Judul : Bentuk Promosi Kesehatan untuk Penyakit Gigi dan Mulut, Konsep Sehat-sakit
NPM : 2106722120
Kesehatan merupakan salah satu hal mendasar yang menjadi ukuran kesejahteraan seorang
manusia. Manusia yang sehat mampu beraktivitas dan mengambil peran di dalam
masyarakat. Sayangnya, pengetahuan mengenai kesehatan belum tentu dimiliki oleh semua
masyarakat, terutama mengenai kesehatan gigi dan mulut. Sehingga, dibutuhkan promosi
kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat.
Selain itu, definisi promosi kesehatan juga tercantum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1114/MENKES /SK/VII /2005 tentang Pedoman Pelaksanaan
Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. (Kemenkes, 2011)
Kesehatan gigi dan mulut berkontribusi besar terhadap kesehatan individu dan publik.
Oleh karena itu, promosi kesehatan gigi dan mulut menjadi sangat penting. Promosi
kesehatan gigi dan mulut memiliki berbagai macam bentuk. Hal ini terjadi karena
bentuk promosi harus disesuaikan dengan budaya dan kebiasaan dalam individu atau
masyarakat, kondisi sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya, serta faktor risiko.
Dengan bentuk promosi yang sesuai, strategi promosi dapat direalisasikan dengan
baik. Alhasil, kesehatan gigi dan mulut masyarakat juga meningkat.
Menurut model Ewles dan Simnett, bentuk promosi kesehatan melibatkan lima
pendekatan berbeda. Pendekatan ini mungkin diterapkan dalam berbagai tingkat
pencegahan. Pertama, terdapat bentuk pendekatan medis yang bertujuan untuk
membebaskan pasien dari penyakit. Kedua, perubahan perilaku yang berfokus pada
perilaku individu, misalnya menyarankan perokok agar berhenti merokok. Ketiga,
pendekatan client-centered berfokus pada pasien dan mendorong pemberdayaan
pasien untuk mengubah perilakunya. Umumnya, dalam situasi client-centered,
pasienlah yang menjadi “pemimpin” dalam promosi kesehatan mereka sendiri.
Keempat, promosi yang bersifat mengedukasi akan memberikan pengetahuan kepada
kelompok dan individu, sehingga suatu individu dapat membuat pilihan-pilihan
perilaku dan aktivitas yang berkaitan dengan kesehatan. Terakhir, masyarakat yang
mempromosikan lingkungan yang lebih sehat melalui perubahan sosial. Contohnya
adalah larangan merokok di tempat umum (Ewles dan Simnett, 2003).
Menurut Daly dalam Essential Dental Public Health, bentuk promosi kesehatan gigi
dan mulut dapat berupa :
1. Pencegahan : bertujuan untuk mengurangi level penyakit. Contohnya
screening untuk mendeteksi oral cancer dan aplikasi material preventif, yaitu
pit and fissure sealant.
2. Behavior change : bertujuan untuk menyadarkan individu agar bertanggung
jawab pada kesehatannya masing-masing dan mengubah kebiasaan hidup
sehat. Pada umumnya, pendekatan dengan cara ini dilakukan oleh seorang
dokter dengan metode konseling,
3. Educational : Pengedukasian merupakan hal yang penting agar individu
memiliki pengetahuan dan memahami cara untuk mendukung informasi
tersebut. Contohnya melaksanakan program pengajaran tentang masalah
kesehatan pada sekolah-sekolah.
4. Empowerment : bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan prioritas
masing-masing individu, serta mengembangkan rasa percaya diri dan
keterampilan untuk mengatasi masalah ini. Berbeda dengan pendekatan lain,
jika pemberdayaan profesional kesehatan bertindak sebagai fasilitator. Pada
tingkat populasi, individu dituntut untuk lebih terlibat secara aktif dalam
meningkatan kesehatan masyarakat.
5. Social change : berdasarkan faktor sosial lingkungan. Jadi, perubahan yang
ditargetkan menuju kearah faktor lingkungan, fisik, sosial, dan ekonomi untuk
meningkatkan kesehatan. Pendekatan jenis ini membutuhkan kebijakan dan
dukungan pemerintah. Contohnya, menerapkan fluoridasi air untuk air minum.
Kebijakan ini dapat ditetapkan dari kerja sama pemerintah dengan pihak-pihak
tertentu sebagai langkah untuk meningkatkan kesehatan oral.
