Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEBIDANAN ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


PADA REMAJA DAN PRANIKAH
TANGGAL 1 s/d 13 AGUSTUS 2022
Pembimbing: Made Widhi Gunapria Darmapatni, M. Keb

OLEH
KELOMPOK II:

1. I Dewa Agung Ayu Intan P07124322093


2. Dwi Wulan Tuisnayani Putri P07124322094
3. Ni Putu Novi Wirawati P07124322095
4. Made Chika Devirya P07124322096
5. Made Vira Yudia Rartri P07124322097
6. Kadek Basuta Dewi P07124322098
7. Putu Cindy Anitya P07124322099
8. Ni Made Devi Maharani P07124322100
9. Ni Putu Niti Swari Dewi P07124322101
10. Putri Nur Asyifa P07124322102
11. I Gusti Ayu Dwi Putri Hendrayani P07124322103
12. Yurinda Dwi Aneswari P07124322104

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PROFESI KEBIDANAN
2022
I. KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Remaja
1. Pengertian remaja
Secara etimologi remaja adalah tumbuh, menurut Papalia dan Olds 2001,
Banduraa1970, Hasselt 1987, Sprinthal dan Collinns 1988 remaja yaitu transisi antara
kanak-kanak dan dewasa, menurut Borring dalam Hurlock 1990 remaja adalah transisi
untuk menyiapkan diri masuk ke dunia dewasa, dan menurut Santrock remaja adalah
periode yang meliputi perubahan bilogis, kognitif dan sosial (Saadi, 2017). Masa remaja
adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa
remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan
organreproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas (Wisyastuti, 2009), hal ini
sama dengan pengertian remaja menurut WHO dimana remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10 – 19 tahun (WHO,2014).
Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja 10-24 tahun dan belum menikah
(BKKBN,2012). Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka
sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara
penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang
dewasa. Oleh karena, itu remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau
fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan
secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. Namun, yang perlu ditekankan di sini
adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada
masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik (Ali, dkk,
2010)
2. Tahapan Remaja
Perkembangan dalam segi rohani atau kejiwaan juga melewati tahapan- tahapan
yang dalam hal ini dimungkinkan dengan adanya kontak terhadap lingkungan atau
sekitarnya. Menurut Ali, dkk (2010) dan Soetjiningsih, dkk, (2010), masa remaja
dibedakan menjadi:
a. Masa remaja awal (10-13 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya
2) Tampak dan merasa ingin bebas

2
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan
mulai berfikir khayal (abstrak).
b. Masa remaja tengah (14-16 tahun)
1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
2) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam
4) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang
5) Berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan seksual
c. Masa remaja akhir (17-19 tahun)
1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
4) Dapat mewujudkan perasaan cinta
5) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak
3. Tahapan Pubertas Wanita
Pubertas pada perempuan meliputi mulainya perkembangan payudara
(thelarche) hingga maturase payudara dan mulainya menstruas (menarche) hingga
pembentukan dari periode menstruasi regular. Munculnya rambut pubis (pubarche)
berasal dari sekresi pubertal adrenal androgen (adrenarche), meskipun produksi
ovarian androgen juga terjadi (Diana, 2001). Pembesaran payudara biasanya pertanda
pertama (thelarche) dan sering unilateral. Menarche biasanya muncul 2-3 tahun
perkembangan payudara, sedangkan pubarche adalah puncak pertumbuhan ditandai
dengan munculnya bulu-bulu sebagai tanda sekresi androgen dan mulai pada tahap
yang sama produksi kelenjar keringat apocrine dan berhubungan dengan munculnya
bau badan pada orang dewasa (Saadi, 2017).

