Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No.

1, Januari 2016 pISSN 2477-3441


eISSN 2477-345X

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP


PENGETAHUAN DAN SIKAP PASANGAN CALON PENGANTIN
DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN KUNINGAN
KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2015

Ai Nurasiah
Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
Jln. Lingkar Kadegede No 02 45561 Kuningan Jawa Barat.
Ai Nuras
ABSTRAK
Keluarga merupakan tempat tumbuh kembangnya generasi masyarakat yang sehat dan berkualitas, oleh karena itu kesehatan
reproduksi perlu dipersiapkan sebelum perkawinan. KUA Kecamatan Kuningan memiliki tugas melaksanakan pendidikan
kesehatan reproduksi kepada calon pengantin, akan tetapi belum dilaksanakan secara maksimal. Hasil wawancara pada calon
pengantin sebagian besar tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan tidak mengetahui pendidikan
kesehatan reproduksi di KUA. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan reproduksi terhadap
pengetahuan dan sikap calon pengantin di KUA Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan Tahun 2015.
Jenis penelitian mixmethode. Desain penelitian kuantitiatif menggunakan crossectional dan penelitian kualitatif
menggunakan studi kasus. Teknik pengambilan sampel kuantitatif dengan total sampling sebanyak 40 responden dan
informan diperoleh dengan purpossive sampling sebanyak 6 orang. Pengumpulan data kuantitatif menggunakan kuesioner
dan pengumpulan data kualitatif menggunakan pedoman wawancara dan observasi dokumentasi. Analisa data kuantitatif
menggunakan chy square sedangkan kualitatif dengan triangulasi data.
Hasil peneltian tidak ada keefektifan antara pendidikan kesehatan reproduksi dengan pengetahuan ditinjau dari materi
(p=0,059), metode (0,220), sarana prasarana (0,796), managemen (0,082), pemateri (0,534) dan ada keefektifan antara media
(0,028) dengan pengetahuan. Tidak ada keefektifan antara pendidikan kesehatan reproduksi dengan sikap, baik ditinjau dari
materi (p=0,752), media (0,197), metode (0,102), sarana prasarana (0,197), managemen (0,114), pemateri (0,110). Hasil
wawancara didapatkan, persiapan dan pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi tidak dilaksanakan dengan baik. Faktor
yang mendukung yaitu peraturan Direktur Jenderal Bimas Islam, adanya media, serta rasa tanggungjawab yang tinggi dari
petugas KUA. Faktor penghambat yaitu minimnya SDM, tidak adanya kerjasama dengan kesehatan, tidak memiliki biaya
operasional, SUSCATIN hanya sebatas anjuran, kurangnya kesadaran masyarakat, keterbatasan waktu yang dimiliki oleh
petugas dan kurangnya sosialisasi.
Diharapkan calon pengantin dapat mengakses pengetahuan di media lain atau mendatangi tenaga kesehatan. SDM di KUA
harus berkualitas dan kompeten dibidangnya, pemerintah pusat atau pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana serta
melakukan kerjasama dengan dinas kesehatan.
Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan Reproduksi, Pengetahuan, Sikap, Calon Pengantin

EFFECTIVENES OF REPRODUCTION HEALTH EDUCATION TO BRIDGE KNOWLEDGE AND ATITTUDE IN OFFICE


OF RELIGIOUS AFFAIRS KUNINGAN DISTRIC KUNINGAN REGENCY 2015

ABSCTRAC
Health and qualities community generation growth in family, its why the reproduction health most important to prepared
before the marriage. The duty to make it real is in Office of Religious Affairs in Kuningan districts, but is not maximal. Based
on the interview to most of bridge is unknown about the reproduction health in Office of Religious Affairs. Main of this
research is to know effectivenes of reproduction health education to bridge knowledge and atittude in Office of Religious
Affairs Kuningan distric kuningan regency 2015.
This research is mix method between quantitative (cross sectional) and qualitative (case study). The qualitative sample is
obtain with total sampling method, got the 40 respondents and for the quantitative are obtain with purposive sampling, got 6
informants. Data is collected by questioner for quantitative and by guide interview and document observation. Data analysis
are chi square for quantitative and data triangulation for qualitative.
Ineffective between reproduction health education with knowledge reviews from material (p=0,059), method (0,220),
infrastructure (0,796), management (0,082), counselor (0,534) and that is effective between media (0,028) and knowledge.
Ineffective between reproduction health education with attitude reviews by material (p=0,752), media (0,197), method
(0,102), infrastructure (0,197), management (0,114), counselor (0,110). Result base of interview is not good from
preparation the reproduction health education. Supporting factors are Directure of Jendral Bimas Islam, media, and the
officer duty. The resistor factors are minimum for human resources, there is not networking with health program, have not
the operational cost, SUSCATIN is only recommendation, lack of community awareness, limitation of officer time and lack of
socialization.
Hope the bridge can accessed the knowledge from the other media or in professional health trainer. Officer in Office of
religious Affairs should a professional, center or local government can allocated the cost for cooperate.
44
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

