Anda di halaman 1dari 6

RESUME

Evidance Based Terkait Asuhan Pranikah


Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Pranikah dan Prakonsepsi

Dosen Pembimbing :

Sulistiyowati, SST, M.Kes

Disusun oleh :

Tri Hadiyah (2202080035P)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS


ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYH LAMONGAN
2022
TUGAS RESUME JURNAL EVIDANCE BASED TERKAIT ASUHAN PRANIKAH

 Evidance based adalah praktik yang berdasarkan bukti.


 Pranikah menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebelum menikah, jadi artinya masa
dimana beberapa waktu sebelum menikah.
 Evidance based terkait masa pranikah yaitu memberi pelayanan dasar pranikah pada anak
remaja dengan melibatkan mereka sebagai klien.
 Literature review adalah sebuah metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk
melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil
dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh para peneliti dan praktisi. Literature review
atau tinjauan pustaka adalah istilah yang sering dikerjakan oleh mahasiswa ketika sedang
mengerjakan skripsi, tensis atau disertai pada tulisan.
 Berdasarkan dari beberapa literature rivew jurnal yang telah dianalisa maka dapat
disimpulkan bahwa :
a. Remaja wanita ataupun wanita usia pranikah yang memiliki pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi akan memiliki ksiapan berkeluarga terutama dalam menentukan
usia berkeluarga, menentukan jarak kehamilan anak dan partispasi dalam program KB.
b. Walaupun hubungan antara bimbingan dengan tingkat perceraian tidak mencapai
angka 100% ada hubungan namun sedikitnya dengan adanya pelaksanaan bimbingan
pranikah dapat memberikan banyak pemahaman kepada keluarga terutama tentang
hukum Islam yang berhubungan dengan keluarga.
Review jurnal 1
 JUDUL:

Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Persiapan Berkeluarga


Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Tahun 2021

 PENULIS:
Tsalusa Rosma Fahira1

 Latar Belakang:
Remaja Indonesia memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang relatif masih
rendah (nilai indeks 52,4) sedangkan di Jawa Timur (nilai indeks 55,6), di satu sisi pendidikan
seksual berperan penting dalam membentuk sikap positif sehingga remaja dapat melakukan
persiapan kehidupan berkeluarga. Persiapan berkeluarga adalah perencanaan remaja dalam
dalam menentukan usia berkeluarga, menentukan jarak kehamilan anak, partispasi dalam
program Keluarga Berencana (KB) dan menentukan metode kontrasepsi.

 Tujuan:
Tujuan dari penelitian adalah menganalisis hubungan antara pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan persiapan berkeluarga pada mahasiswa prodi S1 Kesehatan Masyarakat
di Universitas Airlangga tahun 2021.

 Metode:
Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan desain cross-sectional. Populasi pada
penelitian sebanyak 641 mahasiswa dengan besar sampel 100 mahasiswa. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode acak stratifikasi dengan jenis proportional stratified
random sampling. Variabel yang diteliti dalam penelitian adalah pengetahuan kesehatan
reproduksi dan persiapan berkeluarga. Analisis data pada penelitian mengunakan uji Chi-
Square.

 Hasil:
Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan persiapan berkeluarga dalam menentukan usia berkeluarga pada
mahasiswa (perempuan = 0,033, laki- laki = 0,028), menentukan jarak kehamilan (p value =
0,037) dan partisipasi program KB (p value = 0,044).

 Kesimpulan:
Kesimpulan penelitian adalah pengetahuan kesehatan reproduksi berhubungan dengan
persiapan berkeluarga dalam menentukan usia berkeluarga, menentukan jarak kehamilan
anak dan partispasi dalam program KB.

 Kata kunci:
pengetahuan kesehatan reproduksi, persiapan kehidupan berkeluarga, remaja

 Pembahasan:
Pendidikan seksual bagi ketahanan psikologi remaja memiliki peran untuk memberikan
informasi yang benar yang berkaitan dengan seksualitas dan membentuk sikap positif
remaja dalam menghadapi perilaku seksual dini dan pranikah (Rinta, 2015).
Informasi mengenai kesehatan reproduksi juga dapat diperoleh dengan mudah dari
berbagai sumber.
Adanya anggapan tabu terkait informasi kesehatan reproduksi di lingkungan keluarga,
menjadikan informasi kesehatan reproduksi tidak tersampaikan dengan baik (Bhramitasari,
2011).
Sekolah atau perguruan tinggi adalah salah satu pendidik yang mampu memberikan
informasi terkait kesehatan reproduksi pada remaja.
Hasil penelitian Bhramitasari (2011) menunjukkan bahwa secara keseluruhan mahawiswa
Fakultas Kedokteran (FK) mempunyai tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi yang lebih
tinggi dibandingkan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di Universitas
Diponegoro, hal ini disebabkan mahasiswa FK mempunyai bekal dibidang kesehatan
terutama kesehatan reproduksi yang dipelajari dalam perkuliahan.
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga juga
mempelajari beberapa materi di bidang kesehatan dalam perkuliahan, salah satunya adalah
materi terkait kesehatan reproduksi.
Materi dalam perkuliahan mengenai kesehatan reproduksi berperan penting untuk
mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi di kalangan mahasiswa, sehingga
mahasiswa memiliki kondisi perilaku reproduksi yang sehat Bhramitasari (2011).
Perilaku reproduksi sehat pada remaja dapat dicapai dengan melakukan persiapan
berkeluarga. Persiapan berkeluarga adalah perencanaan remaja dalam penyiapan
kehidupan berkeluarga untuk menentukan usia berkeluarga, menentukan jarak kehamilan,
partispasi dalam program KB dan menentukan metode kontrasepsi.

