Tr Keb, MKM )
Green menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat Kesehatan. Kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok :
•
•
Teori tindakan beralasan menjelaskan bahwa minat merupakan sebuah fungsi dari dua penentu
dasar yang berhubungan dengan :
• Faktor pribadi dalam konteks teori ini adalah sikap individu terhadap perilaku.
• Pengaruh sosial yang dimaksud adalah norma subyektif.
Dua faktor penentu dasar dari intensi dalam teori perilaku rencanaan sama dengan model asli
dalam teori tindakan beralasan. Dua faktor tersebut adalah :
• Sikap seseorang berhubungan dengan suatu perilaku dan norma-norma subyektif. Sikap ke
arah suatu perilaku merupakan penilaian positif atau negatif dari seseorang terhadap
perilaku tertentu yang akan dibentuknya.
• Norma-norma subyektif adalah keyakinan normatif seseorang dan motivasi untuk patuh
dengan pihak-pihak tertentu.
Teori Perilaku yang direncanakan (Planned Behavior Theory) faktor inti dari TPB adalah niat
individu dalam melakukan perilaku tertentu. Niat diasumsikan sebagai penangkap motivasi yang
mempengaruhi suatu perilaku. Secara umum, semakin kuat niat untuk terlibat dalam perilaku maka
semakin besar kemungkinan perilaku tersebut dilakukan. Intensi merupakan indikasi seberapa
keras orang mau berusaha untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan individu
untuk melakukan suatu perilaku.
Reason action theory mengatakan ada dua faktor penentu intensi yaitu sikap pribadi dan norma
subjektif. Sikap merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu.
Sedangkan norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan
atau tidak melakukan perilaku. Namun Ajzen berpendapat bahwa teori reason action belum dapat
menjelaskan tingkah laku yang tidak sepenuhnya berada di bawah kontrol seseorang. Karena itu
dalam theory of planned behavior Ajzen menambahkan satu faktor yang menentukan intensi yaitu
perceived behavioral control. Perceived behavioral control merupakan persepsi individu terhadap
kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu.
• Tujuan promosi kesehatan yang utama adalah memberikan informasi yang pada tingkatan
lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat mengenai program atau gerakan yang
tengah dicanangkan oleh pemerintah.
• kegiatan – kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk penyebarluasan segala bentuk
informasi kesehatan serta melakukan pengembangan sumber daya kesehatan hingga
melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat pada bidang – bidang kesehatan.
Secara singkat, petugas promosi kesehatan merupakan corong pemerintah dalam hal ini
Kementerian Kesehatan untuk menyampaikan segala macam informasi yang berkaitan dengan
kesehatan dengan tujuan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan sumber daya yang
berkaitan dengan kesehatan.
•
Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
sebagai komponen dari masyarakat. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh sistem nilai dan norma sosial
serta norma hukum yang dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal.
•
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya
pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas
kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media
massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara: berperan sebagai panutan dalam
mempraktikkan PHBS. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan
suasana yang kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group)
guna mempercepat terbentuknya PHBS.
•
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat
memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat
dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
1. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan
kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan
masyarakat.
2. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga
(rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya.
Metode adalah cara teratur/sistematis yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai tujuan sesuai dengan yang dikehendaki.
Berikut ini merupakan contoh menentukan metode promosi kesehatan yang digunakan sesuai
dengan tujuan pelaksanaan promosi kesehatannya:
1. Untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan : ceramah, kerja kelompok, mass media,
seminar, kampanye.
2. Menambah pengetahuan. Menyediakan informasi: One-to-one teaching (mengajar per-
seorangan / private), seminar, media massa, kampanye, group teaching.
3. Self-empowering Meningkatkan kemampuan diri, mengambil keputusan Kerja kelompok,
latihan (training), simulasi, metode pemecahan masalah, peer teaching method.
4. Mengubah kebiasaan : :Mengubah gaya hidup individu Kerja kelompok, latihan keterampilan,
training, metode debat.
5. Mengubah lingkungan, Bekerja sama dengan pemerintah untuk membuat kebijakan berkaitan
dengan kesehatan.
a.
Tatap muka, komunikasi dua arah. Lebih personal. Contoh ibu dalam memilih KB diberikan
masukan oleh tenaga kesehatan.
1. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) Setiap masalah yang dihadapi
oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku
tersebut (mengubah perilaku).
2. Interview (wawancara). Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang
informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali
informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum
menerima perubahan yang disampaikan
b.
Kelompok sasaran besar. Peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang tepat bagi
kelompok besar adalah ceramah dan seminar.
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Merupakan metode
dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan. Metode ini mudah
dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi
membosankan jika terlalu lama.
Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah
suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang
suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
c.
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk mengkomunikasikan
pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik.
Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan
umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya,
maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness (kesadaran)
masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada
perubahan perilaku.
Semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan
oleh komunikator baik itu melalui media cetak, media elektronik (tv, radio, komputer dll), media
luar ruang sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat
berubah perilakunya ke arah positif terhadap Kesehatan
1. Media Cetak
2. Media Elektronik
3. Media luar ruangan
4. Media lain
Perencanaan proses penetapan tujuan dan sasaran serta penetapan cara pencapaian tujuan dan
sasaran yang diharapkan. Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang
dibuat dituangkan dalam bentuk tindakan.
•
Kegiatan awal suatu perencanaan. Kegiatannya berupa pengumpulan data berupa fakta
dan informasi (objektif), termasuk opini (subjektif). Di bidang kesehatan, analisa situasi
dilakukan dengan mengumpulkan indikator Kesehatan yang sesuai dengan permasalahan
serta indikator lainnya termasuk non kesehatan yang terkait dengan permasalahan yang
akan dipecahkan. Di bidang kesehatan, analisa situasi dilengapi dengan mengumpulkan dan
menelaah indikator perilaku (kesehatan)
Setiap masalah kesehatan selalu ada dimensi perilakunya, bahkan terkadang sangat
dominan dan menjadi determinan utama.
Pada prinsipnya indikator perilaku terdiri dari beberapa kelompok saja yaitu:
➢ menciptakan suatu perilaku sehat (yang baru), misalnya memulai dan membiasakan
berolah raga secara teratur, bila sebelumnya tidak tahu dan pernah melakukan)
➢ mengubah perilaku (yang sudah ada) agar lebih baik dari segi kesehatan, misalnya
membiasakan makan buah-buahan dan sayuran setiap hari menghilangkan perilaku
(lama) yang tidak baik untuk kesehatan, misalnya berhenti dari kebiasaan merokok
mencegah berkembangnya perilaku (baru atau akan datang) yang tidak baik untuk
kesehatan misalnya melindungi diri dari perilaku penggunaan obat–obatan secara
salah termasuk NAPZA
•
Untuk sampai pada kesimpulan masalah apa yang dihadapi atau yang prioritas, diperlukan
konsensus, yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Diantaranya dengan:
1. Bertanya ahli (konsultan/atasan), yang biasanya memang sudah dapat melihat satu
masalah secara luas dan detail didukung oleh pengetahuan dan pengalamannya.
2. Bermusyawarah, sehingga statu keputusan bersama dapat dibuat bersama. Disini
kehadiran seorang tokoh berwibawa dan dihormati akan mempermudah kegiatan.
3. Membuat konsensus dengan menyepakati hasil pemilihan dengan menggunakan tehnik
tertentu yang diangap objektif.
•
Dimungkinkan terdapat beberapa alternatif solusi yang harus dipilih. Semua alternatif tadi
dibahas dan dikaji, dilihat keterkaitan satu sama lain.
•
Langkah perencanaan berikutnya ialah menyusun rencana. Pendekatannya juga
bermacam. Ada yang dengan menyewa konsultan, ada juga yang dibuatkan oleh instansi
yang lebih tinggi, tetapi juga ada yang dibuat sendiri.
Evaluasi berarti menilai atau memberi nilai. Memang dalam evaluasi terlibat kegiatan memberi
penilaian (judgment)
Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan berjalan
sesuai dengan rencana, apakah semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dan
apakah kegiatan yang dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan.
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Ini karena apa saja dapat dievaluasi. Apakah
itu rencananya, sumberdaya, proses pelaksanaan, keluaran, efek atau bahkan
dampak suatu kegiatan, serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas.
2. Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi
mengenai hasil evaluasi serta pembatasan ruang lingkup evaluasi serta batasan-
batasan yang dipakai agar objektif dan fokus
3. Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau
beberapa aspek, maka dilakukan perancangan desain, yang sebenarnya mengikuti
rancangan desain riset walaupun tidak harus kaku Menentukan apa yang akan
dievaluasi Mengembangkan kerangka dan batasan Merancang desain (metode)
Melakukan Pengamatan, pengukuran dan analisis Menyusun rencana dan instrumen
Membuat kesimpulan dan pelaporan.
4. Menyusun instrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah mengembangkan
instrument pengamatan atau pengukuran serta rencana analisis dan membuat
rencana pelaksanaan evaluasi.
5. Melakukan pengamatan, pengukuran dan analisis. Selanjutnya ialah melakukan
pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta mengolah
informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi.
6. Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi
ini di sajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan. Lain
pihak menginginkan bentuk penyajian atau pelaporan yang berbeda.
Indikator kesehatan (secara system) mencakup input, proses, keluaran, efek dan dampak, pada
tahap perencanaan, implemetasi maupun evaluasi suatu upaya kesehatan. Indikator kesehatan
dapat menjadi
1. Penunjuk Masalah Kesehatan, misalnya Status kesakitan dan kematian, Status gizi, Status
kesehatan lingkungan, Status perilaku dan budaya kesehatan
2. Penunjuk keadaan sumber daya kesehatan, misalnya Tenaga kesehatan, Fasilitas Kesehatan,
Pendanaan Kesehatan
3. Penunjuk kesehatan lingkungan, misalnya Ketersediaan air sehat, Ketersediaan perumahan
yang layak,
4. Keadaan Kebijakan Kesehatan, misalnya: UU dan peraturan, Politik kesehatan