Bentuk-bentuk promosi yang telah dilakukan selama ini sangat membantu individu
dan masyarakat dalam membangun kesadaran dan menjaga kesehatan oral. Lima
puluh tahun yang lalu, kebanyakan orang dewasa diperkirakan akan mengalami
kehilangan hampir seluruh giginya saat sudah mencapai usia paruh baya. Saat itu,
belum banyak promosi kesehatan yang bersifat preventif. Sehingga, masyarakat hanya
berfokus pada pengobatan. Namun, saat ini, survei terbaru kesehatan gigi orang
dewasa (2009) dan anak (2003) menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan mulut secara
keseluruhan terus meningkat, yang sebagian disebabkan oleh peningkatan pendidikan
dan promosi kesehatan mulut.
B. Konsep Sehat-sakit
I. Konsep Sehat
Definisi kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah
“keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial untuk
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi”. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, sehat juga merupakan keadaan dari kondisi fisik yang baik, mental
yang baik, dan juga kesejahteraan sosial, tidak hanya merupakan ketiadaan
dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1948). Jika seluruh aspek, yaitu fisik,
mental, sosial, dan spiritual berada dalam kondisi yang baik, kesehatan yang
holistik akan tercapai (Shi, 2004).
Sakit (Illness) mengacu pada respon subjektif individu untuk menjadi tidak
sehat. Hal ini mengacu pada 'kehilangan kesehatan', bagaimana perasaan orang
tersebut, dan apa pengaruhnya terhadap kehidupan normal sehari-hari (Naidoo
dan Wills 2009). Biasanya dilaporkan dalam bentuk gejala.
Istilah "illness" dan "disease" bukanlah hal yang sama, meskipun sering
digunakan dan diartikan secara sama. Sakit (illness) dikenali melalui persepsi
dan evaluasi seseorang tentang apa yang dirasakan manusia. Misalnya, sebuah
individu mungkin merasakan nyeri, ketidaknyamanan, kelemahan, depresi,
atau kecemasan, tetapi belum tentu mengidap penyakit (disease). Dari
pandangan sosiokultural, manusia menganggap diri sakit ketika mereka
merasa tidak mampu melakukan membentuk tugas atau perannya di dalam
masyarakat (Wolinsky 1988).
Misalnya, karena sakit kepala yang parah, seseorang mungkin merasa tidak
dapat pergi bekerja atau bersekolah. Orang tersebut mungkin meminum obat
pereda nyeri dan istirahat. Jika gejalanya menetap, orang tersebut mungkin
akan mencari bantuan medis profesional. Selama kunjungan awal, dokter
mungkin menemukan tidak ada yang salah secara fisik. Orang tersebut
mungkin masih menderita rasa sakit dan ketidaknyamanan, tetapi belum
dinyatakan sakit. Saat dirujuk ke ahli neurologi, orang tersebut didiagnosis
menderita gangguan kecemasan dan diberikan obat-obatan. Pada ini titik,
orang tersebut dinyatakan sakit. Dengan demikian, penentuan adanya penyakit
harus berdasarkan evaluasi profesional, bukan apa yang dirasakan pasien.
Setelah memahami konsep sehat-sakit, kita dapat mengetahui bagaimana illness dan disease
dapat mengganggu kehidupan manusia. Sehingga, kesehatan yang holistik harus diupayakan
bagi setiap individu dan komunitas. Kesehatan gigi dan mulut pun tidak luput dari kesehatan
holistik. Oleh karena itu, diperlukan berbagai bentuk promosi kesehatan untuk mencegah
penyakit gigi dan mulut. Untuk mencegah penyakit gigi dan mulut, terdapat beberapa bentuk
promosi kesehatan yang dapat dilakukan. Misalnya, penyuluhan, edukasi, dan hari tanpa
tembakau.
Referensi
1. Daly, B., Batchelor, P., Treasure, E. and Watt, R., 2013. Essential dental public health.
2nd ed. Oxford: Oxford University Press.
2. Ewles, L. and Simnett, I., 2003. Promoting Health : A Practical Guide. Edinburgh:
Baillière Tindall.
3. Felton, A., Chapman, A. and Felton, S., 2014. Basic Guide to Oral Health Education
and Promotion. 2nd ed. Chichester, West Sussex, UK: John Wiley & Sons, Ltd.
4. Naidoo, J. and Wills, J., 2009. Foundations for Health Promotion. Oxford: Saunders.
5. WHO.1948.Constitution. World Health Organization, Geneva.
6. Petersen, P., 2003. The World Oral Health Report 2003. Geneva: World Health
Organization.
7. Shi, L. and Singh, D., 2004. Delivering Health Care in America. Boston: Jones and
Bartlett.
8. Sulistyowati, L., 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
9. Wolinsky, F. D., & Arnold, C. L. (1988). A different perspective on health and health
services utilization. In G. L. Maddox & M. P. Lawton (Eds.), Annual review of
gerontology and geriatrics, Vol. 8. Varieties of aging (pp. 71–101). Springer
Publishing Co.