Review jurnal 2

 Judul:
Korelasi Antara Bimbingan Pranikah dengan Perceraian di Kabupaten Nagan Raya (Studi
Kasus di Kantor Urusan Agama Kec. Kuala Kab. Nagan Raya).
 Penulis:
Gamal Achyar Samsul Fata
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Email: gamalachyar@yahoo.com
samsulfata95@gmail.com

 Latar belakang:
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah pula menggoyahkan sendi-sendi kehidupan manusia
keluarga, seperti mudahnya terjadi porstitusi dan meningkatnya angka perceraian. Dalam tahun 2010
angka perceraian meningkat drastis, secara nasional mencapai 200 ribu kasus perceraian (10%), dari
2 juta pasangan yang menikah. Yang menarik perhatian lagi 80% perceraian didominasi oleh kalangan
istri yang menggugat suaminya. Sedangkan di Aceh tidak kurang dari 2000 kasus perceraian dari
40.000 pasangan yang menikah dalam tahun 2010. Perceraian terjadi karena faktor ekonomi,
mengabaikan tanggung jawab, pendidikan, perselingkuhan, cemburu berlebihan, perbedaan jarak
umur, ketidak cocokan, KDRT, TKW, cacat fisik, poligami, gangguan pihak ketiga, tidak mempunyai
keturunan dan lain-lain.

 Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebab terjadinya perceraian bagi mereka yang telah
mengikuti bimbingan pranikah, serta bagaimana pengaruh bimbingan pranikah dengan faktor
perceraian dalam keluarga yang pernah mengikuti bimbingan pranikah.
 Metode:
Jenis penelitian yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu penelitian lapangan (field research)
dan penelitian pustaka (libraby research). Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif bersifat deskriptif-analisis.

 Pembahasan:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya perceraian bagi mereka yang telah mengikuti
bimbingan pranikah karena pertama diakibatkan oleh faktor ekonomi, kurangnya tanggung jawab
kepala keluarga terhadap nafkah untuk istri dan anak, terjadinya KDRT yang dimulai dari sifat ego,
cemburu terhadap pasangan, banyak aturan dan lain sebagainya, dan faktor kurangnya pendidikan
dan pemahaman agama bagi masyarakat yang telah menikah.
Kemudian, bimbingan pranikah yang telah dilakukan oleh KUA sedikitnya memiliki pengaruh bagi
pembinaan keluarga yang islami, mengingat waktu pelaksanaannya sedikit minim hanya dua hari
saja, maka calon pengantin akan sukar memahami semua materi yang diberikan oleh KUA,
seharusnya untuk mencapai hasil yang maksimal, bimbingan pranikah itu dilaksanakan paling sedikit
membutuhkan waktu 1 bulan, karena dengan waktu yang demikian catin akan lebih memahami
tentang materi yang diberikan oleh KUA tersebut.
Maraknya permasalahan baik dalam bentuk perceraian, perselingkuhan, pembunuhan suami/istri,
penelantaran istri/anak bahkan kasus-kasus lain terjadi dalam masyarakat akhir-akhir ini merupakan
suatu dampak yang terlihat langsung dari ketidaktahuan mareka terhadap hukum-hukum Islam,
banyak kasus yang terjadi dalam keluarga muslim hari ini baik dalam skala nasional maupun di Aceh
sendiri tentu diakibatkan semakin minimnya pengetahuan masyarakat terhadap agama, padahal
kemampuan dalam arti yang sebenarnya kalau benar-benar dimengerti oleh masyarakat muslim tentu
akan mampu menekan beragam kasus tersebut.
Pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan dalam waktu singkat kepada calon
pengantin tentang kehidupan berumahtangga dinilai sangatlah penting, baik masalah tanggung jawab,
hukum-hukum yang berkaitan dengan hubungan suami istri, dan lain-lain.
Tujuan dikeluarkan peraturan tentang bimbingan pranikah tersebut adalah jelas untuk mengurangi
angka perceraian.
Diharapkan dengan dimasukkannya suscatin sebagai salah satu syarat prosedur pernikahan maka
pasangan calon pengantin sudah memiliki wawasan dan bekal ilmu seputar kehidupan rumah tangga
yang pada gilirannya akan mampu secara bertahap untuk mengurangi atau meminimalisir angka
perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai