Anda di halaman 1dari 45

SKRIPSI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI


TERHADAP PENGETAHUAN CATIN DALAM PERSIAPAN
PRA NIKAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKADAMI
TAHUN 2021

OLEH

Disusun oleh:
Ai Sariningsih
200603225

PRODI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesiapan menikah terdiri atas kesiapan emosi, sosial, spiritual,

peran, usia, seksual dan finansial (Sari, dkk, 2013). Salah satu indikasi

bahwa calon pengantin yang sehat adalah dengan kesehatan reproduksinya

berada pada kondisi yang baik (Kemenkes, 2015). Dengan kesehatan

reproduksi yang telah disiapkan semenjak pranikah dapat menurunkan

kehamilan yang tidak diinginkan dan juga mengurangi adanya kelainan

yang terjadi pada saat hamil, bersalin, maupun nifas. Oleh karena itu ,

program persiapan pranikah menjadi penting dalam perencanaan

kehamilan. Dengan demikian, bidan sebagai ujung tombak kesehatan ibu

dan anak memiliki peran dalam memberikan edukasi tentang perencanaan

kehamilan pada calon pengantin dalam asuhan kebidanan pranikah.

Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan

(akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan

ajaran agama. Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga

arti dari kata pranikah adalah sebelum menikah atau sebelum adanya

ikatan perkawinan (lahir batin) antara seorang pria dan wanita sebagai

suami istri (Setiawan, 2017).

Berdasarkan UU No.35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU

No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun

masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu, BKKBN memberikan batasan

2
usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun untk pria. Selain

itu, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 20-25

tahun bagi wanita dan umur 25-30 tahun bagi pria (BKKBN, 2017).

Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan pranikah/akad

perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).

Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun

masa prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah.

Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal

melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan

merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka

kematian maternal. Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan

kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya

kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang

diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013)

Screening Pranikah dan Prakonsepsi merupakan sesuatu yang

sangat penting agar kehamilan dapat berjalan dengan baik. Sayangnya

kesadaran akan hal ini masih sangat rendah, sehingga angka kesakitan dan

komplikasi kehamilan masih sangat tinggi. Pemeriksaan kesehatan

sebelum menikah atau hamil khususnya pada wanita akan mengurangi

angka kesakitan dan kematian ibu dan anak. Screening Pranikah dan

Prakonsepsi memiliki banyak keuntungan, antara lain: memungkinkan

identifikasi penyakit medis, pengkajian kesiapan psikologis, keuangan dan

pencapaian tujuan.

3
Berdasarkan study penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Sukadami terhadap 10 orang calon pengantin didapatkan hasil 30%

dengan pengetahuan baik , 30% pengetahuan cukup dan 40% pengetahuan

kurang mengenai persiapan pranikah.

Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan Catin

dalam Persiapan Pranikah di Wilayah Kerja Puskesmas Sukadami

Kecamatan Cikarang Selatan pada Tahun 2022”

B. Kebaharuan Penelitian

Menurut Penelitian Amalia dan Siswantara (2018) dalam

penelitiannya tentang Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Reproduksi di

Kota Surabaya, sebanyak 62,5% responden memiliki pengetahuan kurang

sebelum penyuluhan dan sebagian besar responden memiliki pengetahuan

yang cukup setelah penyuluhan yaitu sebanyak 59,3%. Rata-rata nilai

responden yang menjawab benar mengalami peningkatan yaitu 50,62

sebelum penyuluhan menjadi 66,25 setelah penyuluhan, sehingga terdapat

perbedaan yang bermakna pengetahuan calon pengantin sebelum dan

sesudah dilakukan penyuluhan, dengan nilai mean sebesar 15,625 dan nilai

p-value 0,031 atau kurang dari 0,05.

Menurut penelitian Dewi Susanti, dkk. 2018, dengan judul

“Pengaruh Pedidikan Kesehatan Pranikah Terhadap Pengetahuan Dan

Sikap Calon Pengantin Di Lubuk Begalung Padang” Hasil penelitian

4
terhadap 38 calon pengantin menunjukan bahwa 31,6% responden

berpengetahuan rendah sebelum pendidikan pranikah dan 97,4%

berpengetahuan tinggi setelah pendidikan pranikah, 76,3% bersikap

negative sebelum pendidikan pranikah. Ada pengaruh pendidikan pranikah

tehadap pengetahuan dan sikap calon pengantin ( p value 0,001 dan 0,013)

Menurut penelitian Dheny Rohmatika1, Aris Prastyoningsih 2 , Eni

Rumiyati 3 Universitas Kusuma Husada Surakarta (2020) dengan judul

Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Pemberian Buku Saku

Perkasa (Persiapan Keluarga Sehat) Terhadap Kesiapan Menikah Calon

Pengantin, menunjukkan bahwa hasil dari pre tes sebelum di berikan

bukau saku pada calon pengatin terhadap kesiapan menikah didapatkan

hasil siap sebanyak 19 orang (52,8%), dan 17 orang (47,2%) sangat siap .

Dan hasil dari post tes sebelum di berikan bukau saku pada calon pengatin

terhadap kesiapan menikah didapatkan hasil siap sebanyak 3 orang (8,3%),

dan 33 orang (91,7%) sangat siap. Dari hasil penelitian dengan uji

wilcoxon test. yang hasilnya nilai z -2,828 dan signifikansi p 0,005

(p>0.050) jadi dapat disimpulkan ada perbedaan signifikan sebelum dan

sesuah intervesi pemberian buku saku PERKASA pada calon pengantin

(Catin) untuk kesiapan menikah.

Berdasarkan hasil telaah terhadap jurnal-jurnal penelitian tersebut

diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh penyuluhan

terhadap peningkatan pengetahuan calon pengantin dengan penyuluhan

5
menggunakan lembar balik kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon

pengantin dan pemberian media leaflet.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti adalah masih kurangnya pengetahuan

calon pengantin terhadap kesehatan reproduksi dalam persiapan pranikah

di Puskesmas Sukadami

D. Pertanyaaan Penelitian

Adakah pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap

Pengetahuan Catin dalam Persiapan Pranikah di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukadami ?

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap

pengetahuan catin dalam persiapan pra nikah di wilayah kerja

Puskesmas Sukadami Kecamatan Cikarang Selatan pada tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi catin

sebelum diberikan penyuluhan.

b. Diketahuinya tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi catin

setelah diberikan penyuluhan.

6
c. Diketahuinya pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan

reproduksi terhadap pengetahuan catin di wilayah kerja Puskesmas

Sukadami.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

pada calon pengantin mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi

dalam persiapan pranikah agar calon pengantin dapat mempersiapkan

diri, memperhatikan perkembangan kesehatan dan dapat menjaga serta

mendeteksi penyakit sedini mungkin.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat

untuk mendorong keperduliannya terhadap kesiapan pranikah dalam

mendeteksi penyakit sedini mungkin, serta bermanfaat bagi calon

pengantin ketika nantinya hamil saat sudah melaksanakan pernikahan.

G. Ruang Lingkup

7
Dalam penelitian ini yang akan teliti yaitu Pengetahuan Calon

Pengantin tentang Kesehatan Reproduksi, dimana masih kurangnya

Pengetahuan Calon Pengantin terhadap Kesehatan Reproduksi dalam

Persiapan Pranikah. Adapun tempat yang dipilih untuk penelitian ini

adalah Puskesmas Sukadami Kec.Cikarang Selatan Kab.Bekasi. Penelitian

ini mulai dilakukan pada bulan Februari s/d Maret 2022. Penelitian ini

dilakukan pada Semua Calon Pengantin yang melakukan pemeriksaan di

Puskesmas Sukadami. Dengan cara memberikan Kuesioner pada Calon

Pengantin Sebelum dan Sesudah Penyuluhan dalam rangka untuk

meningkatkan Pengetahuan Calon Pengantin mengenai Pengetahuan

tentang Kesehatan Reproduksi.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pra Nikah

Pra nikah tersusun dari dua kata yaitu “pra” dan “nikah”, kata

“pra” sebagaimana yang tercantum di dalam “Kamus Besar Bahasa

Indonesia” ialah sebuah awalan yang memiliki makna “sebelum”.2

Sedangkan kata “nikah” diartikan di dalam “Kamus Besar Bahasa

Indonesia” ialah sebagai sebuah ikatan atau perjanjian (akad) perkawinan

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan hokum Negara dan agama.

Menurut UUD No.1 tahun 1974 pengertian Pra Nikah adalah

ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai seorang

istri dengan tujuan membentu keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Screening Pranikah dan prakonsepsi merupakan asuhan yang

diberikan pada perempuan sebelum menikah dan terjadi konsepsi.

Screeneng pranikah dan prakonsepsi adalah asuhan yang dibetikan

sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah wanita mencapai

tingkat kesehatan optimal sebelum ia hamil. Wanita hamil yang sehat

memiliki kemungkinan yang besar untuk memiliki bayi yang sehat.

Idealnya setiap kehamilan adalah hal yang terencana dan setiap bayi yang

berada di lingkungan yang sehat.

