempat kerja.
STRATEGI DAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN
STRATEGI DAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN
A.
Pada
21
November
1986,
World
Health
Organization
(WHO)
promosi
kesehatan
dilakukan
dengan
mengombinasikan
berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat
kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran
bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada
gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif
(Taylor, 2003).
yang
buruk.
Media
massa
dapat
memberikan
kontribusinya
dengan
pendidikan,
penyuluhan,
atau
serangkaian
kampanye
mengenai
masalah
Oleh karena itu, lingkup promosi kesehatan dapat disimpulkan sebagai berikut
(Iqi, 2008):
1. Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan
perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan.
2. Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa
melalui kampanye.
3. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran
informasi.
4. Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan.
5. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk memengaruhi lingkungan atau
pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya
legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana, dan lain-lain di berbagai
bidang/sektor, sesuai keadaan).
6. Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat
(community
development),
penggerakan
masyarakat
(social
mobilization),
untuk
memberi
semangat
pemeliharaan
yang
timbal-balik
untuk
memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita. Konservasi sumber
daya alam di seluruh dunia harus ditekankan sebagai tanggung jawab global.
Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang memiliki dampak yang signifikan
pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang harus menjadi sumber kesehatan untuk
manusia. Cara masyarakat mengatur kerja harus dapat membantu menciptakan
masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja
yang aman, yang menstimulasi, memuaskan, dan menyenangkan.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat.
terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi- sangat
esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang positif
bagi kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang dibangun serta
konservasi dari sumber daya alam harus ditujukan untuk promosi kesehatan apa saja.
3. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien
dalam
mengatur
prioritas,
membuat
keputusan,
merencanakan
strategi
dan
melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah
memberdayakan komunitas -kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib
mereka.
memelajari
kesempatan
untuk
kesehatan,
sebagaimana
penggalangan
dukungan.
4. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)
Promosi
kesehatan
mendukung
pengembangan
personal
dan
sosial
melalui
kesehatan
sebagaimana
perubahan
pada
pelatihan
dan
pendidikan
profesional. Hal ini harus membawa kepada perubahan sikap dan pengorganisasian
pelayanan kesehatan dengan memfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu
sebagai manusia seutuhnya.
6. Bergerak ke masa depan (moving into the future)
Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara pengaturan dari kehidupan
mereka sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan
diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat
keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan
memastikan bahwa masyarakat yag didiami seseorang menciptakan kondisi yang
memungkinkan pencapaian kesehatan oleh semua anggotanya.
Merawat,
kebersamaan,
dan
ekologi
adalah
isu-isu
yang
penting
dalam
mengembangkan strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang terlibat harus
menjadikan setiap fase perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan promosi
kesehatan serta kesetaraan antara pria dan wanita sebagai acuan utama.
D.
1.
Advokasi
Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan
membuat keputusan ( Decision makers ) dan penentu kebijakan ( Policy makers ) dalam
bidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh
terhadap masyarakat.
non
pemerintah
(Ornop)
mendefensisikan
Advokasi
sebagai
upaya
Tujuan Advokasi
suatu perubahan
dalam kebijakan, program atau legislasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak
mungkin.
2)
Fungsi Advokasi
a)
para penentu kebijakan atau pembuat keputusan , oleh karena itu harus didukung
akurasi data dan masalah.
b)
d)
prioritas tinggi
4). Pendekatan kunci Advokasi
a). Melibatkan para pemimpin/ pengambil keputusan
b). Menjalin kemitraan
c). Memobilisasi kelompok peduli.
2.
Kemitraan
Di Indonesia istilah Kemitraan
prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak saman dahulu. Sejak nenek
moyang kita telah mengenal istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya
kemitraan.
Robert Davies, ketua eksekutif The Prince of Wales Bussines Leader Forum (NS Hasrat
jaya Ziliwu, 2007) merumuskan, Partnership is a formal cross sector relationship
between individuals, groups or organization who :
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah suatu
kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi
untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada
kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan
kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,dan saling berbagi baik
dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini terdapat tiga (3) kata kunci dalam kemitraan, yakni:
a)
b)
c)
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan
dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.
Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi, maka setiap pihak yang
terlibat didalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan
kepentingan masing-masing, kemudian membangun kepentingan bersama.Oleh karena
itu membangun kemitraan harus didasarkan pada hal-hal berikut:
a)
d) Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain.
2. Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan
Dalam membangun Kemitraan ada tiga (3) prinsip kunci yang perlu dipahami oleh
masing-masing anggota kemitraan (NS Hasrat jaya Ziliwu, 2007), yakni :
a)
Equity (Persamaan)
Individu, organisasi atau Individu yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa
duduk sama rendah berdiri sama tinggi.Oleh sebab itu didaam vorum kemitraan asas
demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada
yang lain karena merasa lebih tinggi dan tidak ada dominasi terhadap yang lain.
b) Transparancy (Keterbukaan)
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan atau apa
yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota harus diketahui oleh
anggota lainnya.Demikian pula berbagai sumber daya yang dimiliki oleh anggota yang
Satu harus diketahui oleh anggota yang lain. Bukan untuk menyombongkan yang satu
tehadap yang lainnya, tetapi lebih untuk saling memahami satu dengan yang lain
sehingga tidak ada rasa saling mencurigai.Dengan saling keterbukaan ini akan
menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu diantara anggota.
c)
Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang, tetapi lebih
kepada Non materi.Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau
sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.
Tujuh (7) landasan, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan
struktur); saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi);
saling menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik
tetapi juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti
kesediaan untuk dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung
kegiatan (synergy); dan saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
Enam (6) langkah
Indonesia Sehat.
b)
bersama, dll.
c)
berjalan lancar.
d)
e)
f)
g)
1. Indikator Keberhasilan
a)
Indikator input
Indikator proses :
Indikator output :
Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan
efisiensi upaya yang diselenggarakan.
3.
bahwa kekuasaan sebagai suatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah.
Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi
sosial antara manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan
hubungan kekuasaaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini,
pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang
bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat
tergantung pada dua hal :
Jika
kekuasaan
tidak
dapat
berubah
konsep
pemberdayaan
secara
tepat
dan
jernih
memerlukan
upaya
pemberdayaan
mulia
Nampak
disekitar
decade
70-an,
dan
kemudian
berkembang terus sepanjang decade 80-an dan sampai decade 90-an atau akhir abad
ke-20 ini. Diperkirakan konsep ini muncul bersamaan dengan aliran-aliran seperti
Eksistensialisme, Phenomelogi, Personalisme, kemudian lebih dekat dengan gelombang
New-Marxisme, freudialisme, aliran-aliran seperti Sturktualisme dan Sosiologi Kritik
Sekolah Frankfurt serta konsep-konsep seperti elit, kekuasaan, anti-astabilishment,
gerakan populasi, anti-struktur, legitimasi, ideology, pembebasn dan konsep civil society
(Pranarka & Moeljarto, 1996).
Istilah
Pemberdayaan
masyarakat
tidak
menganut
pendekatan
mobilisasi
tetapi
partisipatif. Pada pendekatan partisipatif ini, perencana, agents dan masyarakat yang
dijadikan
sasaran
pembangunan
bersama-sama
merancang
dan
memikirkan
Indonesia
Kabupaten/Kota
Achmad
menggerakkan
Suyudi
mengingstruksikan
masyarakat
melakukan
Pemerintah
upaya-upaya
Daerah
pencegahan
penyakit (http://www.depkes.go.id/ ).
Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan melalui program
pendampingan masyarakat (community organizing and defelopment), karena pelibatan
masyarakat sejak perencanaan (planning), pengorganisasian (Organising), pelaksanaan
(Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan (Controlling) program dapat dilakukan
secara maksimal. Upaya ini merupakan inti dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
(Halim, 2000).
Pelibatan masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen; perencanaan
(Planning), pengorganisasiaa.n (Organising), pelaksanaan (Actuating) hingga evaluasi
atau pengawasan (Controlling) program atau biasa disingkat POAC telah diadopsi untuk
5. Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang meliputi pengambilan
keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan dilaksakan secara
sistematik,
melakukan
perkiraan-perkiraan
dengan
mempergunakan
segala
1. Pelaksanaan (Actuating)
Setelah perencanaan (Planning) dan pengorganisasian (Organizing) selesai dilakukan,
mak selanjutnya selanjutnya yang akan ditempuh adalah pelaksanaan (Actuating).
