Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEBIDANAN

FISIOLOGIS HOLISTIK REMAJA DAN PRANIKAH


DI PMB NI LUH PUTU YUNIASIH, SST
DAN PMB KUMUDASIH
TANGGAL 01 – 12 DESEMBER 2020

Oleh :
Kelompok IX

NI PUTU INDU RASTITI P07124320 044


NI LUH PUTU YUNIASIH P07124320 046
NI LUH PUTU SENTANIA WPP P07124320 004
NI WAYAN FEBY WAHYU RAI P. P07124320 021
A.A. PUTRI SUSILAWATI P07124320 037

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2020

1
KAJIAN TEORI

A. Konsep Dasar Remaja


1. Pengertian remaja
Secara etimologi remaja adalah tumbuh, menurut Papalia
dan Olds 2001, Banduraa 1970, Hasselt 1987, Sprinthal dan
Collinns 1988 remaja yaitu transisi antara kanak-kanak dan
dewasa, menurut Borring dalam Hurlock 1990 remaja adalah
transisi untuk menyiapkan diri masuk ke dunia dewasa, dan
menurut Santrock remaja adalah periode yang meliputi
perubahan bilogis, kognitif dan sosial (Saadi, 2017).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh
adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni
antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan
organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas
(Wisyastuti, 2009), hal ini sama denan pengertian remaja menurut
WHO dimana remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 19
tahun (WHO,2014).
Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 25
tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia
10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja 10-24 tahun
dan belum menikah (BKKBN,2012).
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas.
Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi
belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk ke
golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang
dewasa. Oleh karena, itu remaja sering kali dikenal dengan fase
“mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja masih
belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal
fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan
di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan

2
yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari
aspek kognitif, emosi, maupun fisik (Ali, dkk, 2010)
2. Tahapan Remaja
Perkembangan dalam segi rohani atau kejiwaan juga
melewati tahapan- tahapan yang dalam hal ini dimungkinkan
dengan adanya kontak terhadap lingkungan atau sekitarnya.
Menurut Ali, dkk (2010) dan Soetjiningsih, dkk, (2010), masa
remaja dibedakan menjadi:
a. Masa remaja awal (10-13 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman
sebaya
2) Tampak dan merasa ingin bebas
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan
keadaan tubuhnya dan mulai berfikir khayal (abstrak)
b. Masa remaja tengah (14-16 tahun)
1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
2) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan
jenis
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam
4) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin
berkembang
5) Berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan seksual
c. Masa remaja akhir (17-19 tahun)
1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap
dirinya
4) Dapat mewujudkan perasaan cinta
5) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak
3. Tahapan Pubertas Wanita

Pubertas pada perempuan meliputi mulainya perkembangan


payudara (thelarche) hingga maturasi payudara dan

3
mulainya menstruasi ( menarche) hingga pembentukan dari
periode menstruasi regular. Munculnya rambut pubis
(pubarche) berasal dari sekresi pubertal adrenal
androgen (adrenarche), meskipun produksi ovarian
androgen juga terjadi (Diana, 2001).

Pembesaran payudara biasanya pertanda pertama


(thelarche) dan sering unilateral. Menarche biasanya muncul
2-3 tahun setelah perkembangan payudara, sedangkan
pubarche adalah puncak pertumbuhan ditandai dengan
munculnya bulu-bulu sebagai tanda sekresi androgen dan
mulai pada tahap yang s a m a produksi kelenjar keringat
apocrine dan berhubungan dengan munculnya bau badan
pada orang dewasa (Saadi, 2017).

a. Thelarche : Merupakan istilah yang menggambarkan


tentang payudara. Kelenjar mamae atau payudara
merupakan turunan lapisan ectoderm yang sangat sensitif
terhadap hormone. Susunan payudara saat lahir terdiri dari
duktus laktiferus dan alveoli.

b. Menarche : Menarche menggambarkan onset siklus


menstruasi. Menarche merupakan puncak dari rangkaian p
eristiwa kompleks yang meliputi pematangan aksis HHO
(hipotalamus-hipofisis-ovarium) untuk memproduksi ovum
ataupun endometrium matang sehingga dapat menunjang
zigot jika terjadi pembuahan. Tahap pematangan aksis HHO
yang menyebabkan ovulasi:

1) Peningkatan pelepasan FSH dan LH dari kelenjar


hipofisis

2) Pengenalan dan respon ovarium terhadap


gonadotropin sehingga memungkinkan terjadinya
produksi steroid ovarium (estrogen dan progesterone)

4
3) Terbentuknya umpan balik positif pada kelenjar
hipotalamus dan hipofifis oleh estrogen.

Pematangan ovarium saat pubertas menyebkan


dimulainay produksi estrogen oleh selsel granulosa yang
mengelilingi ovum. Tahun tahun pertama setelah
menarche pengaturan umpan balik positif hipotalamus
terhadap estrogen ovarium belum matang menyebabkan
siklus menstruasi tidak teratur dan anovulasi (tidak
terbentuk korpus luteum). Setelah 5 tahun, 90% anak
perempuan mengalami menstruasi yang teratur dan
ovulatoir.

c. Pubarche : Munculnya rambut pubis (pubarche) berasal


dari sekresi pubertal adrenal androgen (adrenarche),
adrenal mensekresi dan mesintesis androstenedion
dehidroepiandrosteron (DHEA) dan
dehidroepiandrosteronsulfat (DHEA-S). DHEA dan
DHEA-S berperan pada pertumbuha awal ramut pubis
aksila serta sintesis dan sekresi kelenjar sebasea.
Adrenarke terjadi karena mekanisme intrinsik yang telah
terprogram oleh kelenjar adrenal (Saadi, 2017).

5
4. Perubahan fisik remaja

a. Perubahan hormonal

Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi


gonadotropin rel easing hormone (GnRH) dari
hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem
endokrin yang kompleks yang melibatkan sistemumpan
balik negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan
diikuti dengan timbulnya tanda-tanda seks sekunder,
pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. Pubertas
normal diawali oleh terjadinya aktivasi aksis hipotalamus–
hipofisis–gonad dengan peningkatan GnRH secara menetap.

