Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Kebidanan Pra Nikah Holistik


Semester I Profesi Bidan

LAPORAN PENDAHULUAN
PRA NIKAH HOLISTIK
NAMA : Endah Rahayuning Nagari
NIM : P1337424821223
RUANG : KIA
TANGGAL : 13 September 2021 – 25 September 2021
PRAKTEK
PEMBIMBING : Siti Maryani, S.ST, MPH

BERKAS YANG : 1. Daftar presensi mahasiswa


DIKUMPULKAN 2. Laporan kegiatan harian
3. Laporan pendahuluan
4. Laporan asuhan kebidanan (1)
5. Log book (3)
6. Lembar penilaian
TEMPAT : Puskesmas Pejawaran Kabupaten Banjarnegara
PRAKTEK
HARI,TANGGAL :
PENYERAHAN
PENERIMAAN :
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTEK KEBIDANAN PRANIKAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Pranikah


nSemester I Profesi Bidan

Oleh :
Endah Rahayuning Nagari
( P1337424520126 )

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN 

Laporan ilmiah ini disusun oleh, 

Nama : Endah Rahayuning Nagari

NIM : P1337424520126

Prodi : Profesi Bidan 

Judul Laporan “Laporan Pendahuluan Praktek Kebidanan Pranikah”. Telah disahkan


dan disetujui untuk memenuhi Laporan Praktek Pranikh di Puskesmas Pejawaran

Banjarnegara,    September 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Nafiah AS, S.Tr.Keb Endah Rahayuning Nagari


NIP 19680313 198903 2 007 NIM P1337424520126

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Siti Maryani, S.ST, MPH


NIP 198902252019022001
LAPORAN PENDAHULUAN TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS


1. Informasi Pranikah
a. Pengertian Pranikah dan Pernikahan
Pranikah adalah masa sebelum adanya perjanjian antara laki-laki
dan perempuan, tujuanya untuk bersuami istri dengan resmi berdasarkan
undang-undang perkawinan agama maupun pemerintah.
Pernikahan adalah akad/janji nikah yang diucapkan atas nama
Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan awal dari kesepakatan bagi
calon pengantin untuk saling memberi ketenangan (sakinah) dengan
mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan kasih (mawaddah
wa rahmah). Penyebutan nama Tuhan Yang Maha Esa dalam akad /
janji pernikahan berarti bahwa disamping saling bertanggungjawab
antara satu dengan yang lain, suami isteri juga bertanggungjawab pada
Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang dilakukan dalam peran dan
fungsi mereka sebagai suami isteri (Kemenkes RI, 2015b).
b. Pengertian Calon Pengantin
Calon pengantin adalah pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan sebagai pasangan yang
belum mempunyai ikatan, baik secara hukum agama ataupun negara dan
pasangan tersebut berproses menuju pernikahan serta proses memenuhi
persyaratan dalam melengkapi data-data yang diperlukan untuk
pernikahan. (Kemenkes RI, 2018).
Calon pengantin terdiri dari dua kata yaitu calon dan pengantin,
yang memiliki arti sebagai berikut, calon adalah orang yang akan
menjadi pengantin, sedangkan pengantin adalah orang yang sedang
melangsungkan pernikahanya. Jadi calon pengantin adalah seseorang
laki-laki dan perempuan yang ingin melaksanakan pernikahan.
(Septianaputri, 2020)
c. Konseling Pranikah Calon Pengantin
Konseling pranikah ialah proses pemberian bantuan terhadap calon
pengantin, sebelum melangsungkan kehidupan berumah tangga yang
menyangkut masalah medis, psikologis, seksual dan sosial.
Konseling pranikah sangat dibutuhkan karena pada saat menjelang
pernikahan, banyak calon pengantin yang tidak mempunyai cukup
pengetahuan dan informasi tentang kesehatan reproduksi dalam
berkeluarga, sehingga setelah menikah, kehamilan sering tidak
direncanakan dengan baik serta tidak di dukung oleh status kesehatan
yang optimal. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan dampak negatif
seperti adanya resiko penularan penyakit, komplikasi kehamilan,
kecatatan bahkan kematian ibu dan bayi serta tingginya angka
perceraian. Pemberian komunikasi informasi dan edukasi tentang
kesehatan reproduksi kepada calon pengatin sangat diperlukan untuk
memastikan setiap calon pengantin mempunyai pengetahuan yang
cukup dalam merencanakan kehamilan dan mempersiapkan keluarga
yang sehat.
Hal ini sesuai dengan jurnal hasil kegiatan yang dilakukan oleh
(Kusumaningtyas and Husni, 2020). Kegiatan yang dilakukan adalah
dengan memberikan Konseling Hak-Hak Kesehatan Reproduksi Pada
Calon Pengantin. Hasil dari kegiatan konseling antara lain : Hak-hak
Kesehatan Reproduksi dari segi fisik dapat meningkatkan pengetahuan
calon pengantin sebesar 96.7%. Kegiatan konseling Hak-hak Kesehatan
Reproduksi dari segi psikis dapat meningkatkan pengetahuan calon
pengantin sebesar 100%. Kegiatan konseling Hak-hak Kesehatan
Reproduksi dari segi sosial dapat meningkatkan pengetahuan calon
pengantin sebesar 90%.
Pendidikan calon pengantin sangat berperan penting untuk
meningkatkan bekal calon pengantin, salah satunya adalah pengetahuan
tentang kesehatan Pranikah. Dimana dengan pemahaman yang cukup
mengenai kesehatan Pranikah, calon pengantin dapat menjalani
pernikahan yang sehat dan aman serta siap menjadi seorang ibu dan
seorang ayah. (Kemenkes RI, 2018)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (., Doni and ., 2018) yang
berjudul Pengaruh Pendidikan Pranikah terhadap pengetahuan dan sikap
calon pengantin, menunjukan hasil dari 38 calon pengantin 31,6%
responden berpengetahuan rendah sebelum pendidikan pranikah dan
97,4% berpengetahuan tinggi setelah pendidikan pranikah, 76,3%
berpengetahuan negatif sebelum pendidikan pranikah. Ada pengaruh
pendidikan pranikah terhadap pengetahuan dan sikap calon pengantin (p
value 0,001 dan 0,013) Kesimpulan ada pengaruh pendidikan kesehatan
pranikah terhadap pengetahuan dan sikap calon pengantin.
Sesuai dengan Peraturan Dirjen Bimas Islam No.DJ.II/491 Tahun
2009, salah satu cara untuk memberikan bekal pengetahuan,
pemahaman dan ketrampilan, dalam waktu singkat kepada calon
pengantin tentang kehidupan rumah tangga/ keluarga, dan kesehatan
Pranikah adalah dengan adanya kursus pengantin. Pembekalan diberikan
kepada calon pengantin dengan waktu tertentu yaitu selama 24 jam
pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh (Salekha, Nugraheni and Mawarni,
2019) yang berjudul Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan
Reproduksi Yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Suscatin,
menunjukan sebagian responden yang mengikuti suscatin memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan reproduksi.
Salah satu media yang dapat digunakan untuk memberikan
konseling kepada calon pengantin adalah dengan media booklet.
Booklet adalah buku berukuran kecil dan tipis yang berisi tulisan dan
gambar-gambar, cara penyajian isinya singkat. (BPTP Balitbangtan
Jambi, 2017)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Kostania, 2020) yang
berjudul Pengembangan Booklet Pranikah Sebagai Media Informasi
Dalam Pelayanan Kesehatan Untuk Calon Pengantin, hasil penelitian ini
di dapat p<0.0001 yang berarti ada perubahan pengetahuan responden
sebelum dan sesudah konseling menggunakan booklet pranikah. Dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa booklet pranikah sangat layak,
praktis dan efektif digunakan sebagai media informasi dalam
memberikan pelayanan konseling untuk calon pengantin.
Dalam melakukan peran sebagai pasangan, suami dan istri haruslah
memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi calon
pengantin sehat adalah kondisi kesehatan reproduksinya baik. Kesehatan
reproduksi adalah suatu keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan
fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan
proses reproduksinya termasuk didalamnya tidak memiliki penyakit atau
kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Masalah
kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia,
misalnya kehamilan remaja, aborsi tidak aman, komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas, serta penyakit menular seksual. (Kemenkes RI,
2015)
d. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi
kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan
fungsi dan proses reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki
penyakit atau kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi
tersebut. Dalam kesehatan reproduksi pembagian peran sosial
perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan
perempuan dan laki-laki. Peran sosial laki-laki dan perempuan itu
semakin dirasakan dalam kesehatan reproduksi (Kemenkes RI, 2015b).
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan
remaja, aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan
reproduksi. Status/posisi perempuan di masyarakat merupakan penyebab
utama masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan, karena
menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh,
dan fertilitasnya. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko
kesehatan reproduksi, seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak
aman, dan pemakaian alat kontrasepsi (Kemenkes RI, 2015b).
Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki-
laki dan perempuan. Namun keterlibatan, motivasi, serta partisipasi laki-
laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Laki-laki juga
mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan
dengan IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi
untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula
kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki. Walaupun korban
kekerasan adalah perempuan dan laki-laki, perempuan pada dasarnya
lebih rentan terhadap kekerasan atau perlakuan kasar, yang pada
dasarnya bersumber pada subordinasi perempuan terhadap laki-laki atau
hubungan
gender yang tidak setara (Kemenkes RI, 2015b).
Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan
kehidupan manusia sejak kelahiran sampai dengan
kematian.Pelaksanaan kesehatan reproduksi menggunakan pendekatan
siklus hidup (life cycle approach) agar diperoleh sasaran yang pasti dan
komponen pelayanan yang jelas dan dilaksanakan secara terpadu dan
berkualitas. Secara luas ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi
hal-hal berikut :
1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2) Keluarga berencana
3) Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR)
termasuk PMS-HIV/AIDS
4) Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
5) Kesehatan reproduksi remaja
6) Pencegahan dan penganganan infertilitas
7) Kanker pada usila dan osteoporosis
8) Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain,antara lain kanker
seviks,mulitasi genital,fistula,dan lain-lain.

e. Organ Reproduksi
1) Organ reproduksi perempuan

a) Ovarium (Indung Telur)


Organ yang terletak di kiri dan kanan rahim di ujung saluran
telur (fimbrae/umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul.
Indung telur berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum), sebulan
sekali indung telur kiri dan kanan secara bergiliran
mengeluarkan sel telur. Sel telur adalah sel yang di hasilkan
oleh indung telur yang dapat dibuahi oleh sperma sehingga
terjadi konsepsi (pembuahan). Bila tidak dibuahi, sel telur akan
ikut keluar bersama darah saat menstruasi.
b) Tuba Fallopi (Saluran Telur)
Saluran di kiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk
mengantar ovum dari indung telur menuju rahim.
c) Fimbrae (umbai-umbai)
Berfungi untuk menangkap sel telur yang dikeluarkan indung
telur.
d) Uterus (Rahim)
Merupakan tempat janin berkembang, bentuknya seperti buah
pir dan berat normalnya antara 30-50 gram. Pada saat tidak
hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam kampung,
dindingnya terdiri dari:
(1) Lapisan Parametrrium merupakanberhubungan dengan
rongga perut.lapisan paling luar dan
(2) Lapisan Myometrium merupakan lapisan yang berfungsi
mendorong bayi keluar dalam proses persalinan
(kontraksi).
(3) Lapisan Endometrium merupakan lapisan dalam rahim
tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan
ini terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
e) Serviks (Leher Rahim)
Bagian rahim yang berbatasan dengan vagina. Pada saat
persalinan tiba, leher rahim membuka sehingga bayi dapat
keluar.
f) Vagian (Liang Kemaluan)
Merupakan sebuah saluran berbentuk silinder dengan diameter
depan ± 6,5 cm dan dinding belakang ± 9 cm yang bersifat
elastis dengan berlipat-lipat. Fungsinya sebagai tempat penis
berada saat berhubungan seksual, tempat keluarnya menstruasi
dan bayi.
g) Klitoris (kelentit)
Merupakan organ kecil yang paling peka rangsangan
dibandingkan dengan bagian-bagian alat kelamin perempuan
yang lain. Klitoris banyak mengandung pembuluh darah dan
saraf.
h) Labia (Bibir Kemaluan)
Terdiri dari dua bibir, yaitu bibir besar (labia mayor) dan bibir
kecil (labia minor).
i) Perineum
Merupakan jaringan di antara vagina dan anus, yang
memisahkan rongga panggul atas dengan rongga panggul
bawah. Perineum berperan penting dalam berkemih, buang air
besar, hubungan seksual, dan melahirkan.
2) Organ reproduksi laki-laki
a) Testis (buah zakar)
Berjumlah dua buah untuk memproduksi sperma setiap hari
dengan bantuan testosteron. Testis berada dalam skrotum,
diluar rongga panggul karena pembentukan sperma
membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu badan
(36.7°c). sperma merupakan sel yang berbentuk seperti brudu
(kecebong) hasil dari testis yang dikeluarkan saat ejakulasi
bersam cairan mani dan bila bertemu dengan sel telur yang
matang akan terjadi pembuahan.
b) Skrotum (kantung buah zakar)
Kantong kulit yang melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipatlipat. Skrotum tempat bergantungnya testis. Skrotum
mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke dinding
perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
c) Vas Deferens (saluran sperma)
Saluran yang menyalurkan sperma dari testis-epididimis
menuju ke uretra/saluran kencing pars prostatika. Vas deferens
panjangnya kurang lebih 4,5 cm dengan diameter kurang lebih
2,5 mm. saluran ini muara dari epididmis yaitu saluran-saluran
yang lebih kecil dari vas deferens. Bentuknya berbelok-belok
membentuk bangunan seperti topi.
d) Prostat, vesikula seminalis dan beberapa kelenjar lainnya
Kelenjar-kelenjar yang menghasilkan cairan mani (semen) yang
berguna untuk memberikan makanan pada sperma.
e) Penis
Berfungsi sebagai alat untuk berhubungan seksual, sebagai
saluran pengeluaran sperma dan air seni. Pada keadaan biasa,
ukuran penis kecil. Ketika terangsang secara seksual, darah
banyak di pompa ke penis sehingga berubah menjadi tegang
dan besar di sebut sebagai ereksi. Bagian glans merupakan
bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi glans disebut
foreskin (preputium). Pada laki-laki sunat dilakukan dengan
cara membuang kulit preputium. Secara medis sunat dianjurkan
karena memudahkan pembersihan penis sehingga mengurangi
kemungkinan terkena infeksi, radang dan kanker.
f. Hak Reproduksi dan Seksual
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama
dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah
anak mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan
seterusnya serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut
dilahirkan. Hak Rerpoduksi dan seksual menjamin keselamatan dan
keamanan calon pengantin, termasuk didalamnya mereka harus
mendapatkan informasi yang lengkap tentang kesehatan reproduksi dan
seksual, serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi. Informasi
yang diterima harus bisa membuat calon pengantin mengerti tentang
informasi yang diberikan sehingga dapat membuat keputusan tanpa
terpaksa (Kemenkes RI, 2015b).
Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh pelayanan KB
yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan
tanpa paksaan. Pihak perempuan berhak mendapat pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam
menjalani kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
Hubungan suami istri harus didasari penghargaan terhadap pasangan
masing-masing dan dilakukan dalam kondisi dan waktu yang diinginkan
bersama tanpa unsur pemaksaan, ancaman dan kekerasan (Kemenkes
RI, 2015b).
Hak reproduksi juga mencakup informasi yang mudah, lengkap,
dan akurat tentang penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-
laki terlindungi dari infeksi menular seksual (IMS) serta dan memahami
upaya pencegahan dan penularannya yang dapat berakibat buruk
terhadap kesehatan reproduksi laki-laki, perempuan dan keturunannya
(Kemenkes RI, 2015b).
2. Persiapan Pranikah
1) Persiapan Fisik (Kemenkes RI, 2015b)
a) Pemeriksaan status kesehatan : tanda-tanda vital (suhu, nadi,
frekuensi, nafas, tekanan darah)
b) Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit
c) Pemeriksaan Darah yang dianjurkan : Golongan Darah dan Rhesus,
Gula Darah Sewaktu (GDS), Thalasemia, Hepatitis B dan C,
TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes
simpleks)
d) Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
2) Persiapan Nutrisi Pranikah
a) Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran indeks massa tubuh
(IMT) untuk catin perempuan di tambah dengan pengukuran lingkar
lengan atas (LiLA).
b) IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB) terhadap tinggi
badan (TB) jika seseorang termasuk kategori :
(1) IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut sangat kurus
dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau KEK tingkat
berat.
(2) IMT 17,0-18,5 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK tingkat
ringan.
b) Pengukuran LiLA bertujuan untuk mengetahui adanya resiko
kurang energi kronik (KEK). Ambang batas LiLA pada WUS
dengan KEK di Indonesia adalah 23,5 cm apabila LiLA kurang dari
23,5 cm (bagian merah pita LiLA), artinya catin perempuan
mengalami KEK.
c) Cara menghitung IMT :
IMT =BB (kg)/ TB(m)2
Keterangan :
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
Tabel Klasifikasi Nilai IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 - 18,4
Normal 18,5 - 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 - 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin perlu melakukan


persiapan gizi antara lain :
a) Setiap pasangan catin dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang.
b) Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah
darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat seminggu
sekali.
c) Bagi catin perempuan yang mengalami KEK (Kurang Energi
Kronik) dan Anemia maka perlu ditentukan penyebabnya dan
ditatalaksana sesuai dengan penyebab tersebut.
d) Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam tubuh
catin perlu mengonsumsi lima kelompok pangan yang beraneka
ragam setiap hari atau setiap kali makan.
e) Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk
pauk, sayuran, buah-buahan, dan minuman. Proporsinya dalam
setiap kali makan dapat di gambarkan di dalam ISI PIRINGKU
yaitu :
(1) Sepertiga piring berisi makanan pokok
(2) Sepertiga piring berisi sayuran
(3) Sepertiga piring berisi lauk pauk dan buah-buahan dalam
proporsi yang sama
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga agar tubuh
tetap sehat
a) Biasakan minum air putih 8 gelas per hari 2) Hindari minum the
atau kopi setelah makan
b) Batasi mengonsumsi garam, gula, dan lemak/minyak
Berikut adalah 4 pilar gizi seimbang yang dapat dijadikan
pedoman untuk gaya hidup sehat.
a) Pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga
b) Menjaga berat badan ideal
c) Mengonsumsi makanan dengan beraneka ragam
d) Menerapkan pola hidup bersih dan sehat

3) Imunisasi Tetanus
a) Imunisasi Td untuk WUS (Wanita Usia Subur) termasuk ibu hanil
dan catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari
imunisasi terhadap penyakit Tetanus dan Difteri.
b) Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus agar memiliki
kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan
terlindungi dari penyakit Tetanus.
c) Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali
imunisasi Tetanus lengkap (T5).
d) Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi Tetanus
(status T) melalui skrining. Jika status T belum lengkap, maka
catin perempuan harus melengkapinya di Puskesmas.
e) Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan apabila status
T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan catatan yang
tercantum antara lain pada kartu imunisasi, buku kesehatan ibu
dan anak, buku rapor kesehatanku, kohort dan/atau rekam medis
catin yang bersangkutan.
f) Status Imunisasi Tetanus Pada Catin
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit
tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk
mencapai kekebalan penuh.
Hal-hal yang perlu di perhatikan saat akan memberikan imunisasi
TT antara lain adalah:
a) Imunisasi Td untuk WUS (Wanita Usia Subur) termasuk ibu hamil
dan catin, merupakan imunisasi lanjutan yang terdiri dari
imunisasi terhadap penyakit Tetanus dan Difteri.
b) Catin perempuan perlu mendapat imunisasi Tetanus agar memiliki
kekebalan sehingga bila hamil dan melahirkan, ibu dan bayi akan
terlindungi dari penyakit Tetanus.
c) Tiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mendapat 5 kali
imunisasi Tetanus lengkap (T5).
d) Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi Tetanus
(status T) melalui skrining. Jika status T belum lengkap, maka
catin perempuan harus melengkapinya di Puskesmas.
e) Pemberian imunisasi Tetanus tidak perlu diberikan apabila status
T sudah mencapai T5, yang harus dibuktikan dengan catatan yang
tercantum antara lain pada kartu imunisasi, buku kesehatan ibu
dan anak, buku rapor kesehatanku, kohort dan/atau rekam medis
catin yang bersangkutan. (Kemenkes RI, 2015b).
Tabel 2.1 imunisasi TT

Status TT Interval (selang waktu) Lama Perlindungan

TT I -

TT II 4 minggu setelah TT I 3 tahun


TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun

TT IV 1 tahun setelah TT III 20 tahun

TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun/ seumur hidup

4) Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi (Kemenkes RI, 2015b)


a) Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
b) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non
sintetik.
c) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
d) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau
tisu.
e) Khusus untuk perempuan:
(1) tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
(2) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
(3) Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama
setiap 4 jam sekali atau setelah buang air.
(4) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna
harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
(5) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan.
5) Informasi Tentang Usia Pernikahan Yang Ideal
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.16 Tahun 2019
Pasal 7 telah menetapkan perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan
wanita sudah mencapai umur 19 tahun. Menurut (Kemenkes RI, 2018)
usia pernikahan ideal 21-25 tahun dan menurut ilmu biologis, psikologis
umur ideal menikah untuk perempuan 20-25 tahun sedangkan untuk anak
laki-laki umur 25-30 tahun karena pada umur tersebut dianggap masa yang
paling baik untuk berumah tangga, karena pada usia tersebut sudah
matang dan bisa berfikir dewasa.

6) Informasi Tentang Kehamilan,Penundaan Kehamilan, Persalinan dan


Pasca Salin
a) Kehamilan
(1) Proses Kehamilan
Rencanakan kehamilan dengan baik bersama pasangan. Setiap
kehamilan harus direncanakan dan diinginkan serta dijaga agar
ibu dan bayi sehat dan selamat. Masa subur Masa subur adalah
saat indung telur (ovarium) melepaskan sel telur (ovum) yang
sudah siap dibuahi ke dalam saluran indung telur (tuba fallopii).
Masa subur adalah periode dalam siklus menstruasidimana
konsepsi atau fertilisasi (pembuahan) paling mungkin terjadi,
karena pada periode tersebut terdapat sel telur yang matang dan
siap dibuahi.
(a) Masa subur dapat diketahui dengan cara menghitung
ovulasi/masa subur pada wanita
(b) Puncak masa subur biasanya terjadi pada 13 hari setelah hari
pertama haid, sedangkan masa subur biasanya akan terjadi
kurang lebih 3 hari sebelum dan sesudah masa menuju
puncak masa subur tersebut. Tanda-tanda masa subur
(c) Perubahan lendir serviks Pada masa subur, cairan ini
bertekstur lengket dan kental. Perubahan terjadi menjelang
masa subur, yaitu dengan meningkatnya jumlah cairan dan
perubahan tekstur menjadi berwarna bening dan cair.
i. Dorongan seksual meningkat Hormon estrogen dan
progesteron akan meningkat dalam masa subur sehingga
meningkatkan hasrat seksual.
ii. Temperatur tubuh meningkat dan payudara lebih lunak
Meningkatnya hormon progesteron ketika masa subur
akan memicu kenaikan suhu tubuh (±0,5oC) dan
menyebabkan payudara menjadi lebih lunak.
(2) Proses kehamilan
Sel telur yang matang dibuahi oleh sperma dalam saluran telur
(tuba falopii). Sel telur yang telah dibuahi sperma (embrio)
menempel dilapisan dalam dinding rahim. Dalam 120 hari
pertama, embrio berkembang mengikuti tahapan kehidupan sel
(hayati). Kehamilan umumnya berakhir dengan persalinan setelah
280 hari (9 bulan 10 hari)

(3) Tanda-tanda kehamilan


(a) Tanda-tanda dugaan hamil (presumtif sign)
Tanda dugaan (presumtif) yaitu perubahan fisiologis yang
dialami pada wanita namun sedikit sekali mengarah pada
kehamilan karena dapat ditemukan juga pada kondisi lain
serta sebagian besar bersifat subyektif dan hanya dirasakan
oleh ibu hamil. Yang termasuk presumtif sign adalah:
i. Amenore
Haid dapat berhenti karena konsepsi namun dapat pula
terjadi pada wanita dengan stress atau emosi, faktor
hormonal, gangguan metabolisme, serta terjadi pada
wanita yang tidak haid karena menyusui ataupun sesudah
kuretase. Amenore penting dikenali untuk mengetahui
HPHT dan HPL.
ii. Nausea dan vomitus (mual dan muntah)
Keluhan yang sering dirasakan wanita hamil sering
disebut morning sickness yang dapat timbul karena bau
rokok, keringat, masakan, atau sesuati yang tidak
disenangi. Keluhan ini umumnya terjadi hingga 8-12
minggu.
iii. Mengidam
Ibu hamil ingin makanan atau minuman atau
menginginkan sesuatu. Penyebab mengidam ini belum
pasti dan biasanya terjadi pada awal kehamilan.
iv. Fatique (kelelahan) dan sinkope (pingsan)
Sebagian ibu hamil dapat mengalami kelelahan hingga
pingsan terlebih lagi apabila berada ditempat ramai.
Keluhan ini akan menghilang setelah 16 minggu.
v. Mastodynia
Pada awal kehamilan mamae dirasakan membesar dan
sakit. Ini karena pengaruh tingginya kadar hormon
estrogen dan progesteron. Keluhan nyeri pada payudara
pada terjadi pada kasus mastitis, ketegangan pra haid,
penggunanan KB hormonal.
vi. Gangguan saluran kencing
Keluhan rasa sakit saat kencing atau kencing berulang-
ulang namun hanya sedikit keluarnya dapat dialami ibu
hamil. Penyebabnya selain karena progesteron yang
meningkat juga karena pembesaran uterus. Keluhan
semacam ini dapat terjadi pada kasus ISK, DM, tumor
pelvis atau keadaan stress mental.
vii. Konstipasi
Konstipasi mungkin timbul pada kehamilan awal dan
sering menetap selama kehamilan dikarenakan relaksasi
otot polos akibat pengaruh progesteron. Penyebab lainya
yaitu perubahan pola makan selama hamil dan pebesaran
uterus yang mendesak usus serta penurunan motilitas
usus.
viii. Perubahan berat badan
Berat badan meningkat pada awal kehamilan karena
perubahan pola makan dan adanya timbunan cairan yang
berlebihan selama hamil.
i. Quickening
Ibu merasakan adanya gerakan janin untuk pertama
kalinya. Sensasi ini bisa juga karena peningkatan
peristaltik usus, kotraksi otot perut, atau pergerakan isi
perut yang dirasakan seperti janin bergerak.
(b) Tanda tidak pasti kehamilan (probable sign)
i. Peningkatan suhu basal tubuh
Kenaikan suhu basal lebih dari 3 minggu, kemungkinan
adanya kehamilan. Kenaikan ini berkisar antara 37,2 C
sampai denagn 37,8 C.
ii. Perubahan warna kulit
Cloasma gravidarum/topeng kehamilan berupa berwarna
kehitaman disekitar mata, hidung, dan pelipis yang
umumnya terjadi pada kehamilan mulai 16 minggu.
Warna akan semakin gelap jika terpapar sinar matahari.
Perubahan kulit lainya bisa berupa hiperpigmentasi
disekitar aerola dan putting mammae, munculnya linea
nigra yaitu pigmentasi pada linea medialis perut yang
tampak jelas sampai dari pubis sampai umbilikus.
Perubahan pada kulit terjadi karena rangsangan
Melanotropin Stimulating Hormone (MSH). Striae
gravidarum berupa gari-garis tidak teratur disekitar perut
berwarna kecoklatan, dapat juga berwarna hitam atau
ungu tua (striae livide) atau putih (stiae albicans) yang
terjadi dari jaringan koagen yang retak diduga karena
pengaruh adrenocortikosteroid. Seringkali terjadi bercak-
bercak kemerahan (spider) karena kadar estrogen yang
tinggi ).
iii. Perubahan payudara
Pembesaran dan hipervakularisasi mammae terjadi
sekitar UK 6-8 minggu. Pelebaran aerola dan menonjolna
kelenjar montgomery, karena rangangan hormon steroid.
Pengeluaran kolostrum biasanya kehamilan 16 minggu
karea pengaruh prolaktin dan progesteron.
iv. Pembesaran perut
Biasanya tampak setelah 16 minggu karena pembesaran
uterus. Ini bukan tanda diagnostik pasti tapi harus
dihubungkan dengan tanda kehamilan lain . perubahan
kurang dirasakan primigravida, karena kondisi otot-otot
masi baik .pembesaran perut mungkin dapat ditemui pada
obesitas, kelemahan otot perut, tumor pelvik dan perut,
ascites, hernia perut bagian depan.
v. Epulis
Hipertropi pada gusi belum diketahi penyebabnya secara
jelas. Dapat terjadi juga pda infeksi lokal, pengapuran
gigi, atau kekurangan vitamin C.
vi. Balotement
Pada UK 16-20 minggu pemeriksaan palpasi kesan
seperti ada masa keras, mengapung dan memantul di
uterus. Dapat terjadi pada tumor uterus, mioma, acites,
dan kista ovarium.
vii. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus yang dirasakan seperti tertekan dan
kencang, disebut kontraksi brackston hics. Uterus mudah
terangsang oleh peninggian hormon oksitosin gejala ini
biasanya mulai usia kehamila 28 minggu pada primi dan
semakin lanjut kehamilanya semakin sering dan kuat.
ix. Chadwick dan goodell sign
Terjadi perubahan warna pada vagina dan portio menjadi
kebiruan atau ungu yang disebut tanda chadwick.
Perubahan konsistensi serviks menjadi lunak disebut
tanda goodell.
( c) Tanda Pasti Kehamilan (positive sign)
i. Teraba bagian-bagian janin
Umumnya UK 22 minggu sudah dapat diraba pada
wanita kurus dan otot relaksasi. UK 28 minggu jelas
bagian janin dapar diraba demikian pula gerakan janin
dapat dirasakan ibu.
ii. Gerakan janin
UK 20 minggu gerakan janin dapat dirasakan oleh
pemeriksa.
iii. Terdengar DJJ
Dengan ultrasound DJJ dapat didengar pada UK 6-7
minggu. Jika menggunakan dopler pada uk 12 minggu
sedangkan menggunakan stetoskop leannec 18 minggu.
Frekuensi DJJ antara 120-160 kali/menit yang akan jelas
didengar bila ibu tidur terlentang atau miring dengan
punggung bayi di depan.
iv. Pemeriksaan rontgent
Gambaran tulang terlihat dengan sinar X pada UK 6
inggu namun masih belum dapat dipastikan bahwa itu
adalah gambaran janin. Pada UK 12-14 minggu dapat
dipastikan gambaran tulang janin.
v. Ultrasonografi
USG dapat digunakan pada UK 4-5 minggu untuk
memastikan kehamilan dengan melihat adanya kantong
gestasi, gerakan janin dan DJJ.
vi. Electrokardigraphy
EKG jantung janin mulai terlihat pada UK 12 minggu.
(4) Kehamilan ideal dan kehamilan beresiko Kehamilan yang ideal
adalah kehamilan yang direncanakan, diinginkan dan dijaga
perkembangannya dengan baik. Namun ada kalanya tejadi
kehamilan yang tidak diinginkan seperti:
(a) Akibat hubungan seks pranikah
(b) Pada unmet need ber-KB (wanita usia subur yang ingin
menunda atau ingin punya anakk tetap tidak menggunakan
kontrasepsi
(c) Akibat gagal KB
Walaupun demikian, setiap kehamilan tetap harus dijaga dan
dipantau kesehatannya dan perkembangannya. Usia terbaik
perempuan untuk hamil adalah 20-35 tahun dan jarak antara
kelahiran idealnya 3-5 tahun atau tidak lebih dari 2 balita dalam
satu keluarga.
Adanya jarak kelahiran tersebut akan mmeberi kesempatan
kepada ibu untuk memulihkan kembali kesehatan tubuhnya serta
memberi kesempatan bagi anak yang dilahirkan untuk tubuh dan
berkembang secara optimal serta mendapatkan perhatian dan kasih
sayang penuh dari orangtuanya. Apabila merencanakan punya
anak lagi, perlu pertimbangan secara matang mengenai biaya
perawatan, pendidikan dan kehidupan yang layak termasuk
pemenuhan gizinya.
Setiap kehamilan mempunyai resiko untuk terjadi komplikasi
walaupun sebelumnya baik-baik saja. Sebagai contoh, saat hamil
kondisi ibu dan bayi sehat, namun saat persalinan ibu dapat
mengalami perdarahan hebat atau bayi mengalami sesak nafas
(asfiksia). Terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan
risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan yang disebut 4
terlalu dan 3 terlambat. Menurut depkes (2018), 4 (empat)
TERLALU yaitu:
a) Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun),
b) Terlalu tua untuk hamil (lebih dari 35 tahun),
c) Terlalu sering hamil ( anak lebih dari 3),
d) Terlalu dekat datau rapat jarak kehamilnya (kurang dari 2
tahun)
Menurut Depkes (2018), 3 TERLAMBAT yaitu:
a) Terlambat mengenali tanda bahaya pada kehamilan,
persalinan dan nifas, serta mengambil keputusan untuk
mencari pertolongan medis
b) Terlambat tiba di fasilitas pelayanan kesehatan
c) Terlambat mendapatkan pertolongan medis yang adekuat
Ibu hamil harus memeriksakan kehamilan ke fasilitas
pelayanan kesehatan minimal 4 kali, yaitu 1 kali di trimester
pertama, 1 kali di trimester ke 2, dan 2 kali di trimester ketiga
kehamilan untuk mendeteksi dini kondisi kesehatan ibu dan
bayinya. Suami dianjurkan untuk mendampingi ibu hamil saat
memeriksakan kehamilannya.
Pada ibu hamil dapat terjadi tanda-tanda yang dapat
mengancam jiwa ibu atau janin yang dikandungnya. Beberapa
tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi adalah :
a) Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit.
b) Bengkak di kaki, tangan atau wajah disertai sakit kepala dan
atau kejang.
c) Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari.
d) Keluarnya cairan yang berlebihan dari liang rahim dan kadang
berbau.
e) Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan.
f) Muntah terus dan tidak mau makan.
g) Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3.
h) Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
sama sekali.
Kondisi emosional ibu hamil Setiap kehamilan perlu
didukung oleh suami dan keluarga. Perlu persiapan fisik, sosial
dan ekonomi yang baikdalam menyambut kelahiran. Hal ini dapat
mendukung terjaganya kondisi emosional ibu hamil. Ibu hamil
juga tidak boleh dibebani dengan pikiran dan pekerjaan yang berat
atau tugas yang banyak. Menurut Depkes (2018), berikut kondisi
emosional yang biasa dialami oleh ibu hamil:
a) Mudah tersinggung, sensitif, uring-uringan, manja, mudah
marah, tidak semangat
b) Perasaan mudah lelah, tidak mau makan, tidak bisa tidur
nyenyak, tidak nyaman, merasa sesak. Hal-hal tersebut
disebebakan oleh adanya perubahan kondisi fisiknya.
c) Mencemaskan perubahan fisikya, khawatir terhadap
perkembangan bayinya dalam rahim, khawatir bila bayinya
meninggal atau cacat
d) Merasa belum siap menjadi orang tua dan belum siap secara
ekonomi
e) Ingin diperhatikan, pada waktu mengidam menginginkan
makananmakanan yang mungkin tidak pada musimnya
sehingga sulit didapat.
Hal tersebut semata-mata karena ingin diperhatikan keluarga
dan suami. Oleh karena itu, ibu hamil harus mendapat dukungan
dari suami dan keluarga agar dapat menjalani kehamilan yang
sehat.
6) Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
(P4K)
Menurut (Depkes RI, 2009) Program P4K merupakan kegiatan
dalam rangka meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan
masyarakat dalam menjaga ibu hamil termasuk:
a) Merencanakan persalinan yang aman
b) Persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
komplikasi pada saat hamil, bersalin dan nifas
c) Perencanaan penggunaan KB pascasalin
Untuk menandai adanya ibu hamil, ditempelkan stiker P4K di
pintu atau jendela depan rumah ibu hamil. Didalam stiker P4K
terdapat informasi mengenai lokasi tempat tinggal ibu hamil,
identitas ibu hamil, tafsiran persalinan, penolong persalinan,
pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor
darah, transportasi yang akan digunakan, serta pembiayaan.
Tujuan dari P4k menurut Depkes (2018) adalah:
a) Setiap ibu hamil terdata dan diketahui keberadaanya
b) Adanya perencanaan persalinan sehingga dapat diambil
keputusan yang tepat dan cepat bila terjadi komplikasi selama
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
c) Masyarakat sekitar dapat segera memberikan bantuan apabila
dibutuhkan, misalnya menyediakan transportasi, donor darah
berjalan dan lain-lain
Stiker P4K terdapat didalam buku KIA yang diisi oleh tenaga
kesehatan sesuai dengan hasil kesepakatan dengan ibu, keluarga
dan masyarakat. Setiap ibu hamil mendapatkan buku KIA pada
saat pertama kali memeriksakan kehamilan. Buku KIA aalah
buku catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak
(bayi baru lahir, balita dan anak pra sekolah) serta berisi berbagai
informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.
Buku KIA diperoleh di Posyandu, Ppolindes, Poskesdes, Pustu,
Puskesmas, BPM, Dokter praktik, rumah bersalin dan rumah
sakit.
Melakukan perencanaan tempat persalinan penolong
persalinan, pendamping persalinan, persiapan transportasi,
keuangan dan calon donor darah akan menurunkan risiko
terjadinya keterlambatan dalam penanganan kegawatdarratan ibu
dan bayi. Pilihan metode kontrasepsi bagi pasangan baru yang
ingin menunda kehamilan Bagi pasangan yang belum ingin
segera memiliki anak atau istri berusia kurang dari 20 tahun,
dapat menunda kehamilan dengan menggunakan salah satu
metode KB yang sesuai. Pasangan dianjurkan untuk berkonsultasi
ke fasilitas ppelayanan kesehatan. Gambar berikut adalah pilihan
yang baru menikah dan ingin menunda kehamilan.
b) Persalinan
Persalinan yang aman adalah persalinan yang dilaksanakan di
fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
merupakan orang yang sudah terampil dalam membantu persalinan,
sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat
kelainan, akan cepat diketahui dan segera dapat ditolong atau dirujuk
ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih dan
steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan
lainnya.
(1) Tanda-Tanda Persalinan
(a) Perut mulas secara teratur, mulasnya sering dan lama.
(b) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
(c) Keluar air ketuban dari jalan lahir.
(d) Bayi biasanya lahir 12 jam sejak mulas teratur yang pertama.

(b) Perawatan pasca persalinan


(a) Melakukan perawatan tali pusar dengan kasa bersih, kering
dan steril setiap hari sampai tali pusat lepas.
(b) Pemberian imunisasi Hepatitis B, BCG, Polio bagi bayi.
(c) Memeriksa kesehatan ibu dan bayi baru lahir pada tenaga
kesehatan minimal 4 kali dalam bulan pertama sesudah
melahirkan.
(d) Meminum satu kapsul vit A merah segera setelah melahirkan
dan satu lagi setelah 24 jam
(e) Segera melaporkan kelahiran kepada kader dasa wisma atau
posyandu
(f) Dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi setelah
melahirkan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan.
5) Pelayanan Kesehatan Pra Nikah di Puskesmas Pejawaran
(1) Pengecekan tekanan darah calon pengantin
(2) Pengecekan Berat Badan calon pengantin
(3) Pengecekan Lingkar lengan kiri bagi calon pengantin wanita
(4) Pengecekan kadar Hemoglobin bagi calon pengantin wanita
(5) Pemberian imunisasi TT bagi calon pengantin wanita
(6) Pemberian terapi asam folat 30 = 1x1 bagi calon pengantin wanita
(7) Pemberian terapi tablet tambah darah 10 = 1 minggu sekali bagi
calon pengantin wanita
(8) Jika calon pengantin wanita mengalami anemia maka diberikan
terapi tablet tambah darah 30 = 1x1
6) Alur Pelayanan Kesehatan Pra Nikah di Puskesmas Pejawaran

Calon Pengantin Skrining Ruang KIA


Datang

Ruanng Konseling KIA untuk Laboratorium


jika Anemia Imunisasi TT
dan/atau KEK

Kasir

7) Informasi tentang infeksi menular seksual, infeksi saluran


reproduksi serta HIV dan AIDS
a) Infeksi Menular Seksual
IMS adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui
hunungan seksual.
Gejala IMS :
(1) Adanya duh tubuh/cairan yang keluar dari alat kelamin
(vagina, penis) atau cairan dari anus, yang berbeda dari
biasanya
(2) Rasa perih atau nyeri atau panas pada saat kencing atau
setelah kencing, atau menjadi sering kencing.
(3) Ada luka terbuka/ basah di sekitar kelamin atau sekitar
mulut. Luka ini bisa terasa nyeri bisa juga tidak.
(4) Ada semacam jaringan yang tumbuh seperti jengger ayam
atau kutil disekitar kelamin
(5) Terjadi pembekakan pada lipatan paha
(6) Pada laki-laki, terdapat bengkak dan nyeri pada kantung
pelit/kantung zakar
(7) Sakit perut di bagian bawah yang kambuh, tetapi tidak
berhubungan dengan haid/ menstruasi
(8) Keluar darah setelah berhubungan seksual
(9) Demam
Jenis – Jenis IMS
(1) Gonore (Kencing Nanah)
Gejala gonore menurut (RI, 2018) adalah:
(a) Pada laki-laki: keluarnya cairan dari alat kelamin,
bernanah, kental, berwarna putih kekuningan.
(b) Pada perempuan; seringkali tanpa gejala, bila ada
berupa cairan dari alat kelamin berwarna putih atau
kuning. Cairan terutama akan banyak terlihat di daerah
mulut rahim melalui pemeriksaan dalam oleh tenaga
kesehatan.
Komplikasi gonore menurut (RI, 2018) adalah:
(a) Pada laki-laki menyebabkan kemandulan.
(b) Pada perempuan menyebabkan mandul dan kehamilan
luar rahim/ektopik.
(c) Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan gonorea,
menyebabkan konjungtivitas gonore yaitu berupa
kemerahan pada salah satu atau kedua mata dengan
adanya cairan yang keluar dari mata dengan nanah dan
megakibatkan kebutaan.
(2) Sifilis (Raja Singa)
Gejala Sifilis menurut (RI, 2018) adalah Luka atau koreng,
biasanya berjumlah satu, berbentuk bulat atau lonjong,
dasar bersih dan bila diraba terasa kenyal sampai keras,
tidak ada rasa nyeri bila ditekan. Kelenjar getah bening
dilipat paha bagian dalam membesar, kenyal, juga nyeri
bila ditekan.
Komplikasi menurut (RI, 2018) yaitu pada perempuan
penderita sifilis dapat mengalami keguguran, melahirkan
bayi cacat atau lahir dalam keadaan sudah mati.
(3) Herpes Genitaslis
Gejala Herpes Genitalis menurut (RI, 2018) adalah
(a) Herpes genital pertama: timbul bintil-lentingan-luka
berkelompok di atas dasar kemerahan, sangat nyeri,
pembesaran kelenjar lipat paha, kenyal dan disertai
gejala yang menyeluruh dan saling berhubungan
(sistemik)
(b) Herpes genitaliss kambuhan timbul bila ada faktor
stress pikiran, hubungan seksual berlebihan, kelelahan
dan lain-lain. Umumnya luka / lesi sebanyak dan
seberat gejala pertama
Komplikasi herpes genitalis menurut (RI, 2018) adalah
dapat menjadi pintu masuk infeksi lain dan bersifat
kambuhan seumur hidup.
(4) Klamidia
Gejala klamidia menurut (RI, 2018) adalah
(a) Pada laki-laki keluarnya cairan dari alat kelamin,
bernanah, encer kadang kental, berwarna putih
kekuningan, dapat disertai peradangan pada kulit alat
kelamin.
(b) Pada perempuan keluarnya cairan dari alat kelamin,
benanah encer, berwarna putih atau kuning, leher
rahim mudah berdarah.
Komplikasi klamidia menurut (RI, 2018) adalah
(a) Pada laki-laki menyebabkan kemandulan
(b) Pada perempuan menyebabkan kehamilan di luar
kandungan / ektopik dan kemandulan
Pada bayi baru lahir dari perempuan dengan klamidia,
menyebabkan Konjungtivitis klamidiosis yaitu berupa
sembab, kemerahan pada salah satu atau kedua mata
dengan adanya cairan yang keluar dari mata dengan
nanah yang tidak terlalu banyak dan dapt
menimbulkan kebutaan.
(5) Kondiloma Akuminata (Jengger Ayam)
Gejala kondiloma akuminata menurut (RI, 2018) adalah
bintil-bintil tonjolan berbentuk seperti kutil terutama pada
daerah yang lembab. Bersifat kambuhan seumur hidup
Komplikasi kondiloma akuminata menurut (RI, 2018)
adalah
(a) Dapat membesar dan tumbuh menjadi satu
(b) Pada lakilaki dapat menimbulkan kanker penis
(c) Pada wanita dapat menimbulkan kanker mulut rahim
Pencegahan terinfeksi IMS menurut (RI, 2018) adalah

a) Jaga kebersihan kelamin


b) Tidak berhubungan seksual
c) Menggunakan kondom
d) Setia pada pasangan
e) Menghindari faktor pencetus
f) Bila ada gejala, segera periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan
dan minum obat sesuai anjuran
Tindakan jika terinfeksi IMS menurut (RI, 2018) adalah
a) Jangan mengobati sendiri
b) Segera periksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan
c) Minum obat teratur dan sampai tuntas sesuai dengan petunjuk
dokter
d) Jangan berhubungan seksual sampai IMS sembuh
e) Minta pasangan segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mencegah dan mengetahui adanya penularan.
b) Infeksi Saluran Reproduksi (ISR)
ISR adalah masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi
ke dalam saluran reproduksi. ISR dapat ditularkan tanpa hubungan
seksual.