9
Screening pranikah dan prakonsepsi idealnya dilakukan 6 bulan

sebelum dilangsungkannya pernikahan. Namun dapat dilakukan kapanpun

selama pernikahan belum berlangsung. Hal ini bermanfaat apabila saat

screening ditemukan penyakit menular seksual bisa segera diobati sebelum

pernikahan. Persiapan sikologis pranikah:

1. Persiapan mental menuju pernikahan

2. Rencana setelah menikah (kebutuhan KB)

3. Mengkaji dukungan dari keluarga terhadap pernikahan

4. Pembacaan hasil pemeriksaan

5. Mengkaji respon pasangan setelah dilakukan screening

Pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan pada saat

screening pranikah dan prakonsepsi :

1. Pemeriksaan kadar gula, untuk mendeteksi penyakit diabetes

mellitus

2. Pemeriksaan urine dan tinja lengkap untuk mendeteksi

penyakit pada ginjal atau yang berhubungan dengan saluran

kemih

3. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus

4. Pemeriksaan hematologi atau hemoglobin untuk mendeteksi

kelainan atau penyakit darah

5. Pemeriksaan HBsAG untuk mendeteksi peradangan hati

6. Pemeriksaan infeksi saluran reproduksi/infeksi menular seksual

seperti, sifilis, gonorhea, human immunodevicnc virus (HIV)

10
7. Pemeriksaan Torch unruk mendeteksi infesi yang disebabkan

oleh parasit toxoplasma, virus rubella dan citomegalo yang

mungkin menyerang wanita di masa kehamilan

8. Melakukan vaksin TT (disertai penjelasanmengenai vaksin

yang lain seperti HPV, Hepatitis B dan Ribella)

9. Konseling mengenai kontrasepsi

Upaya kesehatan pada pasangan pranikah (menurut pratiwi, 2011)

1. Upaya promotif

a. Penyuluhan tentang gizi pranikah

b. Sex education

Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan pada

pasangan pranikah agar hubunganya tetap harmonis.

Seperti pendidikan tentang kesehatan reproduksi, PMS

(Penyakit menular Seksual), Cara dan waktu berhubungan

yang sehat dll.

c. Personal hygen

2. Upaya Preventif

a. Pemeriksaan papsmir

Untuk mendeteksi kanker serviks (pada orang dengan

seksual aktif)

b. Pemeriksaan Hematologi

Tujuanya untuk mendeteksi kelainan darah seperti HIV.

TB, Virus rubella, Virus Toxoplasma.

11
c. Imunisasi Catin

Imunisasi bertujuan untu mencegah pasangan terutama

wanita agar tidak di serang virus clostridium tetani, apabila

nanti wanita tersebut hamil dan terjadi perlukaan saat

persalinan maka si ibu tidak mudah mengalami infeksi dan

pendarahan post partum.

3. Upaya Kuratif

a. Pengobatan Torch dan kanker serviks [ada wanita yang

akan menikah dengan memberikan pengobatan secara

intensif

b. Meyakinkan pada pasangan kalau terjangkitnya penyakit

tersebut bukan berarti tidak dapat menikah

c. Perbaikan nutrisi pasangan pranikah untuk memperbaiki

tingkat kesuburan pasangan dan mencegah terjadinya

infertilitas.

4. Upaya rehabilitatif

Pemulihan fisik dan mental. Meyakinkan dan memulihkan

kepercayaan diri pasien sehingga dapat menjalani hidupnya

sebagai pasangan nantinya.

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

12
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo,

2017).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2017), mengatakan tingkat pengetahuan

mencakup 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk

mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

13
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi

lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang

tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan

kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang

berlaku dimasyarakat.

14
3. Cara memperoleh ilmu pengetahuan

Ada 2 cara memperoleh pengetahuan yaitu :

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis.

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara yang paling tradisional ini pernah digunakan oleh

manusia dalam memperoleh pengetahuan. Cara ini telah

dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

2) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena

tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

3) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang

menerima mempunyai yang dikemukan oleh orang yang

15
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri.

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

5) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat dapat menemukan teori atau kebenaran.

Dengan pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara

yang masih dianut banyak orang untuk mendisiplinkan.

6) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara

cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanda

melalui proses penalaran atau berpikir akan tetapi sukar

dipercaya karena tidak menggunakan cara-cara yang rasional

dan yang sistematis. Kebenaran yang berdasarkan suara hati

atau bisikan hati saja.

7) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia

telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi. Induksi adalah proses pembuatan

16
kesimpulan melalui pernyataan-pernyataan khusus ke umum.

Deduksi adalah proses pembuatan kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan umum ke khusus.

8) Induksi

Berpikir induksi adalah pembuatan kesimpulan

berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap

oleh indra yang kemudian disimpulkan ke dalam suatu

konsep yang memungkin seseorang untuk memahami suatu

gejala beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang

abstrak.

9) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari

pernyataan- pernyataan umum ke khusus. Didalam proses

berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar

secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya

pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang

termasuk dalam kelas itu atau berdasarkan pada

pengetahuan yang umum mencapai pengetahuan yang

khusus.

b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini

disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut

17
metodologi penelitian (research methodology).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2017) pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal :

1) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau

keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya

pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup bagi

seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan

berperilaku sesuai dengan apa yang diinginkan.

2) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau sebagai

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh

sebab itu pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai salah

satu cara untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang telah

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada

masa lalu.

3) Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang telah

diperolehnya, tetapi pada usia tertentu atau menjelang usia

18
lanjut kemampuan untuk menerima dan mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

b. Faktor eksternal:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang

tertuju pada kedewasaan.

2) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer atau sekunder,

keluarga dengan status ekonomi lebih baik mudah tercukupi

dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah.

Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi

termasuk kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

3) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan

sebagai pemberitahuan seseorang. Adanya informasi baru

mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap terhadap hal baru tersebut. Meskipun

seseorang memiliki pendidikan rendah tetapi jika ia mendapat

informasi yang cukup baik dari berbagai media maka hal itu

dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

19
4) Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita karena

lingkungan memberi pengaruh pengaruh pertama bagi

seseorang dapat mempelajari hal positif atau hal negative

tergantung dari lingkungannya. Di dalam lingkungan inilah

seseorang akan mendapatkan pengalaman yang akan

mempengaruhi cara berfikirnya.

5. Cara pengukuran pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2017) mengatakan pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-

pertanyaan tertulis atau angket.

Untuk mengukur tingkat pengetahuan atau kemampuan individu, dapat

menggunakan rumus Guttman sebagai berikut:

Penilaian tingkat pengetahuan menggunakan skala Guttman dengan

dua alternative jawaban (Sugiyono, 2015), yaitu:

a. Benar : diberikan nilai 1

b. Salah : diberikan nilai 0

Kriteria skor penilaian tingkat pengetahuan dibedakan menjadi tiga

kategori Menurut Wawan dan Dewi (2015), dengan kriteria:

a. Baik : hasil presentase > 76% – 100%

20
b. Cukup : hasil presentase 56% – 75%

c. Kurang : hasil presentase <56%

C. Reproduksi

1. Kesehatan reproduksi

a. Pengertian

Definisi kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan

(International Conference on Population and Development/

ICPD) adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh,

bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam

segala hal yang berhubungan dengan system reproduksi dan

fungsi serta proses-prosesnya (Marmi, 2013).

Kesehatan reproduksi menurut PP No. 61 Tahun 2014

adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh,

tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang

berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.

Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan

kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan

dengan fungsi dan proses reproduksinyatermasuk di dalamnya

tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi

kegiatan reproduksi tersebut (Kementrian Kesehatan, 2018).

21
Kesehatan Reproduksi menurut WHO (World Health

Organizations) adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang

utuh, bukan hanya bebas dari penyakit kecacatan dalam segala

aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta

prosesnya.

Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati

kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan

proses reproduksinya secara sehat dan aman (Nugroho, 2014).

Menurut BKKBN, (2010) definisi kesehatan reproduksi

adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam

segala hal yang berkaitan dengan fungsi, sistem reproduksi dan

bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.

Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah: suatu

keadaan sehat, secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan

kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses

reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya

kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana

seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan

sebelum dan sudah menikah (Ida Prijatni dan Sri Rahayu, 2016).

Guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan

fungsi dan proses sistem reproduksi, maka setiap orang

(khususnya remaja) perlu mengenal dan memahami tentang hak-

hak reproduksi berikut ini.

22
1) Hak untuk hidup.

2) Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan.

3) Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk

diskriminasi.

4) Hak privasi.

5) Hak kebebasan berpikir.

6) Hak atas informasi dan edukasi.

7) Hak memilih untuk menikah atau tidak, serta untuk

membentuk dan merencanakan sebuah keluarga.

8) Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan mempunyai

anak.

9) Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan.

10) Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan.

11) Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam

arena politik.

12) Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan

pengobatan (Marmi, 2013).

b. Perubahan fisik yang mulai menandai kematangan reproduksi.

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja,

termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual)

untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan

fungsi reproduksi. Perkembangan biologis pada masa pubertas

23
termanifestasi pada perubahan-perubahan fisik yang mudah

teramati (Wisnu dan Darojad, 2018).

Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda

sebagai berikut:

1) Perubahan seks primer

Perubahan seks primer ditandai dengan mulai

berfungsinya alat-alat reproduksi yaitu ditandai dengan haid

pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki (SDKI, 2017).

2) Perubahan seks sekunder

Pada remaja putri yaitu pinggul melebar, pertumbuhan

rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuh rambut di

ketiak dan sekitar kemaluan atau pubis. Pada remaja laki-laki

yaitu terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan

buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi,

dada lebih besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, cabang

dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permasalahan

kesehatan reproduksi, meliputi:

1) Faktor demografis dapat dinilai dari data, seperti: usia

pertama melakukan hubungan seksual, usia pertama menikah,

usia pertama hamil.

24
2) Faktor sosial ekonomi dapat dinilai dari tingkat pendidikan,

akses terhadap pelayanan kesehatan, status pekerjaan, tingkat

kemiskinan, rasio melek huruf, rasio remaja tidak sekolah.

3) Faktor budaya dan lingkungan mencakup pandangan agama,

status perempuan, ketidaksetaraan gender, lingkungan tempat

tinggal dan bersosialisasi, persepsi masyarakat tentang

fungsi, hak dan tanggung jawab reproduksi individu, serta

dukungan atau komitmen politik.