Pada saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan


saraf pusat terhadap hipotalamus menghilang sehingga
hipotalamus mengeluarkan GnRH akibat sensitivitas
gonadalstat. Selama periode prepubertal gonadalstat tidak
sensitif terhadap rendahnya kadar steroid yang beredar, akan
tetapi pada periode pubertas akan terjadi umpan balik
akibat kadar steroid yang rendah sehingga GnRH dan
gonadotopin akan dilepaskan dalam jumlah yang banyak.
Pada awalnya GnRH akan disekresi secara diurnal pada
usia sekitar 6 tahun. Hormon GnRH kemudian akan
berikatan dengan reseptor di hipofisis sehingga sel-sel
gonadotrop akan mengeluarkan luteneizing hormone (LH)
dan follicle stimulating hormone (FSH). Hal ini terlihat
dengan terdapatnya peningkatan sekresi LH 1-2 tahun
sebelum awitan pubertas. Sekresi LH yang pulsatile terus
berl anjut sampai awal pubertas.

Pada periode pubertas, selain terjadi perubahan


pada aksis hipotalamus- hipofisis-gonad, ternyata terdapat
hormon lain yang juga memiliki peran yang cukup besar

6
selama pubertas yaitu hormone pertumbuhan (growth
hormone/GH). Pada periode pubertas, GH dikeluarkan
dalam jumlah lebih besar dan berhubungan dengan
proses pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh
selama pubertas memberi kontribusi sebesar 17% dari tinggi
dewasa anak lakilaki dan 12% dari tinggi dewasa anak
perempuan.

Hormon steroid seks meningkatkan sekresi GH


pada anak laki-laki dan perempuan. Pada anak
perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas
sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi
pada akhir pubertas. Perbedaan waktu peningkatan GH
pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas
dapat menjelaskan perbedaan tinggi ak hir anak l aki-laki
dan perempuan (Batubara, 2010).

Perubahan yang cukup menyolok terjadi ketika


remaja baik perempuan dan laki-kali memasuki usia antara
9 – 15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya tubuh
menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi
juga perubahan- perubahan di dalam tubuh yg
memungkinkan untuk bereproduksi atau berketurunan.
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa
atau sering dikenal dengan istilah masa pubertas ditandai
dengan datangnya menstruasi pada perempuan atau mimpi
basah pada laki-laki.

b. Tanda-tanda perubahan seks primer

1) Menstruasi : Peristiwa menstruasi dibagi menjadi


folikulogenesi yang terdiri dari fase folikuler, ovulasi
dan fase luteal yang terjadi di ovarium dan

7
perubahan endometrium yang terdiri dari fase
menstruasi, foliferasi dan fase sekretorik(Saadi, 2017)

a) Siklus folikulogenesis

- Fase folikuler

Foliker primordial : dibentuk sejak dalam kandungan,


puncaknya pada 16-20 minggu (6-7 juta), berisi oosit
imatur yang dikelilingi sel granulosa bertipe pipih
selapis, berada dalam fase istirahat

Folikel primer : oosit membesar, sel granulosa


bermitosis lebih dari selapis. Oosit dan folikel tumbuh
cepat hamper 0,1 mm. oosit membentuk mikrovili, sel
granulosa membentuk filofodia (zona pellusida), mulai
terbentuk reseptor FSH, tetapi tidak bergantung pada
gonadotropin sampai tahap antral (gonadotropin
independen).

Folikel sekunder aktivitas mitosis folikel tinggi,


bertambah lapisan sel granulosa, membrane granulosa.
Membrane granulosa mulai mensekresikan cairan
folikel (belum nampak). Terbentuk sel teka interna
(besar, bulat dan seperti epitel) dan teka ekterna (lebih
kecil/fibroblast)

Pre antral : akhir dari inisiasi rekrutmen dari sel


primordial sampai dengan preantral). Oosit berkembang
sempurna dikelilingi zona pleusida, terdiri dari + 9 lapis
sel granulosa, membrane basal, teka interna, kapiler, teka
ekterna.oosit mencapai maksimal dan letaknya
ektrinsik dalam folikel.

Folikel antral : stimulus FSH dan estrogen


menghasilkan cairan antar sel granulosa sehingga

8
membentuk rongga atau antrum.rongga memisahkan sel
granulosa menjadi 2, yaitu kumulus ooforus (
kelompok granulosa yang merapat disekitar oosit,
reseptor FSH menurun) dan mural (kelompok sel
granulosa yang membentuk dinding folikel, reseptor
FSH meningkat) penghasil estrogen (Saadi, 2017)

- Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang


menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise
mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan
kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari
folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang
tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu
sampai 30 folikel mul ai matur didalam ovarium dibawah
pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum
terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih.
Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan
terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai
berformasi me njadi korpus luteum. Korpus luteum
mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah
ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun
progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus
luteum berkurang dan kadar hormon menurun.
Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat
bertahan dan akhirnya luruh (Bobak, dkk 2012) Terjadi
14 hari sebelum mentruasi yang akan dating, dan ovulasi
terjadi 12 jam setelah lonjakan LH (Saadi, 2017).

- Fase luteal

Pasca lonjakan LH terjadi vaskularisasi ketengah


ruang volikel dan mengisinya dengan darah (corpus

9
rubrum), selama 3 hari pasca ovulasi sel granulosa terus
membesar dan terbentuk korpus luteum. Pada 8-9
hari pasca ovulasi vaskularisasi mencapai puncaknya
bersamaan puncaknya kadar progesterone dan estrogen.
(Saadi, 2017)

b) Siklus Endomentrium

Siklus endometrium menurut Bobak, dkk (2012),


terdiri dari empat fase, yaitu :

- Fase menstruasi

Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding


uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang
masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3 -6 hari).
Pada awal fase menstruasi kadar estrogen,
progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau
pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar
FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai
meningkat.

- Fase proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan


cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5
sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10
siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-
18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara
lengkap kembali normal sekitar empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau
sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir

10
saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada
stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.

- Fase sekresi

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai


sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya.
Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius
yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan
seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium
menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

- Fase iskemi/premenstrual

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar


7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi
pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang
cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai
darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan
basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

11
12
(2) Tanda-tanda perubahan seks sekunder

Pada masa pubertas ditandai dengan kematangan organ-


organ reproduksi, termasuk pertumbuhan seks sekunder. Pada
masa ini juga remaja mengalami pertumbuhan fisik yang sangat
cepat (BKKBN, 2012). Ciri-ciri seksual pada remaja putri
seperti pinggul menjadi tambah lebar dan bulat, kulit lebih halus
dan pori-pori bertambah besar. Selanjutnya ciri sekunder
lainnya ditandai oleh kelenjar lemak dan keringat menjadi
lebih aktif, dan sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan
jerawat (Al-Mighwar, 2006).