a. Thelarche: Merupakan istilah yang menggambarkan tentang payudara. Kelenjar


mamae atau payudara merupakan turunan lapisan ectoderm yang sangat terhadap
hormone. Susunan payudara saat lahir terdiri dari duktus laktiferus dan alveoli.
b. Menarche: Menarche menggambarkan onset siklus menstruasi. Menarche
merupakan puncak dari rangkaian peristiwa kompleks yang meliputi
pematangan aksis HHO (hipotalamus-hipofisis-ovarium) untuk memproduksi
ovum ataupun endometrium matang sehingga dapat menunjang zigot jika terjadi
pembuahan. Tahap pematangan aksis HHO yang menyebabkan ovulasi:
3
1) Peningkatan pelepasan FSH dan LH dari kelenjar hipofisis
2) Pengenalan dan respon ovarium terhadap gonadotropin sehingga memungkinkan
terjadinya produksi steroid ovarium (estrogen dan progesterone)
3) Terbentuknya umpan balik positif pada kelenjar hipotalamus dan hipofisis oleh
estrogen. Pematangan ovarium saat pubertas menyebkan dimulainya produksi
estrogen oleh selsel granulosa yang mengelilingi ovum. Tahun tahun pertama
setelah menarche pengaturan umpan balik positif hipotalamus terhadap estrogen
ovarium belum matang menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur dan anovulasi
(tidak terbentuk korpus luteum). Setelah 5 tahun, 90% anak perempuan
mengalami menstruasi yang teratur dan ovulatoir.
c. Pubarche: Munculnya rambut pubis (pubarche) berasal dari sekresi pubertal
adrenal androgen (adrenarche), adrenal mensekresi dan mesintesis androstenedion
dehidroepiandrosteron (DHEA) dan dehidroepiandrosteronsulfat (DHEA-S).
DHEA dan DHEA-S = berperan pada pertumbuha awal rambut pubis aksila
serta sintesis dan sekresi kelenjar sebasea. Adrenarke terjadi karena mekanisme
intrinsic yang telah terprogram oleh kelenjar adrenal (Saadi, 2017).
4. Perubahan fisik remaja
a. Perubahan hormonal
Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin rel easing
hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem endokrin
yang kompleks yang melibatkan sistemumpan balik negatif dan positif. Selanjutnya,
sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tanda- tanda seks sekunder, pacu tumbuh,
dan kesiapan untuk reproduksi. Pubertas normal diawali oleh terjadinya aktivasi aksis
hipotalamus– hipofisis–gonad dengan peningkatan GnRH secara menetap.
Pada saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan saraf pusat terhadap hipotalamus
menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan GnRH akibat sensitivitas
gonadalstat. Selama periode prepubertal gonadalstat tidak sensitif terhadap rendahnya
kadar steroid yang beredar, akan tetapi pada periode pubertas akan terjadi umpan balik
akibat kadar steroid yang rendah sehingga GnRH dan gonadotopin akan dilepaskan
dalam jumlah yang banyak. Pada awalnya GnRH akan disekresi secara diurnal pada
usia sekitar 6 tahun. Hormon GnRH kemudian akan berikatan dengan reseptor di
hipofisis sehingga sel-sel gonadotrop akan mengeluarkan luteneizing hormone (LH)
dan follicle stimulating hormone (FSH). Hal ini terlihat dengan terdapatnya
4
peningkatan sekresi LH 1-2 tahun sebelum awitan pubertas. Sekresi LH yang
pulsatile terus berlanjut sampai awal pubertas.
Pada periode pubertas, selain terjadi perubahan pada aksis hipotalamus- hipofisis-
gonad, ternyata terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang cukup besar
selama pubertas yaitu hormone pertumbuhan (growth hormone/GH). Pada periode
pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan berhubungan dengan proses
pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh selama pubertas memberi
kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak laki-laki dan 12% dari tinggi dewasa
anak perempuan.
Hormon steroid seks meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki dan
perempuan. Pada anak perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas
sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan
waktu peningkatan GH pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas dapat
menjelaskan perbedaan tinggi akhir anak l aki-laki dan perempuan (Batubara, 2010).
Perubahan yang cukup menyolok terjadi ketika remaja baik perempuan danlaki-kali
memasuki usia antara 9 – 15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya tubuh menjadi
lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi juga perubahan- perubahan di dalam tubuh yg
memungkinkan untuk bereproduksi atau berketurunan. Perubahan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan istilah masa pubertas ditandai dengan
datangnya menstruasi pada perempuan atau mimpi basah pada laki-laki.
b. Tanda-tanda perubahan seks primer
1) Menstruasi: Peristiwa menstruasi dibagi menjadi folikulogenesi yang terdiri dari
fase folikuler, ovulasi dan fase luteal yang terjadi di ovarium dan perubahan
endometrium yang terdiri dari fase menstruasi, foliferasi dan fase sekretorik (Saadi,
2017)
a) Siklus folikulogenesis
- Fase folikuler
Foliker primordial: dibentuk sejak dalam kandungan, puncaknya pada16-20
minggu (6-7 juta), berisi oosit imatur yang dikelilingi sel granulosa bertipe pipih
selapis, berada dalam fase istirahat.
Folikel primer: oosit membesar, sel granulosa bermitosis lebih dari selapis. Oosit
dan folikel tumbuh cepat hamper 0,1 mm. oosit membentuk mikrovili, sel
granulosa membentuk filofodia (zona pellusida), mulai terbentuk reseptor FSH,

5
tetapi tidak bergantung pada gonadotropin sampai tahap antral (gonadotropin
independen).
Folikel sekunder aktivitas mitosis folikel tinggi, bertambah lapisan sel granulosa,
membrane granulosa. Membrane granulosa mulai mensekresikan cairan folikel
(belum nampak). Terbentuk sel tekainterna (besar, bulat dan seperti epitel) dan teka
ekterna (lebih kecil/fibroblast)
Pre antral: akhir dari inisiasi rekrutmen dari sel primordial sampai dengan
preantral). Oosit berkembang sempurna dikelilingi zona pleusida, terdiri dari + 9
lapis sel granulosa, membrane basal, teka interna, kapiler, teka ekterna. Oosit
mencapai maksimal dan letaknya ektrinsik dalam folikel.
Folikel antral: stimulus FSH dan estrogen menghasilkan cairan antar sel granulosa
sehingga membentuk rongga atau antrum. Rongga memisahkan sel granulosa
menjadi 2, yaitu kumulus ooforus (kelompok granulosa yang merapat disekitar
oosit, reseptor FSH menurun) dan mural (kelompok sel granulosa yang
membentuk dinding folikel, reseptor FSH meningkat) penghasil estrogen
(Saadi, 2017)
- Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran
FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar
LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi
oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel
mulai matur di dalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH
sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang
terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi
menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8
hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron.
Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon
menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan
akhirnya luruh (Bobak, dkk 2012) Terjadi 14 hari sebelum mentruasi yang akan
dating, dan ovulasi terjadi 12 jam setelah lonjakan LH (Saadi, 2017).
- Fase luteal
Pasca lonjakan LH terjadi vaskularisasi ketengah ruang volikel dan
mengisinya dengan darah (corpus rubrum), selama 3 hari pasca ovulasi sel granulosa
6
terus membesar dan terbentuk korpus luteum. Pada 8-9 hari pasca ovulasi
vaskularisasi mencapai puncaknya bersamaan puncaknya kadar progesterone dan
estrogen. (Saadi, 2017)
b) Siklus Endomentrium
Siklus endometrium menurut Bobak, dkk (2012), terdiri dari empat fase, yaitu:
- Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3 -6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar
estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar
terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai
meningkat.
- Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari
ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secaralengkap
kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari
semula, yang akan berakhir saatovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi
estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
- Fase sekresi
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang
matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kayadengan darah dan sekresi kelenjar.
- Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen
dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke
endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional
terpisahdari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