Key word : Reproduction health education, knowledge, attitude, bridge

PENDAHULUAN faktor yang menghambat pelaksanaan kursus


Tercapaianya derajat kesehatan calon pengantin antara lain status BP4 terkait
masyarakat harus dimulai dari kelompok bantuan dana dari APBN dan APBD masih
terkecil yaitu keluarga, oleh karena itu perlu belum jelas, terbatasnya SDM yang
dipersiapkan sebelum perkawinan. Salah satu profesional, terbatasnya sarana dan prasarana .
yang perlu dipersiapkan adalah Hasil survei pendahuluan yang dilakukan
memperhatikan kesehatan reproduksi baik oleh peneliti kepada 3 calon pengantin di wilayah
perempuan maupun laki-laki, karena dengan KUA Kecamatan Kadugede Kabupaten
memperhatikan kesehatan reproduksi Kuningan pada Bulan Januari Tahun 2015,
merupakan investasi jangka panjang untuk bahwa pendidikan kesehatan reproduksi yang
membentuk keluarga sehat dan berkualitas. diberikan pada saat kursus calon pengantin
Berbagai Infeksi Menular Seksual (IMS) belum dilakukan dengan baik, mulai
meningkatkan risiko penularan HIV sekurang- perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan
kurangnya tiga sampai empat kali. Jenis yang kesehatan belum menunjukkan adanya proses
sering ditemui di masyarakat adalah pendidikan yang baik. Hal ini disebabkan
trikomoniasis, klamidia, gonore dan sifilis. karena tidak adanya sosialisasi atau
Laporan Rumah Sakit Pemerintah dan pemberitahuan dari KUA atau aparat desa dan
Puskesmas setiap tahun terdapat sekitar tidak ada dukungan dari keluarga.
300.000 orang menderita IMS. Sebagian besar Berdasarkan uraian tersebut maka
perempuan yang terkena IMS (50 %) tidak penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang
menyadari dirinya terkena infeksi hingga “efektivitas pendidikan kesehatan reproduksi
berkembang menjadi penyakit kronis (Lestari, terhadap pengetahuan dan sikap pasangan
2011). Masalah lain yang seringkali terabaikan calon pengantin di Kantor Urusan Agama
adalah pemenuhan atas hak-hak perempuan. Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan
Pemenuhan hak – hak reproduksi merupakan Tahun 2015”.
perlindungan bagi setiap individu, serta pra
kondisi untuk memperoleh hak-hak lainnya BAHAN DAN METODE
tanpa diskriminatif. Misalnya tidak Desain penelitian yang digunakan adalah
terpenuhinya pengetahuan, pendidikan, mix methode. Desain penelitian kuantitatif
pelayanan kesehatan dan sosial dapat menggunakan metode analitik dengan
menyebabkan kematian ibu. rancangan penelitian cross sectional, hal ini
Salah satu upaya pemenuhan tahap untuk mengetahui hubungan antara proses
pertama bagi kebutuhan perempuan adalah pendidikan dengan pengetahuan dan sikap
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi calon pengantin tentang kesehatan reproduksi.
sebelum pernikahan dan setiap orang Sedangkan desain penelitian kualitatif dengan
seharusnya peduli dan memperhatikan menggunakan metode studi kasus untuk
terhadap masalah kesehatan reproduksi mengkaji secara mendalam tentang persiapan,
terutama sebelum menikah. Hal ini karena pelaksanaan, output, dampak pendidikan,
masih banyak anggapan yang salah tentang faktor pendukung, faktor penghambat dan
kesehatan reproduksi, sehingga persamaan strategi meningkatkan pendidikan kesehatan
persepsi dan informasi perlu diberikan agar reproduksi di KUA. Teknik penggunaan
tidak salah perilaku dalam kesehatan sampel pada penelitian kuantitatif adalah total
reproduksi (Admin, 2010). KUA memiliki sampling yang berjumlah 40 responden
tugas memberikan bimbingan dan pendidikan sedangkan pada penelitian kualitatif
pra nikah melalui Badan Penasihatan menggunakan purpossive sampling. Adapun
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) partisipan dalam penelitian ini berjumlah 6
dengan mengadakan Kursus Calon Pengantin orang, yaitu pasangan pengantin yang akan
(SUSCATIIN). Salah satu materi SUSCATIN menikah dan telah mengikuti kursus calon
yaitu kesehatan reproduksi yang diberikan pengantin sebanyak 3 orang, penghulu, Kepala
selama 3 jam (Mahbubah, 2014). Terdapat KUA, Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat

45
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

(Kasi Bimas ) Kementrian Agama Kabupaten koding untuk memudahkan identifikasi hasil
Kuningan. analisis. Tahap ke tiga melakukan kategorisasi
Analisis pada penelitian kuantitatif meliputi yang didasarkan pada pola konseptual dari
analisis univariat dan analisis bivariat dengan informan yang diteliti. Kode – kode yang
menggunakan chy square. Analisis data kualitatif didapatkan dikelompokkan berdasarkan tema-tema
dilakukan melalui proses transkripsi setelah pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi.
dilakukan wawancara. Tahap ke dua melakukan