4) Faktor psikologi antara lain rasa rendah diri, tekanan teman

sebaya, tindak kekerasan dirumah/lingkungan dan ketidak

harmonisan orang tua.

5) Faktor biologis meliputi: gizi buruk kronis, kondisi anemia,

kelainan organ bawaan seperti organ reproduksi, kelainan

akibat radang panggul, infeksi atau keganasan (Pinem, 2009).

d. Organ reproduksi

Kata “reproduksi” tersusun dari dua kata yakni kata “re”

bermakna kembali dan kata “produksi” bermakana perangkat /

alat yang digunakan untuk membuat generasi / keturunan (Marmi,

2013).

1) Organ reproduksi perempuan

(a) Organ reproduksi eksternal perempuan

(1) Mons pubis

25
Bagian yang menonjol diatas simfisis dan

pada perempuan dewasa ditutup oleh rambut

kemaluan. Berfungsi untuk melindungi alat

genetalia dari masuknya kotoran (Prawirohardjo,

2014).

(2) Klitoris

Merupakan bagian yang erektil, seperti penis

pada laki-laki. Mengandung banyak pembuluh

darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif pada

saat hubungan seks (Prawirohardjo, 2014).

(3) Labia mayora (bibir besar)

Berasal dari mons veneris bentuknya

lonjong menjurus ke bawah dan bersatu di bagian

bawah. Bagian luar labia mayor terdiri dari kulit

berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat,

bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung

kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak

ujung saraf sehingga sensitif saat berhubungan

seks. Berfungsi menutupi organ-organ genetalia di

dalamnya dan mengeluarkan cairan pelumas pada

saat menerima rangsangan seksual (Prawirohardjo,

2014).

(4) Labia minora (bibir kecil)

26
Merupakan lipatan kecil di bagian dalam

labia mayora. Bagian depanya mengelilingi

klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh

darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan

seks bertambah. Labia ini analog dengan kulit

skrotum pada laki-laki. Berfungsi untuk menutupi

organ-organ genetalia di dalamnya serta

merupakan daerah erotik yang mengandung

pembuluh darah dan syaraf (Prawirohardjo, 2014).

(5) Vestibulum

Bagian kelamin ini dibatasi oleh kedua labia

kanan kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian

belakang pertemuan labia minora. Pada bagian

vestibulum terdapat muara vagina (liang

senggama), saluran kencing, kelenjar bartholini,

dan kelenjar skene. Berfungsi untuk mengeluarkan

cairan apabila ada rangsangan seksual yang

berguna untuk melumasi vagina pada saat

bersenggama (Prawirohardjo, 2014).

(6) Himen (selaput dara)

Merupakan selaput tipis yang menutupi

sebagian lubang vagina luar, pada umumnya himen

berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah

27
menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh

kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan

dalam rahim). Pada saat hubungan seks pertama

himen akan robek dan mengeluarkan darah.

Setelah melahirkan himen merupakan tonjolan

kecil yang disebut karunkule mirtiformis

(Prawirohardjo, 2014).

(b) Organ reproduksi internal perempuan

(1) Vagina

Saluran musculo-membranasea (selaput

otot) yang menghubungkan rahim dengan saluran

luar, bagian ototnya berasal dari otot levator ani

dan otot sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat

dikendalikan dan dilatih. Dinding depan vagina

berukuran 9 cm dan dinding belakangnya 11 cm.

Berfungsi sebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai

sarana hubungan seksual, saluran untuk

mengalirkan lendir dan darah menstruasi.

(2) Rahim (uterus)

Bentuk uterus seperti buah pir, dengan berat

sekitar 30 gr. Terletak di panggul kecil diantara

rektum (bagian usus sebelum dubur) dan di

depanya terletak kandung kemih. Ruang rahim

28
berbentuk segitiga, dengan bagian besarnya diatas.

Bagian-bagian dari rahim (uterus) yaitu servik

uteri, korpus uteri, fundus uteri. Secara histologis

uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

endometrium yaitu lapisan uterus yang paling

dalam yang tiap bulan lepas sebagai darah

menstruasi, miometrium yaitu lapisan tengah,

lapisan tengah ini terdiri dari otot polos, dan

perimetrium merupakan lapisan luar yang terdiri

dari jaringan ikat. Fungsi rahim adalah tempat

bersarangnya atau tumbuhnya janin di dalam

rahim, janin makan melalui plasenta yang melekat

pada dinding rahim, tempat pembuatan hormon

misal HCG (Human Chorionic Gonadotropin)

(Prawirohardjo, 2014).

