PROMOSI KESEHATAN
Oleh :
NIM. G1A116068
Dosen Pengampu :
PENDAHULUAN
Dari uraian ini dapat dilihat bahwa “Promosi kesehatan” merupakan salah
satu bentuk intervensi di bidang kesehatan untuk memperbaiki status kesehatan
masyarakat. Dilihat dari keluasan dan keberagaman aktivitasnya, dapat dikatakan
bahwa promosi kesehatan adalah bentuk baru dari kesehatan masyarakat. (Tones and
Green, 2004). Atau dengan kata lain, Promosi Kesehatan merupakan program yang
dirancang untuk memberikan perubahan di bidang kesehatan terhadap manusia,
organisasi, masyarakat dan lingkungan.
Tujuan Promosi Kesehatan secara umum adalah merubah perilaku di bidang
kesehatan dan secara khusus membuat klien/masyarakat menyadari nilai kesehatan,
mandiri mencapai hidup sehat dan memanfaatkan pelayanan kesehatan secara tepat
guna. Secara operasional ditujukan untuk membuat masyarakat dapat mengerti,
bertanggung jawab, melakukan langkah-langkah positip untuk kesehatannya sendiri,
sesuai tujuan intervensi perilaku dalam promosi kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Sasaran sekunder
Individu atau kelompok yang memeiliki pengaruh atau disegani oleh sasaran
primer seperti Tokoh masyarakat (tokoh agama, tokoh adat, petugas kesehatan, pejabat
pemerintahan dan lain lain), organisasi kemasyarakatan, media massa diharapkan
dapat turut serta dalam meningkatkan kesehatan pada individu dan keluarga, dengan
cara berperan sebagai panutan dalam melaksanakan praktik hidup bersih dan sehat,
menyebarluaskan informasi dan menciptakan suasana yang kondusif berperan sebagai
kelompok penekan (preasure group) untuk mempercepat terbentuknya perilaku hidup
bersih dan sehat.
c. Sasaran tersier
Disadari bahwa untuk merubah perilaku tidaklah mudah, maka harus didukung oleh
sistem nilai dan norma sosial serta norma hukum yang ada. suasana lingkungan yang
kondusif, sumber daya atau fasilitas harus didukung dan diupayakan oleh stakeholders,
pemerintahan, dan dunia usaha agar tercipta gerakan hidup sehat di masyarakat
contohnya memberlakukan kebijakan yang mendukung PHBS, membantu
menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain lain) Tabel 1.1 Sasaran promosi
kesehatan berdasarkan tatanan
pengelola pemilik
kantin sekolah
3. Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau beberapa
aspek, maka dilakukan perancangan desain, yang sebenarnya mengikuti rancangan desain
riset walaupun tidak harus kaku seperti riset umumnya dalam penerapannya. Rancangan riset
ini sangat bervariasi mulai dari yang amat sederhana sampai dengan yang sangat rumit
begantung pada tujuan dan klepentingan evaluasi itu sendiri.
4. Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah mengembangkan
instrument pengamatan atau pengukuran serta rencana analisis dan membuat rencana
pelaksanaan evaluasi.
6. Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi ini
di sajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan. Lain pihak
menginginkan bentuk penyajian atau pelaporan yang berbeda.
Keenam langkah evaluasi di atas dapat dipadatkan menjadi 2 langkah terpenting yaitu, (1)
menetapkan apa (fokus) yang akan dievaluasi, dan (2) merancang metode (cara)
melaksanakannya.
1. Menetapkan apa yang dievaluasi.
Disebut juga menentukan fokus evaluasi. Langkah ini merupakan langkah terpenting dalam
melakukan evaluasi. Ada beberapa cara menentukan fokus evaluasi, tetapi yang paling
penting dan paling sederhana adalah hal berikut ini:
Membahas dan membuat kesepakatan dengan pihak yang meminta evaluasi. Ini
bila orang yang terlibat berjumlah kecil sehingga dapat dengan mudah berbagai
pendapat. Bila jumlah yang terlibat besar sekali, untuk memutuskan sering digunakan
cara Delphi. Cara ini merupakan cara membuat keputusan berdasarkan konsensus
suara terbanyak. Pilihan-pilihan terakhir diajukan dan setiap orang diminta menulis
pilihannya dan memasukkan kedalam amplop tertutup. Kemudian secara objektif dan
transparan amplop dibuka dan dilakukan penghitungan. Pilihan terbanyak merupakan
pilihan yang disepakati.
Mengkaji secara sistem, yaitu dengan menguraikan proses suatu kegiatan atau
intervensi menurut unsur-unsur sistem, yaitu (a) masukan (input), (b) proses
(process), (c) keluaran (outpu)t, (d) efek (outcome), (e) dampak (impact), (f) umpan
balik (feed back) serta (g) lingkungan (environment).
Membuat suatu proses yang runtut. Cara ini dipakai oleh Carol Weiss (1972), yang
membuat penentuan berdasarkan logika.
2. Memilih atau merancang desain evaluasi
Banyak rancangan desain (riset) yang dapat dipakai dalam melakukan
evaluasi. Tergantung tujuan dan sumberdaya yang dimiliki desain evaluasi dapat
sederhana, dapat pula sangat canggih (sophisticated). Michael Ibrahim (19..) membuat
urutan desain menurut kekuatan kesimpulan dari hasil evaluasinya. Beliau membagi
cara evaluasi menurut yang a) non-riset, b) riset non- eksperimental dan 3) riset
eksperimental.
Termasuk yang non-riset adalah, lelucon (anecdote), cerita-cerita hikayat
(story), dan pendapat-pendapat ahli maupun orang awam. Sedangkan termasuk riset
non-eksperimental adalah survey sederhana sampai canggih, studi kasus-kelola (case
control study) dan studi kohor (cohort study). Riset yang bersifat eksperimental, mulai
dari desain eksperimen lapangan (masyarakat) sampai dengan laboratorium.
Stephen Isaac dan William B. Michael (1981) mengemukakan 9 bentuk desain
evaluasi, yaitu:
a. Historikal, dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secara objektif dan tepat
dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi.
b. Deskriptif, melakaukan enjelasan secara sistemati suatu situasi atau hal yang
menjadi perhatian secara factual dan tepat.
d. Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secra intensif latar
belakang status sekaang, dan interaksi lingkungan dari suatu unit sosial, baik
perorangan, kelompok, lembaga atau masyarakat.
e. Studi korelasional (corelational study), meneliti sejauh mana variasi dari satu
faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien
tertentu
KESIMPULAN
Kesimpulan