Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

“ PROMOSI KESEHATAN”

“UPAYA PROMOSI KESEHATAN IBU DAN ANAK”

DISUSUN OLEH :

NILAM APRILIA (N210 19 009)

DOSEN PEMBIMBING : FAUZAN, SKM, M.Kes

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS KEDOKTERAN
PRODI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


A. Konsep dan Model Promosi Kesehatan
 Definisi dan Tujuan Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
mandiri menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. (Depkes RI, 2007). Tujuan promosi
kesehatan dibagi menjadi tiga tingkatan, menurut (Ahmad, 2014), yaitu berdasarkan
program, pendidikan dan perilakunya. Tujuan program (jangka panjang) meliputi
refleksi dari fase sosial dan epidemiologi berupa pernyataan mengenai hal-hal yang
akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
Tujuan pendidikan (jangka menengah) merupakan pembelajaran yang harus dicapai
agar perilaku yang diinginkan dalam mengatasi masalah kesehatan dapat tercapai
(Green dalam Ahmad, 2014). Sementara, tujuan perilaku (jangka pendek) merupakan
gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan yang
berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan.

 Visi dan Misi Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan memiliki visi dan misi tertentu. Visi promosi kesehatan
membahas mengenai pembangunan kesehatan Indonesia yang diatur dalam UU
Kesehatan No. 23 Tahun 1992. Isi dari visi tersebut yaitu meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental
dan sosial sehingga masyarakat dapat produktif secara ekonomi maupun sosial
(Notoatmodjo, 2012). Visi lainnya yaitu menerapkan pendidikan kesehatan pada
program-program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya.
Sedangkan misi promosi kesehatan ialah terkait upaya pencapaian suatu visi,
di antaranya yaitu advokasi, mediasi dan kemampuan atau keterampilan. Advokasi
merupakan kegiatan terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan untuk
mempengaruhi para pembuat keputusan bahwa program kesehatan yang ditawarkan
perlu mendapat dukungan melalui suatu keputusan (Notoatmodjo, 2012). Mediasi
(penghubung) berarti pelaksanaan promosi kesehatan perlu menjalin kemitraan
dengan berbagai program yang berkaitan dengan kesehatan. Kemampuan (enable)
berarti masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya secara mandiri.

 Sasaran Promosi Kesehatan


Pelaksanaan promosi kesehatan ditujukan kepada sasaran yang telah
disesuaikan. Sasaran dalam promosi kesehatan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
(Kementerian Kesehatan, 2011):
1. Sasaran primer upaya promosi kesehatan adalah pasien, individu sehat dan
keluarga atau rumah tangga yang diharapkan dapat mengubah perilaku,
misalnya mengubah perilaku hidup tidak bersih dan tidak sehat menjadi
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2. Sasaran sekunder upaya promosi kesehatan yaitu para pemuka masyarakat
baik pemuka informal seperti pemuka adat dan pemuka agama, maupun
pemuka formal seperti petugas kesehatan dan pejabat pemerintahan, serta
organisasi kemasyarakatan dan media massa yang diharapkan dapat turut serta
dalam upaya peningkatan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga.
3. Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan, bidang lainnya yang berkaitan dan
pihak yang memfasilitasi sumber daya.

 Ruang Lingkup dan Konsep Dasar Promosi Kesehatan


Ruang lingkup promosi kesehatan secara sederhana menurut (Notoatmodjo,
2010) mencakup pendidikan kesehatan yang menekankan pada perubahan perilaku,
pemasaran sosial yang menekankan pada pengenalan produk melalui kampanye,
penyuluhan yang menekankan pada penyebaran informasi, upaya promotif yang
menekankan pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, upaya advokasi
untuk mempengaruhi pihak lain dalam mengembangkan kebijakan, pengorganisasian,
pengembangan, pergerakan dan pemberdayaan masyarakat.
Berdasarkan definisi promosi kesehatan yang merupakan proses yang
memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas status kesehatan mereka,
untuk itu kesehatan tidak hanya dipandang sebagai tujuan hidup melainkan juga
dipandang sebagai sumber daya bagi kehidupan sehari-hari karena kesehatan
merupakan konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta
kemampuan fisik.