Jenis – Jenis ISR


a) Kandidiasis Vaginalis
Gejala :
(1) Gatal pada kelamin, kemerahan dan peradangan pada bibir
vagina dan liang vagina, disertai bengkak atau luka sobekan
kecil.
(2) Keluarnya cairan yang banyak serta bergumpal dari vagina,
kadang-kadang dapat kental, berwarna putih seperti susu
kental atau kekuningan atau berbau asam.
Komplikasi : lecet pada kulit disekitar kelamin
Pencegahan :
(1) Jaga kebersihan alat kelamin
(2) Pakaian dalam tetap bersih dan kering.
b) Vaginosis Bakterial
Gejala : vagina berbau amis terutam setelah berhubungan
seksual, keluarnya cairan dari vagina namun tidak terlalu
banyak, berwarna putih keabu-abuan, melekat pada dinding
vagina, tidak ada tanda-tanda peradangan.
Komplikasi : menyebabkan penyakit radang panggul dan pada
ibu hamil dapat meyebabkan ketuban pecah dini, kelahiran
rematur, bayi berat badan lahir rendah.
Pencegahan :
(1) Jaga kebersihan alat kelamin
(2) Tidak berhubungan seksual
(3) Menggunakan kondom
(4) Setia pada pasangan.
c) Trikomoniasis
Gejala : keluarnya cairan yang banyak dari vagina, bernanah,
kadang-kadang berbusa, peradangan pada vagina, berbau seperti
ikan busuk, dapat disertai rasa gatal pada alat kelamin
Komplikasi : pada ibu hamil dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan bayi berat badan lahir rendah.
Pencegahan :
(1) jaga kebersihan alat kelamin
(2) Tidak berhubungan seksual
(3) Menggunakan kondom
(4) Setia pada pasangan.

8) HIV dan AIDS


HIV (human immunodeficiency Virus) merupakan kuman/ virus
penyebab AIDS. AIDS (aquired Immuno Deficiency Syndrome)
adalah kumpulan gejala/ penyakit akibat menurunnya kekebalan
tubuh yang didapat dari infeksi HIV. Infeksi Hiv ditularkan melalui
pertukaran cairan tubuh manusia. Beberapa cara yang berisiko
menularkan HIV diantaranya:
a) Hubungan seksual tidak aman. Pada saat berhubungan seksual
tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah orang terinfeksi,
cairan mani/sperma atau cairan vagina langsung ke aliran darah
pasangannya, atau melalui selaput lendir yang berada dibagian
dalam vagina, penis atau dubur.
b) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung
HIV atau melalui alat tindakan medis lain yang tercemar HIV.
c) Penggunaan jarum suntik bersama/bergantian pada pecandu
narkoba suntuk beresiko tertular HIV.
d) HIV menular dari ibu ke bayi pada saat kehamilan, persalinan
dan ketika menyusui (penularan HIV dari ibu ke anak).
HIV tidak menular melalui :

a) Makan/minum bersama, memakai peralatan makan/minum


mereka
b) Bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan
c) Hidup serumah, menggunakan Wc/toilet bersama, berenang
bersama.
d) Bergantian pakaian, handuk, sapu tangan
e) Hubungan sosial lainnya
f) Gigitan serangga.

Adapun gelaja HIV menurut (RI, 2018) adalah

a) Setelah seseorang terinfeksi HIV, dia terlihat biasa saja seperti


halnya orang lain karena tidak menunjukan gejala klinis. Tetapi
orang tersebut bisa menularkan virus HIV melalui penularan
cairan tubuh (darah, cairan sperma, cairan vagina, ASI). Hal ini
bisa terjadi selama 5-10 tahun.
b) Setelah itu orang tersebut mulai menunjukan kumpulan gejala
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh setelah terinfeksi
HIV.
Pencegahan HIV AIDS menurut (RI, 2018) adalah
a) Tidak berhubungan seksual
Tidak melakukan hubungan seksual yang beresiko.