Ciri seksual sekunder ditandai dengan tumbuhnya rambut


pubis, keratinisasi (kornifikasi) mukosa vaginna, pembesaran
labiya mayora dan minora, pembesaran uterus dan peninngkatan
timbunan lemak di pinggul dan paha akibat pengaruh dari
estrogen pada masa pubertas (Saadi,2017). Menurut Widyastuti,
dkk (2009) tanda-tanda seks sekunder pada wanita antara lain:

a) Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya


remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi
setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu
ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak setelah haid.
Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan
terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih
kasar, lebih gelap dan agak keriting.

b) Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan


membulat. Hal ini sebagai akibatmembesarnya tulang
pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

13
c) Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar


dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis
sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya
kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan
lebih bulat.

d) Kulit

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar,


lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda
dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut

e) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.


Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.
Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan
selama masa haid.

f) Otot

Menjelang akhir masa puber,otot semakin membesar dan


kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai
kaki.

g) Suara

Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang


terjadi pada wanita. Empat pertumbuhan tubuh yang
paling menonjol pada perempuan ialah pertambahan
tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah
dada, dan pertumbuhan rambut kemaluan (Santrock, 2007).

3) Perkembangan psik ologis masa remaja

14
Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan
kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang
berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:

(1) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:

- Sensitif atau peka misalnya mudah menangis,


cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa
alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja
putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

- Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan


atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah
sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari
perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

- Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan


lebih senang pergi bersama dengan temannya daripada
tinggal di rumah.

(2) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini men


yebabkan remaja:

- Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak,


suka memberikan kritik.

- Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga


muncul perilaku ingin mencoba-coba. Tetapi dari
semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut
berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan
fisiknya

4) Perkembangan kognitif masa remaja

15
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan
mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa
(Jahja, 2012). Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001; dalam
Jahja, 2012), seorang remaja termotivasi untuk memahami
dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka.
Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun
dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan
tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif
mereka.

Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau


ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja
juga mengembangkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja
mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja
mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga memunculkan
suatu idebaru.

Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14


tahun), transisi keluar dari masa kanak-kanak,menawarkan
peluang untuk tumbuh – bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi
juga dalam kompetensi kognitif dan sosial (Papalia dkk,

2008)

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Usia Menarche

Menurut Lestari (2011), faktor yang mempengaruhi


usia menarche diantaranya :

1) Faktor internal

a. Organ Reproduksi

Faktor yang mempengaruhi usia ketika


mendapat haid pertama adalah vagina tidak tumbuh

16
dan berkembang dengan baik, rahim yang tidak
tumbuh, indug telur yang tidak tumbuh. Beberapa
wanita remaja tidak mendapat haid karena vaginanya
mempunyai sekat. Tidak jarang ditemukan kelainan
lebihkompleks lagi, yaitu wanita remaja tersebut tidak
mempunyai rahim atau rahim tidak tumbuh dengan
sempurna yang disertai tidak adanya lubang kemaluan.
Kelainan ini disebu t “ogenesisgenitalis” yang bersifat
permanen, artinya perempuan tersebut tidak akan
mendapatkan haid selama – lamanya

b. Hormonal

Alat reproduksi perempuan merupakan alat


akhir (endorgan)sehingga dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang kompleks. Rangsangan yang datang dari
luar, masuk kepusat panca indra, diteruskan melalui
striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas
inhibitor. Dengan hambatan tersebut, tidak terjadi
rangsangan terhadap hipotalamus. Yang akan
memberikan rangsangan pada Hipofise Pars Posterior
sebagai Mother of Glad (pusat kelenjar – kelenjar).

Rangsangan terus menerus datang ditangkap


oleh panca indra, dengan makin selektif dapat lolos
menuju Hipotalamus selanjutnya menuju Hipofise
anterior (depan) mengeluarkan hormon yang dapat
merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon
spesifiknya, yaitu kelenjar tyroid yang memproduksi
hormon tiroksin, kelenjar indung telur yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron,
sedangkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon
adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting
untuk tumbuh kembang mental dan fi sik.

17
Perubahan yang berlangsung dalam diri seorang
perempuan pada masa pubertas dikendalikan oleh
hipotalamus, yakni suatu bagian tertentu pada otak
manusia. Kurang lebih sebelum gadis itu mengalami
datang bulan atau haid, hypotalamus i tu mulai
menghasilkan zat kimia, atau yang kita sebut sebagai
hormon yang akan dilepaskannya. Hormon pertama
yang akan dihasilkan adalah perangsang kantong
rambut (FSH; Folikel Stimulating Hormon). Hormon ini
merangsang pertumbuhan folikel yang mengandung sel
telur dalam indung telur. Karena terangsang oleh FSH,
folikel itu pun akan menghasilkan estrogen yang
membantu pada bagian dada dan alat kemaluan gadis.

Peningkatan taraf estrogen dalam darah


mempunyai pengaruh pada hipotalamus yang disebut
feed back negatieve, ini menyebabkan berkurangnya
faktor FSH. Akan tetapi juga membuat hipotalamus
melepaskan zat yang kedua, yaitu faktor pelepas berupa
hormon lutinasi pada gilirannya hal ini menyebabkan
kelenjarnya bawah otak melepaskan hormon lutinasi
(LH; Luteinizing Hormone). Hormon LH
menyebabkan salah satu folikel itu pecah dan akan
mengeluarkan sel telur untuk memungkinkan
terjadinya pembuahan. Folikel nyang tersisa dikenal
dengan “korpus lutium”. Korpus lutium selanjutnya
menghasilkan estrogen, lalu mulai mengeluarkan zat
baru yang disebut “Progesterone”. Progesteron akan
mempersiapkan garis alas dari rahim untuk menerima
dan memberi makanan bagi sel telur yang telah dibuahi.
Apabila sel telur tidak dibuahi, taraf estrogen dan
progesteron dalam aliran darah akan merosot sehingga
menyebabkan garis alas menjadi pecah – pecah, proses