 Tingkat Program Promosi Kesehatan


Program promosi kesehatan memiliki tiga tingkat, yaitu (Barker, 2007):
1. kesehatan primer cenderung berfokus pada orang-orang yang sehat dan
berfokus pada sekitar layanan seperti klinik untuk wanita, klinik bayi, pesan
seks yang aman, imunisasi anak (Barker, 2007). Tugas promosi kesehatan
tingkat ini seperti pencegahan yang bertujuan untuk mencegah penyakit dan
cedera, meningkatkan homeostasis biologis, dan self-regulation tubuh dengan
menyebarluaskan informasi kesehatan dengan selektif yang berasal dari medis
yang berkaitan dengan individu tentang faktor risiko dan tindakan pencegahan
yang terkait (Piper, 2009).
2. Promosi kesehatan sekunder berfokus pada orang-orang yang sudah sakit
dan perawat dalam situasi ini akan berusaha untuk membantu orang kembali
ke keadaan sehat (Barker, 2007). Tujuan dari manajemen diri pasien yang
memiliki cedera atau penyakit adalah untuk memaksimalkan peluang
pemulihan secara penuh, pemulihan fungsi dan untuk meminimalkan risiko
terjadinya komplikasi atau munculnya kembali penyakit (Piper, 2009).
3. Promosi kesehatan pencegahan tersier berfokus pada situasi di mana
seorang pasien atau klien memiliki masalah kesehatan yang sedang
berlangsung atau cacat, misalnya pada orang yang memiliki kanker yang
agresif, mereka dapat ditawarkan perawatan paliatif untuk meningkatkan
kualitas hidup mereka dan menjadi sejahtera sebagai bentuk promosi
kesehatan (Piper, 2009; Barker, 2007).

B. Model Promosi Kesehatan


Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal
(fisik dan psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik,
ekonomi seta pendidikan). Hal tersebut dapat menjadi latar belakang
dikembangkannya model-model kesehatan. Model-model promosi kesehatan tersebut
di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Health Belief Model (HBM), merupakan model kognitif, yang digunakan untuk
meramalkan perilaku  peningkatan kesehatan yang digunakan untuk menjelaskan
kegagalan partisipasi masyarakat secara luas dalam program pencegahan atau
deteksi penyakit. Menurut HBM, kemungkinan seseorang melakukan tindakan
pencegahan dipengaruhi oleh keyakinan dan penilaian kesehatan
(Maulana,  2009) yang di pengaruhi oleh :
a. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or
illness). Hal ini berkaitan dengan sejauh mana seseorang berpikir bahwa
penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Oleh
karena itu, jika ancaman yang dirasakan meningkat, perilaku pencegahan
juga akan meningkat.
b. Keuntungan dan kerugian (benefits and costs). Pertimbangkan antara
keuntungan dan kerugian perilaku untuk memutuskan melakukan tindakan
pencegahan atau tidak.
c. Petunjuk berperilaku. Petunjuk berperilaku disebut sebagai keyakinan
terhadap posisi yang menonjol. Hal ini berupa berbagai informasi dari luar
atau nasihat mengenai permasalah kesehatan (misalnya media massa,
kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain atau
teman).
HBM memiliki fungsi sebagai model pencegahan atau preventif (Stanley &
Maddux; 1986 dalam Community Health Nursing, 2010). 6 komponen dari HBM
ini, yaitu :
1. Perceived Susceptibility (kerentanan yang dirasakan). Contohnya
seseorang percaya kalau semua orang berpotensi terkena kanker.
2. Perceived Severity (bahaya/kesakitan yang dirasakan). Contohnya
individu percaya kalau merokok dapat menyebabkan kanker. 
3. Perceived Benefits (manfaat yang dirasakan dari tindakan yang diambil).
Contohnya melakukan perilaku sehat seperti medical check up rutin selain
itu kalau tidak merokok, dia tidak akan terkena kanker.
4. Perceived Barriers (hambatan yang dirasakan akan tindakan yang
diambil). Contohnya kalau tidak merokok tidak enak, mulut terasa asam. 
5. Cues to Action (isyarat untuk melakukan tindakan). Saran dokter atau
rekomendasi menjadi cues to action untuk bertindak dalam konteks
berhenti merokok.
6. Self Efficacy. Merasa percaya diri dengan perilaku sehat yang dilakukan
2. Theory of   Reasoned Action (TRA), digunakan dalam berbagai perilaku manusia,
khususnya berkaitan dengan masalah sosiopsikologis, kemudian berkembang dan
banyak digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan
perilaku kesehatan. (Maulana, 2009) Teori ini menghubungkan antara keyakinan
(beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention), dan perilaku.. TRA Merupakan
model untuk meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai
jenis perilaku sehat yang berlainan, seperti pengaturan penggunaan substanti
terterntu (merokok, alcohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan
makan, pencegahan AIDS dan penggunaan kondom dll.  (Maulana, 2009)      
 Keuntungan TRA. Teori TRA pegangan untuk menganalisis komponen
perilaku dalam item yang operasional.  Fokus sasaran prediksi dan
pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berada dalam
kendali seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi
secara jelas.
 Kelemahan TRA. Kelemahan TRA adalah tidak mempertimbangkan
pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan mengabaikan akibat-akibat
jelas dari variable eksternal terhadap pemenuhan  intensi perilaku.