7
5. Tanda-tanda perubahan seks sekunder
Pada masa pubertas ditandai dengan kematangan organ-organ reproduksi,
termasuk pertumbuhan seks sekunder. Pada masa ini juga remaja mengalami
pertumbuhan fisik yang sangat cepat BKKBN, 2012). Ciri-ciri seksual pada remaja putri
seperti pinggul menjadi tambah lebar dan bulat, kulit lebih halus dan pori-pori
bertambah besar. Selanjutnya ciri sekunder lainnya ditandai oleh kelenjar lemak dan
keringat menjadi lebih aktif, dan sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat
(Al-Mighwar, 2006).
Ciri seksual sekunder ditandai dengan tumbuhnya rambut pubis, keratinisasi
(kornifikasi) mukosa vaginna, pembesaran labiya mayora dan minora, pembesaran
uterus dan peninngkatan timbunan lemak di pinggul dan paha akibat pengaruh dari
estrogen pada masa pubertas (Saadi,2017). Menurut Widyastuti, dkk (2009) tanda-
tanda seks sekunder pada wanita antara lain:
a. Rambut
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki.
Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai
berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut
kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih
subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

8
b. Pinggul
Pinggulpun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai
akibatmembesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.
c. Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu
menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin
besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
d. Kulit
Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori- pori
membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut
e. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar
lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum
dan selama masa haid.
f. Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan
membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
g. Suara
Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita. Empat
pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada perempuan ialah pertambahan tinggi
badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut
kemaluan (Santrock, 2007).
3) Perkembangan psikologis masa remaja menurut Widyastuti dkk (2009) menjelaskan
tentang perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang
berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:
(1) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:
- Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa
tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih
sebelum menstruasi.
- Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang
mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari
perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