18
ini akibat timbul perdarahan saat datang haid yang
pertama.

c. Penyakit

Beberapa penyakit kronis yang menjadi


penyebab terlambatnya haid adalah infeksi, kanker
payudara. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang
sangat rendah sehingga datangnya haid akan

a. Gizi

Zat gizi mempunyai nilai yang sangat


penting, yaitu untuk memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, terutama
bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan. Keadaan
gizi gadis remaja dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan fisik dan usia menarche. Dengan demikian
perbedaan usia menarche dan siklus haid sangat
ditentukan berdasarkan keadaan status gizi. Semakin
lengkap status gizinya, maka semakin cepat usia
menarche. Kebiasaan perempuan remaja untuk makan
tidak teratur juga berpengaruh, misalnya tidak sarapan,
dan diet yang tidak terkendali.

b. Pengetahuan Orang Tua

Setiap wanita remaja yang mengalami transisi


kedewasaan atau mulai menampakkan tanda – tanda
pubertas, terutama menarche akan mengalami
kecemasan. Penjelasan dari orang tua tentang menarche
dan permasalahannya akan mengurangi kecemasan
remaja putri ketika menarche datang. Disinilah orang
tua sangat dibutuhkan terutama pada ibu

19
c. Gaya Hidup

Gaya hidup berperan sangat penting dalam


menentukan usia menarche, pada anak – anak remaja
yang mempunyai aktivitas olahraga, aktivitas lapangan.
Remaja putri yangmemiliki pola makan sehat dan
olahraga baik akan memperoleh menarche dengan
normal dan baik. Penelitian diberbagai negara
menunjukkan hanya sepertiga dari 10 remaja putri yang
melakukan olahraga cukup. Sikap remaja putri
dalam menghadapi haid pertama yang berbeda – beda ini
setidaknya dipengaruhi dari usia, tingkat pengetahuan,
kondisi Psikis.

2.1.6 Permasalahan Kesehatan Remaja

Masalah kesehatan remaja dapat dibagi ke dalam dua


golongan yaitu masalah kesehatan fisik dan masalah perilaku

1) Masalah Kesehatan Fisik

Penyakit-penyakit ringan yang terjadi pada remaja


tetap merupakan masalah yang harus mendapat perhatian,
sebab bila tidak ditanggulangi akan menurunkan kualitas
remaja sebagai sumber daya manusia. Beberapa
penyakit yang sering dijumpai antara lain:

a. Acne

Merupakan masalah kulit yang paling mengganggu


remaja dan ditemukan pada sekitar 80% remaja.
Penyakit ini merupakan gangguan pada kelenjar
pilosebaseus yang ditandai dengan sumbatan dan

20
peradangan folikel. Akne berkaitan dengan masalah
kebersihan kulit, pola makan, hormonal, psikologis, dan
infeksi bakteri (Soetjiningsih, 2010). Akne paling
sering terjadi pada masa remaja dan dimulai pada
awal pubertas. Insiden akne pada remaja bervariasi
antara 30-60% dengan insiden terbanyak pada usia 14-17
tahun pada perempuan dan 16-19 tahun pada laki-laki
(Soetjiningsih, 2010).

b. Masalah Payudara

Perubahan anatomik dan kelainan congenital dapat


terjadi pada masa remaja. Payudara yang asimetri, suatu
keainan jinak dengan satu payudara berkembang lebih
dini atau pertumbuhannya lebih cepat daripada yang
lain, lazim terjadi. Hal ini biasanya terjadi di antara
Tanner 2 dan 4, menetap sampai dewasa pada 25%
perempuan (Abraham, 2006).

c. Sindrom premenstruasi (pre-menstrual syndrom/ PMS)

Berbagai keluhan yang muncul sebelum haid,


yaitu antara lain cemas, lelah, susah berkonsentrasi,
susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut dan
sakit payudara. Sindroma pra haid biasanya ditemukan
7-10 hari menjelang haid. [enyebab pasti belum
diketahui, tetapi diduga hormone estrogen, progesterone,
prolactin dan aldosterone berperan dalam terjadinya
sindroma prahaid. ketidakseimbangan estrogen dan
progesterone akan menyebabkan retensi cairan dan
natrium sehinggga berpotensi menyebabkan terjadi
keluhan sindroma prahaid.

American psychiatric association memberikan


kriteria diagnosis sebagai berikut,

21
- Keluhan berhubungan dengan siklus haid, dimulai
pada minggu terakhir fase luteum dan berakhir setelah
mulainya haid.

- Paling sedikit didapatkan 5 keluhan seperti,


gangguan mood, cemas, labil, tiba tiba susah, takut,
marah, konflik interpersonal, penurunan minat
terhadap aktivitas rutin, lelah, sukar berkonsentrasi,
perubahan nafsu makan, insomnia, kehilangan control
diri, keluhan-keluhan fisik seperti nyeri payudara,
sendi dan kepala.

- Keluhan akan berpengaruh pada aktivitas sehari-


hari atau pekerjaan

- Keluhan bukan merupakan eksaserbasi gangguan


psikiatri yang lainnya.

Terapi hormon bermanfaat untuk mengurangi


keluhanprahaid. Pemberian progestin misalnya
didrogesteron dan medroksi progesterone asetat (MPA)
dimulai hari ke 16 sampai ke 25 siklus haid
akan mengurangi keluhan prahaid. Pil kontrasepsi
kombinasi juga bermanfaat untuk mengatasi sindroma
prahaid. Pil kombinasi terbaru yang mengandung
komponen progestin drospirenon dengan efek
antimineralkortikoid akan mencegah retensi cairan
sehimhha mengurangi nyeri kepala, payudara dan
tungkai. Pola makan juga harus diperhatikan, dianjurkan
untuk melakukandiet rendah garam. Bila terjadi retensi
berlebih pengobatan menggunakan diuretika
spironolakton bisa dipertimbangkan

d. Amenorrhea

22
Amenore secara tradisional dibedakan menjadi
amenore primer dan amenore sekunder. Amenore primer
yaitu tidak terjadinya haid sampai usia

14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan atau


perkembangan pada kelamin sekunder, atau tidak
terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya
pertumbuhan normal dan perkembangan tanda kelamin
sekunder. Aminorea sekunder yaitu tidak terjadinya haid
untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada
perempuan yang sebelumnya pernah haid (Wiknjosastro,
2011)