HASIL
Penelitian Kuantitatif
Tabel 1. Hubungan antara Pendidikan Kesehatan dengan Pengetahuan Calon Pengantin
Pengetahuan
Jumlah P
NO Pendidikan Baik Kurang
Value
F % F % N %
1 Materi
Baik 12 63,2 7 36,8 19 47,5 0,059
Kurang 7 33,3 14 66,7 21 57,5
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
2 Media
Baik 11 68,8 5 33,3 16 40 0,028
Kurang 8 33,3 16 66,7 24 60
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
3 Metode
Baik 9 60 6 40 15 37,5 0,220
Kurang 10 40 15 60 25 62,5
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
4 Sarana Prasarana
Baik 8 50 8 50 16 40 0,796
Kurang 11 45,8 13 54,2 16 60
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
5 Manajemen
Baik 6 75 2 25 8 20 0,082
Kurang 13 40,6 19 59,42 32 80
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
6 Pemateri
Baik 9 52,9 8 47,1 17 42,5 0,534
Kurang 10 43,5 13 56,5 23 57,5
Total 19 47,5 21 52,5 40 100
Sumber: hasil penelitian
Materi, metode, sarana prasarana, manajemen, pemateri tidak memiliki hubungan dengan
pengetahuan kesehatan reproduksi calon pengantin dan terdapat hubungan antara media pendidikan
dengan pengetahuan (p=0,028).

Tabel 2. Hubungan antara Pendidikan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Calon Pengantin
Sikap
Jumlah P
NO Pendidikan Positif Negatif
Value
F % F % N %
1 Materi
Baik 10 52,6 9 47,4 19 100 0,752
Kurang 10 47,6 11 52,4 21 100
Total 20 50 20 50 40 100
2 Media
Baik 10 62,5 6 37,5 16 100 0,197
Kurang 10 47,7 14 58,3 24 100

46
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

Total 20 50 20 50 40 100
3 Metode
Baik 10 66,7 5 33,3 15 100 0,102
Kurang 10 40 15 60 25 100
Total 20 50 20 50 40 100
4 Sarana Prasarana
Baik 10 62,5 6 37,5 16 100 0,197
Kurang 10 41,7 14 58,3 24 100
Total 20 50 20 50 40 100
5 Manajemen
Baik 6 75 2 25 8 100 0,114
Kurang 14 43,8 18 56,3 32 100
Total 20 50 20 50 40 100
6 Pemateri
Baik 11 64,7 6 35,3 17 100 0,110
Kurang 9 39,1 14 60,9 23 100
Total 20 50 20 50 40 100
Sumber: hasil penelitian
Materi, media, metode, sarana prasarana, manajemen, pemateri tidak memiliki hubungan dengan
sikap calon pengantin tentang kesehatan reproduksi.

Penelitian Kualitatif diantaranya kandungan surat anisa, sebagian materi


a. Pendidikan kesehatan reproduksi ditinjau yang ada di buku persiapan remaja menuju rumah
dari pendekatan sumber atau input tangga, usia pernikahan menurut UUD kesehatan.
(persiapan pendidikan) Media yang digunakan dalam
Persiapan pendidikan kesehatan melaksanakan pendidikan kesehatan
reproduksi tidak dipersiapkan atau reproduksi yaitu buku pedoman (persiapan
direncanakan dengan baik. Hal ini disebabkan remaja menuju rumah tangga), majalah agama
karena tidak adanya calon pengantin yang yang diberikan dari pusat atau selembar
mendaftar untuk mengikuti SUSCATIN, kaertas yang berisi materi yang dibuat oleh
pembantu penghulu yang malas KUA dan sebagian besar penyampaian materi
memberitahukan, dan SUSCATIN hanya tanpa adanya media. Sedangkan hasil
anjuran saja, sehingga solusi yang digunakan wawancara dengan informan inti yang
oleh KUA yaitu jika calon pengantin daftar mengatakan bahwa mereka tidak pernah
nikah ke KUA maka disitulah kita memberikan mendapat bahan bacaan hanya konseling saja.
nasehat atau pendidikan. Metode pendidikan kesehatan
b. Pendidikan kesehatan reproduksi ditinjau reproduksi sebagian besar dilaksanakan
dari pendekatan proses (tujuan, materi, dengan metode konseling itupun dilakukan
media, metode, sarana dan prasarana, saat pendaftaran dan hanya sekali
manajemen, pemateri) menggunakan ceramah saat mengundang
Program SUSCATIN mengacu pada pemateri dari MUI dan Puskesmas.
Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Secara garis besar KUA telah
Departermen Agama tahun 2009, yang memiliki sarana dan prasarana yang
bertujuan untuk mewujudkan keluarga representatif, yang terdiri dari ruang
sakinah, mawaddah, warrohmah dan untuk kepala, ruang pelaksana, ruang tamu,
mempersiapkan keluarga yang sehat. Akan ruang arsip, komputer, ruang
tetapi sepanjang peraturan itu ada, BP4/penghulu, WC dan ruang
pelaksanaannya belum maksimal. Hal ini pernikahan. Ruang pernikahan yang
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi di cukup luas, begitupun suasana dan
KUA serta calon pengantin sendiri. pencahayaan yang baik, serta didesain
Materi kesehatan reproduksi sebagian besar seperti pelaminan dan ruang pernikahan
jarang disampaikan, kebanyakannya agama, karena dijadikan tempat untuk pelaksanaan
materinya tidak dikuasai. Materi kesehatan SUSCATIN. Di ruang pernikahan tidak
reproduksi menurut salah satu informan kunci ada LCD atau pengeras suara, hanya ada
sebaiknya diberikan oleh tenaga kesehatan, karena jadwal SUSCATIN. Media pendidikanpun
jika disampaikan oleh KUA bukan ahlinya, jadi seperti buku atau majalah hanya sedikit.
materi kesehatan reproduksi hanya sedikit

