Anda di halaman 1dari 24

RANCANGAN APLIKASI KEPERAWATAN KOMUNITAS:

PENERAPAN MODEL HEALTH PROMOTION


PADA AGREGAT ANAK SEKOLAH DENGAN PERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN INSTITUSI
PENDIDIKAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS


MATA KULIAH FILSAFAT DAN TEORI KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

Dwi Listiowati
NIM 22020115410034

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, bertolak

dari latar belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan

banyak faktor yang terjadi dan berhubungan dengan masalah kesehatan. Di

dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila di klasifikasikan berdasarkan

kelompok khusus, yang sangat rentan terhadap kondisi kesehatan terganggu

adalah kelompok khusus anak usia sekolah. Salah satu upaya yang

dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan

melakukan kegiatan keperawatan pada komunitas / masyarakat yang

didalamnya terdapat kelompok khusus anak sekolah.

Sekolah merupakan lingkungan yang popular bagi implementasi dari

intervensi, karena sekolah menawarkan kontak dengan anak-anak secara terus

menerus dan intensif. Prasarana yang dimiliki sekolah dan lingkungan fisik,

kebijakan, kurikulum dan staf memiliki potensi untuk mempengaruhi secara

positif pada kesehatan anak-anak (Brown & Summerbell, 2008). Telah diakui

bahwa sekolah dapat menjadi jalan untuk pemberian intervensi yang

mengarahkan obesitas. Peraturan perundang-undangan dan pedoman telah

disepakati di beberapa Negara untuk melaksanakan intervensi berbasis

sekolah seperti di Amerika Serikat (Mahmood, et al., 2014).


Dalam pemberian asuhan keperawatan kepada kelompok khusus (anak

usia sekolah) tidak terlepas dari proses keperawatan yang merupakan

pendekatan dalam pembuatan asuhan keperawatan dengan langkah – langkah

yaitu : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan

Evaluasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh banyak

faktor terutama Sumber Daya Manusia (SDM), petugas kesehatan yang akan

berperan sebagai pemikir, perencanaan, penggerak, serta pengawas

pembangunan kesehatan itu sendiri terutama pemberian asuhan keperawatan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mampu menyusun rancangan aplikasi keperawatan komunitas: penerapan

model Health Promotion Model pada agregat anak sekolah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui konsep model Health Promotion

b. Mampu menyusun rancangan aplikasi keperawatan komunitas:

penerapan model Health Promotion pada agregat anak sekolah.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KERANGKA KONSEP TEORI HEALTH PROMOTION MODEL

(HPM)

1. MANUSIA

Manusia adalah organisme biopsikososial yang sebagian dibentuk oleh

lingkungan tetapi juga berusaha untuk menciptakan suatu lingkungan di

mana melekat dan memperoleh potensi manusia dapat sepenuhnya

diungkapkan. Dengan demikian, hubungan antara orang dan lingkungan

adalah timbal balik. Karakteristik individu serta kehidupan mengalami

perilaku bentuk termasuk kesehatanperilaku.

2. LINGKUNGAN

Lingkungan adalah konteks sosial, budaya dan fisik di mana saja hidup

terbentang. Lingkungan dapat dimanipulasi oleh individu untuk

menciptakan konteks positif isyarat dan fasilitator untuk perilaku

meningkatkan kesehatan.

3. KEPERAWATAN

Keperawatan adalah bekerja sama dengan individu, keluarga, dan

masyarakat untuk menciptakan yang paling menguntungkan

kondisi untuk ekspresi kesehatan yang optimal dan tingkat tinggi

kesejahteraan.
4. SEHAT DAN SAKIT

Kesehatan mengacu pada individu didefinisikan sebagai aktualisasi

melekat dan diperoleh potensi manusia melalui perilaku yang diarahkan

pada tujuan, perawatan diri yang kompeten, dan hubungan yang

memuaskan dengan orang lain, sementara penyesuaian dilakukan sesuai

kebutuhan untuk mempertahankan integritas struktural dan harmoni

dengan lingkungan yang relevan. Kesehatan adalah kehidupan

berkembang pengalaman. Ada definisi untuk kesehatan keluarga dan

kesehatan masyarakat yang telah diusulkan oleh penulis lain.