(3) Tuba fallopi

Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum

latum berjalan kearah lateral, dengan panjang

sekitar 12 cm. Saluran ini bukan merupakan

saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar

sehingga membedakanya menjadi empat bagian. Di

ujungnya terbuka dan mempunyai fibriae, sehingga

dapat menangkap ovum saat menjadi pelepasan

29
ovum (telur). Saluran telur ini merupakan saluran

hasil konsepsi menuju rahim. Berfungsi sebagai

saluran yang membawa ovum yang dilepaskan

ovarium ke dalam uterus, tempat terjadinya

fertilisasi, fimbria mengangkat ovum yang keluar

dari ovarium, (Prawirohardjo, 2014).

(4) Indung telur (ovarium)

Terletak antara rahim dan dinding panggul,

dan digantung ke rahim oleh ligamentum ovarii

properium dan kedinding panggul oleh ligamentum

nifudibulo-pelvikum. Indung telur merupakan

sumber hormon wanita yang paling utama. Saat

lahir bayi perempuan mempunyai sel telur 750.000,

umur 6-15 tahun sebanyak 439.000, umur 16-25

tahun sebanyak 169.000, umur 26-35 tahun

sebanyak 59.000, umur 35-45 tahun sebanyak

34.000, dan masa menopause semua telur

menghilang. Berfungsi memproduksi ovum (sel

telur), sebagai organ yang menghasilkan hormon

(estrogen dan progesteron) (Prawirohardjo, 2014).

(5) Parametrium (penyangga rahim)

30
Merupakan lipatan peritonium dengan

berbagai penebalan, yang menghubungkan rahim

dengan tulang panggul. Lipatan atasnya

mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga

indung telur. Bagian ini sensitive terhadap infeksi

sehingga mengganggu fungsinya. Berfungsi untuk

mengikat atau menahan organ-organ reproduksi

wanita agar terfiksasi dengan baik pada tempatnya,

tidak bergerak dan berhubungan dengan organ

sekitarnya (Prawirohardjo, 2014).

2) Alat reproduksi pria yaitu:

a) Testis

Pria memiliki dua buah testis untuk memproduksi

sperma yang dibungkus oleh lipatan kulit kantung yang

disebut skrotum. Dimulai sejak masa puber, sepanjang

masa hidupnya pria akan memproduksi sperma. Selain

itu, testis juga menghasilkan hormon testosteron. Di sisi

belakang masing- masing testis terdapat epididimis, yaitu

tempat sperma mengalami kematangan. Saluran

selanjutnya adalah vasdeferens, saluran ini dan masuk ke

vesika seminalis sebagai tempat penampungan sperma,

(Mashudi, 2011).

b) Penis

31
Penis adalah alat reproduksi yang membawa cairan

mani ke dalam vagina. Jika ada rangsangan seksual,

maka darah di dalam penis ada saluran uretra. Jika ada

rangsangan seksual, maka darah di dalam penis akan

terpompa. Akibatnya, penis menjadi tegang dan

mengeras, lalu cairan semen yang mengandung sperma

keluar dari vesika seminalis dan melalui uretra terpancar

keluar. Proses tersebut dikenal dengan istilah ejakulasi

(Mashudi, 2011).

e. Tujuan kesehatan reproduksi

1) Tujuan utama

Tujuan utama dalam kesehatan reproduksi yaitu

memberikan pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif

kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan hak-hak

reproduksi perempuan yang diharapkan mampu meningkatkan

kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses

reproduksinya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup

(Pinem, 2009). Secara umum, tujuan kesehatan reproduksi

yaitu untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman,

perlindungan serta dukungan untuk pemenuhan hak-hak

reproduksi bagi individu dan keluarga (Noviana dan

Wilujeng, 2014).

2) Tujuan khusus

32
Adapun tujuan khusus kesehatan reproduksi (Pinem,

2009):

a) Meningkatkan kemandirian perempuan dalam peran dan

fungsi reproduksi.

b) Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial

perempuan dalam konteks: Kapan ingin, berapa jumlah

anak yang diiinginkan dan jarak antar kehamilan

c) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran keluarga dan

anggotanya tentang hak-hak reproduksi.

d) Terpenuhinya hak-hak reproduksi seluruh keluarga dan

anggotanya.

e) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi para

pemberi pelayanan tentang tindak lanjut pelanggaran hak

reproduksi (Noviana dan Wilujeng, 2014)

D. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan

Teori yang dikemukakan oleh Notoadmojo (2017) Penyuluhan

Kesehatan merupakan media promosi kesehatan yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Penyuluhan dapat memberikan

stimulus atau penguatan pengetahuan yang belum sempurna yang telah

dimiliki sebelumnya. Dengan kata lain, penyuluhan sangat berpotensi

besar untuk meningkatakan pengetahuan,

33
Menurut penelitian Dewi Susanti, dkk. 2018, dengan judul

“Pengaruh Pedidikan Kesehatan Pranikah Terhadap Pengetahuan Dan

Sikap Calon Pengantin Di Lubuk Begalung Padang” Hasil penelitian

terhadap 38 calon pengantin menunjukan bahwa 31,6% responden

berpengetahuan rendah sebelum pendidikan pranikah dan 97,4%

berpengetahuan tinggi setelah pendidikan pranikah, 76,3% bersikap

negative sebelum pendidikan pranikah. Ada pengaruh pendidikan pranikah

tehadap pengetahuan dan sikap calon pengantin ( p value 0,001 dan 0,013)