b) Saling setia
Masing-masing setia pada pasangan dan tidak melakukan
hubungan seksual dengan orang lain.
c) Kondom
Gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual
apabila salah satu pasangan ada yang menderita HIV positif atau
status HIV pasangan belum diketahui.
d) Hindari penggunaan narkoba suntik
Menggunakan jarum suntik beresiko menularkan HIV dalam
jarum yang tercemar darah. Namun apapun bentuknya, hindari
NARKOBA karena hanya akan merugikan diri sendiri.
e) Penggunaan alat-alat steril
Jangan gunakan jarum, alat suntik, atau alat peluka (penembus
luka) kulit lainnya (tindik atau tato) secara bergantian. Penularan
akan lebih mudah terjadi melalui darah.
f) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA)
(1) Apabila salah satu/kedua pasangan mempunyai faktor resiko
maka lakukan tes HIV
(2) Jika salah satu/kedua pasangan mengidap HIV , minum obat
ARV sesuai anjuran secara teratur seumur hidup
(3) Pasangan ODHA harus minum obat ARV dan selalu
menggunakan kondom setiap berhubungan seksual
(4) Jika pasangan ODHA ingin memiliki anak, konsultasikan
dengan tenaga kesehatan untuk merencanakan waktu yang
tepat untuk hamil sesuai dengan staus kesehatan pasangan
(5) Lakukan tes HIV pada saat pemeriksaan kehamilan trimester
I dan berikan ARV profilaksis pada bayi dari ibu HIV.
c) Informasi Tentang Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan
Kanker Payudara
5) Kanker Payudara Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari
sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara. Faktor resiko :
a) merokok atau terpapar asap rokok.
b) Ibu atau saudara ibu/klien yang memiliki kanker payudara.
c) Menopause (berhenti haid) lebih dari 50 tahun.
d) Menstruasi pertama kali sebelum usia 12 tahun.
e) Tidak memiliki anak/infertilitas.
f) Melahirkan anak pertama setelah usia 35 tahun.
g) Tidak pernah menyusui.
h) Riwayat adanya penyakit tumor jinak payudara.
i) Adanya riwayat penyakit kanker pada anggota keluarga lainnya.
j) Diet dan faktor yang berhubungan dengan diet (peningkatan berat
badan/obesitas, pola makan yang buruk tinggi lemak dan rendah
serat, mengandung zat pengawet/pewarna, minuman beralkohol).
Tanda-tanda :
a) Penambahan ukuran/besar yang tidak biasa pada payudara.
b) Salah satu payudara menggantung lebih rendah dari biasanya.
c) Lekukan seperti lesung pipit pada kulit payudara
d) Pembengkakan pada lengan bagian atas.
e) Perubahan penampilan putting payudara.
f) Keluar cairan seperti susu atau darah dari salah satu putting.
g) Benjolan pada payudara.
h) Pembesaran kelenjar getah bening pada lipat ketiak (axilla).
Deteksi dini :
a) SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI), yang dilakukan pada
hari ketujuh sampai sepuluh di hitung mulai dari hari pertama haid
atau bagi yang telah menopause atau tidak haid karena
menggunakan KB dilakukan rutin setiap bulan pada tanggal yang
sama.
b) SADANIS (perikSAan payuDAra KliNIS) oleh tenaga kesehatan
yaitu dokter/bidan, sebaiknya dilakukan satu tahun/kali, minimal
3-5 tahun sekali atau bila terdapat kelainan pada saat melakukan
SADARI.
c) Pemeriksaan Ultrasonography (USG), USG dilakukan terutama
untuk membuktikan adanya massa kistik dan solid/padat yang
mengarah pada keganasan, dan pada perempuan di bawah usia 40
tahun.
d) Pemeriksaan Skirining Mammografi, di anjurkan untuk
melakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu pada permpuan usia
40-50 tahun setiap 2 tahun sekali dan setiap satu tahun sekali pada
perempuan di atas 50 tahun kecuali yang mempunyai faktor
resiko.
Tata cara SADARI (pemerikSAan payuDara sendiRI)
a) Langkah 1 :
(1) Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan posisi
kedua lengan di samping tubuh. Kemudian angkat kedua
tangan ke atas dan perhatikan apakah ada perubahan pada
payudara.
(2) Anda harus melihat : Perubahan payudara dari ukuran, bentuk
dan warna kulit atau ada kerutan pada kulit (kulit jeruk) atau
ada cekungan/ada tarikan kulit ke dalam.
(3) Jika anda melihat perubahan berikut ini, segera anda ke dokter
untuk berkonsultasi :
Perubahan ukuran dan bentuk payudara.
 Kulit payudara mengeras, mengelupas, mengkerut seperti
kulit jeruk, atau terdapat cekungan seperti lesung pipi.
 Perubahan pada putting, seperti putting tertarik ke dalam
atau keluar cairan dari putting.
 Benjolan/kelainan lainnya dari payudara.
 Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.
b) Langkah 2 : Letakkan kedua tangan di pinggang sambil menekan
agar otot dada berkontraksi dan perhatikan apakah terjadi
perubahan pada payudara. Kemudian bungkukkan badan untuk
melihat apakah kedua payudara menggantung seimbang.
c) Langkah 3 : Kemudian, dilakukan perabaan payudara.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil berdiri atau berbaring,
bila dalam keadaan berbaring sebaiknya letakkan sebuah bantal di
bawah pundak sisi payudara yang akan diperiksa.
d) Langkah 4 : Angkat salah satu lengan ke atas dan tekuk siku
sehingga tangan memegang bagian atas punggung/kepala,
kemudian dengan menggunakan permukaan jari tangan yang lain
raba dan tekan payudara dengan gerakan melingkar dimulai dari
bagian luar yaitu tepi payudara sampai ke bagian dalam yaitu
putting, selanjutnya cubit areola putting apakah keluar cairan atau
tidak, cermati seluruh bagian payudara kiri hingga ke daerah
ketiak, ulangi gerakkan yang sama pada payudara kanan.
e) Langkah 5 : Dalam posisi berbaring tekuk salah satu siku sehingga
tangan menyentuh kepala belakang. Kemudian dengan tangan
yang lain rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan.
Pastikan untuk memeriksa daerah yang berada di antara payudara,
dari atas sampai bawah, kiri kanan, dan tulang pundak.
Kanker Leher Rahim Kanker leher rahim adalah keganasan yang
terjadi dan berasal dari sel leher rahim. Faktor Resiko :
a) Menikah atau melakukan hubungan seksual pertama kali sebelum
usia 20 tahun.
b) Memilik banyak pasangan seksual (baik perempuan-
pasangannya).
c) Pernah terpapar penyakit IMS.
d) Ibu atau saudara perempuan menderita kanker leher rahim. Atau
e) Hasil tes papsmear sebelumnya yang tak normal.
f) Merokok atau terpapar asap rokok.
g) Melahirkan banyak anak (> 3 anak).
h) Penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi) seperti yang terjadi
pada penderita HIV/AIDS ataupun pada penggunaan
kortikosteroid untuk jangka waktu yang lama.
Pencegahan : Pencegahan primer kanker leher rahim dilakukan
melalui imunisasi HPV secara mandiri. Deteksi dini :
a) Deteksi dini kanker leher rahim di anjurkan untuk perempua usia
3050 tahun yang sudah berhubungan seksual dan bisa dilakukan
setiap tahun, minimal 3-5 tahun sekali.
b) Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan Tes IVA
(Inspkesi Visual dengan Asam Asetat) dan Pap Smear.
c) perbedaan IVA dan Pap Smear antara lain :
(1) hasil tes IVA dapat segera diketahui satu menit setelah di oles
asam asetat sedangkan Pap smear membutuhkan waktu 1-2
minggu kemudian.
(2) Tes IVA dapat dilakukan kapan saja kecuali dalam keadaan
hamil atau haid yang banyak.
(3) Pemeriksaan tes IVA lebih murah dibandingkan dengan Pap
smear.
(4) Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan di
dokter/bidan, puskesmas, klinik swasta, rumah sakit.
d) Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak memiliki
gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya antara lain :
(1) Pendarahan pasca hubungan seksual.
(2) Pendarahan tidak normal dari vagina mulai bercak-bercak
hingga menggumpal disertai bau busuk.
(3) Keputihan berbau busuk. Nyeri pinggang saat buang air
g. Peran Bidan
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang sangat berpengaruh
dalam meningkatkan derajat kesehatan wanita, salah satunya remaja.
Bidan selaku petugas kesehatan diharapkan mampu menjalankan
peran, fungsi, dan kompetensinya dalam melakukan pelayanan
kesehatan terkait dengan peran, fungsi, dan kompetensinya, bidan
memiliki banyak tugas serta peran seperti sebagai fasilitator advokator,
konselor, motivator, komunikator dimana meliputi pendidikan
kesehatan remaja terutama mengenai KEK (Kurang Energi Kronis),
seperti pentingnya nutrisi remaja, makanan yang baik dan penting
untuk remaja. Bidan harus memberikan fasilitas, supervisi, asuhan dan
memberikan nasihat yang dibutuhkan dan penyuluhan untuk remaja.
Sebagai seorang bidan harus memberikan informasi secara jelas
kepada remaja. Pemberian informasi sangat diperlukan karena untuk
memperbaiki kurangnya pengetahuan dan sikap remaja yang salah
tentang kesehatan, makanan yang baik dan penting untuk remaja guna
mengatasi masalah obesitas dan KEK (Kusmiyati et al., 2018).
h. Himbauan Bagi Calon Pengantin (Kemenkes RI, 2020)
1) Pasangan calon pengantin perlu mempersiapkan diri dalam
memasuki gerbang pernikahan untuk membentuk keluarga yang
sejahtera dan melahirkan generasi penerus yang sehat dan
berkualitas.
2) Pasangan calon pengantin perlu mempersiapkan diri dalam
memasuki gerbang pernikahan untuk merencanakan kehamilan
sehingga dapat membentuk keluarga yang sejahtera dan melahirkan
generasi penerus yang sehat dan berkualitas.
3) Pasangan calon pengantin tetap melakukan konsultasi dan
pemeriksaan kesehatan ke fasilitas kesehatan, untuk mengetahui
kondisi kesehatannya dalam masa pandemi Covid-19 dengan
melakukan perjanjian terlebih dahulu dengan petugas kesehatan.
4) Selama di fasilitas kesehatan melakukan protokol pencegahan
penularan covid-19 (sering mencuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir, menggunakan masker kain dan menjaga jarak minimal 1
meter)
5) Pasangan calon pengantin perlu meningkatkan pengetahuan terkait
kesehatan reproduksi calon pengantin melalui konseling yang
diberikan oleh petugas kesehatan, mengikuti bimbingan
perkawinan, ataupun membaca materi KIE yang dapat diperoleh
secara online, salah satunya dapat diakses melalui web bimbingan
perkawinan, antara lain www.bimbinganperkawinan.com atau
www.siapnikah.org
i. Pelaksanaan pernikahan dapat dilakukan selama masa Pandemi Covid-
19 dengan mengikuti protokol pencegahan penularan Covid-19 dan
ketentuan yang ada dalam pedoman ini secara ketat.
j. Pelaksanaan resepsi pernikahan sebaiknya ditunda, atau dapat
melangsungkan yang disesuaikan dengan perkembangan Covid-19 di
wilayahnya dan mematuhi protokol kesehatan.
k. Sebaiknya pasangan calon pengantin menunda dengan menggunakan
alat atau obat kontrasepsi dan atau merencanakan kehamilan dengan
baik sampai kondisi pandemi Covid-19 berakhir.
B. Panduan Pelaksanaan Pelayanan/ Kegiatan Pelayanan kesehatan reproduksi
calon pengantin di masa pandemi Covid-19 dan masa adaptasi kebiasaan baru
dilaksanakan dengan memaksimalkan penerapan protokol pencegahan Covid-
19 pada calon pengantin, petugas kesehatan, petugas keagamaan, fasilitator
bimbingan perkawinan, keluarga serta masyarakat.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin
No Kriteria Zona Hijau dan Zona Kuning Zona Orange dan Zona Merah
1. Teknis umum  Pelayanan Kesehatan Reproduksi Calon Pengantin  Pelayanan kesehatan reproduksi calon pengantin dilakukan
pelaksanaan pelayanan dapat dilaksanakan dengan membuat perjanjian dengan mengoptimalkan media online/ daring dan tidak
terlebih dahulu dilakukan secara langsung, kecuali bagi catin yang
mempunyai keluhan kesehatan dengan syarat membuat
perjanjian terlebih dahulu dengan petugas Kesehatan
 Dilakukan anamnesa melalui teleregistrasi terkait:  Dilakukan anamnesa melalui teleregistrasi terkait gejala dan
gejala dan risiko tertular Covid (dengan menelusuri risiko tertular Covid-19,konseling kesehatan reproduksi calon
riwayat kontak). pengantin
 Melakukan validasi hasil anamnesa
teleregistrasidengan melakukan triase kepada calon  Melakukan validasi hasil anamnesa teleregistrasi dengan
pengantin yang datang ke fasilitas kesehatan. melakukan triase kepada calon pengantin yang datang ke
fasilitas kesehatan
2. Pemeriksaan kesehatan Petugas Kesehatan dapat melakukan pemeriksaan  Pemeriksaaan kesehatan dapat dilakukan di fasilitas pelayanan
calon pengantin kesehatan calon pengantin dengan syarat menggunakan kesehatan dengan membatasi kuota per hari (menyesuaikan
APD lengkap sesuai standar dan sudah mendapatkan dengan kondisi fasilitas kesehatan masing-masing),
perjanjian terlebih dahulu dari calon pengantin diutamakan untuk calon pengantin yang akan menikah H-30
hari.
 Pemeriksaaan kesehatan dapat dilakukan jika fasilitas
pelayanan kesehatan dapat memenuhi standar sesuai dengan
Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa Pandemi
Covid-19, antara lain:
- Mengatur pemisahan ruangan antara pelayanan bagi orang
yang sehat dan pelayanan bagi orang yang sakit.
- Jumlah tenaga kesehatan mencukupi - Mengatur agar tidak
terdapat penumpukan pasien dan pembatasan jumlah
pasien
- Ketersediaan APD yang mencukupi
- Mematuhi protokol pencegahan penularan covid-19 secara
ketat
 Jika fasilitas pelayanan kesehatan tidak dapat memenuhi
persyaratan di atas, maka konseling dan pemeriksaan
kesehatan (anamnesa) dianjurkan dilakukan secara online/
daring. Untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium ditunda dan
akan dilakukan sesuai dengan perbaikan kondisi pandemi
covid19 setempat dengan mematuhi protokol pencegahan
penularan Covid-19 secara ketat (saat konseling