Penyakit merupakan peristiwa diskrit sepanjang masa hidup baik pendek

(akut) atau lama (kronis) durasi yang dapat menghambat atau

memfasilitasi seseorang melanjutkan pencarian untuk kesehatan.

Kerangka teori promosi kesehatan

Faktor kognisi-persepsi Faktor pemodifikasi

Partisipasi

Pentingnya kesehatan Karakteristik demografik

Pengendalian kesahatan yang


Karakteristik biologis
dirasakan
Kecenderungan
Karakteristik interpersonal
Keefektifan diri yang dirasakan untuk
melaksanakan
Definisi Kesehatan Faktor situasional perilaku promosi
kesehatan
Status kesehatan yang dirasakan Faktor perilaku

Manfaat yang dirasakan dari perilaku


ppromosi kesehatan Isyarat untuk
bertindak
Halangan yang dirasakan dalam
perilaku promosi kesehatan
Model promosi kesehatan nola pender berfokus pada perilaku promosi

kesehatan, bukan perilaku perlindungan atau preventif kesehatan . determinan

perilaku kesehtan dikategorikan ke dalam :

1. Faktor kognisi persepsi

Faktor kognitif persepsi danggap sebagai mekanisme motivasi primer

untuk menerima an mempertahankan perilaku promosi kesehatan. Faktor-

faktor tersebut adalah :

a. Pentingnya kesehatan. Menilai tingginya kesehatan menghasilkan

perilaku mencari informasi, seperti membaca pamflet yang terkait

dengan kesehatan

b. Pengendalian yang dirasakan. Orang yang merasakan bahwa mereka

memiliki kendali terhadap kesehatan mereka sendiri akan lebih

cenderung menggunakan layanan preventif dibandingkan orang-orang

yang merasa tidak memiliki kendali. Pengendalian terhadap

kesehatan dapat berkaitan dengan perilakuseperti tidak merokok dan

menggunakan sabuk pengaman saat menggunakan kendaraan.

c. Keefektifan diri yang dirasakan. Konsep ini mengacu pada pengakuan

bahwa seseorang dapat berhasil melakukan perilaku yang diperlukan

untuk mencapai hasil yang diharapkan, seperti mempertahankan

program olah raga;


d. Definisi kesehatan. Definisi seseorang tentang kesehatan

mempengaruhi seseorang melekukan perilaku promosi kesehatan

e. Status kesehtan yang dirasakan. Dapat mempengaruhi frekuensi dan

intensitas perilaku promosi kesehatan.

f. Manfat yang dirasakan dari perilaku kesehtan. Mempengaruhi tingkat

partisipasi seseorang dalam perilaku promosi kesehatan dan dapat

memfasilitasi kelangsingan praktik . pengulangan perilaku sendiri

dapat mengatkan keyakinan mengenai manfaat

g. Halangan yang dirasakan. Persepsi seseorang mengenai waktu yang

tersedia akses ke fasilitas, dan kesulitan melaksanakan aktifitas dapat

menjadi penghalang perilaku promosi kesehatan. Penghalang-

penghalang ini dapat berupa khayalan atau kenyataan.

2. Faktor pemodifikasi

Faktor yang memodifikasi faktor kognitif persepsi adalah sebagai berikut :

a. Faktor demografik, seperti usia, jenis kelamin, ras, suku, bangsa,

pendidikan dan pendapatan;

b. Karakteristik biologik, seperti presentase lemak tubuh, dan berat

badan total, yang berhubungan dengan kepatuhan dalam melakukan

olah raga

c. Pengeruh interpersonal, seperti harapan orang-orang terdekat, pola

perawatan kesehatan keluarga, dan interaksi dengan profesional

kesehatan;
d. Faktor situasional, seperti kemudahan akses ke promosi kesehtan,

alternatif dan ketersediaan pilihan dilingkungan

e. Faktor perilaku, seperti pengalaman sebelumnya, pengetahuan, dan

ketrampilan dalam tindakan promosi kesehtan.