Amenore hipotalamus dipikirkan disebabkan oleh


adanya hambatan parsial atau lengkap pada pelepasan
hormone pelepass gonadotropin (GnRH). Amenore
hipotalamik ini dapat berkaitan dengan defisiensi
nutrisi sekunder akibat penyakit-penyakit seperti
enteritis regional, fibrosis kistik dan anoreksia nervosa,
stress, defisiensi GnRH murni, endokrinopati dan obat
spesifik (Abraham, 2006).

f. Dismenore

Disminorea adalah nyeri saat haid, biasanya


dengan rasa kram dan terpusat diabdomen bawah.
Keluhan nyeri haid dapat bervariasi mulai dari yang
ringan sampai berat. Keparahan dismonorea
berhubungan langsung dengan lama dan jumlah darah
haid.. seperti diketahui haid hamper selalu diikuti
dengan rasa mulas/nyeri, namun yang dimaksud

23
dengan diminorea pada topic ini adalah nyeri berat
sampai menyebabkan perempuan tersebut dating
berobat kedokter atau mengobatinya sendiri dengan
obat anti nyeri.

Disminore dibagi menjadi dua kelompok,


disminore primer dan sekunder.

Disminore primer adalah nyeri haid tanpa


ditemukan keadaan patologis pada panggul. Disminore
primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan
disebabkan oleh kontraksi myometrium sehingga terjadi
iskemi akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh
endometrium fase sekresi. disminorea primer sering
diikuti dengan keluhan mual, muntah, diare, nyeri
kepala, dan pada pemerikasaan ginrkologi tidak
ditemukan kelainan. Biasanya nyeri muncul sebelum
keluarnya haid, dan meningkat pada hari pertama dan
kedua.

Disminorea sekunder adalah nyeri haid yang


berhubungan dengan berbagai keadaan patologis di
organ genitalia, misalnya endometriosis, adenomiosis,
mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul,
perlekatan panggul, atau irritable bowl
syndrome. Dismonorea sekunder dipikirkan bila pada
anamnesis dan pemeriksaan curiga ada patologi panggul
atau kelainan bawaan atau tidak respon terhadap obat
untuk aminore primer. Pemeriksaan lanjutan dapat
dilakukan misalnya dengan USG, infus salin
sonografi, atau laparaskopi dapat dipertimbangkan bila
curiga endometriosis (Wiknjosastro, 2011)

g. Leukorea

24
Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang
keluar dari liang senggama secara berlebihan
(Setyana, 2013). Leukorea paling sering dijumpai pada
penderita genekologi, adanya gejala ini diketahui
penderita kurang menjaga kebersihan vaginanya
(Karyati, 2014). Remaja perempuan dengan kondisi
peripubertal (skala maturitas tanner tahap III) sering
mengeluh adanya discharge vagina atau lebih
dikenal dengan istilah keputihan (Marcdante, dkk,
2014). Keputihan bukanlah penyakit tersendiri, tetapi
merupakan manifestasi gejala dari hampir semua
penyakit kandungan. Penyebab utama keputihan harus
dicari dengan anamnesa, pemeriksaan kandungan, dan
pemeriksaan laboratorium (Manuaba, 2010).
Menurut Bahari (2012), leukorea atau keputihan
(fluor albus) dibagi menjadi dua yaitu:

- Keputihan fisiologis (normal)

Keputihan fisiologis (normal) terjadi pada saat


sebelum dan sesudah menstruasi, mendapatkan
rangsangan seksual, mengalami stres berat, sedang
hamil atau mengalami kelelahan. Pada keputihan
fisiologis cairan yang keluar berwarna jernih atau
kekunig-kuningan dan tidak berbau. Ciri-ciri dari
keputihan fisiologis adalah keluarnya cairan yang
tidak terlalu kental, jernih, war na putih atau
kekuningan jika terkontaminasi oleh udara tidak
disertai rasa nyeri dan tidak timbul rasa gatal yang
berlebih.

- Keputihan patologis (abnormal)

25
Cairan eksudat yang berwarna, mengandung
banyak leukosit, jumlahnya berlebihan, berbau
tidak sedap, terasa gatal atau panas, sehingga
seringkali menyebabkan luka akibat garukan di
daerah mulut vagina. Keputihan patologis sering
disebut dengan keputihan abnormal atau
keputihan tidak normal yang dikategorikan sebagai
penyakit. Ciri-ciri dari keputihan patologis yaitu
cairan yang keluar sangat kental dan warna
kekuningan, bau yang sangat menyengat,
jumlahnya yang berl ebih dan menyebabkan rasa
gatal, nyeri juga rasa sakit dan panas saat berkemih
(Bahari, 2012).

Faktor yang menyebabkan keputihan secara umum


pada remaja putri usia remaja awal sampai usia remaja
akhir (11 – 20 tahun) antara lain:

- Sering menggunakan kloset di toilet umum yang


kotor,terutama kloset duduk

- Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk


membersihkan organ kewanitaan setelah buang air
kecil ataupun buang air besar.

- Mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat,


sehingga ruang yang ada tidak memadai
sehingga menimbulkan iritasi pada organ
kewanitaan

- Jarang mengganti panty liner.

- Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ


kewanitaan atau personal hygiene khususnya vulva
hygiene kurang.

26
- Lingkungan sanitasi yang kotor

- Pemakaian pembersih yang tidak sehat

- Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah


yaitu arah basuhan yang dilakukan dari belakang ke
depan.

- Sering bertukar celana dalam/ handuk dengan orang


lain.

- Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi.

- Sering mandi berendam dengan air hangat dan


panas (jamur yang menyebabkan leukorea lebih
mungkin t umbuh di kondisi hangat)

- Aktivitas fisik yang melelahkan sehingga daya tahan


tubuh melemah.