3. Transteoritikal Model (TTM), adalah kerelaan individu untuk berubah,


yaitu  merubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, dan yang sehat menjadi
lebih sehat lagi. Terbagi menjadi 5 tahap yaitu :
1) Pre-contemplation. Individu tidak mengetahui adanya masalah dan tidak
memikirkan adanya perubahan.
2) Contemplation. Individu berfikir tentang perubahan di masa yang akan
datang dengan cara memberi dukungan dan motivasi.
3) Decission/ determination. Membuat rencana perubahan namun butuh
bantuan dalam mengembangkan dan mengatur tujuan dan rencana
tindakan.
4) Action. Implementasi dari rencana dan tindakan spesifik dapat dibantu
dengan diberikannya umpan balik dan dukungan sosial.
5) Maintenance. Individu dapat menunjukan tindakan yang ideal dan mampu
mengulangi tindakan yang direkomendasikan secara berkala.

4. PRECEDE dan PROCEED Model. Model ini dikembangkan untuk diagnosis


mengenai pendidikan mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan
program. PRECEDE merupakan kependekan dari Predisposing, Reinforcing,
and Enable Causes in Educational Diagnosis and Evaluation. Terdapat tujuh
tahap dalam merumuskan diagnosis dalam model ini, yaitu: diagnosis sosial,
diagnosis epidemologi, diagnosis perilaku dan lingkungan, diagnosis pendidikan.
Perawat dapat mengembangkan pernyataan diagnosa yang menggambarkan
pendidikan apa yang dibutuhkan oleh klien (Ivanov & Blue, 2008).
PROCEED yang merupakan kependekan dari Policy, Regulatory, and
Organizational Construct for Educational and Enviromental
Development digunakan untuk merencanakan, mengimplementasi, dan
mengevaluasi dalam program pendidikan kesehatan. Model ini terdiri dari empat
tahap implementasi, proses, dampak, dan evaluasi hasil dari proses
pendidikan (Ivanov & Blue,  2008).
Fokus model ini adalah mempengaruhi individu, kelompok dan masyarakat
untuk berperilaku sehat dalam diagnosa, pendidikan dan evaluasi. Green &
Kreuter (2005) dalam Saifah (2011) mendefinisikan bahwa terdapat tiga faktor
yang dapat digunakan dalam menginvestigasi perilaku yang berkontribusi
terhadap status kesehatan, yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) 
b. Faktor pemungkin (enabling factor) 
c. Faktor penguat (reinforcing factor) 

C. Kebijakan Promosi Kesehatan


 Peran Kebijakan Nasional dalam Promosi Kesehatan
Di dalam promosi kesehatan, ada keterlibatan tiap-tiap sektor dalam membuat
hingga menjalankan kebijakan. Dinas kesehatan provinsi mengembangkan,
mengkoordinasi dan memfasilitasi promosi kesehatan, kabupaten/kota memperkuat
pemberdayaan masyarakat oleh kabupaten/kota bina suasana dan advokasi tingkat
provinsi. Pemerintah membuat program kegiatan sesuai masalah kesehatan yang ada
di dinas kesehatan provinsi, sementara pemerintahan tingkat pusat mempromosikan
kesehatan, mengembangkan kebijakan nasional, menjadi pedoman dan standar
fasilitas serta koordinasi promosi kesehatan daerah bina suasana dan advokasi tingkat
nasional. Promosi kesehatan di daerah dikembangkan dari kebijakan nasional dan
pedoman standar promosi kesehatan yang didukung adanya fasilitas koordinasi
promosi kesehatan dari pemerintah pusat dan daerah dengan adanya bina suasana dan
advokasi. Kebijakan yang mengatur tentang promosi kesehatan adalah Permenkes
dan Kepmenkes.