3. Isyarat untuk bertindak

Kemungkinan seseorang akan melaksankan tindakan promosi kesehatan

dapat bergantung pada isyarat dari internal seperti kesadaran pribadi akan

potensi pertumbuhan atau peningkatan perasaan kesejahteraan dan isyarat

dari eksternal seperti perbincangan dengan orang lain mengenai pola

perilaku sehat mereka dan informasi media massa mengenai kesehatan

personal dan keluarga serta masalah di lingkungan

B. AGREGAT ANAK USIA

1. Pengertian Anak Usia sekolah

Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6 sampai 12 tahun

yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan

perkembangan sesuai usianya. Anak usia sekolah adalah anak denga usia

7 sampai 15 tahun (termasuk anak cacat) yang menjadi sasaran program

wajib belajar pendidikan 9 tahun.

2. Tahap perkembangan anak usia sekolah

a. Aspek fisik Kecerdasan perkembangan secara pesat,berpikir makin

logis dan kritis fantasis semakin kuat sehingga sering kali terjadi

konflik sendiri, penuh dengan cita – cita


b. Aspek sosial

Mengejar tugas – tugas sekolah bermotivasi untuk belajar, namun

masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati – hati dan berhati –

hati.

c. Aspek kognitif

Anak bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (kerja sama).

Anak termotivasi dan mengerti hal – hal sistematik

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tatanan institusi pendidikan

PHBS sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh

peserta didik, guru dan masyarakat di lingkungan sekolah atas dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu

menceegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif

dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Indikator PHBS tingkat institusi pendidikan meliputi :

a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun

b. Mengkonsumsi jajan yang sehat di kantin sekolah

c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

d. Olah raga yang teratur dan terukur

e. Memberantas jentik nyamuk

f. Tidak merokok di sekolah

g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan

h. Membuang sampah pada tempatnya


BAB III
PEMBAHASAN

RANCANGAN APLIKASI MODEL HEALTH PROMOTION PADA AGREGAT ANAK SEKOLAH DENGAN
MASALAH PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA INSTITUSI PENDIDIKAN

PENGKAJIAN MASALAH RENCANA TINDAKAN IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN

Faktor Kognitif persepsi :


Intervensi pada keluarga/kelompok : Kelompok agregat :
1. Pentingnya kesehatan
2. Pengendalian kesehatan yang 1. Prevensi primer : 1. Perilaku
dirasakan a. Pendidikan kesehatan kesehatan
3. Keefektifan diri yang dirasakan b. Kampanye CTPS/PHBS terhadap PHBS
4. Definisi kesehatan Analisis masalah c. Permainan ular tangga PHBS 2. Strata PHBS
5. Status kesehatan yang d. Proses kelompok pembentukan sekolah
dirasakan dokter kecil meningkat
6. Manfaat yang dirasakan dari 2. Prevensi sekunder :
perilaku kesehatan Rencana Managemen
a. Proses kelompok pembentukan
7. Halanganyang dirasakan dalam Tindakan :
dokter kecil 1. Terlatihnya
perilaku promosi 1. Keluarga b. Skreening kesehatan guru UKS
2. Kelompok 3. Prevensi tertier : 2. Terbentuknya
Faktor pemodifikasi Diagnosa
agregat a. Rujuk siswa dengan gangguan dokter kecil
1. Karakteristik demografik keperawatan
3. managemen kesehatan 3. Terlaksanaya
2. Karakteristik biologik
b. Follow up perawatan siswa yang pemeriksaan
3. Karakteristik interpersonal
mengalami gangguan kesehatan berkala
4. Faktor situasional
Intervensi Managemen
5. Faktor perilaku
1. Pelatihan guru UKS
Isyarat untuk bertindak 2. Pelatihan dokter kecil
3. Pemeriksaan berkala
1. Isyarat internal
2. Isyarat eksternal
3.
Rancangan aplikasi model Health promotion Model pada agregat anak usia

sekolah dengan masalah PHBS : Cuci tangan pakai sabun tatanan institusi

pendidikan terdiri dari proses keperawatan yang dimulai dari fase pengkajian

sampai dengan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian dengan menggunakan pendekatan Health Promotion Model

(HPM) dapat dikombinasikan dengan pengkajian dengan menggunakan

preeced proced model terdiri dari :

a. Faktor Kognitif persepsi :