9
- Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama
dengan temannya daripada tinggal di rumah.
(2) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini men yebabkan remaja:
- Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik.
- Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin
mencoba-coba. Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut
berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya
4) Perkembangan kognitif masa remaja
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti
belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa (Jahja, 2012). Menurut Piaget (dalam
Santrock, 2001; dalam Jahja, 2012) seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia
karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, r emaja
secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan
tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja
telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide
lainnya, lalu remaja juga mengembangkan ide-ideini. Seorang remaja tidak saja
mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengholah
cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun), transisi keluar dari
masa kanak-kanak, menawarkan peluang untuk tumbuh bukan hanya dalam dimensi
fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan sosial (Papalia dkk, 2008) Faktor
yang mempengaruhi usia menarche menurut Lestari (2011), faktor yang
mempengaruhi usia menarche diantaranya:
1) Faktor internal
a. Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi usia ketika mendapat haid pertama adalah vagina
tidak tumbuh dan berkembang dengan baik, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang
tidak tumbuh. Beberapa wanita remaja tidak mendapat haid karena vaginanya
mempunyai sekat. Tidak jarang ditemukan kelainan lebihkompleks lagi, yaitu wanita
remaja tersebut tidak mempunyai rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna
yang disertai tidak adanya lubang kemaluan. Kelainan ini disebut “ogenesisgenitalis”
yang bersifat permanen, artinya perempuan tersebut tidak akan mendapatkan haid
selama – lamanya.
10
b. Hormonal
Alat reproduksi perempuan merupakan alat akhir (endorgan) sehingga
dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Rangsangan yang datang dari luar,
masuk kepusat panca indra, diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang
disebut pubertas inhibitor. Dengan hambatan tersebut, tidak terjadi rangsangan
terhadap hipotalamus. Yang akan memberikan rangsangan pada Hipofise Pars
Posterior sebagai Mother of Glad (pusat kelenjar – kelenjar).
Rangsangan terus menerus datang ditangkap oleh panca indra, dengan makin
selektif dapat lolos menuju Hipotalamus selanjutnya menuju Hipofise anterior
(depan) mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk
mengeluarkan hormon spesifiknya, yaitu kelenjar tyroid yang memproduksi
hormon tiroksin, kelenjar indung telur yang memproduksi hormon estrogen dan
progesteron, sedangkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon adrenalin.
Pengeluaran hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh kembang mental dan fisik.
Perubahan yang berlangsung dalam diri seorang perempuan pada masa
pubertas dikendalikan oleh hipotalamus, yakni suatu bagian tertentu pada otak
manusia. Kurang lebih sebelum gadis itu mengalami datang bulan atau haid,
hypotalamus itu mulai menghasilkan zat kimia, atau yang kita sebut sebagai hormon
yang akan dilepaskannya. Hormon pertama yang akan dihasilkan adalah perangsang
kantong rambut (FSH; Folikel Stimulating Hormon). Hormon ini merangsang
pertumbuhan folikel yang mengandung sel telur dalam indung telur. Karena
terangsang oleh FSH, f olikel itu pun akan menghasilkan estrogen yang membantu
pada bagian dada dan alat kemaluan gadis.
Peningkatan taraf estrogen dalam darah mempunyai pengaruh pada
hipotalamus yang disebut feed back negatieve, ini menyebabkan berkurangnya faktor
FSH. Akan tetapi juga membuat hipotalamus melepaskan zat yang kedua, yaitu faktor
pelepas berupa hormon lutinasi pada gilirannya hal ini menyebabkan kelenjarnya
bawah otak melepaskan hormon lutinasi (LH; Luteinizing Hormone). Hormon LH
menyebabkan salah satu folikel itu pecah dan akan mengeluarkan sel telur
untuk memungkinkan terjadinya pembuahan. Folikel yang tersisa dikenal dengan
“korpus lutium”. Korpus lutium selanjutnya menghasilkan estrogen, lalu mulai
mengeluarkan zat baru yang disebut “Progesterone”. Progesteron akan
mempersiapkan garis alas dari rahim untuk menerima dan memberi makanan
11
bagi sel telur yang telah dibuahi. Apabila sel telur tidak dibuahi, taraf estrogen dan
progesteron dalam aliran darah akan merosot sehingga menyebabkan garis alas
menjadi pecah – pecah, proses ini akibat timbul perdarahan saat datang haid yang
pertama.
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terlambatnya haid adalah
infeksi, kanker payudara.
d. Gizi
Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting, yaitu untuk memelihara proses tubuh
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, terutama bagi mereka yang masih
dalam pertumbuhan. Keadaan gizi gadis remaja dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan fisik dan usia menarche. Dengan demikian perbedaan usia menarche
dan siklus haid sangat ditentukan berdasarkan keadaan status gizi. Semakin lengkap
status gizinya, maka semakin cepat usia menarche. Kebiasaan perempuan remaja
untuk makan tidak teratur juga berpengaruh, misalnya tidak sarapan, dan diet yang
tidak terkendali.
e. Pengetahuan Orang Tua
Setiap wanita remaja yang mengalami transisi kedewasaan atau mulai
menampakkan tanda–tanda pubertas, terutama menarche akan mengalami
kecemasan. Penjelasan dari orang tua tentang menarche dan permasalahannya akan
mengurangi kecemasan remaja putri ketika menarche datang. Disinilah orang tua
sangat dibutuhkan terutama pada ibu
f. Gaya Hidup
Gaya hidup berperan sangat penting dalam menentukan usia menarche, pada anak
– anak remaja yang mempunyai aktivitas olahraga, aktivitas lapangan. Remaja
putriyangmemiliki pola makan sehat dan olahraga baik akan memperoleh menarche
dengan normal dan baik. Penelitian iberbagai negara menunjukkan hanya sepertiga dari
10 remaja putri yang melakukan olahraga cukup. Sikap remaja putri dalam menghadapi
haid pertama yang berbeda – beda ini setidaknya dipengaruhi dari usia, tingkat
pengetahuan, kondisi Psikis.
6. Permasalahan Kesehatan Remaja
Masalah kesehatan remaja dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu masalah
kesehatan fisik dan masalah perilaku
12
a. Masalah Kesehatan Fisik
Penyakit-penyakit ringan yang terjadi pada remaja tetap merupakan
masalah yang harus mendapat perhatian, sebab bila tidak ditanggulangi akan
menurunkan kualitas remaja sebagai sumber daya manusia. Beberapa penyakit
yang sering dijumpai antara lain:
b. Acne
Merupakan masalah kulit yang paling mengganggu remaja dan ditemukan pada sekitar
80% remaja. Penyakit ini merupakan gangguan padakelenjar pilosebaseus yang ditandai
dengan sumbatan dan peradangan folikel. Acne berkaitan dengan masalah kebersihan kulit,
pola makan, hormonal, psikologis, dan infeksi bakteri (Soetjiningsih, 2010). Acne paling
sering terjadi pada masa remaja dan dimulai pada awal pubertas. Insiden a c ne pada remaja
bervariasi antara 30 -60% dengan insiden terbanyak pada usia 14-17 tahun pada perempuan
dan 16-19 tahun pada laki-laki (Soetjiningsih, 2010).
c. Masalah Payudara
Perubahan anatomik dan kelainan congenital dapat terjadi pada masa remaja.
Payudara yang asimetri, suatu keainan jinak dengan satu payudara berkembang lebih
dini atau pertumbuhannya lebih cepat daripada yang lain, lazim terjadi. Hal ini
biasanya terjadi di antara Tanner 2 dan 4, menetap sampai dewasa pada 25%
perempuan (Abraham, 2006).
d. Sindrom premenstruasi (pre-menstrual syndrom/ PMS)
Berbagai keluhan yang muncul sebelum haid, yaitu antara lain cemas, lelah, susah
berkonsentrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut dan sakit payudara.
Sindroma pra haid biasanya ditemukan 7-10 h ari menjelang haid. penyebab pasti
belum diketahui, tetapi diduga hormone estrogen, progesterone, prolactin dan aldosterone
berperan dalam terjadinya sindroma prahaid. Ketidakseimbangan estrogen dan
progesterone akan menyebabkan retensi cairan dan natrium sehinggga berpotensi
menyebabkan terjadi keluhan sindroma prahaid. American psychiatric association
memberikan kriteri diagnosis sebagai berikut:
- Keluhan berhubungan dengan siklus haid, dimulai pada minggu terakhir fase
luteum dan berakhir setelah mulainya haid.
- Paling sedikit didapatkan 5 keluhan seperti, gangguan mood, cemas, labil, tiba tiba
susah, takut, marah, konflik interpersonal, penurunan minat terhadap aktivitas rutin,
lelah, sukar berkonsentrasi, perubahan nafsu makan, insomnia, kehilangan control
diri, keluhan-keluhan fisik seperti nyeri payudara, sendi dan kepala.
13
- Keluhan akan berpengaruh pada aktivitas sehari- hari atau pekerjaan
- Keluhan bukan merupakan eksaserbasi gangguan psikiatri yang ainnya. Terapi
hormon bermanfaat untuk mengurangi keluhanprahaid. Pemberian progestin
misalnya didrogesteron dan medroksi progesterone asetat (MPA) dimulai hari ke
16 sampai ke 25 siklus haid akan mengurangi keluhan prahaid. Pil kontrasepsi
kombinasi juga bermanfaat untuknmengatasi sindroma prahaid. Pil kombinasi
terbaru yang mengandung komponen progestin drospirenon dengan efek
antimineral kortikoid akan mencegah retensi cairan sehimhha mengurangi nyeri
kepala, payudara dan tungkai. Pola makan juga harus diperhatikan, dianjurkan
untuk melakukandiet rendah garam. Bila terjadi retensi berlebih pengobatan
menggunakan diuretika spironolakton bisa dipertimbangkan.
e. Amenorrhea
Amenore secara tradisional dibedakan menjadi amenore primer dan amenore
sekunder. Amenore primer yaitu tidak terjadinya haid sampai usia 14 tahun, disertai
tidak adanya pertumbuhan atau perkembangan pada kelamin sekunder, atau tidak
terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya pertumbuhan normal dan
perkembangan tanda kelamin sekunder. Aminorea sekunder yaitu tidak terjadinya
haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada perempuan yang sebelumnya
pernah haid (Wiknjosastro, 2011)
Amenore hipotalamus dipikirkan disebabkan oleh adanya hambatan parsial atau
lengkap pada pelepasan hormone Pelepas gonadotropin (GnRH). Amenore
hipotalamik ini dapat berkaitan dengan defisiensi nutrisi sekunder akibat penyakit-
penyakit seperti enteritis regional, fibrosiskistik dan anoreksia nervosa, stress,
defisiensi GnRH murni, endokrinopatidan obat spesifik (Abraham, 2006).
f. Dismenore
Disminorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat
diabdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat bervariasi mulai dari yang ringan sampai
berat. Keparahan dismonorea berhubungan langsung dengan lama dan jumlahdarah
haid. seperti diketahui haid hamper selalu diikuti dengan rasa mulas/nyeri, namun yang
dimaksud dengan diminorea pada topic ini adalah nyeri berat sampai menyebabkan
perempuan tersebutdating berobat kedokter atau mengobatinya sendiri dengan obat
anti nyeri.