47
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

Pelaksanaan SUSCATIN setiap hari reproduksi bermanfaat untuk meningkatkan


senin sampai kamis. Untuk materi rasa tanggungjawab bagi suami dan istri dalam
kesehatan reproduksi dilaksanakan setiap menjaga kesehatannya dan memperhatikan
hari selasa dan kamis selama 3 jam dan perkembangan anak serta pendidikan anak
narasumbernya dari Puskesmas. Salah terutama anak perempuan.
satu informan memaparkan jadwal e. Faktor pendukung pelaksanaan
tersebut pernah dilakukan hanya beberapa pendidikan kesehatan reproduksi
kali saja dengan mengundang pemateri Pelaksanaan SUSCATIN dapat terlaksana
dari Puskesmas (dokter atau bidan) dan karena adanya peraturan dirjen tentang
MUI, tetapi seiring dengan perubahan penyelenggaraan SUSCATIN, kemudian
waktu, biasanya diikuti hanya satu hari tanggungjawab dari petugas KUA dan
saja dan itupun hanya sebentar (2-3 jam dukungan dari aparat desa yaitu pembantu
dari semua materi) dan sebagian besar penghulu, serta adanya media atau buku
tidak melakukan SUSCATIN. panduan terutama tentang kesehatan
Pemateri atau narasumber yang reproduksi, sehingga meskipun materinya
menyampaikan materi kesehatan reproduksi disampaikan oleh penghulu materi kesehatan
yaitu penghulu. Meskipun narasumber reproduksi sedikitnya ada yang disampaikan.
kesehatan reproduksi jauh dari harapan, dalam f. Faktor penghambat
arti penyampaian materi kesehatan reproduksi Kendala dalam pelaksanaan SUSCATIN
terutama kesehatan reproduksi ini diantaranya
tidak dikuasai, akan tetapi materi kesehatan
adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
reproduksi tetap disampaikan meskipun sangat pentingnya SUSCATIN, waktu yang dimiliki calon
dangkal. pengantin terbatas karena masih bekerja, jarak,
c. Pendidikan kesehatan reproduksi ditinjau tidak adanya media yang menjadi bahan bacaan
dari pendekatan output (pengetahuan dan calon pengantin, petugas KUA atau penghulu yang
sikap) sangat terbatas dan tidak adanya anggaran untuk
KUA belum pernah menelaah tentang melaksanakan SUSCATIN, waktu yang dimiliki
pencapaian dari pelaksanaan pendidikan petugas KUA sangat sedikit apalagi saat musim
kesehatan reproduksi, baik pengetahuan dan nikah, serta penguasaan materi kesehatan
sikap calon pengantin. Hanya pernah reproduksi yang sangat minim, sehingga
melakukan evaluasi saat SUSCATIN itupun penyampaian materipun sedikit.
hanya 2 pertanyaan, apalagi setelah g. Strategi atau cara mengatasi
SUSCATIN tidak berjalan tidak pernah Upaya mengatasi pelaksanaan pendidikan
mengevaluasi pengetahuan dan sikap. kesehatan reproduksi di KUA diantaranya
Sedangkan hasil wawancara dengan 2 orang harus diperhatikan oleh berbagai pihak, mulai
informan inti, sebagian besar mereka belum dari kementrian agama pusat, kabupaten, KUA
mengetahui banyak tentang kesehatan dan masyarakat, serta materi sebaiknya
reproduksi, mereka menyatakan bahwa disampaikan oleh tenaga kesehatan saat calon
kesehatan reproduksi merupakan kesehatan pengantin diimunisasi, karena penghulu di
dalam menjaga kehamilan dengan cara KUA kurang menguasai materi kesehatan
diperiksakan ke bidan dan makan yang bergizi. reproduksi. Salah satu informan berpendapat
d. Dampak pendidikan kesehatan reproduksi pendidikan kesehatan reproduksi diberiksan
bagi calon pengantin saat SMA dan dijadikan mata ajar, karena jika
Sejauh ini KUA belum menelaah secara dijadikan mata ajar otomatis akan dipelajari
langsung dampak pendidikan kesehatan dengan baik oleh siswa, berbeda jika tidak
reproduksi kepada pasangan pengantin yang dijadikan sebagai mata ajar maka siswa tidak
telah menikah, namun pendidikan kesehatan mengetahui semuanya.
reproduksi sangat bermanfaat supaya keluarga h. Efektivitas pendidikan kesehatan
bisa menghindari dari penyakit, untuk reproduksi terhadap pengetahuan
mewujudkan keluarga yang sehat dan Hasil penelitian didapatkan sebagian besar
(52, 5%) calon pengantin memiliki pengetahuan
sejahtera. Banyak hal tentang kesehatan
kurang tentang kesehatan reproduksi dan hasil uji
reproduksi yang mungkin mereka belum tahu Chy Square didapatkan tidak ada hubungan atau
dan belum dipersiapkan. Salah satu informan tidak ada keefektivan antara materi, metode, sarana
mengatakan bahwa pendidikan kesehatan