1. Pentingnya kesehatan

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di

sekolah misal dengan kepala Sekolah, guru, maupun dengan petugas

kesehatan (Puskesmas) yang memegang program sekolah. Data yang

dikaji adalah bagaimana pandangan mereka mengenai seberapa

pentingnya kesehatan, usaha-usaha apa yang dilakukan untuk mncari

kesehatan, seperti : adakah poster, pamplet yang dipasang di

lingkungan sekolah dll,

2. Pengendalian kesehatan yang dirasakan

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal di

sekolah misal dengan kepala Sekolah, guru, maupun dengan petugas

kesehatan (Puskesmas) yang memegang program sekolah. Data yang

dikaji adalah bagaimana pengendalian kesehatan yang dirasakan

untuk mencegah timbulnya penyakit seperti : perilaku mencuici


tangan sebelum dan sesudah makan, tidak merokok dan hal-hal lain

terkait dengan PHBS pada institusi pendidikan.

3. Keefektifan diri yang dirasakan

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal

di sekolah misal dengan kepala Sekolah, guru, maupun dengan

petugas kesehatan (Puskesmas) yang memegang program sekolah.

Data yang dikaji adalah sejauh mana keefektifan diri yang

dirasakan untuk meningkatkan kesehatan misalnya berapa kali

sekolah melaksanakan senam bersama untuk mempertahankan

kebugaran masyarakat sekolah.

4. Definisi kesehatan

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal

di sekolah misal dengan kepala Sekolah, guru, maupun dengan

petugas kesehatan (Puskesmas) yang memegang program sekolah.

Data yang dikaji adalah makna atau penegertian dari sehat-sakit

bagi mereka.

5. Status kesehatan yang dirasakan

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal

di sekolah misal dengan kepala Sekolah, guru, maupun dengan

petugas kesehatan (Puskesmas) yang memegang program sekolah.

Data yang dikaji adalah seberapa besar status kesehatan yang ada di

sekolah. Berapa banyak siswa, guru yang absen karena sakit, apa
penyebab sakit, penyakit apa yang di derita, apakah ada potensi

penularan penyakit sesama siswa, guru dll.

6. Manfaat yang dirasakan dari perilaku kesehatan

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal

di sekolah misal dengan kepala Sekolah, guru, maupun dengan

petugas kesehatan (Puskesmas) yang memegang program sekolah.

Data yang dikaji adalah sejauh mana manfaat dari perilaku

kesehatan yang dirasakan oleh mereka. Apa yang dirasakan siswa,

guru dan masarakat sekolah dari PHBS.

7. Halanganyang dirasakan dalam perilaku promosi

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal

di sekolah misal dengan kepala Sekolah, guru, maupun dengan

petugas kesehatan (Puskesmas) yang memegang program sekolah.

Data yang digali adalah halangan-halangan yang ada dalam

pelaksanaan perilaku kesehatan khususnya tentang PHBS : cuci

tangan pakai sabun seperti : air lancar atau tidak, kecukupan sarana

wastafel/kran untuk cuci tangan dengan jumlah siswa, ketersediaan

sabun untuk cuci tangan, dll.

b. Faktor pemodifikasi

1. Karakteristik demografik
Pengkajian data demografi pada anak sekolah dapat berupa pengkajian

usia, jenis kelamin, ras atau suku, bahasa, tingkat pendapatan

orangtua, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, agama, dan

prestasi akademik siswa.

2. Karakteristik biologik

Pengkajian meliputi presentase lemak tubuh, dan berat badan total

dari peserta didik, yang berhubungan dengan kepatuhan dalam

melakukan olah raga, umur, indeks massa tubuh, status pubertas,

kapasitasa erobik, kekuatan, kecerdasan atau keseimbangan.

3. Karakteristik interpersonal

Hal hal yang dikaji meliputi harapan orang-orang terdekat, pola

perawatan kesehatan keluarga, dan interaksi dengan profesional

kesehatan; norma-norma (harapan orang lain yang signifikan),

dukungan sosial (dorongan instrumental dan emosional) dan

pemodelan (yaitu belajar melalui pengamatan orang lain yang terlibat

dalam perilaku tertentu). Sumber utama pengaruh interpersonal

keluarga, teman sebaya, dan penyedia layanan kesehatan.

termasuk variabel seperti kompetensi pribadi harga diri motivasi diri

yang dirasakan status kesehatan dan definisi kesehatan.