Keputihan normal tidak perlu diobati dengan


obat-obatan tetapi dirawat dengan menjaga kebersihan
dan mencegah kelembaban yang berlebihan pada daerah
vagina dengan menggunakan tisu dan sering mengganti
pakaian dalam. Keputihan abnormal diobati dengan
meminum obat dari dokter untuk membersihkan
vagina dari agen penyebab keputihan (Kasdu, 2008).
Keputihan yang disebabkan oleh trikomoniasis dapat
diobati dengan metronidazole, sedangkan keputihan
yang disebabkan kandidiasis dapat diobati dengan m
ycostatin (Manuaba, 2009).

h. Masalah Gizi

27
Masalah gizi pada remaja akan berdampak
negatif pada tingkat kesehatan masyarakat misalnya
penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi
dengan BBLR, dan penurunan kesegaran jasmani.
Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan
kelompok remaja menderita banyak masalah gizi
antara lain anemia dan indeks massa tubuh (IMT)
kurang dari normal (kurus). Prevalensi anemia pada
remaja berkisar 40-88%, sedangkan prevalensi remaja
dengan IMT kurus berkisar 30-40%. Banyak faktor
yang dapat menjadi penyebab masalah ini. Dengan
mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi
masalah gizi tersebut akan membantu upaya
penanggulangannya.

i. Anemia

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya


satu atau lebih parameter sel darah merah:
konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel
darah merah. Menurut kriteria WHO anemia adalah
kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di
bawah 12 g% pada wanita. Anemia defisiensi zat besi
dan asam folat merupakan salah satu masalah masalah
kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia (Ringoringo, 2009).Anemia jenis ini terjadi
ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi untuk
menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang cukup.
Dalam anemia defisiensi zat besi, darah tidak dapat
membawa oksigen yang cukup untuk seluruh jaringan
tubuh (Pratami, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian


anemia menurut FKM UI (2010), yaitu asupan yang

28
tidak memadai, peningkatan kebutuhan fisiologi, dan
kehilangan banyak darah. Remaja merupakan salah
satu kelompok yang rentan terhadap defisiensi
besi. Sebagian besar disebabkan oleh ketidakcukupan
asimilasi zat besi yang berasal dari diet, dilusi dari
cadangan tubuh seiring pacu tumbuh dan kehilangan
zat besi (Soetjiningsih, 2010). Menurut Kiswari
(2014), anemia dapat terjadi antara lain disebabkan
oleh kehilangan besi, kebutuhan zat besi yang
meningkat, dan penyakit kronis. Menstruasi yang
dialami remaja putri juga menyebabkan kebutuhan zat
besi lebih tinggi daripada laki-laki (Soetjiningsih, 2010
dan Maryam 2016).

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala


anemia dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sebagai
berikut:

 Gejala umum anemia

Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom


anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia
atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada
semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang
sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu.
Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan
mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan
hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila
diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:

- Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi,


takikardi, sesak napas saat beraktivitas, angina
pektoris, dan gagal jantung.

29
- Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga
mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan
otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.

- Sistem Urogenital: gangguan haid


dan libido menurun.

- Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa,


elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.

 Gejala khas masing-masing anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-


masing jenis anemia adalah sebagai berikut:

- Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah,


stomatitis angularis.

- Anemia defisisensi asam folat: lidah


merah (buffy tongue)

- Anemia hemolitik: ikterus dan


hepatosplenomegali.

- Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan


tanda-tanda infeksi.

 Gejala Akibat Penyakit Dasar

Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab


anemia. Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit
yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia
defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing
tambang berat akan menimbulkan gejala seperti
pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning
seperti jerami. Menurut Yayan Akhyar Israr (2008)

30
anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak
nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang
khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada
anemia jenis lain, seperti :

- Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi


licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang

- Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan


bentuknya seperti sendok.

Terapi anemia defisiensi zat besi ailah dengan


preparat besi oral atau parenteral. Dengan pemberian
preparat besi fero sulat, fero glukonat atau Na-fero
bisitrat. Pemberian prefarat 60 mg/hari dapat menaikan
kadar hb sebanyak 1 gr%/bulan. Efek samping pada
traktus gastrointestinal relative kecil pada pemberian
prefarat Na-ferobisitrat di bandingkan dengan fero
sulfat. Kini program nasional menganjurkan kombinasi
60 mg besi dan 50 mg asam folat untuk profilaksis
anemia. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan
ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena
atau

2x10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan hb relatif


lebih cepat yaitu 2 gr%. Pemberian preparat ini memiliki
indikasi yaitu intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan
yang buruk. efek samping utama ialah, reaksi alergi,
untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im
dan apabila tidak ada reaksi dapat di berika
seluruhnya (Saifuddin, 2009)

2) Masalah Perilaku

31
a. Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlaran

Survei Badan Narkotik Nasional (BNN) tahun 2003


memperkirakan mereka yang pernah memakai NAZA di
kelompok pelajar dan mahasiswa sekitar 5,8%,
sedangkan yang pernah memakai dalam setahun
terakhir sebesar 3,9%. Prevalensi pada laki-laki sebanyak
4,6%, jauh lebih tinggi daripada perempuan yaitu
sebanyak 0,4%. Prevalensi penyalahgunaan NAZA
lebih tinggi pada pendidikan SLTA ke atas
dibandingkan pendidikan yang lebih rendah (BNN,
2007).

b. Hubungan Seksual Pra Nikah

Perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual


yang melibatkan dua orang yang saling menyukai atau
saling mencintai, yang dilakukan sebelum perkawinan
(Mualfiah, dkk, 2014).

c. Kawin Muda

Semakin muda usia saat perkawinan pertama


semakin besar risiko yang dihadapi ibu dan anak.
Beberapa penyebab utama kematian tersebut adalah tidak
tersedianya perawatan ibu dengan baik, jarak kelahiran
yang terlalu berdekatan, dan pernikahan dini (Julianto,
2015).

d. Aborsi

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang


belum teratasi sampai saat ini. Data tentang kejadian aborsi
dan kematian yang diakibatkannya sangat sulit diperoleh
karena menurut Undang-Undang No.23 tentang kesehatan
pasal 15, tindakan aborsi tanpa indikasi medis merupakan