48
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

prasarana, manajemen, pemateri dengan Sedangkan rata-rata yang mendapat media


pengetahuan calon pengantin tentang kesehatan elektronik power point dan film mencapai 2,5 dan
reproduksi. Rendahnya pengetahuan calon 2,7. Dengan demikian ternyata penggunaan media
pengantin tentang kesehatan reproduksi bisa cetak dan media elektronik sebagai media
disebabkan karena materi kesehatan reproduksi pendidikan kesehatan yang baik digunakan,
tidak seluruhnya diberikan kepada calon pengantin sehingga mampu menarik minat pembaca termasuk
dan materi yang disampaikan tidak sesuai dengan calon pengantin. Oleh karena itu calon pengantin
tujuan pendidikan. harus bisa mengakses media sosial seperti internet
Materi kesehatan reproduksi yang sehingga mengetahui materi kesehatan reproduksi.
disampaikan hanya dianjurkan untuk menjaga i. Efektivitas pendidikan kesehatan
kesehatan saja, gizi saat hamil dan dianjurkan reproduksi terhadap sikap
imunisasi TT. Padahal menurut Lestari, diantara Hasil penelitian menunjukkan sikap calon
hak-hak reproduksi menurut ICPD adalah hak pengantin terhadap kesehatan reproduksi
mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan masing-masing sebanyak 50 % memiliki sikap
reproduksi dan hak mendapatkan manfaat negatif dan positif. Hasil uji statistik dengan
kemajuan, ilmu pengetahuan yang berkaitan
Chy Square tidak ada hubungan atau tidak ada
dengan kesehatan reproduksi. Sedangkan menurut
Kemenkes, salah satu sasaran pelayanan kesehatan keefektivan antara materi, metode, sarana
ibu dan anak adalah calon pengantin. Hal – hal prasarana, media, manajemen dan pemateri
yang perlu dilakukan oleh calon pengantin salah dengan sikap calon pengantin. Pembentukan
satunya yaitu mendapatkan penjelasan tentang sikap tersebut dipengruhi oleh latar belakang
kesehatan dalam perkawinan termasuk yang pendidikan yang memiliki rata-rata pendidikan
berkaitan dengan kehamilan, persalinan, masa nifas SLTA. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohana,
dan keluarga berencana. bahwa pengetahuan yang diperoleh berasal
Selain itu rendahnya pengetahuan dapat dari pendidikan formal dan berfungsi sebagai
disebabkan oleh metode, media dan waktu. Hal ini alat ukur terhadap kecerdasan dan kualitas dan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
pembentukan sikap serta prilaku sesorang.
(Thiam, 2007) yang menyatakan bahwa semakin
rendah konseling yang diberikan kepada seseorang Sikap yang baik dapat dipengaruhi oleh
maka kepatuhan dan pengetahuan dalam pengalaman pribadi atau orang lain, serta
menjalankan strategi juga rendah. Hasil wawancara informasi yang diperoleh dari internet. Hal ini
mendalam diketahui bahwa waktu pelaksanaan didukung oleh pernyataan Azwar yang
pendidikan kesehatan reproduksi dilaksanakan menyatakan bahwa sikap mempengaruhi
sepintas dan bahkan dilakukan di sela-sela calon perilaku lewat suatu proses pengambilan
pengantin melakukan pendaftaran nikah. Hal ini keputusan yang teliti dan beralasan sehingga
menunjukan kegiatan pendidikan kesehatan tidak seseorang akan melakukan suatu perbuatan
efektif. Disamping itu sumber daya manusia yang apabila ia memandang perbuatan itu positif
dimiliki KUA sangat minim dan kurang menguasai
dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin ia
materi karena beulm pernah mengikuti pelatihan
pendidikan kesehatan reproduksi. Padahal agar melakukannya.
perencanaan sumber daya yang kompeten Sikap negatif calon pengantin terhadap
dibidangnya sudah ditentukan, tetapi pada kesehatan reproduksi, hal ini tidak hanya
pelaksanaannya banyak faktor diantaranya belum dipengaruhi oleh metode pendidikan, tetapi dapat
adanya kerjasama dengan dinas kesehatan atau dipengaruhi oleh faktor lain seperti minimnya
BKKBN dan miminya anggaran. waktu yang dimiliki calon pengantin, calon
Hasil penelitian dengan menggunakan uji Chy pengantin masih bekerja dan waktu yang
Square didapatkan nilai p=0,028, jadi terdapat disediakan untuk proses pendidikan relatif singkat.
hubungan atau ada keefektivan antara media Selain itu, sikap negatif dapat disebabkan karena
pendidikan kesehatan reproduksi dengan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh KUA
pengetahuan calon pengantin. Hal ini dapat masih kurang, tidak adanya dukungan dari
diasumsikan bahwa pengetahuan baik disebabkan pemerintah dan aparat desa serta tidak ada
karena calon pengantin secara langsung dapat kebijakan yang mewajibkan calon pengantin
membaca materi kesehatan reproduksi sendiri. mengikuti kursus. Hal ini akan berdampak terhadap
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian proses pendidikan serta mempengaruhi terhadap
Yustita, peningkatan pengetahuan PHBS siswa SD pengetahuan dan sikap calon pengantin. Menurut
yang mendapat media cetak leaflet dan poster, Terry dalam Sutopo, bahwa agar fungsi dapat
memiliki peningkatan rata-rata 2,2 dan 2,3. dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan adanya
sumber-sumber atau sarana- sarana yang