Tahapan pelaksanaan ini tidak mudah karena dalam melaksanakan aktivitas yang
dimaksud, memerlukan suatu keterampilan khusus (Azwar, 2003).
Dalam pelaksanaan suatu rencana, seorang administrator dan ataupun menejer, perlu
menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan yang jika disederhanakan dapat
dibedakan atas enam macam, yakni:
Pada tahapan ini keterlibatan masyarakat sangat dibutuhkan Karena masyarakat potensi
yang siknifikanyang bias menggerakkan program. Di sisi lain,jika masyarakat tidak
dilibatkan maka mereka akan apatis bahkan menghambat program yang dikembangkan.
1. Pengawasan (Conrolling)
Fungsi
majemen
yang
tidak
kalah
pentingnya
adala
pengawasan
(controlling).
adalah
suatu
proses
untuk
mengukur
penampilan
kegiatan
atau
pelaksanaan kegiatan suatu program yang selanjutnya memberikan pengarahanpengarahan sehingga tujuanyang telah ditetapkan dapat tercapai. Agar pengawasan
dapat berjalan dengan baik, sekurang-kurangnya tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni;
obyek pengawasan, metode pengawasan, dan proses pengawasan.
Pemberdayaan masyarakat merupakan issu strategis dalam upaya kesehatan, namun
pelaksanaan belum seprti yang diharapkan. Oleh karena itu, salah satu poin dalam visi
pelaksanaan pembangunan kesehatan kita adalah mendorong kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat, dengan pertimbangan bahwa kesehatan adalah tanggungjawab
bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah, dan swasta. Apapun peran yang
dijalankan oleh perintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri
menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Perilaku sehat dan
kemampuan untuk memilih atau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
sangat menentukan dalam pembangunan kesehatan. Oleh Karena itu salah satu upaya
kesehatan pokok atau misi sector kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat (Depkes RI, 1999).
Dalam bidang kesehatan, Pelaksanaan Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu
upaya meningkatkan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat
dan derajat kesejahteraan, dan meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyrakat
agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai kemajuan (Leksono, 2004).
Dalam
pelaksanaan
kesehatan,
perlu
program-program
diperhatikan
pemberdayaan
karakteristik
masyarakat
masyarakat
setempat
dalam
yang
bidang
dapat
pemberdayaan
masyarakat
pada
bidang
kesehatan
kini
telah
banyak
dikembangkan, baik oleh pemerintah maupun swasta terutama olek LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat). Pembangunan Indonesia Sehat 2010,yakni pengutamaan upayaupaya promotif dan preventif. Pendekatan promosi kesehatan inovatif, berbasis trias
epidemiologi dan proses psikologis komunikatif guna menyadarkan dan memotivasi
masyarakat untuk mampu hidup sehat dan menghindari deritan disability serta ancaman
kematian (Ngatimin, 2003)
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi
terhadap,
kejadian-kejadian
kehidupannya.
serta
Pemberdayaan
lembaga-lembaga
menekankan
bahwa
yang
orang
mempengaruhi
memperoleh
mana rakyat,
organisasi, dan
diketahui
konsep
mengeni
kelompok
lemah
dan
ketidakberdayaan
yang
dialaminya. Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau
tidak berdaya meliputi : (Edi Suharto, 2006).
1. Kelompok lemah secara structural, baik lemah secara kelas, gender, maupun
etnis.
3. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi
dan/ atau keluarga.
Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu masyarakat,
seperti masyarakat kelas social ekonomi rendah, kelompok minoritas etnis, wanita,
populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat, adalah orang-orang yang mengalami
ketidakberdayaan. Keadaan dan perilaku mereka yang berbeda dari keumuman
kerapkali dipandang sebagai deviant (penyimpang). Mereka seringkali kurang dihargai
dan bahkan dicap sebagai orang yang malas, lemah yang disebabkan oleh dirinya
sendiri. Padahal ketidakberdayaan mereka seringkali merupakan akibat dari adanya
kekurangadilan dan diskriminasi dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.
Menurut Berger dan Nenhaus dan Nisbet (Edi Suharto, 2006), struktur-struktur
penghubung (mediating structures) yang memungkinkan kelompok-kelompok lemah
mengekspresikan aspirasi dan menunjukkan kemampuannya terhadap lingkungan social
yang lebih luas, kini cenderung melemah. Munculnya industrialisasi yang melahirkan
spesialisasi kerja dan pekerjaan mobile telah melemahkan lembaga-lembaga yang dapat
1. Penilaian diri yang negative. Ketidakberdayaan dapat berasal dari adanya sikap
penilaian negative yang ada pada diri seseorang yang terbentuk akibat adanya
penilaian negative dari orang lain. Misalnya wanita atau kelompok minoritas
merasa tidak berdaya karena mereka telah disosialisasikan untuk melihat diri
mereka sendiri sebagai orang yang tidak memiliki kekuasaan tidak setara dalam
masyarakat.
masyarakat di
3. Lingkungan yang lebih luas dapat menghambat peran dan tindakan kelompok
tertentu. Situasi ini dapat mengakibatkan tidak berdayanya kelompok yang
tertindas tersebut dalam mengekspresikan atau menjangkau kesempatankesempatan yang ada di masyarakat. Misalnya kebijakan
terhadap
kelompok
pendidikan.
4. Indikator Keberdayaan
gay
atau
lesbian
dalam
yang diskriminatif
memperoleh
pekerjaan
dan
Menurut Kieffer (1981), pemberdayaan mencakup tiga dimensi yang meliputi kompetensi
kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif. Parsons (1994) juga
mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang merujuk pada : (Edi Suharto, 2006)
2. Sebuah keadaan psikologis yang ditandai oleh rasa percaya diri, berguna dan
mampu mengendalikan diri dan orang lain.
3. Pembebasan yang dihasilkan dari sebuah gerakan social, yang dimulai dari
pendidikan dan politisasi orang-orang lemah dan kemudian melibatkan upayaupaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut untuk memperoleh kekuasaan dan
mengubah struktur-struktur yang masih menekan (Parsons,1994).
5. Konsep Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
a. Konsep Masyarakat
Terdapat dua kelompok teori, yaitu : a). Kelompok teori dengan perspektif sistem ekologi,
b). Kelompok teori dngan perspektif system social. Perspektif sistem ekologi mengarah
pada penjelasan tentang masyarakat sebagai kesatuan individu yang tinggal pada
wilayah geografis tertentu. Oleh karena itu , fokus penjelasan persfektif sistem ekologi
meliputi : besar masyarakat, kepadatan, keanekaragaman, lingkungan fisik, organisasi
dan struktur sosial, serta tehnologi yang digunakan masyarakat. Adapun persfektif sistim
sosial menjelaskan tentang sistim pengorganisasian dalam masyarakat, menggali
interaksi antara subsistem dalam masyarakat (yang meliputi aspek ekonomi, politik),
secara horizontal didalam masyarakat, secara vertikal dengan masyarakat yang lain,
dengan masyarakat yang lebih besar .
Pemberdayaan masyarakat telah menjadi arus utama dalam model pembangunan
dibanyak
Negara
dan
masyarakat.
Berdasarkan
telaah
tentang
model-model
mampu
alih
teknologi/waralaba,
dan
salah
penempatan/penggunaan
dibawah
kemampuan. Dalam negara yang sedang berkembang terdapat siklus keadaan yang
merupakan suatu lingkaran yang tidak berujung yang menghambat perkembangan
masyarakat secara keseluruhan. Secara sederhana lingkaran tersebut terdiri dari
keadaan
sosial
ekonomi
rendah
yang
mengakibatkan
ketidakmampuan
dan
ketidaktahuan, yang secara otomatis mengakibatkan produktifitas juga ikut rendah. Dan
selanjutnya juga membuat keadaan sosial ekonomi semakin rendah dan seterusnya.
(Notoatmodjo, 2005).