32
tindakan ilegal dengan ancaman denda dan hukuman penjara
bagi pelakunya. Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang
melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika
dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari
rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di
kalangan remaja Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan
Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di
Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30% di
antaranya dilakukan oleh remaja (Dhamayanti, 2013). e.
Infeksi Menular Seksual Remaja Indonesia saat ini
sedang mengalami peningkatan kerentanan terhadap
berbagai ancaman risiko kesehatan terutama yang berkaitan
dengan kesehat an seksual dan reproduksi t ermasuk
peningkatan ancaman HIV/AIDS. Depkes RI menunjukkan
bahwa sampai Maret 2008 pengidap HIV/AIDS terbanyak
4
adal ah kelompok remaja. Sampai dengan tahun 2004 kasus
AIDS di Indonesia yang dilaporkan ditemukan pada
kelompok 0-4 tahun sebanyak 12 kasus (1,53%), umur
5-14 tahun sebanyak 4 kasus (0,3%), dan umur 15-19
tahun sebanyak 78 kasus (5,69%). Kasus HIV/AIDS di
Jawa Tengah dalam 5 tahun terakhir ini mengalami
peningkatan yang cukup berarti, dari 14 kasus pada
tahun 2000 menjadi 158 kasus pada tahun 2005. Peningkatan
kejadian IMS pada remaja disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan remaja tentang IMS dan kurangnya kesadaran
remaja untuk menggunakan kondom pada saat melakukan
hubungan seksual dengan pekerja seks komersial. Remaja
percaya bahwa IMS dapat dicegah dengan cara
meningkatkan stamina dan meminum antibiotik sebelum
berhubungan seks (Dhamayanti,2013)

33
B. Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin (Catin)

1. Konsep Pernikahan

Menurut Undang-Undang Pernikahan Pasal 1 No 1 tahun 1974


menyatakan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin antara
seorang pria dan wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sigelman (2003:37) mendefinisikan pernikahan sebagai sebuah hubungan
antara dua orang yang berbeda jenis kelamin dan dikenal dengan suami
istri. Dalam hubungan tersebut terdapat peran serta tanggung jawab dari
suami dan istri yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan,
persahabatan, kasih sayang, pemenuhan seksual, dan menjadi orang tua.

2. Persiapan Pra nikah

Persiapan pranikah adalah hal-hal yang harus dipersiapkan oleh calon


pengantin (catin) sebelum menikah. Persiapan pranikah tersebut meliputi
hal-hal berikut:

a. Aspek fisik/biologis

Menurut WHO (World Health Organization) tentang persiapan


perkawinan dari aspek fisik dan biologis meliputi:

1) Usia, Usia yang ideal menurut kesehatan dan juga program KB,
maka usia antara 20-25 tahun bagi wanita dan usia antara 25-30 tahun
bagi pria adalah masa yang paling baik untuk berumah tangga.
Lazimnya usia pria lebih daripada usia wanita, perbedaan usia relatif
sifatnya.

34
2) Kondisi Fisik

Kondisi fisik bagi mereka yang hendak berkeluarga amat


dianjurkan untuk menjaga kesehatan, sehat jasmani dan sehat
rohani. Kesehatan fisik meliputi kesehatan dalam arti orang itu tidak
menghidap penyakit (apalagi penyakit menular) dan bebas dari
penyakit keturunan.

b. Aspek Mental / Psikologis, meliputi:

1) Kepribadian

Aspek kepribadian sangat penting karena hal ini akan


mempengaruhi pasangan dalam kemampuan beradaptasi antar
pribadi. Pasangan yang memiliki kematangan pribadi akan memiliki
kemampuan yang baik dalam memberikan kebutuhan afeksional
sebagai unsur penting dalam berumah tangga.

2) Pendidikan

Tingkat kecerdasan dan pendidikan masing-masing pasangan


hendaknya diperhatikan. Umumnya taraf kecerdasan dan pendidikan
pria lebih tinggi dari wanita, meskipun tidak menutup kemungkinan
terjadi hal yang sebaliknya.

c. Aspek Psikososial dan Spiritual

1) Beragama dan Berakhlak Mulia

Maksud dari karakter ini ialah memiliki nilai keagamaan yang baik,
konsisten pada hokum-hukum
2) Nasab (keturunan yang baik), Hendaknya pasangan yang akan dinikahi
berasal dari keturunan yang baik, karena nasab itu memiliki
pengaruh kuat terhadap etika dan perilaku seseorang.
3) Latar belakang budaya yang baik
4) Pergaulan yang baik
5) Persiapan mental

35
Menurut kemenkes tahun 2014 persiapan untuk catin yaitu :
a. Persiapan fisik
1) Pemeriksaan status kesehatan:, Tanda-tanda vital (suhu,nadi,frekuensi
nafas,tekanan darah)
2) Pemeriksaan Darah rutin: Hb, Trombosit, Leukosit,
3) Pemeriksaan Darah yang dianjurkan:
a) Golongan Darah dan Rhesus
b) Gula Darah Sewaktu (GDS)
c) Thalasemia
d) Hepatitis B dan C
e) TORCH (toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus dan herpes
simpleks)
4) Pemeriksaan urin rutin

b. Persiapan gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi beserta
defisiensi asam folat

c. Status imunisasi
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus
dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai kekebalan
penuh.
Table status imunisasi :
Status TT Interval (selang waktu) minimal Lama Perlindungan
TTI 0

TTII 4 minggu setelah TTI 3 tahun

TTIII 6 bulan setelah TTII 5 tahun

TTIV 1 tahun setelah TTIII 10 tahun

36
TTV 1 tahun setelah TTIV 25 tahun

d. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi dangan:


1) Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
2) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan nonsintetik.
3) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan kebelakang
dengan menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk
atau tisu.
4) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
5) Khusus untuk perempuan:
a) Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
b) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
c) Pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti paling lama
setiap 4 jam sekali atau setelah buang air.
d) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna
harap memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
6) Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan.

e. Tindak Kekerasan yang Mengganggu Pernikahan


Pernikahan ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki saling
menghormati dan menghargai satu sama lain. Akan tetapi apabila hal di atas
tidak terjadi, maka hal-hal yang harus dihindari dalam pernikahan adalah
melakukan:
1) Kekerasan secara fisik (misal: memukul, menendang, menampar,
menjambak rambut, menyundut dengan rokok, melukai)

2) Kekerasan secara psikis (misal: menghina, mengeluarkan komentar-


komentar yang merendahkan, melarang mengunjungi saudara atau teman-
temannya, mengancam)

3) Kekerasan seksual (misal: memaksa dan menuntut berhubungan seksual)

4) Penelantaran (misal: tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja)

37
5) Eksploitasi (misal: memanfaatkan, memperdagangkan dan
memperbudakkan pasangan)

Apabila hal tersebut terjadi, maka sebaiknya baik suami maupun istri
berupaya mencari solusi terlebih dahulu dengan berdialog. Langkah-langkah
berikut ini juga dapat dilakukan ketika terjadi kekerasan dalam rumah
tangga:

1) Mendatangi fasilitas kesehatan (Puskesmas/Rumah Sakit) untuk


mengobati luka- luka yang dialami dan mendapatkan visum dari dokter
atas permintaan polisi/penyidik.