E. Kerangka Teori

Kerangka Teori dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pengetahuan Catin tentang Kesehatan Reproduksi

Factor-faktor yang mempengaruhi


Pengetahuan

Faktor Internal Faktor Eksternal


1. Minat 1. Pendidikan
2. Pengalaman 2. Ekonomi
3. Usia 3. Informasi
4. Lingkungan

Bagan 2.1 Kerangka Teori

34
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPRASIONAL DAN
HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Calon
Penyuluhan Kesehatan
Pengantin tentang
Reproduksi
Kesehatan Reproduksi

Bagan 2.2. Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Definisi Cara Hasil Skala


Variabel Alat Ukur
Operasional Ukur Ukur ukur
Pengetahua Hasil tahu seseorang Kuesioner Mengisi 1. Baik : Hasil Ordinal

35
n tentang kesehatan kuesioner Presentase > 76%-
reproduksi melalui dengan 100%
indera yang dimilikinya mengguna 2. Cukup : Hasil
sampai menghasilkan kan skala Presentase 56%-
pengetahuan kesehatan likert 75%
reproduksi dalam sebanyak 3. Kurang : Hasil
persiapan pranik 20 Presentase <56%
pertanyaan
Penyuluhan Kegiatan memberikan kuesioner Mengisi 1. Sebelum diberikan Ordinal
penyuluhan/ informasi kuesioner Penyuluhan
kepada calon pengantin 2. Sesudah diberikan
dalam persiapan penyuluhan
pranikah

C. Hipotesis

Adanya Pengaruh Penyuluhan terhadap pengetahuan kesehatan

reproduksi catin dalam persiapan pra nikah di wilayah kerja puskesmas

sukadami.

36
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental

dengan rancangan one group pretest-posttest design. Penelitian pre

eksperimental merupakan salah satu bentuk penelitian eksperimental

yang tidak memiliki control grup (Notoatmodjo, 2018). Perilaku diukur

sebelum dan setelah dilakukan intervensi yaitu pemberian penyuluhan

tentang kesehatan reproduksi dengan pembagian leaflet. Model

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

X 02

Pretest Intervensi Posttest

Gambar 4.1 Desain Penelitian

Keterangan :

01 = Mengukur perilaku responden sebelum diberikan

penyuluhan kesehatan

X = Memberikan intervensi penyuluhan kesehatan reproduksi

dengan leaflet

02 = Mengukur kembali pengetahuan responden setelah

diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi

37
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sukadami. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan februari-maret 2022

4.3 Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh calon pengantinyang

berkunjung untuk konsultasi ke Puskesmas Sukadami bulan

Februari s/d Maret 2022 sebanyak 52 orang.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil dari total populasi (Total

Sampling) yaitu 52 orang.

4.4 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan surat ijin

permohonan penelitian kepada ketua RT. 001 RW. 010 Kel. Mekarsari

Cimanggis Kota Depok dengan memperhatikan etika penelitian, yang

meliputi :

1. Beneficience

Penelitian yang dilakukan haruslah mempunyai keuntungan baik

bagi peneliti maupun responden. Sebelum wawancara dilakukan

responden diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian.

38
2. Maleficience

Penelitian ini menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan

bahaya bagi responden. Penelitian ini memberikan jaminan tidak

merugikan responden baik secara fisik maupun psikologis selama

proses pengumpulan data.

3. Autonomy

Prinsip autonomy adalah prinsip menghargai harkat dan martabat

manusia. Dalam penelitian ini responden diberikan kebebasan

untuk menentukan partisipasi dalam penelitian tanpa paksaan dan

sukarela menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian dan

mempunyai hak untuk menyatakan tidak bersedia atau dapat

mengundurkan diri dari penelitian. Tindakan ini dilakukan setelah

peneliti memberikan penjelasan saat mendatangi calon responden

untuk menanyakan kesediaan untuk ikut dalam penelitian.

Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk

menandatangani informed consent yang telah disediakan.

4. Anonomity

Pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya mencantumkan

nama samaran atau kode pada lembar pengumpulan data.

5. Justice

Pada saat pelaksanaan penelitian ini, peneliti memperlakukan

39
responden secara adil sebelum, selama dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

terhadap mereka yang tidak bersedia menjadi responden. Pada

penelitian ini, pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi

yang telah ditetapkan.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data penelitian menggunakan data primer

yang di ambil langsung dari responden dengan menggunakan

kuisioner

4.6 Pengolahan Data

Dilakukan dengan cara bantuan computer program SPSS dengan

tahapan sebagai berikut:

4.6.1 Editing Data

Tahapan ini merupakan tahapan menyeleksi. Pada

tahapan ini data yang telah dikumpulkan diperiksa ulang,

untuk memeriksa adanya kesalahan dan kekurangan

kelengkapan data yang telah terkumpul dari buku laporan

sehingga dapat menghasilkan data yang lebih akurat untuk

pengolahan data selanjutnya

4.6.2 Coding Data

Pengelompokkan data (pemberi kode) sesuai dengan

klasifikasi yang sufah ditetapkan untuk mempermudah

pengolahan data.