14
Disminore dibagi menjadi dua kelompok, disminore primer dan sekunder.
Disminore primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan patologis pada panggul.
Disminore primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi
myometrium sehingga terjadi iskemi akibat adanya prostaglandin yang diproduksi
oleh endometrium fase sekresi. disminorea primer sering diikuti dengan keluhan
mual, muntah, diare, nyeri kepala, dan pada pemerikasaan ginrkologi tidak d i temukan
kelainan. Biasanya nyeri muncul sebelum keluarnya haid, dan meningkat pada hari
pertama dan kedua.
Disminorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan berbagai
keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endometriosis, adenomiosis, mioma
uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul, perlekatan panggul, atau
irritablebowl syndrome. Dismonorea sekunder dipikirkan bila pada anamnesis dan
pemeriksaan curiga ada patologi panggul atau kelainan bawaan atau tidak respon
terhadap obat untuk aminore primer. Pemeriksaan lanjutan dapat dilakukan misalnya
dengan USG, infus salin sonografi, atau laparaskop dapat dipertimbangkan bila
curiga endometriosis (Wiknjosastro, 2011)
g. Leukorea
Leukorea (keputihan) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara
berlebihan (Setyana, 2013). Leukorea paling sering dijumpai pada penderita
genekologi, adanya gejala ini diketahui penderita kurang menjaga kebersihan
vaginanya (Karyati, 2014). Remaja perempuan dengan kondisi peripubertal
(skalamaturitas tanner tahap III) sering mengeluh adanya discharge vagina atau lebih
dikenal dengan istilah keputihan (Marcdante, dkk, 2014). Keputihan bukanlah
penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit
kandungan. Penyebab utama keputihan harus dicari dengan anamnesa, pemeriksaan
kandungan, dan pemeriksaan laboratorium (Manuaba, 2010). Menurut Bahari
(2012), leukorea atau keputihan (fluor albus) dibagi menjadi dua yaitu:
- Keputihan fisiologis (normal)
Keputihan fisiologis (normal) terjadi pada saat sebelum dan sesudah menstruasi,
mendapatkan rangsangan seksual, mengalami stres berat, sedang hamil atau
mengalami kelelahan. Pada keputihan fisiologis cairan yang keluar berwarna jernih
atau kekunig-kuningan dan tidak berbau. Ciri- ciri dari keputihan fisiologis adalah
keluarnya cairan yang tidak terlalu kental, jernih, war na putih atau kekuningan jika
15
terkontaminasi oleh udara tidak disertai rasa nyeri dan tidak timbul rasa gatal yang
berlebih.
- Keputihan patologis (abnormal)
Cairan eksudat yang berwarna, mengandung banyak leukosit, jumlahnya
berlebihan, berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas, sehingga seringkali
menyebabkan luka akibat garukan di daerah mulut vagina. Keputihan patologis sering
disebut dengan keputihan abnormal atau keputihan tidak normal yang dikategorikan
sebagai penyakit. Ciri-ciri dari keputihan patologis yaitu cairan yang keluar sangat
kental dan warna kekuningan, bau yang sangat menyengat, jumlahnya yang berlebih
dan menyebabkan rasa gatal, nyeri juga rasa sakit dan panas saat berkemih (Bahari,
2012). Faktor yang menyebabkan keputihan secara umum pada remaja putri usia remaja
awal sampai usia remaja akhir (11 – 20 tahun) antara lain:
- Sering menggunakan kloset di toilet umum yang kotor, terutama kloset duduk
- Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan setelah
buang air kecil ataupun buang air besar.
- Mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat, sehingga ruangyang ada tidak
memadai sehingga menimbulkan iritasi pada organ kewanitaan
- Jarang mengganti panty liner.
- Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan ataupersonal
hygiene khususnya vulva hygiene kurang.
- Lingkungan sanitasi yang kotor
- Pemakaian pembersih yang tidak sehat
- Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah yaitu arah basuhan yang dilakukan
dari belakang ke depan.
- Sering bertukar celana dalam/ handuk dengan orang lain.
- Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi.
- Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas (jamur yang
menyebabkan leukorea lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat)
- Aktivitas fisik yang melelahkan sehingga daya tahan tubuh melemah. Keputihan
normal tidak perlu diobati dengan obat-obatan tetapi dirawat dengan menjaga
kebersihan dan mencegah kelembaban yang berlebihan pada daerah vagina
dengan menggunakan tisu dan sering mengganti pakaian dalam. K e p u t i h a n
abnormal diobati dengan meminum obat dari dokter untuk membersihkan vagina
16
ari agen penyebab keputihan (Kasdu, 2008). Keputihan yang disebabkan oleh
trikomoniasis dapat diobati dengan metronidazole, sedangkan keputihan yang
disebabkan kandidiasis dapat diobati dengan mycostatin (Manuaba, 2009).
h. Masalah Gizi
Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat
misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, dan
penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan
kelompok remaja menderita banyak masalah gizi antara lain anemia dan indeks massa
tubuh (IMT) kurang dari normal (kurus). Prevalensi anemia pada remaja berkisar 40-
88%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar 30-40%. Banyak
faktor yang dapat menjadi penyebab masalah ini. Dengan mengetahui faktor-
faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizitersebut akan membantu upaya
penanggulangannya.
i. Anemia
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah
merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Menurut
kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah
12 g% pada wanita. Anemia defisiensizat besi dan asam folat merupakan salah satu
masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia
(Ringoringo, 2009). Anemia jenis ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup zat besi
untuk menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang cukup. Dalam anemiadefisiensi zat
besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk seluruh jaringan tubuh
(Pratami, 2016).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia menurut FKM UI (2010),
yaitu asupan yang tidak memadai, peningkatan kebutuhan fisiologi, dan kehilangan
banyak darah. Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
defisiensi besi. Sebagian besar disebabkan oleh ketidakcukupan asimilasi zat besi
yang berasal dari diet, dilusi dari cadangan tubuh seiring pacu tumbuh dan
kehilangan zat besi (Soetjiningsih, 2010). Menurut Kiswari (2014), anemia dapat
terjadi antara lain disebabkan oleh kehilangan besi, kebutuhan zat besi yang
meningkat, dan penyakit kronis. Menstruasi yang dialami putri juga menyebabkan
kebutuhan zat besi lebih tinggi daripada laki-laki (Soetjiningsih, 2010 dan Maryam