2) Menceritakan kejadian kepada keluarga, teman dekat atau kerabat

3) Melapor ke polisi (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak/UPPA)

4) Mendapatkan pendampingan dari tokoh agama, Lembaga Swadaya


Masyarakat (LSM), psikolog atau Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

f. Ketidaksetaraan Gender

Ketidaksetaraan gender adalah perlakuan diskriminatif /berbeda yang


diterima antara laki-laki dan perempuan (Nurhaeni, 2009). Berikut bebarapa
hal yang merupakan bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga:

1) Stereotipi (pelabelan kepada perempuan atau laki-laki. Misalnya, laki-


laki kuat, perempuan lemah, perempuan emosional, laki-laki rasional).

2) Subordinasi (yang diutamakan adalah laki-laki terlebih dahulu baru


perempuan)

3) Marginalisasi (perempuan ditempatkan sebagai orang yang tidak


memiliki peran penting)

38
4) Beban ganda (beban kerja perempuan lebih lama dan lebih banyak:
perempuan dituntut menjadi ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah
keluarga

3. Konsep KIE Catin Kesehatan Reproduksi dan Seksual

Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan baik dalam bentuk


verbal, non verbal maupun emosional antara komunikator kepada
komunikan, sehingga terjadi proses saling berbagi informasi satu sama
lain untuk mencapai saling pengertian dan saling memiliki (Everett M.
Rogers

Pada catin penting untuk dilakukan KIE edukasi mengenai persiapan dalam
pernikahan agar tercapainya kesehatan yang baik.
4. Kontrasepsi
Metode kotrasepsi yang dianjurkan bagi pasangan baru yang ingin
menunda kehamilan adalah sebagai berikut:
c. Metode Jenis Alat Kontrasepsi
Contoh
Metode Modern Pil Pil Kombinasi
Jangka Pendek Suntik Progestin Kombinasi
Kondom
Metode Modern Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Cu T 380A
Metode jangka Panjang (AKDR)/IUD, Alat Kontrasepsi Bawah
Kulit (AKBK)/Implan
Metode Alamiah :
Metode Amenore Laktasi (MAL) Pantang Berkala/ system kalender Coitus
Interuptus / Senggama Terputus Pengukuran Suhu Basal Penilaian Lendir
Vagina

5. Pelaksanaan KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual pada Calon


Pengantin
KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin dilakukan
dengan menggunakan alat bantu/media KIE yaitu Lembar Balik Kesehatan
Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin. Lembar balik tersebut

39
diperuntukkan bagi petugas kesehatan. Informasi kesehatan reproduksi yang
diberikan dalam lembar balik adalah:
a. Persiapan pranikah
b. Kesetaraan gender dalam pernikahan
c. Keluarga berencana
d. Kehamilan, pencegahan komplikasi, persalinan dan pasca salin
e. Infeksi saluran reproduksi, infeksi menular seksual serta hiv dan aids,
termasuk pencegahan penularan hiv-aids dari ibu ke anak (ppia)
f. Informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker
payudara gangguan dalam kehidupan seksual suami istri, dan
g. Mitos pada perkawinan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., dkk. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan. Peserta


Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia.


Bahari, Hamid. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan. Jakarta:Buku
Biru.

Batubara, J. R. L. 2010. “Adolescent Development (Perkembangan


Remaja)”.

Sari Pediatri Vol 12 No. 1 h: 21 – 29.

Behrman, R. E., dkk., 2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. EGC. Jakarta

BKKBN. 2012. Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan


Konseling Remaja dan Mahasiswa (PIK Remaja/Mahasiswa).
Jakarta.

40
Chandran, Lahta, 2008.Menstruation Disorders: Over view. E-medicine
Obstetric and Gynecology.

Diana, Zuckerman. 2001. “When Little Girls Become Women: Early


Onset of Puberty in Girls. In: The Ribbon, 2001”. A
newsletter of the Cornell University Program on Breast
Cancer and Environmental Risk Factors in New York States
(BCERF), Vol 6, No. 1.

Irianto, K. 2014. Gizi Seimbang Dalam Kesehatan Reproduksi.


Bandung : Alfabeta.

Jahja, Yudrik. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Julijanto, M. 2015. Dampak Pernikahan Dini dan Problematika


Hukumnya.

Artikel Publikasi. Fakultas Syari;ah IAIN Surakarta.

Karyati, A. 2014. Korelasi antara Vulva Hygiene dengan Kejadian


Keputihan pada Mahasiswi Program Studi Keperawatan
Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura Pontianak. Skripsi.

Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilit as Kesehatan


Dasar danRujukan.Jakarta : JNPK.KR.

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.

Marhaeni, G. A. 2016.” Keputihan pada Wanita” Jurnal Skala Husada


Vol 12 No1) h: 30 – 38.

Saadi, A. 2017. Change During Puberty. Bahan Ajar Perkuliahan


Pendidikan Bidan FK UNAIR.

Santrock. 2007. Remaja. Edisi 11 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sianipar, O. Bunawan, N.C. Almazini, P. Calista N. Wulandari,P.


Rovenska , N.

Djuanda, R. E. Irene, Adjie, S. Suarthana, E . 2009.


“Prevalence of Menstrual Disorder and Associated Factors
of at High School in Pulo Gadung Subdistrict of East
Jakarta”. Maj Kedokt Indonesia, Volum: 59, Nomor: 7,

41
Setyana, W. A. 2013. Analisis Faktor Eksogen Non-infeksi yang
Mempengaruhi Kejadian Keputihan pada Mahasiswi di
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Purwokerto. Karya Tulis Ilmiah.

Soetjiningsih, 2010, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya,


Jakarta : Sagung Seto.

UMM. 2013. Prosedur Pemeriksaan Tanda-tanda Vital.

WHO. 2014. Health for The World’s Adolescents: A Second


Chance in The Second Decade. Switzerland: WHO.

Widyastuti, Y. dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta :


Fitramaya

Wiknjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Wirdhana, I., et al. (2012). Komunikasi Efektif Orangtua dengan


Remaja. Jakarta: BKKBN.

42

Anda mungkin juga menyukai