Dalam masyarakat itu sendiri sebenarnya terdapat suatu dinamika yang membuat
mereka mampu bertahan dalam keadaan yang sulit dan hal itu sebenarnya merupakan
potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Sampai seberapa
jauh potensi ini berkembang dapat terlihat dari keadaan perkembangan masyarakat itu
sendiri. Pada masyarakat yang sudah berkembang maka hal ini menunjukkan bahwa
mereka telah dapat memanfaatkan potensi yang mereka miliki, sedangkan pada
masyarakat yang belum berkembang berarti mereka belum banyak memanfaatkan
potensi yang mereka miliki.
Secara sederhana dinamika masyarakat ini dapat digambarkan sebagai sebuah piringan
berputar. Kecepatan tertentu akan membuat pringan tersebut bergerak naik dan
kecepatan di bawah batas tertentu akan membuat pringan tersebut bergerak naik dan
kecepatan di bawah batas tertentu akan membuat piringan tersebut bergerak turun.
Proses pengembangan masyarakat merupakan usaha untuk memberikan percepatan
kepada piringan tersebut agar bergerak naik. Dari perumpamaan secara sederhana
tersebut dapat dibayangkan bahwa gerakan naik akan terjadi jika daya putar piringan
tersebut ditingkatkan atau diberi daya dari luar pada saat dan dengan cara yang tepat.
Dan jelaslah pula kiranya bahwa proses pengembangan masyarakat harus bertitik tolak
dari dinamika yang sudah dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, setiap
usaha yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan dinamika masyarakat,
hendaknya menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Potensi
ini
serigkali
tidak
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
taraf
hidup
Pertinggi mutu potensi yang ada. Tergalinya potensi setempat harus diikuti dengan
peningkatan mutu agar dapat diperoleh manfaat yang optimal. Ini dapat dilakukan
dengan jalan mengikutsertakan masyarakat setempat sejak awal kegiatan hingga
pelaksanaan dan perluasan kegiatan, dengan mengadakan kegiatan pendidikan non
formal.
c)
wujud pemanfaatan potensi yang ada bukanlah suatu tujuan akhir. Harus diusahakan
agar kegiatan tersebut tidak berhenti di sana saja tetapi diikuti dengan kegiatan lain
sebagai hasil daya cipta masyarakat. Untuk itu maka setiap kegiatan harus menimbulkan
kepuasan agar timbul gairah dan daya cipta; harus dipilih kegiatan-kegiatan yang
mempunyai kelanjutan; serta diadakan latihan untuk pembentukan kader dan diikuti
dengan usaha meningkatkan keterampilannya.
d)
usaha
meningkatkan
dinamika
masyarakat
adalah
agar
sebagai
hasil
proses
merupakan
suatu
proses
pemberian
idea
ataupun
kebutuhan
dari
Partisipasi yang bertanggung jawab sebaiknya dimiliki setiap organisasi lokal. Partisipasi
dapat dicapai bila mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari kegiatan yang
dilakukan.Dengan sendiriya dibutuhkan pembagian tugas pada masing-masing anggota
dalam organisasi tersebut. Setiap organisasi lokal memiliki massa, memiliki pimpinan
dan program. Setelah dapat memberikan motivasi kepada pimpinan, serta memiliki
program yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat, maka dapatlah dilakukan
penggerakan massa berdasarkan program tersebut. Pemberian tanggung jawab penuh
pada organisasi lokal sangat penting dalam rangka partisipasi masyarakat dalam suatu
program berupa pemberian fasilitas fisik seperti pemanfaatan ruang untuk pertemuan,
alat-alat transportasi, pemondokan, dan sebagainya. Serta pemberian fasilitas non fisik
seperti mekanisme kontrol, dukungan moral,
sebagainya.
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/promosi kesehatan, diakses tanggal 25 September 2008
Iqi, Iqbal, 2008, Promosi Kesehatan, dalam http://iqbal-iqi.blogspot.com, diakses tanggal 15
Oktober 2008.
Kapalawi,
Irwandi,
2007,
Tantangan
Bidang
Promosi
Kesehatan
Dewasa
Ini,
dalam
Tawi, Mirzal, 2008, Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan, diambil dari
http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/pemberdayaan-masyarakat-dalam-promkes,
diakses tanggal 15 Oktober 2008
Taylor, Shelley E., 2003, Health Psychology, 5th edition, New York: McGraw Hill.
WHO,
1986,
The
Ottawa
Charter
for
Health
Promotion,
Geneva:
WHO,
dari