49
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

mendukung agar pelaksanaan fungsi-fungsi Begitupun dengan materi kesehatan


manajemen berjalan baik. Begitu halnya menurut reproduksi yang diberikan selama 3 jam.
Notoatmodjo, alat peraga atau media promosi 2) Adanya media atau buku panduan
kesehatan sangat membantu untuk meningkatkan terutama tentang kesehatan reproduksi,
pengetahuan masyarakat merubah perilaku ke arah
sehingga meskipun materinya
positif terhadap kesehatan.
j. Dampak Pendidikan Kesehatan
disampaikan oleh penghulu materi
Reproduksi kesehatan reproduksi sedikitnya ada yang
Dilihat dari hasil penelitian ini, ini penulis disampaikan.
berpendapat bahwa pendidikan kesehatan 3) Pelaksanaan SUSCATIN dapat terlaksana
reproduksi di KUA tidak memiliki dampak karena adanya tanggungjawab dari
yang signifikan terhadap pengetahuan dan petugas KUA dan dukungan dari aparat
sikap calon pengantin terhadap kesehatan desa yaitu pembantu penghulu. Kehadiran
reproduksi. Hasil penelitian ini sejalan dengan calon pengantin, hal ini mampu membuat
penelitian Saputro, bahwa nilai rata-rata sikap penyelenggara bersemangat dalam
setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada memberikan materi kursus calon
kelompok perlakuan sebesar 34,55, sedangkan pengantin. Hal ini sejalam dengan teori
pada kelompok kontrol rata-rata sikap adalah Notoatmodjo, bahwa faktor penguat
30,85, diperoleh nilai p-value = 0,092> 0,05, dalam pendidikan kesehatan reproduksi
hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima adalah adanya sikap dalam hal ini adalah
artinya dapat disimpulkan tidak ada pengaruh rasa tanggungjawab yang dimiliki oleh
pendidikan kesehatan terhadap perubahan petugas KUA dalam melaksanakan
sikap tentang seks pranikah. pendidikan kesehatan reproduksi
Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, meskipun belum sesuai dengan langkah-
bahwa pengetahuan dan sikap calon pengantin langkah dalam pelaksanaan pendidikan.
sebagian masih kurang, hal ini diasumsikan l. Faktor penghambat
karena proses pendidikan kesehatan reproduksi Hasil wawancara didapatkan bahwa
di KUA Kecamatan Kuningan belum faktor yang menghambat pelaksanaan kursus
dilaksanakan secara maksimal, karena tidak calon pengantin antara lain :
banyak informasi yang diterima oleh calon 1) BP4 tidak memiliki anggaran operasional
pengantin. Menurut Notoatmodjo pendidikan tersendiri untuk melaksanakan kursus
kesehatan pada hakikatnya adalah suatu calon pengantin
kegiatan atau usaha menyampaikan pesan 2) Kurangnya koordinasi BP4 dengan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau instansi-instansi terkait lainnya guna
individu. Dengan adanya pesan tersebut maka meningkatkan penyelenggaraan kursus
diharapkan masyarakat, kelompok atau calon pengantin.
individu dapat memperoleh pengetahuan 3) Pemerintah tidak melihat secara
tentang kesehatan yang lebih baik. menyeluruh tentang pentingnya kursus
Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan calon pengantin, sehingga aturan tentang
dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kursus calon pengantin hanya sebatas
kata lain, adanya pendidikan tersebut anjuran belum menjadi prasyarat utama
diharapkan dapat membawa akibat terhadap pernikahan.
perubahan pengetahuan. 4) Pelaksana kursus calon pengantin yang
k. Faktor Pendukung diadakan oleh BP4 yang dijabat oleh
Hasil wawancara dengan beberapa pegawai KUA dinilai kurang efektif
informan faktor-faktor yang mendorong karena KUA terbatas pada personalia
pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi sehingga kurang maksimal.
pada kursus calon pengantin yaitu : 5) Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
1) Adanya peraturan dirjen Bimas Islam pentingnya SUSCATIN dan malas.
bahwa calon pengantin sebelum 6) Petugas KUA atau penghulu yang sangat
melakukan perkawinan harus mengikuti terbatas serta waktu yang dimiliki petugas
kursus calon pengantin terlebih dahulu. KUA sangat sedikit apalagi saat musim
nikah.