4. Faktor situasional,

hal yang dikaji meliputi bagaimana kemudahan akses ke promosi

kesehatan, alternatif dan ketersediaan pilihan dilingkungan

5. Faktor perilaku,
Hal yang dikaji meliputi pengalaman sebelumnya tentang PHBS,

pengetahuan tentang PHBS, dan ketrampilan dalam tindakan promosi

kesehatan terkait dengan PHBS.

c. Isyarat untuk bertindak

Hal yang dikaji meliputi bagaimana seseorang siswa, guru, penjaga

sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar akan melaksankan tindakan

promosi kesehatan. Adanya isyarat dari internal seperti kesadaran pribadi

akan potensi pertumbuhan atau peningkatan perasaan kesejahteraan dan

isyarat dari eksternal seperti perbincangan dengan orang lain mengenai

pola perilaku sehat mereka dan informasi media massa mengenai

kesehatan personal dan keluarga serta masalah di lingkungan.

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Langkah selanjutnya yaitu menganalisa data dan menyususn diagnosa

keperawatan. Diagnosa keperawatan yang disusun berdasarkan data-data

yang diperoleh dianalisa kemudian perawat menentukan diagnosa

keperawatan dengan menggunakan diagnosa keperawatan menurut NANDA.

Diagnosa keperawatan dapat aktual, reiko tinggi dan diagnosa kesejahteraan.

3. Intervensi

Setelah menyusun diagnosa keperawatan langkah selanjutnya yaitu

menentukan intervensi. Menurut Health Promotion Model intervensi yang

digunakan dapat melalui level individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Intervensi yang dilaksanakan pada agregat anak sekolah dapat berupa

intervensi dengan menggunakan 3 level yaitu :


1. Prevensi primer :

a. Pendidikan kesehatan

b. Kampanye CTPS/PHBS

c. Permainan ular tangga PHBS

d. Proses kelompok pembentukan dokter kecil

2. Prevensi sekunder :

a. Proses kelompok pembentukan dokter kecil

b. Skreening kesehatan

3. Prevensi tertier :

a. Rujuk siswa dengan gangguan kesehatan

b. Follow up perawatan siswa yang mengalami gangguan kesehatan

Intervensi Managemen

1. Pelatihan guru UKS

2. Pelatihan dokter kecil

3. Pemeriksaan berkala

4. Implementasi

Pada tahap implementasi dapat dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah

ditetapkan yaitu :

a. Prevensi primer :

1. Pendidikan kesehatan

2. Kampanye CTPS/PHBS

3. Permainan ular tangga PHBS

4. Proses kelompok pembentukan dokter kecil


c. Prevensi sekunder :

1. Proses kelompok pembentukan dokter kecil

2. Skreening kesehatan

c. Prevensi tertier :

1. Rujuk siswa dengan gangguan kesehatan

2. Follow up perawatan siswa yang mengalami gangguan kesehatan

Intervensi Managemen

a. Pelatihan guru UKS

b. Pelatihan dokter kecil

c. Pemeriksaan berkala

5. Evaluasi

Pada tahap evaluasi merupakan tahap untuk menilai sejauh mana tujuan dari

promosi kesehatan yaitu perubahan perilaku. Untuk agregat anak sekolah

dengan masalah PHBS evaluasi dapat berupa :

a. Pada kelompok agregat

1. Perilaku kesehatan terhadap PHBS

2. Strata PHBS sekolah meningkat

b. Managemen

1. Terlatihnya guru UKS

2. Terbentuknya dokter kecil

3. Terlaksanaya pemeriksaan berkala


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kelompok usia anak sekolah sebagai salah satu agregat pada keperawatan

komunitas memiliki berbagai permasalahan kesehatan. Salah satunya adalah

masalah PHBS khususnya perilaku cuci tanganpakai sabun (CTPS).

Masalah PHBS juga merupakan masalah juga menjadi pokok pelayanan

keperawatan komunitas. Sekolah merupakan ranah intervensi yang

menyediakan pemberian pelayanan keperawatan komunitas secara terus

menerus dan berkesinambungan. Dalam mengatasi masalah PHBS khusunya

CTPS pada anak usia sekolah, dapat diterapkan model Health Promotion

Model pada sgregat anak usia sekolah.

B. SARAN

Perawat komunitas dapat menggunakan pendekatan Health Promotion Model

dalam pengkajian masalah kesehatan komunitas baik di agregat anak usia

sekolah maupun agregat lain dengan setting komunitas lainnya. Perawat

komunitas mampu mengembangkan aplikasi model atau teori lain dalam

menghadapi masalah kesehatan dalam berbagai agregat dan setting

komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Concepts


and practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott

Alligood, MR., (2014). Nursing Theorists and Their Work. Ed. 8., Missouri:
Mosby Elsevier

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: Kementerian Kesehatan RI.


(2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Hitchcock J.E., Schubert P.E., dan Thomas S.A.(1999). Community Health


Nursing Caring In Action. New York: Delmar Publishers.

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas
: Pengantar dan Teori. Salemba Medika : Jakarta.

Alligood, M.R. & Tomey, A. M. (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th
ed. Missouri : Mosby

Stolte, K.M. (1996). Wellness nursing diagnosis for health promotion.


Philadelphia: Lippincott
Pender, N.J., Murdaugh, C., & Parsons, M.A. (2011). Health Promotion in
NursingPractice (6th ed.). Boston, MA: Pearson. Note: The 4th and 5th Editions
can also be used as they have detailed descriptions of theHealth Promotion Model.

Pender, N.J., Murdaugh, C. L., & Parsons, M.A. (2011). Health Promotion in
Nursing Practice (6th Edition). Boston, MA: Pearson.
LAMPIRAN