17
2016). Menurut Handayani dan Haribowo (2008), g ejala anemia dibagi menjadi tiga
golongan besar yaitu sebagai berikut:
a. Gejala umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala
umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis
Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik
tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan
menurut organ yang terkena adalah:
- Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
- Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang- kunang,
kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
- Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
- Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut
tipis dan halus.
b. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai
berikut:
- Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
- Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
- Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
- Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
c. Gejala Akibat Penyakit Dasar
Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini timbul karena
penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi
yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti
pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti jerami. Menurut Yayan
Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas,
kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi
besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti:
- Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap k arena papil lidah
menghilang
18
- Koilonikia: kuku jari tangan pecah-pecahdan bentuknya seperti sendok.
- Terapi anemia defisiensi zat besi ialah dengan preparat besi oral atau parenteral.
Dengan pemberian preparat besi fero sulat, fero glukonat atau Na-fero bisitrat.
Pemberian prefarat 60 mg/hari dapat menaikan kadar hb sebanyak 1 gr%/bulan.
Efek samping pada traktus gastrointestinal relative kecil pada pemberian prefarat
Na-ferobisitrat di bandingkan dengan fero sulfat. Kini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 mg asam folat untuk profilaksis
anemia. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg
(20 ml) intravena atau 2x10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan hb relatif lebih
cepat yaitu 2 gr%. Pemberian preparat ini memiliki indikasi yaitu intoleransi besi pada
traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. efek
samping utama ialah, reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0 ,5
cc/im dan apabila tidak ada reaksi dapat di berika seluruhnya (Saifuddin, 2009).
2) Masalah Perilaku
a. Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlaran
Survei Badan Narkotik Nasional (BNN) tahun 2003 memperkirakan mereka yang
pernah memakai NAZA di kelompok pelajar dan mahasiswa sekitar 5,8%, sedangkan
yang pernah memakai dalam setahun terakhir sebesar 3,9%. Prevalensi pada laki-
laki sebanyak 4,6%, jauh lebih tinggi daripada perempuan yaitu sebanyak 0,4%.
Prevalensi penyalahgunaan NAZA lebih tinggi pada pendidikan SLTA ke atas
dibandingkan pendidikan yang lebih rendah (BNN, 2007).
b. Hubungan Seksual Pra Nikah
Perilaku seksual pranikah adalah kegiatan seksual yang melibatkan dua orang
yang saling menyukai atau saling mencintai, yang dilakukan sebelum perkawinan
(Mualfiah, dkk, 2014).
c. Kawin Muda
Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar risiko yang dihadapi
ibu dan anak. Beberapa penyebab utama kematian tersebut adalah tidak tersedianya
perawatan ibu dengan baik, jarak kelahiran yang terlalu berdekatan, dan pernikahan
dini (Julianto, 2015).
d. Aborsi
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum teratasi sampai
saat ini. Data tentang kejadian aborsi dan kematian yang diakibatkannya sangat sulit
19
diperoleh karena menurut Undang-Undang No.23 tentang kesehatan pasal 15,
tindakan aborsi tanpa indikasi medis merupakan tindakan ilegal dengan ancaman
denda dan hukuman penjara bagi pelakunya. Saat ini tiap hari ada 100 remaja
yangmelakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36
ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas
di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Survei Pusat
Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di
Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30% diantaranya dilakukan oleh
remaja (Dhamayanti, 2013).
e. Infeksi Menular Seksual
Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan kerentanan terhadap
berbagai ancaman risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual
dan reproduksi termasuk peningkatan ancaman HIV/AIDS. Depkes RI menunjukkan
bahwa sampai Maret 2008 pengidap HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok remaja.
Sampai dengan tahun 2004 kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan ditemukan pada
kelompok 0-4 tahun sebanyak 12 kasus (1,53%), umur 5-14 tahun sebanyak 4 kasus
(0,3%), dan umur 15-19 tahun sebanyak 78 kasus (5,69%). Kasus HIV/AIDS di Jawa
Tengah dalam 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup berarti, dari 14
kasus pada tahun 2000 menjadi 158 kasus pada tahun 2005. Peningkatan
kejadian IMS pada remaja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang
IMS dan kurangnya kesadaran remaja untuk menggunakan kondom pada saat
melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial. Remaja percaya bahwa
IMS dapat dicegah dengan cara meningkatkan stamina dan meminum antibiotic
sebelum berhubungan seks (Dhamayanti, 2013).

B. Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin (Catin)


1. Konsep Pernikahan
Menurut Undang-Undang Pernikahan Pasal 1 No 1 tahun 1974 menyatakan bahwa
pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami dan
istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Sigelman (2003:37) mendefinisikan pernikahan sebagai sebuah hubungan
antara dua orang yang berbeda jenis kelamin dan dikenal dengan suami istri. Dalam
hubungan tersebut terdapat peran serta tanggung jawab dari suami dan istri yang di dalamnya
20
terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan seksual, dan
menjadi orang tua.