50
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

7) Penguasaan materi kesehatan reproduksi penghulu di KUA kurang menguasai


yang sangat minim, sehingga penyampaian materi kesehatan reproduksi.
materipun sedikit. 2) Pendidikan kesehatan reproduksi
8) Waktu yang dimiliki calon pengantin diberiksan saat SMA dan dijadikan mata
terbatas, karena jadwal kursus calon ajar, karena jika dijadikan mata ajar
pengantin yang diadakan pada jam kerja, otomatis akan dipelajari dengan baik oleh
sehingga banyak calon pengantin yang siswa, berbeda jika tidak dijadikan sebagai
tidak dapat mengikuti kursus calon mata ajar maka siswa tidak mengetahui
pengantin karena pihak tempat calon semuanya. Oleh karena itu upaya
pengantin bekerja tidak memberi izin bagi mengatasi pelaksanaan pendidikan
calon pengantin untuk mengikuti kursus kesehatan reproduksi di KUA harus
calon pengantin. diperhatikan oleh berbagai pihak, mulai
9) Tidak mengetahui adanya pendidikan dari kementrian agama pusat, kabupaten,
kesehatan reproduksi di KUA, karena KUA dan masyarakat.
tidak ada yang memberitahu baik dari 3) Pemerintah melalui Kementerian Agama
KUA maupun dari keluarga atau ketib di harus mengeluarkan semacam peraturan
desa. yang mengharuskan calon pengantin
10) Durasi waktu yang sangat singkat mengikuti kursus kesehatan, tidak hanya
sehingga tujuan yang diharapkan belum berupa anjuran tapi lebih ditekankan lagi
bisa maksimal. yang diperkuat oleh semacam teguran bagi
m. Strategi yang tidak melaksanakannya atau kursus
Hasil wawancara dengan beberapa kesehatan ini menjadi prasyarat wajib bagi
informan ada beberapa langkah strategis agar yang mau melaksanakan akad nikah.
pendidikan kesehatan reproduksi itu bisa 4) Dana operasional yang minim bisa diatasi
berjalan maksimal diantaranya : dengan menyuruh setiap calon pengantin
1) BP4 harus diisi oleh SDM yang untuk memperbanyak materi yang akan
berkualitas dan mengakomodir semua disampaikan. Hal ini selain menghemat
sektor, tidak terkecuali dengan sektor biaya juga menggugah kesadaran calon
kesehatan. Jika memungkinkan maka di pengantin akan pentingnya kesehatan
BP4 itu harus ada yang ahli di bidang reproduksi. Lebih baik lagi bila
keagamaannya, bidang ekonominya, pemerintah pusat baik kementrian agama,
bidang psikologisnya dan juga tentunya kementrian kesehatan dan pemerintah
bidang kesehatannya. Namun jika hal itu daerah dapat mengalokasikan dana untuk
tidak memungkinkan maka hal yang bisa pendidikan kesehatan reproduksi bagi
dilaksanakan adalah membangun dan calon pengantin.
menjalin kerjasama dengan pihak 5) Jadwal kursus harus di sesuaikan dengan
kesehatan, IBI, BKKBN dan leading pekerjaan para calon pengantin. Bagi yang
sektor lainnya, sehingga BP4 tidak lagi bekerja maka hari sabtu/minggu bisa
dipandang sebelah mata. Kerjasama menjadi pilihan terbaik, namun bagi yang
dengan berbagai pihak yang berhubungan belum bekerja maka kursus pada jam kerja
dengan kesehatan menjadi sangat urgent, pun tidak akan jadi soal.
sehingga materi kesehatan reproduksi 6) Efektivitas pendidikan kesehatan
disampaikan oleh tenaga kesehatan, baik reproduksi terhadap pengetahuan dan
saat calon pengantin diimunisasi, maupun sikap dapat dilihat pada tabel berikut ini :
ada waktu khusus untuk menyampaikan
materi kesehatan tersebut. Pentingnya KESIMPULAN
andil tenaga kesehatan dalam 1. Efektivitas pendidikan kesehatan
menyampaikan materi kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan input
reproduksi bukan tanpa alasan, selain (persiapan) bahwa persiapan pendidikan
supaya materi yang disampaian detail dan kesehatan reproduksi belum efektif.
mendalam juga pada dasarnya tenaga atau