D. Peran Tingkat Pusat

Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan, yaitu:

1. Pusat Promosi Kesehatan


2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di


tingkat Pusat perlu mengembangkan tugas dan juga tanggung jawabnya antara lain :

1. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terkait


dengan kegiatan promosi kesehatan secara nasional
2. Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk
pengembangan model promosi kesehatan di daerah
3. Mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan pengelolaan promosi kesehatan di
tingkat pusat
4. Menggalang kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan lain yang terkait
5. Melaksanakan kampanye kesehatan terkait Pamsimas secara nasional
6. Bimbingan teknis, fasilitasi, monitoring dan evaluasi.
E. Peran Tingkat Propinsi

Sebagai unit yang berada dibawah naungan tingkat pusat, maka peran tingkat
Provinsi, khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
antara lain sebagai berikut:

1. Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi kebijakan promosi


kesehatan local (provinsi) untuk mendukung penyelenggaraan promosi kesehatan
dalam wilayah kerja Pamsimas
2. Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan promosi
kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat agar
mampu ber-PHBS.
3. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat pada level provinsi
4. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta
mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan
lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS dalam level Provinsi

F. Peran Tingkat Kabupaten

Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten, khususnya


yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mencakup hal-hal
sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya dalam


penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
3. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan
masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
4. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta
mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan
lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS.

Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia,


untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuanhidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Wujud upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu :

1) Upaya kesehatan wajib, yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional,


regional, global, serta memiliki daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat meliputi :
 promosi kesehatan
 kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
 perbaikan diri masyarakat, pencegaham dan pemberantasan penyakit
menular
 pengobatan
2) Upaya kesehatan pengembangan, adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan
kemampuan sektor pelayanan kesehatanyang terkait.
Kebijakan sosial memberikan pengetahuan bagaimana melakukanhealthy
public policy dimana mengembangkan kebijakan untuk meningkatkan kesehatan.
Bidang kebijakan sosial dapat memberikan pengetahuan reflektif penting pada
asalmula promosi kesehatan itu sendiri dan pada kemunculannya sebagai jenis
kebijakan kesehatan yang lebih baru. Kebijakan sosial terdiri dari perspektif yang
bermacam-macam, hal itulah yang merefleksikan asumsi-asumsi yang berbeda
tentang dunia sosial.
Oleh karenanya, studi kebijakan sosial akan memberikan sumbangan besar
pada promosi kesehatan. Hal tersebut akan terus memberikan pemahaman bagaimana
ciri-ciri menonjol healthy public policy dalam lingkungan kebijakan saat ini; peran
negara, penduduk, dan masyarakat dalam pengembangan kebijakan; proses dan
kemungkinan pengembangan visi healthy public policy, jangkauan kerjasama lintas
sektoral; jangkauan koordinasi healthy public policy, dan bagaimana “public good”
dapat direkonsiliasikan dengan minat individu dan minat lainnya dalam memelihara
healthy public policy. Program-program di area studi berkaitan dengan
pengembangan ke kebijakan sosial seperti juga pada healthy public policy, membawa
kita untuk mempertimbangkan promosi kesehatan sebagai kebijakan sosial.