2. Persiapan Pra nikah


Persiapan pranikah adalah hal-hal yang harus dipersiapkan oleh calon pengantin
(catin) sebelum menikah. Persiapan pranikah tersebut meliputi hal-hal berikut:
a. Aspek fisik/biologis
Menurut WHO (World Health Organization) tentang persiapan perkawinan dari
aspek fisik dan biologis meliputi:
1) Usia,
Usia yang ideal menurut kesehatan dan juga program KB, maka usia antara 20-25 tahun
bagi wanita dan usia antara 25-30 tahun bagi pria adalah masa yang paling baik untuk
berumah tangga. Lazimnya usia pria lebih daripada usia wanita, perbedaan usia relatif
sifatnya.
2) Kondisi Fisik
Kondisi fisik bagi mereka yang hendak berkeluarga amat dianjurkan untuk menjaga
kesehatan, sehat jasmani dan sehat rohani. Kesehatan fisik meliputi kesehatan dalam arti
orang itu tidak menghidap penyakit (apalagi penyakit menular) dan bebas dari penyakit
keturunan.
b. Aspek Mental / Psikologis, meliputi:
1. Kepribadian
Aspek kepribadian sangat penting karena hal ini akan mempengaruhi pasangan dalam
kemampuan beradaptasi antar pribadi. Pasangan yang memiliki kematangan pribadi akan
memiliki kemampuan yang baik dalam memberikan kebutuhan afeksional sebagai unsur
penting dalam berumah tangga.
2) Pendidikan
Tingkat kecerdasan dan pendidikan masing-masing pasangan hendaknya diperhatikan.
Umumnya taraf kecerdasan dan pendidikan pria lebih tinggi dari wanita, meskipun tidak
menutup kemungkinan terjadi hal yang sebaliknya.
c. Aspek Psikososial dan Spiritual
1) Beragama dan Berakhlak Mulia
Maksud dari karakter ini ialah memiliki nilai keagamaan yang baik, konsisten pada
hokum-hukum
21
2) Nasab (keturunan yang baik), Hendaknya pasangan yang akan dinikahi berasal dari
keturunan yang baik, karena nasab itu memiliki pengaruh kuat terhadap etika dan
perilaku seseorang.
3) Latar belakang budaya yang baik
4) Pergaulan yang baik
5) Persiapan mental
Menurut kemenkes tahun 2014 persiapan untuk catin yaitu:
a. Persiapan fisik
1) Pemeriksaan status kesehatan: Tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan
darah)
2) Pemeriksaan Darah rutin: Hb, Trombosit, Leukosit,
3) Pemeriksaan Darah yang dianjurkan:
a) Golongan Darah dan Rhesus
b) Gula Darah Sewaktu (GDS)
c) Thalasemia
d) Hepatitis B dan C
e) TORCH (toksoplasmosis, rubella, cytomegalovirus dan herpes simpleks)
4) Pemeriksaan urin rutin
b. Persiapan gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui penanggulangan
KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi beserta defisiensi asam folat
c. Status imunisasi
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus dilakukan
dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai kekebalan penuh.
Table status imunisasi:
Status TT Interval (selang waktu) minimal Lama Perlindungan
TT I 0

TT II 4 minggu setelah TTI 3 tahun

TT III 6 bulan setelah TTII 5 tahun

TT IV 1 tahun setelah TTIII 10 tahun


TT V 1 tahun setelah TT IV 25 tahun
d. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi
22
1) Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
2) Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan nonsintetik.
3) Membersihkan organ reproduksi luar dari depan kebelakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
4) Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
5) Khusus untuk perempuan:
a) Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
b) Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
c) Pergunakan pembalut ketika menstruasi dan diganti paling lama setiap 4 jam sekali atau
setelah buang air.
d) Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas Kesehatan.
e. Tindak Kekerasan yang Mengganggu Pernikahan
Pernikahan ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki saling menghormati dan
menghargai satu sama lain. Akan tetapi apabila hal di atas tidak terjadi, maka hal-hal yang
harus dihindari dalam pernikahan adalah melakukan:
1) Kekerasan secara fisik (misal: memukul, menendang, menampar, menjambak rambut,
menyundut dengan rokok, melukai)
2) Kekerasan secara psikis (misal: menghina, mengeluarkan komentar- komentar yang
merendahkan, melarang mengunjungi saudara atau teman- temannya, mengancam)
3) Kekerasan seksual (misal: memaksa dan menuntut berhubungan seksual)
4) Penelantaran (misal: tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja)
5) Eksploitasi (misal: memanfaatkan, memperdagangkan dan memperbudakkan pasangan)
Apabila hal tersebut terjadi, maka sebaiknya baik suami maupun istri berupaya mencari
solusi terlebih dahulu dengan berdialog. Langkah-langkah berikut ini juga dapat dilakukan
ketika terjadi kekerasan dalam rumah tangga:
1) Mendatangi fasilitas kesehatan (Puskesmas/Rumah Sakit) untuk mengobati luka-luka
yang dialami dan mendapatkan visum dari dokter atas permintaan polisi/penyidik.
2) Menceritakan kejadian kepada keluarga, teman dekat atau kerabat
3) Melapor ke polisi (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak/UPPA)
4) Mendapatkan pendampingan dari tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
psikolog atau Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
f. Ketidaksetaraan Gender
23
Ketidaksetaraan gender adalah perlakuan diskriminatif /berbeda yang diterima antara
laki-laki dan perempuan (Nurhaeni, 2009). Berikut bebarapa hal yang merupakan bentuk
ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga:
1) Stereotipi (pelabelan kepada perempuan atau laki-laki. Misalnya, laki- laki kuat,
perempuan lemah, perempuan emosional, laki-laki rasional).
2) Subordinasi (yang diutamakan adalah laki-laki terlebih dahulu baru perempuan)
3) Marginalisasi (perempuan ditempatkan sebagai orang yang tidak memiliki
peranpenting)
4) Beban ganda (beban kerja perempuan lebih lama dan lebih banyak: perempuan dituntut
menjadi ibu rumah tangga sekaligus pencari nafkah keluarga
3. Konsep KIE Catin Kesehatan Reproduksi dan Seksual
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan baik dalam bentuk verbal, non
verbal maupun emosional antara komunikator kepada komunikan, sehingga terjadi proses
saling berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai saling pengertian dan saling
memiliki (Everett M. Rogers) Pada catin penting untuk dilakukan KIE edukasi mengenai
persiapan dalam pernikahan agar tercapainya kesehatan yang baik.
4. Kontrasepsi
Metode kotrasepsi yang dianjurkan bagi pasangan baru yang ingin menunda kehamilan.
Metode Jenis Alat Kontrasepsi