40
4.6.3 Tabulasi Data

Setelah pengkodean data dipisahkan kedalam tabel

kemudian dikelompokan sesuai variable yang akan di telit.

Data yang sudah dikelompokan kemudian ditabulasi kedalam

bentuk tabel distribusi frekuensi sehingga semua dapat data.

4.6.4 Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke daalam computer.

4.7 Tehnik Analisis Data

Analisa data merupakan analisis terhadap data yang berhasil

dikumpulkan oleh peneliti melalui perangkat metodologi tertentu.

Dalam penelitian ini, data yang sudah terkumpul selanjutnya diolah

dan dianalisis dengan tehnik statistik. Proses pemasukan data dan

pengolahan data menggunakan aplikasi perangkat lunak komputer.

Hasil data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel

dan dianalisis secara univariat dan bivariat.

4.7.1 Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi

frekuensi dari semua variabel yang ada. Analisa univariat

dilakukan menggunakan bantuan komputer program SPSS.

f
P = n x 100%

41
Keterangan :

P : Presentase
F : frekuensi
n : Jumlah
100 : Bilangan Tetap

4.7.2 Analisis Bivariat

Setelah data-data tersebut ditabulasi, maka dilakukan

interpretasi terhadap data yang terkumpul dengan menggunakan

komputerisasi. Rumus statistik yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu uji t dependent pair test dengan tingkat signifikasi < 0,05.

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada pengaruh

pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian penyuluhan

kesehatan reproduksi pada catin.

42
DAFTAR PUSTAKA

Amalia R. Pulung P. 2018. Efektifitas penyuluhan kesehatan


reproduksi pada calon pengantin di Puskesmas Pucang Sewu
Surabaya. jurnal biometrika dan kependudukan. Vol.7 No.1.
Juli 2018: 29-38 Available from. https://www.

Emzir. (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis


Data.

Jakarta:Kharisma Putra Utama Offset.

Azzulfa Fatihatul Anhar, ‘’Analisis Maslahah Terhadap Pelaksanaan


Pemeriksaan Kesehatan Dan Penyuluhan Kesehatan
Reproduksi Calon Pengantin Di Kau Kecamatan Sawahan
Kota Surabaya’’, (Skripsi -- Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel, Surabaya, 2019).

Kementerian Kesehatan RI (2015). Kesehatan Reproduksi Dan


Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta: Bina Pustaka.

Lexy.J, Moleong. (2009) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Lexy J. Moleong. (2013) Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Lexy J. Moleong, (2006) Metodologi Penelitian Kualitatif .Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Marmi. (2013). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

43
Mashudi, Sugeng. (2011). Anatomo dan fisiologi dasar. Jakarta:
Salemba Medika.

Nugroho, T. (2014). Masalah kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nugroho, T. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurul Ulfatin. ( 2014) Metode Penelitian Kuantitatif di Bidang


Pendidikan:Teori dan Aplikasinya Malang: Bayumedia
Publishing.

Nurul Ulfatin. (2014) Metode Penelitian Kuantitatif di Bidang


Pendidikan : Teori dan Aplikasinya. Malang: Bayumedia
Publishing.

Noviana, N. Wilujeng, R. D. (2014). Kesehatan Reproduksi. Jakarta:


Trans Info Media.

Pinem, S. (2009). Kesehatan reproduksi dan kontasevsi. Jakarta:


Editor N. Wijaya.

Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Buku Ilmu kebidanan. Jakarta: PT.


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

44
Prijatni, Ida, SriRahayu. (2016). kesehatan reproduksi dan kelurga
berencana. Jakarta: Bangun Asmo Darmanto

http://www.repository.poltekkeskdi.ac.id/506/1/SKRIPSI
%20LENGKAP.pdf (19 oktober 2021)

http://repository.unimus.ac.id/4074/7/BAB%20II.pdf.(diakses 23 januari
2022)

http://digilib.uinsgd.ac.id/39313/4/4_bab1.pdf (diakses 23 Januari 2022)

https://anyflip.com/twsmc/atpy/basic (diakses 23 Januari 2022)

http://dki.kemenag.go.id/berita/pentingnya-kesehatan-reproduksi-dan-
seksual-bagi-calon-pengantin (diakses 23 januari 2022)

https://id.scribd.com/document/440800312/Makalah-pranikah-dan-
prakonsepsi-1 (diakses 28 Februari 2022)

45

Anda mungkin juga menyukai