diinformasikan supaya pasangan catin menunda kehamilan
sampai dilakukan pemeriksaan kesehatan).
 Pelayanan tatap muka hanya dapat diberikan bagi calon
pengantin yang mempunyai keluhan kesehatan dengan syarat
menggunakan APD lengkap sesuai standar, sudah
mendapatkan perjanjian terlebih dahulu dari calon pengantin
dan memperhatikan protokol pencegahan penularan Covid-
19.
3. Pemberian KIE Pemberian KIE/ konseling kesehatan reproduksi calon Pemberian KIE/konseling kesehatan reproduksi calon pengantin
kesehatan reproduksi pengantin dapat dilakukan secara langsung dengan tidak dilakukan secara langsung atau tatap muka, tetapi tetap
calon pengantin menggunakan APD dan mematuhi protokol pencegahan dilakukan melalui media online/ daring (WA, SMS, HP, Aplikasi,
penularan Covid19, tetapi apabila masih memungkinkan dsb).
masih bisa mengoptimalkan penggunaan media online
4 Penyampaian Petugas kesehatan memberikan konsultasi kepada klien Petugas kesehatan memberikan konsultasi kepada klien
rekomendasi dan menggunakan wa/telepon atau menerima klien secara menggunakan wa/telepon, kecuali ditemukan masalah kesehatan
informasi lebih lanjut langsung dengan menggunakan APD pada calon pengantin yang memerlukan penanganan lebih lanjut
5. Pelaksanaan Bimbingan  Petugas keagamaan diperkenankan untuk  Petugas keagamaan tidak diperkenankan untuk
Perkawinan melaksanakan bimbingan perkawinan secara melaksanakan bimbingan perkawinan secara langsung
langsung tetapi dengan jumlah terbatas (5-10
pasang calon pengantin disesuaikan dengan
kapasitas ruangan dan physical distancing) serta
memperhatikan protokol pencegahan Covid-19.
 Pemilahan materi yang dapat diberikan secara
 Optimalisasi pelaksanaan Bimbingan Perkawinan secara
daring/virtual.
mandiri dengan penyampaian materi secara daring
menggunakan media online (link youtube, wa group, aplikasi
smart
6. Pelaksanaan pernikahan  Pelaksanaan akad nikah, pemberkatan, dan  Pelaksanaan akad nikah, pemberkatan, dan pencatatan
pencatatan pernikahan harus memperhatikan pernikahan harus memperhatikan protokol kesehatan
protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19. pencegahan penularan Covid-19.
 Mengoptimalkan layanan pencatatan nikah secara  Mengoptimalkan layanan pencatatan nikah secara online
online antara lain melalui website antara lain melalui website simkah.kemenag.co.id, telepon,
simkah.kemenag.co.id, telepon, email, apabila tidak email, apabila tidak memungkinkan dapat secara langsung
memungkinkan dapat secara langsung dengan dengan memperhatikan protokol kesehatan ke kantor
memperhatikan protokol pencegahan penularan keagamaan tingkat kecamatan (a.l, KUA dll) atau Dinas
covid-19 ke kantor keagamaan tingkat kecamatan Penduduk dan Catatan Sipil
(a.l, KUA, dll) atau Dinas Penduduk dan Catatan
Sipil.
 Pelaksanaan akad nikah atau pemberkatan dll dapat  Pelaksanaan akad nikah atau pemberkatan dapat dilaksanakan
dilaksanakan di kantor keagamaan (a.l, KUA dll), di kantor keagamaan (a.l, KUA dll), rumah atau rumah ibadah
rumah atau rumah ibadah dengan jumlah yang dengan jumlah yang terbatas sebanyak-banyaknya 10
terbatas sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh) orang (sepuluh) orang
7. Pelaksanaan resepsi Mengoptimalkan penggunaan media online/ daring dalam Pelaksanaan resepsi pernikahan harus memperhatikan protokol
pernikahan melakukan resepsi pernikahan, apabila tidak kesehatan pencegahan penularan Covid-19. • Tidak dianjurkan
memungkinkan dapat diselenggarakan secara langsung di menyelenggarakan resepsi pernikahan atau dilaksanakan secara
rumah atau gedung pertemuan dengan memperhatikan virtual menggunakan media online / daring.
kapasitas ruangan dan jumlah undangan.
1) TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien
Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh
langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan
dalam suatu situasi (Varney, 2012).
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut (Varney, 2012), manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan, keterampilan dalam tahapan yang logis untuk y
pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. manajemen kebidanan:
a. Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus bersifat
komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan.
b. Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-
data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik.
c. Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya)
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasikan.
d. Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Langkah V (Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh)
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
f. Langkah VI (Pelaksanaan Langsung Asuhan Efisien dan Aman)
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII (Mengevaluasi Hasil Tindakan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya.
3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan
(1) Data Subyektif (S)
Data subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien.
Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan
langsung dengan diagnosis (Handayani, 2017).
1) Nama Klien dan Pasangan
Digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan,
sehingga antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab (Walyani,
2015).
2) Umur
Dikaji untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau
tidak, < 16 tahun atau > 35 tahun (Walyani, 2015).
3) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu
selama memberikan asuhan. Informasi ini terkait dengan
pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi agama dalam
kehamilan dan lain - lain (Walyani, 2015).
4) Suku Bangsa
Dikaji untuk menentukan adat istiadat atau budayanya. Ras, etnis,
dan keturunan harus diidentifikasi dalam rangka memberikan
perawatan yang peka budaya kepada klien (Walyani, 2015).
5) Pendidikan
Tanyakan tingkat pendidikan tertinggi klien. Mengetahui
pendidikan klien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan
dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya
(Walyani, 2015).
6) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh lingkungan kerjan pasien terhadap
kehamilan yang dapat merusak janin, dan persalinan prematur
(Walyani, 2015).
7) Alamat
Dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal
klien, sehingga lebih memudahkan pada saat akan bersalin sert
mengetahui jarak rumah dengan tempat pelayanan kesehatan
(Walyani, 2015).
8) Alasan Datang
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke bidan/ klinik,
apakah untuk memeriksakan keadannya atau untuk memeriksakan
keluhan lain yang disampaikan dengan kata – katanya sendiri (Hani,
Ummi, 2010).
9) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
ke ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2011).
10) Riwayat Obstetri
a) Menarch : Dikaji untuk mengetahui kapan pertama kali pasien
menstruasi. Umumnya menarche terjadi pada usia 12-13 tahun
(Sulistyawati, 2011).
b) Siklus : Siklus merupakan jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, dalam hitungan hari. Dikaji
teratur atau tidaknya setiap bulan. Biasanya sekitar 23-32 hari
(Sulistyawati, 2011).
c) Lamanya : Menurut (Walyani, 2015) lamanya haid yang
normal adalah kurang lebih 7 hari. Apabila sudah mencapai 15
hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya
gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi.
d) Nyeri haid : Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui
apakah klien menderita atau tidak di tiap haid.Nyeri haid juga
menjadi tanda kontraksi uterus klien begitu hebat sehingga
menimbulkan nyeri haid (Walyani, 2015)
e) Banyaknya : Dikaji untuk mengetahui berapa banyak darah
yang keluar saat menstruasi. Menurut (Walyani, 2015)
normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari.Apabila
darahnya terlalu berlebihan,itu berarti telah menunjukan gejala
kelainan banyaknya darah haid.
11) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang,
penyakit umum yang pernah diderita, serta penyakit yang dialami
dahulu (Marmi, 2011).
12) Riwayat Imunisasi
Pemberian imunisasi TT pada wanita harus didahului dengan
skrining untuk mengetahui jumlah dosis dan status imunisasi TT
yang telah diperoleh selama hidupnya (Kemenkes RI, 2013).
13) Rencana KB
Untuk mengetahui rencana pemakaian kontrasepsi, apakah akan
menunda kehamilan atau tidak (Mandriwati, 2011).
14) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – Hari
a) Pola Nutrisi
Beberapa hasil yang perlu ditanyakan pada pasien berkaitan
dengan pola makan adalah menu, frekuensi, jumlah per hari
dan pantangan (Sulistyawati, 2011).
b) Pola Eliminasi
BAB dan BAK seperti frekuensi perhari, warnanya, ada
masalah selama BAB/BAK atau tidak (Walyani, 2015)
c) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebersihan diri pasien. Dianjurkan untuk
mandi minimal 2 kali sehari, ganti baju minimal 1 kali, ganti
celana dalam minimal 2 kali sehari, berkeramas lebih sering
dan menjaga kebersihan kuku (Sulistyawati, 2011).
d) Pola Istirahat Tidur
Untuk mengetahui kecukupan istirahat pasien. Istirahat sangat
diperlukan calon pengantin. Lama tidur siang hari normalnya 1
– 2 jam, malam hari yang normal adalah 6-8 jam (Sulistyawati,
2011).
e) Pola Aktivitas dan Olahraga
Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien untuk gambaran tentang
seberapa berat aktivitas pasien (Sulistyawati, 2011).
f) Kebiasaan yang Merugikan Kesehatan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu memiliki kebiasaan seperti
minum jamu, merokok, minum-minuman keras, dan obat
terlarang dan kebiasaan lainnya (Walyani, 2015).
15) Riwayat Psikososial Spiritual
a) Persiapan Acara Pernikahan
b) Persiapan Membina Rumah Tangga
Kursus pra nikah merupakan upaya pemerintah dalam menekan
tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan
problem keluarga lainnya. Tata cara pelaksanaan dan materi
yang akan disampaikan dalam kursus pra nikah telah diatur
dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam No. DJ.491/11 tahun 2009
tentang Kursus Calon Pengantin yang kemudian
disempurnakan dengan Peraturan Dirjen Bimas Islam No.
DJ.II/542 tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Kursus Pra Nikah.
c) Persiapan Psikologis
d) Persiapan Spiritual
e) Identitas Karakter
f) Tingkat Pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien
dan pasangan mengenai persiapan pernikahan yang akan
dilakukan.
(2) Data Obyektif (O)
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,
hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium. Catatan
medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan
dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosis (Handayani, 2017).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati
keadaan pasien secara keseluruhan, yaitu : Baik, jika pasien
memperlihatkan respons yang baik terhadeap lingkungan dan
orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan, dan dikatakan lemah, pasien
dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri
(Sulistyawati, 2011)
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita
dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari
keadaan composmentis sampai dengan koma (Sulistyawati,
2011).
c) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah
> 140/90 mmHg) (Kemenkes RI, 2013). Menurut Walyani
(2015) tekanan darah normal berkisar systole/diastole 110/80 –
120/80 mmHg.
d) Nadi
Normalnya frekuensi denyut jantung teratur kira – kira 70
denyut per menit dengan rentang antara 60 – 100 denyut per
menit (Mandriwati, 2011).
e) Suhu
Suhu normal antara 35,8 – 37° C (Mandriwati, 2011).
f) Respirasi
Frekuensi pernafasan normal adalah 16 – 24 x/menit. Bila
frekuensi pernafasaon lebih dari normal disebut takipnue dan
jika frekuensi pernafasan kurang dari normal disebut bradipnue
(Astuti, 2012).
g) Berat Badan
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan
umur. Sebnaliknya dalam keadaan yang abnormal, terhadap
dua kemungkinan perkembangan barat badan, yaitu dapat
berkembang cepat atau lambat dari kedaan normal. Berat badan
harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang
memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin
guna mengatasi kecenderungan penurunan atau penambahan
berat badan yang tidak dikehendaki. Berat badan harus selalu
dievaluasi dalam konteks riwayat berat badan yang meliputi
gaya hidup maupun status berat badan yang terakhir. Penentuan
berat badan dilakukan dengan cara menimbang (Anggraeni,
2012).
h) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang dapat
melihat keadaan status gizi sekarang dan keadaan yang telah
lalu. Pertumbuhan tinggi/panjang badan tidak seperti berat
badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi
pada waktu singkat (Anggraeni, 2012)
Salah satu cara untuk menentukan status gizi yaitu dengan
membandingkan berat badan dan tinggi badan.
IMT = BB (Kg)/ TB2 (dalam meter)
Tabel Ambang Batas IMT Skala Nasional (Kemenkes, 2019).
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat < 17,0
berat
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 - 18,4
ringan
Normal 18,5 - 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat 25,1 - 27,0
ringan
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