Metode Modern Pil Pil Kombinasi


Jangka Pendek Suntik Progestin, Kombinasi
Kondom
Metode Modern AKDR /IUD CuT 380A
Jangka Panjang AKBK/Implant Implant 2 batang

Metode Alamiah :
Metode Amenore Laktasi (MAL) Pantang Berkala/ system kalender Coitus Interuptus /
Senggama Terputus Pengukuran Suhu Basal Penilaian Lendir Vagina
5. Pelaksanaan KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual pada Calon Pengantin
KIE Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon Pengantin dilakukan dengan
menggunakan alat bantu/media KIE yaitu Lembar Balik Kesehatan Reproduksi dan Seksual
bagi Calon Pengantin. Lembar balik tersebut diperuntukkan bagi petugas kesehatan.
Informasi kesehatan reproduksi yang diberikan dalam lembar balik adalah:
a. Persiapan pranikah
b. Kesetaraan gender dalam pernikahan
24
c. Keluarga berencana
d. Kehamilan, pencegahan komplikasi, persalinan dan pasca salin
e. Infeksi saluran reproduksi, infeksi menular seksual serta hiv dan aids, termasuk
pencegahan penularan hiv-aids dari ibu ke anak (ppia)
f. Informasi tentang deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara gangguan dalam
kehidupan seksual suami istri, dan
g. Mitos pada perkawinan.

II. DATA FOKUS YANG PERLU DIKAJI


Data focus yang dikaji meliputi data subjektif dan data objektif.
1. Data Subjektif
Data subjektif merupakan data yang didapat berdasarkan persepsi klien tentang masalah
kesehatannya. Data subjektif yang perlu dikaji diantaranya:
a. Identitas remaja
b. Identitas orang tua
c. Keluhan
d. Lingkungan fisik
e. Riwayat fungsi reproduksi
f. Kebutuhan bio psiko sosial
g. Riwayat penyakit
h. Akses pelayanan Kesehatan
i. Pengetahuan remaja tentang Kesehatan khususnya Kesehatan reproduksi
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang didapat dari pengamatan, observasi, pengukuran, atau
pemeriksaan fisik dengan beberapa metode. Data objektif yang dikaji diantaranya:
a. Pemeriksaan Umum, meliputi kesadaran, antropometri, tanda-tanda vital, nyeri (bila ada).
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang

III. INTERPRETASI DATA


Interpretasi data merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menggabungkan hasil dari
analisis yang dibuat dengan bentuk kriteria, pertanyaan, ataupun standar khusus. Data focus
(subjektif dan objektif) dianalisis sehingga dapat menegakkan diagnosa dan masalah yang
dihadapi pasien/klien.
25
IV. PERENCANAAN ASUHAN
Rencana asuhan disesuaikan dengan diagnosa dan masalah yang dihadapi pasien/klien.
Asuhan yang diberikan diurutkan berdasarkan masalah prioritas atau masalah utama yang
ditemukan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., dkk. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan. Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Al-Mighwar, M. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia.

Bahari, Hamid. 2012. Cara Mudah Atasi Keputihan. Jakarta: Buku Biru.

Batubara, J. R. L. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja)”. Sari Pediatri


Vol 12 No. 1 h: 21 – 29.

Behrman, R. E., dkk., 2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. EGC. Jakarta

BKKBN. 2012. Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan
Mahasiswa (PIK Remaja/Mahasiswa). Jakarta.

Chandran, Lahta, 2008.Menstruation Disorders: Over view. E-medicine Obstetric and


Gynecology.

Diana, Zuckerman. 2001. “When Little Girls Become Women: Early

Djuanda, R. E. Irene, Adjie, S. Suarthana, E . 2009. “Prevalence of


Menstrual Disorder and Associated Factors of at High Schoolin Pulo Gadung
Subdistrict of East Jakarta”. Maj Kedokt Indonesia, Volum: 59, Nomor: 7,

Onset of Puberty in Girls. In: The Ribbon, 2001”. A newsletter of the Cornell
University Program on Breast Cancer andEnvironmental Risk Factors in New York
States (BCERF), Vol 6, No. 1.

Irianto, K. 2014. Gizi Seimbang Dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: Alfabeta.

Jaha, Yudrik. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Julijanto, M. 2015.


Dampak Pernikahan Dini dan Problematika Hukumnya. Artikel Publikasi. Fakultas
Syari;ah IAIN Surakarta.

Karyati, A. 2014. Korelasi antara Vulva Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada
Mahasiswi Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Pontianak. Skripsi.

Kemenkes RI. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Jakarta: JNPK.KR.

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC.

Marhaeni, G. A. 2016.” Keputihan pada Wanita” Jurnal Skala Husada Vol 12 No1) h: 30 –
38. Saadi, A. 2017. Change During Puberty. Bahan Ajar Perkuliahan Pendidikan
Bidan FK UNAIR.

Santrock. 2007. Remaja. Edisi 11 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Sianipar, O. Bunawan, N.C. Almazini, P. Calista N. Wulandari, P. Rovenska, N.

Setyana, W. A. 2013. Analisis Faktor Eksogen Non-infeksi yang


Mempengaruhi Kejadian Keputihan pada Mahasiswi di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Karya Tulis Ilmiah.

Soetjiningsih, 2010, Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Jakarta: Sagung Seto.
UMM. 2013. Prosedur Pemeriksaan Tanda-tanda Vital.

WHO. 2014. Health for The World’s Adolescents: A Second Chance in The Second
Decade. Switzerland: WHO.

Widyastuti, Y. dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Wiknjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Wirdhana, I., et al. (2012). Komunikasi Efektif Orangtua dengan Remaja. Jakarta: BKKBN.

Anda mungkin juga menyukai