KISI-KISI DAN PENGKAJIAN BERDAARKAN TENIK HEALTH PROMOTION MODEL

Variabel Sub Variabel Sub-Sub Variabel Pertanyaan Metode Sumber Data

Faktor Pentingnya kesehatan Menilai tingginya kesehatan 1. Apa yang warga (siswa, guru, penjaga, Wawancara, Siswa, guru,
kognisi- menghasilkan perilaku penjual JAS, wali murid) sekolah lakukan angket kepala sekolah,
persepsi mencari informasi, seperti untuk mencari informasi tentang kesehatan penjual JAS,
membaca pamflet yang 2. Dari mana siswa mendapat informasi penjaga sekolah
terkait dengan kesehatan kesehatan terkait dengan PHBS
Pengendalian kesehatan Pengendalian terhadap 1. Bagaimana kebiasaan/pertilaku murid Wawancara, Siswa, guru,
yang dirasakan kesehatan dapat berkaitan terhadap PHBS angket, kuesioner kepala sekolah,
dengan perilaku se perti 2. Bagaimana perilaku guru terhadap kebiasaan penjual JAS,
tidak merokok dan merokok penjaga sekolah
menggunakan sabuk 3. Bagaimana perilaku penjual jajan terhadap
pengaman saat penyediaan JAS
menggunakan kendaraan. 4. Bagaimana perilaku orang tua terhapap
PHBS
5. Bagaiama perilaku masyarakat sekitar
terhadap PHBS sekolah
Keefektifan diri yang a. Usaha yang dilakukan 1. Berapa kali sekolah melaksanakan olah raga Wawancara, Siswa, guru,
dirasakan sekolah untuk mengatasi seperti senam bersama? angket, kuesioner kepala sekolah,
masalah kesehatan 2. Berapa kali sekolah melaksanakan PSN penjual JAS,
3. Berapa kali guru memeriksa kebersihan diri penjaga sekolah
siswa
4. Berapa kali guru mengobservasi perilaku
CTPS siswa setiap harinya
5. Kapan siswa melakukan cuci tangan
6. Bagaman cara cuci tangan yang dilakukan
siswa
7. Adakah kebijakan seolah terkait PHBS
Definisi kesehatan Pengertian seseorang, siswa, 1. Bagaima warga sekolah mengartikan sehat Wawancara, Siswa, guru,
guru, penjaga, penjual JAS dan sakit angket, kuesioner kepala sekolah,
dan orang tua terhadap 2. Apa pengertian sakit menurut siswa, guru, penjual JAS,
kesehatan masayarakat sekolah penjaga sekolah
dan orang tua
Manfaat yang dirasakan Manfaat yang dirasakan akan 1. Berapa siswa/guru yang mengetahui manfaat Wawancara, Siswa, guru,
dari perilaku kesehatan mempengaruhi partisipasi dari PHBS angket, kuesioner kepala sekolah,
terhadap kesehatan 2. Berapa siswa /guru yang sudah penjual JAS,
melaksanakan PHBS penjaga sekolah
dan orang tua
Halangan yang Persepsi seseorang mengenai 1. Berapa kali sekolah melaksanakan promosi Wawancara, Siswa, guru,
dirasakan waktu yang tersedia, akses kesehatan angket, kuesioner kepala sekolah,
ke fasilitas dan kesulitan 2. Apakah ada ruang UKS penjual JAS,
dalam melaksanaka aktivitas 3. Berapa jauh jaraf sekolah dengan fasilitas penjaga sekolah
kesehatan kesehatan dan orang tua
Faktor Fakiktor Demografi 1. Usia Pengkajian data demografi pada anak sekolah Wawancara, Siswa, guru,
Pemodifi 2. Jenis kelamin dapat berupa pengkajian usia, jenis kelamin, ras angket, kuesioner kepala sekolah,
kasi 3. Ras atau suku, bahasa, tingkat pendapatan orangtua, penjual JAS,
4. Suku pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, penjaga sekolah
5. Pendidikan agama, dan prestasi akademik siswa dan orang tua
6. Pendapatan
Karakteristik biologik Kondisi fisik siswa, guru dan 1. Adakah siswa yang mempunyai riwayat Wawancara, Siswa, guru,
masyarakat sekolah terkait penyakit terkait PHBS angket, kuesioner kepala sekolah,
dengan PHBS 2. Adakah siswa yang alergi menggunakan penjual JAS,
sabun untuk cuci tangan dll penjaga sekolah
dan orang tua
Pengaruh interpersonal 1. Harapan siswa Bagaimana pengaruh interpersonal terhadap Wawancara, Siswa, guru,
2. Harapan Guru kesehtan berupa : angket, kuesioner kepala sekolah,
3. Harapan penjual JAS 1. Apa harapan siswa terhadap PHBS penjual JAS,
4. Harapan orang tua 2. Harapan Guru terhadap PHBS penjaga sekolah
5. Harapan warga 3. Harapan penjual PHBS dan orang tua
masyarakat sekitar 4. Harapan orang tua terhadap PHBS
5. Harapan warga masyarakat sekitar
Faktor situasional 1. Kemudahan akses 1. Apakah ada sarana ssekolah terkait promosi Wawancara, Siswa, guru,
terhadap promosi kesehatan : poster, leaflet dll angket, kuesioner kepala sekolah,
kesehatan 2. Adakah ruang UKS penjual JAS,
2. Alternatif yang 3. Sarana/peralatan yang dimiliki di ruang penjaga sekolah
digunakan UKS dan orang tua
3. Ketersediaan pilihan di 4. Kelengkapan sarana terkait pelaksanaan
lingkungan PHBS : wastafel/kran cuci tangan, WC,
sabun, kantin sekolah dll
5. Berapa jauh letak sekolah terhadap fasilitas
kesehatan
Faktor perilaku 1. Pengalaman sebelumnya 1. Berapa siswa mempunyai pengalaman Wawancara, Siswa, guru,
2. Pengetahuan terhadap PHBS sebelumnya angket, kuesioner kepala sekolah,
3. Ketrampilan dalam 2. Berapa siswa yang mengetahui tentang penjual JAS,
tindakan promosi PHBS penjaga sekolah
keehatan 3. Berapa siswa, guru yang sudah dan orang tua
melaksanakan PHBS
Partisipa Isyarat internal 1. Kesadaran pribadi akan 1. Usaha-usaha yang dilakukan sekolah dalam Wawancara, Siswa, guru,
si untuk potensi pertumbuhan atau rangka pelaksanaan PHBS angket, kuesioner kepala sekolah,
bertinda peningkatan perasaan penjual JAS,
k kesejahteraan penjaga sekolah
dan orang tua
Isyarat dari eksternal 1. Perbincangan mengenai 1. Berapa sering sekolah mengadakan Wawancara, Siswa, guru,
perilaku sehat promosi kesehatan terkait PHBS angket, kuesioner kepala sekolah,
2. Informasi yang ada di 2. Adakah informasi yang dapat diakses penjual JAS,
sekolah mengenai siswa, guru dan yang lain terhadap penjaga sekolah
kesehatan kesehatan. dan orang tua

Anda mungkin juga menyukai