i) LILA
Ukuran LILA yang normal adalah 23,5 cm, diukur sebelum
hamil. Bila ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm maka
status gizi ibu kurang (Mandriwati, 2011).
2) Status Present
a) Kepala : Untuk mengetahui kebersihan kepala. Normalnya
bentuk mesochepal, kulit kepala bersih dan rambut tidak rontok
(Mandriwati, 2011).
b) Muka : Simetris, kemerahan, tidak bengkak.
c) Mata : Untuk mengetahui warna sklera (ikterik atau tidak,
menilai kelainan fungsi hati) dan warna konjungtiva (pucat atau
cukup merah, sebagai gambaran tentang anemia secara kasar)
dan secret (Sulistyawati, 2011)
d) Hidung : Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip.
Normalnya tidak ada polip dan sekret (Sulistyawati, 2011).
e) Mulut : Saat hamil pada ibu hamil normalnya bibir tidak
kering, tidak terdapat stomatitis, gigi bersih tidak ada karies,
tidak ada gigi palsu (Saminem, 2008).
f) Telinga : Dikaji untuk memeriksa kebersihan dan kemungkinan
adanya kelainan. Normalnya adalah simetris dan tidak ada
serumen berlebih (Saminem, 2008).
g) Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada bendungan vena jugularis (Saminem, 2008).
h) Ketiak : Untuk memeriksa kemungkinan adanya massa atau
pembesaran pada aksila. Normalnya tidak ada benjolan
(Saminem, 2008).
i) Dada : Normalnya simetris, denyut jantung teratur, dan tidak
ada gangguan pernapasan (Sulistyawati, 2011).
j) Abdomen : Dikaji ada tidak bekas luka operasi, ada massa atau
tidak (Sulistyawati, 2011).
k) Genetalia : Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan
tidak ada condiloma (Saminem, 2008).Pada vulva mungkin
didapat cairan jernih atau sedikit berwarna putih tidak berbau,
pada keadaan normal, terdapat pengeluaran cairan tidak ada
rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani, 2015).
l) Punggung : Teraba lurus, tidak ada lubang atau kelainan
bentuk.
m) Anus : Normalnya tidak ada haemoroid (Sulistyawati, 2011).
n) Ekstremitas : Pemeriksaan tangan dan kaki yang dikaji untuk
mengetahui adanya edema sebagai tanda awal preeklampsia
dan warna kuku yang kebiruan sebagai gejala anemia (Hani,
Ummi, 2010). Normalnya kedua tangan dan kaki tidak oedem,
gangguan pergerakan tidak ada (Saminem, 2008).
3) Status Obstetrik
a) Mamae: Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
b) Abdomen: Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada
tidaknya nyeri tekan.
c) Genetalia: Pada keadaan normal tidak terdapat bau busuk, dan
tidak ada condiloma (Saminem, 2008). Pada vulva mungkin
didapat cairan jernih atau sedikit berwarna putih tidak berbau,
pada keadaan normal, terdapat pengeluaran cairan tidak ada
rasa gatal, luka atau perdarahan (Walyani, 2015).
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan darah rutin
(1) HB: Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus
dipastikan dan diberikan terapi yang tepat. Hb juga dapat
dideteksi dari sampel darah.
(2) Trombosit
(3) Leukosit
b) Pemeriksaan yang dianjurkan
(1) Golongan Darah dan Rhesus
(2) Gula Darah Sewaktu (GDS)
(3) Thalasemia
(4) Hepatitis B dan C
(5) TORCH (TOksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan
Herpes simpleks)
c) Pemeriksaan Urin: Urin Rutin
(3) Analisa (A)
Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien
yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses
pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Di dalam analisis
menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis
tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis yang
tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan menjamin
cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat. Analisis data adalah melakukan
intrepretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah
kebidanan, dan kebutuhan. Diagnosa: Nn... umur... calon pengantin
dengan kebutuhan.
1) Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian,normalnya tidak terjadi masalah (Marni, 2011).
2) Diagnosa Potensial: Pada keadaan normal, diagnosa potensial dapat
diabaikan
3) Tindakan Segera: Pada keadaan normal, langkah ini dapat diabaikan
(4) Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan
untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya.
2) EVIDANCE BASED
Penelitian Ade Tyas Mayasari yang berjudul Efektivitas Pendidikan
Kesehatan Reproduksi Berbasis Seluler pada Calon Pengantin terhadap
Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Latar Belakang: dari penelitian ini
adalah Setiap individu perlu mengetahui tentang isu-isu seksualitas dan
reproduksi pada masa pranikah, sehingga pendidikan kesehatan reproduksi
menjadi penting untuk diberikan kepada calon pengantin. Pendidikan berbasis
teknologi merupakan jalur inovatif untuk pemberian informasi kesehatan.
Tujuannya mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan reproduksi terhadap
peningkatan pengetahuan pada pasangan calon pengantin. Menggunakan
Metode Penelitian eksperimental semu (Quasi Experiment) dengan pretest
postest pada Non-equivalent Control Group Design. Data diperoleh dari
kuesioner pengetahuan yang diisi oleh pasangan calon pengantin. Penelitian
ini dilakukan di KUA Mlati dan Gamping, Kabupaten Sleman. Hasil dan
Pembahasan nya adalah Terjadi peningkatan skor rata-rata postest
pengetahuan pada masing-masing kelompok. Berdasarkan hasil analisis data
didapatkan bahwa responden yang diberikan pendidikan kesehatan reproduksi
melalui seluler mengalami peningkatan nilai postest dengan selisih rata-rata
pretest postest sebesar 5,67 dibandingkan dengan kelompok yang tidak
diberikan pendidikan kesehatan reproduksi melalui seluler dengan selisih rata-
rata pretest postest sebesar 2,2. pendidikan kesehatan reproduksi berbasis
seluler secara signifikan (p value = 0,00) mempengaruhi peningkatan
pengetahuan calon pengantin terhadap kesehatan reproduksi. Kesimpulan:
Pendidikan kesehatan reproduksi berbasis seluler dapat meningkatkan
pengetahuan pasangan calon pengantin tentang kesehatan reproduksi.
Penelitian yang dilakukan oleh (Azizah, 2021) yang berjudul analisis
pelayanan prakonsepsi pada calon pengantin di era adaptasi kebiasaan baru
covid-19 bertujuan untuk mengetahui pelayanan prakonsepsi pada calon
pengantin pada era adaptasi kebiasaan baru covid-19 di wilayah kerja
puskesmas purwojati. Dengan jumlah informan 4 calon pengantin yang
mendapatkan pelayanan prakonsepsi pada era adaptasi kebiasaan baru. Teknik
pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi
dokumen. Hasil : pelayanan prakonsepsi selama masa adaptasi kebiasaan baru
di wilayah Kerja Puskesmas Purwojati meliputi pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, pemberian imunisasi tetanus toksoid (tt),
pemeriksaan dan suplementasi status gizi, dan komunikasi, informasi, dan
edukasi kesehatan dengan menerapkan protokol pencegahan penularan covid-
19. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelayanan prakonsepsi calon
pengantin di wilayah kerja puskesmas purwojati pada era adaptasi kebiasaan
baru sudah memenuhi standar minimal dengan menerapkan protokol
pencegahan penularan covid-19.
Penelitian ini di lakukan (Kemenkes RI, 2020) Sikap Remaja Di 10
Provinsi Indonesia Terkait Perilaku Seksual Pada Masa Pandemi Covid-19
Indonesia memperkirakan tahun 2020 terdapat 44,2 juta jiwa remaja, namun
banyaknya jumlah remaja tersebut tidak diikuti dengan perbaikan masalah
kesehatan reproduksi. Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) diketahui bahwa terdapat 10% remaja yang pernah
melakukan hubungan seksual. Pandemi Covid-19 berpengaruh pada
menurunnya akses layanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana,
termasuk layanan kesehatan ramah remaja karena prioritas layanan pada
fasilitas-fasilitas kesehatan yaitu untuk penanggulangan Covid-19. Tujuan
penelitian ini adalah melihat perbedaan sikap remaja terkait perilaku seksual
remaja sebelum Covid dan selama Covid-19. Penelitian ini merupakan
penelitian crosssectional dengan menggunakan data primer yang dikumpulkan
melalui survei secara daring. Pengumpulan data dilakukan pada bulan
September-Oktober 2020 di 10 Provinsi lembaga ASV bekerja, yaitu: Jambi,
Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
Bali, NTT dan Papua. Sampel penelitian adalah 831 remaja berusia 18 hingga
24 tahun. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah usia, gender, kota
asal, tingkat pendidikan, dan sikap remaja terkait perilaku seksual (remaja
boleh berpelukan, berciuman, necking, hingga petting) sebelum dan selama
Covid-19. Sikap diukur dengan skala likert 1-5 (sangat tidak setuju-sangat
setuju). Data ditampilkan secara deskriptif dan uji beda (Wilcoxon). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 831 remaja, sebagian besar (73,2%)
adalah perempuan. Ratarata usia responden remaja adalah 21 tahun.
Persebaran responden di 10 kota hampir rata kecuali cukup terbatas di Kota
Bengkulu. Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah tamat SMA.
Sikap remaja sebelum covid menyatakan 18,3% setuju remaja boleh
melakukan perilaku seksual yaitu berpelukan dan 11% setuju remaja boleh
berciuman, namun selama covid terlihat penurunan respon yaitu hanya 4,3%
yang setuju remaja boleh berpelukan dan 2,8% setuju remaja boleh
berciuman. Secara deskriptif terjadi perubahan sikap terkait perilaku seksual
remaja sebelum dan selama Covid-19. Upaya pencegahan Covid-19 dengan
adanya social distancing berdampak pada perubahan sikap remaja dalam hal
perilaku seksual yang boleh dilakukan di era covid. Hal ini menandakan
Covid-19 akan berdampak positif bagi perubahan sikap remaja terkait perilaku
seksual. Nantinya bila covid-19 selesai remaja diharapkan tetap memiliki
sikap positif terhadap perubahan perilaku seksual yang boleh dilakukan oleh
remaja guna meningkatkan kesehatan reproduksinya,
Pada penelitian yang berjudul (Indrayani, 2021) Pelatihan
Enterpreneurship Bidan Sebagai Solusi Mengatasi Dampak Pelayanan
Kesehatan di Masa Pandemi Covid-19 Pelayanan kebidanan pada masa
pandemi Covid 19 ini, rnulai dari Pemeriksaan Kehamilan (ANC), Persalinan
(INC), Nifas (PNC), KB serta kesehatan reproduksi calon pengantin
dilakukan secara daring. Pemanfaatan media elektronik internet merupakan
salah satu solusi yang dapat dimanfaatkan untuk membantu membagikan
informasi kesehatan di masa pandemi. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih
bidan menjadi entrepreneurship dan bidan yang yang memiliki kompetensi
tambahan dalam melakukan deteksi coping pada ibu hamil. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu ceramah, praktikum, tanya jawab dan
pembagian doorprize. Hasil dari kegiatan ini semua peserta diberikan lembar
post test yang di share melalui google form untuk mengukur pengetahuan
mereka setelah diberikan pelatihan berupa materi dan praktek, dari hasil
evaluasi yang dilakukan terhadap 30 peserta 80 % mengalami peningkatan
pengetahuan dibandingkan dari hasil pretest.
Kemudian penelitian yang berjudul (Atik Januarti, 2020) pengaruh
penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan calon
pengantin tercapainya derajat kesehatan masyarakat dimulai dari kelompok
terkecil yaitu keluarga. Salah satu yang dapat dipersiapkan untuk membentuk
keluarga yang sehat dan berkualitas adalah dengan memberikan pendidikan
kesehatan reproduksi sebelum pernikahan. Hasil survey yang dilakukan di kua
balik bukit menunujukkan pendidikan kespro yang diberikan pada saat kursus
catin belum optimal, bahkan masih ditemukan 2 (dua) kasus penelentaran bayi
akibat kehamilan tidak diinginkan, hal ini karena ketidak tahuan catin tersebut
tentang kesehatan reptodukasi. Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap tingkat pengetahuan calon
pengantin di kua balik bukit kabupaten lampung barat tahun 2020. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh calon pengantin yang ada di wilayah kerja puskesmas balik
bukit tahun 2020, sampel penelitian ini adalah 12 calon pengantin yang akan
menikah, dengan teknik sampling yang digunakan yaitu purposive
sampling. Analisa bivariat menggunakan uji t. Hasil penelitian ini diperoleh
bahwa rata-rata pengetahuan calon pengantin sebelum diberikan penyuluhan
kesehatan reproduksi yaitu 61,042%, rata-rata pengetahuan calon pengantin
sesudah diberikan penyuluhan kesehatan reproduksi yaitu 78,8%. Hasil
menunjukan terjadi peningkatan sebelum dan sesudah intervensi sebesar
17,75.hasil uji paired test didapatkan hasil p-value 0,000 (<0,05) yang artinya
ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan calon
pengantin di kua balik bukit kabupaten lampung barat tahun 2020. Saran :
hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan kesehatan reproduksi pada calon
pengantin sehingga dapat memperluas cakupan penelitian terhadap
pegetahuan kesehatan reproduksi,
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, A. C. (2012) Asuhan Gizi, Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Astuti, H. P. (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta:
Rohima Press.
Atik Januarti (2020) ‘Pengetahuan Calon Pengantin the Effect of Reproductive
Health Counseling on the Knowledge’, 1(3).
Azizah, A. N. (2021) ‘ANALISIS PELAYANAN PRAKONSEPSI PADA CALON
PENGANTIN DI ERA ADAPTASI KEBIASAAN BARU COVID-19’, 12(2),
pp. 74–82.
Depkes RI (2009) Buku Pedoman P4K. Jakarta: jendaral bina kesehatan masyarakat.
Handayani, S. R. & T. S. M. (2017) Dokumentasi Kebidanan. Jakarta Selatan:
BPPSDMK Kemenkes RI.
Hani, Ummi, D. (2010) Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Malang:
Edward Tanujaya.
Indrayani, T. (2021) ‘Pelatihan Enterpreneurship Bidan Sebagai Solusi Mengatasi
Dampak Pelayanan Kesehatan di Masa Pandemi Covid-19’, Jceh.Org, 4(1), pp.
225–232. Available at: https://jceh.org/index.php/JCEH/article/view/156.
Kemenkes RI (2013) Pelayanan Kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan. Edited by K. RI. Jakarta.
Kemenkes RI (2015) ‘Buku Saku Bagi Calon Pengantin’, pp. 21–22.
Kemenkes RI (2017) ‘PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN
IMUNISASI’.
Kemenkes RI (2020) PANDUAN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
CALON PENGANTIN DALAM MASA PANDEMI COVID-19 DAN ADAPTASI
KEBIASAAN BARU. Edited by D. J. K. Masyarakat and D. K. Keluarga.
Jakarta.
Mandriwati, G. . (2011) Asuhan Kebidanan Antenatal : Penuntun Belajar Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Marmi (2011) Kebidanan Pada Masa Antenatal. Pustaka Pe. Yogyakarta.
Marni (2011) Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
RI, K. K. (2018) Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
Kementeria.
Saminem (2008) Kehamilan Normal Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, A. (2011) Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika.
Varney, H. & J. M. K. . (2012) Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC.
Walyani, E. S. & E. P. (2015) Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.

Anda mungkin juga menyukai