51
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

2. Efektivitas pendidikan kesehatan terkecuali dengan sektor kesehatan. Dana


reproduksi terhadap pengetahuan dan operasional yang minim bisa diatasi
sikap calon pengantin tidak efektif dengan menyuruh atau menganjurkan
3. Efektivitas pendidikan kesehatan setiap calon pengantin untuk
reproduksi ditinjau dari segi output yaitu memperbanyak materi yang akan
sebagian besar (52,5%) calon pengantin disampaikan. Pemerintah melalui
memiliki pengetahuan yang kurang dan Kementerian Agama harus mengeluarkan
50% memiliki sikap yang negatif dan peraturan yang mengharuskan calon
positif terhadap kesehatan reproduksi. pengantin mengikuti kursus kesehatan.
4. Dampak pelaksanaan pendidikan Jumlah petugas KUA yang minim bisa
kesehatan reproduksi terhadap disiasati dengan melibatkan para
pengetahuan dan sikap calon pengantin pembantu penghulu, setiap pembantu
yaitu tidak memiliki dampak terhadap penghulu yang dianggap kompeten bisa
perubahan pengetahuan dan sikap. diberdayakan untuk memberikan
5. Faktor pendukung pelaksanaan penyuluhan. Petugas KUA harus
pendidikan kesehatan reproduksi mendapatkan pendidikan tentang
diantaranya adanya Peraturan Direktur kesehatan reproduksi. Sosialisasi tentang
Jenderal Bimas Islam Departemen pentingnya kesehatan reproduksi harus
Agama, adanya tanggungjawab dari gencar dilaksanakan, baik secara lisan
petugas KUA dan dukungan dari aparat maupun menggunakan media. Kursus
desa, adanya surat edaran yang Calon pengantin jadwalnya harus di
menginstruksikan calon pengantin sesuaikan dengan pekerjaan para calon
sebelum melakukan perkawinan harus pengantin.
mengikuti kursus calon pengantin terlebih
dahulu, adanya media atau buku panduan
tentang kesehatan reproduksi. DAFTAR PUSTAKA
6. Faktor penghambat dalam pelaksanaan Afiyanti dan Rahmawati. (2014). Metodologi
pendidikan kesehatan reproduksi Penelitian Kualitatif dalam Riset
diantaranya jumlah petugas KUA atau Keperawatan. Jakarta : Rajawali
penghulu terbatas serta waktu yang
dimiliki petugas KUA sedikit, kerjasama Budiman. (2014). “Hubungan Kursus Calon
lintas sektoral tidak terjalin dengan baik Pengantin Dengan Keikutsertaan Imunisasi
antara IBI, BKKBN kecamatan, serta Tetanus Toxoid Di Kecamatan Soreang Tahun
LSM-LSM lainnya dan tidak memiliki 2014”. Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1
anggaran operasional, pemerintah tidak No. 3 ( September 2014):107-182).
melihat secara menyeluruh tentang
pentingnya kursus calon pengantin, Hattori, A. (2011). “The effect of female
kurangnya kesadaran masyarakat, petugas education on health in bangladesh (Order No.
KUA tidak menguasai materi, waktu yang 3456272)”. Available from ProQuest Public
dimiliki calon pengantin terbatas, jadwal Health. (872059183). Retrieved from
kursus calon pengantin yang diadakan http://search.proquest.com/docview/87205918
pada jam kerja, tidak mengetahui adanya 3?accountid=25704. Di akses tanggal 5 Januari
pendidikan kesehatan reproduksi di KUA, 2015
durasi waktu untuk menyampaikan materi
relative singkat sehingga tujuan yang Hull,dkk. (2010). “Meninjau Kembali
diharapkan belum bisa maksimal Kebutuhan Kesehatan Reproduksi yang Tidak
7. Strategi mengatasi permasalahan Terpenuhi di Kalangan Penduduk Dewasa
pelaksanaan pendidikan kesehatan Muda”. Policy Brief No. 6.
reproduksi di KUA Kecamatan Kuningan http://adsri.anu.edu.au/sites/default/files/resear
Kabupaten Kuningan, antara lain BP4 ch/transition-to-
harus diisi oleh SDM yang berkualitas adulthood/Policy_Brief_%236_Rethinking_Un
dan mengakomodir semua sektor, tidak

52
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 2, No. 1, Januari 2016 pISSN 2477-3441
eISSN 2477-345X

met_Need-Bhs%20Indonesia.pdf. Diakses 0056?accountid=25704. Di akses tanggal 5


tanggal 2 februari 2015 Januari 2015
Kemenkes. 2014. Kesehatan Reproduksi dan
Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta Rahim, dkk. (2013). “Pengetahuan dan
Sikap Wanita Prakonsepsi Tentang Gizi
Kokom. 2014. “Kesehatan Reproduksi dan
Seksual Bagi Calon Pengantin”. dan Kesehatan Reproduksi Sebelum dan
http://jurnal.upi.edu/file/07_pendidikan_karakt Setelah Suscatin di Kecamatan Ujung
er_preparation_of_marriage_and_good_family Tanah”. Jurnal Mkmi Rahmiyati.
_-_kokom.pdf Kemenkes RI. Diakases
tanggal 2 februari 2015 Sugiyono. (2011). Metodologi Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Paksima, S. M., Madanat, H. N., & Bandung : Alfabeta
Hawks, S. R. (2002). “A contextual model
for reproductive health education: Fertility Yahya, N. (2010). Kesehatan Reproduksi
and family planning in Jordan”. Promotion PraNikah. Jakarta : Tiga Serangkai
& Education, 9(3), 89-95, 115, 126.
Retrieved from
http://search.proquest.com/docview/22014

53

Anda mungkin juga menyukai