G. Kebijakan Internasional Promosi Kesehatan


Dasar kebijakan internasional promosi kesehatan sudah terbentuk sejak
dilaksanakan konferensi pertama di kota ottawa canada pada tahun 1986 dengan tema
“menuju kesehatan masyarakat baru” dan menghasilkan dasar promosi kesehatan
yaitu Piagam Ottawa. Selanjutnya konferensi promosi kesehatan terus dilakukan di
tempat yang berbeda sampai terakhir yaitu konferensi ke tujuh di kenya pada tahun
2009. Pada setiap dilakukan konferensi akan menghasilkan strategi baru untuk
menyelasaikan masalah yang muncul pada periode tersebut di dunia.
Konferensi promosi kesehatan I dilakukan di kota Ottawa Canada tahun 1986
dengan tema “Menuju kesehatan masyarakat baru” mengahasilkan piagam Ottawa.
Piagam Ottawa menyebutkan ada sembilan faktor prasyarat untuk menuju kesehatan:
perdamaian, tempat tinggal, pendidikan, makanan, pendapatan, ekosistem yang
seimbang, sumberdaya yang berkesinambungan, keadaan sosial sejahtera, dan
pemerataan. Piagam Ottawa memiliki tujuan promosi kesehatan yaitu: Advokasi
(meyakinkan pembuat kebijakan aturan yang diajukan itu penting), menjembatani
(antara bidang kesehtan dan bidang lain), dan memampukan (membuat masyarakat
mandiri). Strategi promosi kesehatan dalam Piagam Ottawa ada lima, yaitu
mengembangkan kebijakan publik berkaitan dengan kesehatan, membuat lingkungan
yang sehat, membangun masyarakat yang aktif, mengembangkan ketrampilan
masyarakat, dan reorientasi sistem pelayanan kesehatan.
Konferensi promosi kesehatan ke dua di Adelaide, Australia tahun 1988
dengan tema “Membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”. Dalam
konferensi kedua strategi yang digunakan mengarah untuk mendukung terciptanya
masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan berprilaku sehat.  Untuk
mencapai tujuan tersebut menggunakan enam strategi, yaitu kebijakan publik
berwawasan kesehatan, mengupayakan revvitalisasi nilai-nilai asasi kesehatan,
pemerataan akses pelayanan kesehatan, akuntabilitas program kesehatan,
meningkatkan pelayanan, dan kemitraan. Dalam konfrensi ini juga membagi prioritas
kebijakan publik di bidang kesehatan, yaitu program perempuan, pangan dan gizi,
tembakau dan alkohol, dan lingkungan yang baik.
Konferensi promosi kesehatan ke tiga di Sundvall, Swedia tahun 1991 dengan
tema “Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan”. Dalam koferensi ini
menghasilkan model yang dijalankan dengan praktis dalam promosi kesehatan,
yaitu Health promotion strategy analysis model (HELPSAME) berupa analisis
pengalaman dalam menciptakan lingkungan yang mendukung, Sundsvall pyramid of
supportive enviroment, dan Supportive enviroment action model berupa fasilitator
dalam kelompok.
Konferensi promosi kesehatan ke empat di Jakarta, Indonesia dengan tema
“Pemeran baru di era baru” tahun 1997. Konferensi ini menghasilkan Deklarasi
Jakarta yang berisi pendekatan baru promosi kesehatan. Deklarasi jakarta terdiri dari
empat pendekatan, yaitu pendekatan komprehensif berupa promosi kesehatan
dilakukan secara serentak, pendekatan melalui tatanan berupa ahli kesehatan ikut
dalam kursi pemerintahan, institusi pendidikan, dan institusi pelayanan kesehatan,
pendekatan peran serta masyarakat, dan pendekatan pembelajaran kesehatan. 
Konferensi promosi kesehatan ke empat menghasilkan prioritas peningkatan
kesehatan. Pertam meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan yang
dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan. Prioritas kedua meningkatkan investasi
untuk pembangunan kesehatan. Prioritas ketiga yaitu meningkatkan kemitraan untuk
meningkatakan pelayanan kesehatan. Prioritas ke-empat yaitu meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat, dan mengembangkan
infrastruktur secara bertahap dan berkelanjutan untuk meningkatkan intensitas
promosi kesehatan.
Konferensi promosi kesehatan ke lima di Mexico, Mexico tahun 2000 dengan
tema “menjembatani kesenjangan pemerataan”. Konferensi ini menghasilkan
program-program kementrian berupa delapan macam, yaitu menghargai pencapaian
standar kesehatan sebagai aset positif bagi kenyamanan hidup dan pertumbuhan
pembangunan sosial ekonomi dan pemerataan, memahami promosi kesehatan sebagai
tanggung jawab bersama, terjadi perbaikan layanan kesehatan, menyadari banyak
masalah belum teratasi, infeksi mengurangi keberhasilan bidang kesehatan,
pentinganya kolaborasi, promosi kesehatan komponen dasar publik, dan strategi
efektif.

Anda mungkin juga menyukai