BAB I
PENDAHULUAN
Pubertas adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi masa remaja
yang ditandai dengan perkembangan karakteristik seks sekunder, percepatan
pertumbuhan dan perubahan perilaku.1 Tanda perkembangan pubertas yang sering
dijumpai adalah pertumbuhan rambut kemaluan (pubarche), pertumbuhan rambut
ketiak, perubahan bau badan karena aktivasi kelenjar adrenal (adrenarche) dan
perkembangan alat genital (gonadarche). Pertumbuhan payudara dan menstruasi
(menarke) merupakan tanda yang penting untuk melihat perubahan pubertas pada
anak perempuan. Awitan usia pubertas yang normal ditandai dengan
perkembangan karakteristik seks sekunder terjadi pada umur delapan hingga tiga
belas tahun pada anak perempuan dan sembilan hingga empat belas tahun pada
anak laki-laki. 2 Literatur lain menyebutkan bahwa pubertas normal dimulai
sekitar 10 tahun ke depan dan biasanya berlangsung 3-4 tahun, dengan perjalanan
dari satu tahap ke tahap kira-kira setiap tahun.3
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Semiz S pada tahun
2009 pada 3311 subyek (1562 anak perempuan, 1749 anak laki-laki) yang
Universitas Kristen Krida Wacana
3
berumur 6-16.5 tahun mendapatkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas
fisik, berat lahir, migrasi, penyakit kronis, status ekonomi dengan awitan
pubertas.15
1. Awitan usia pubertas semakin cepat akhir-akhir ini. Data histori dari Eropa
menunjukkan usia pubertas terjadi pada usia 17 tahun pada awal abad ke-19,
namun pada abad ke-20 usia pubertas terjadi sekitar usia 13 tahun. Sedangkan
di Indonesia berdasarkan hasil penelitian Ganabaty tahun 2016, awitan
pubertas terjadi pada umur 9-17 tahun.
1.3 Hipotesa
Terdapat hubungan antara usia menarke ibu, status gizi, sosial ekonomi,
pola diet, aktivitas fisik, keterpaparan media dewasa dengan usia pubertas siswi
SDN 11 Tomang Pagi pada bulan Agustus 2018.
2. Diketahuinya sebaran usia menarke ibu, status gizi, sosial ekonomi, pola diet,
aktivitas fisik, keterpaparan media dewasa pada responden siswi SDN
Tomang 11 Pagi pada bulan Agustus 2018.
3. Diketahuinya hubungan antara usia menarke ibu , status gizi, sosial ekonomi,
pola diet, aktifitas fisik, keterpaparan media dewasa dengan usia pubertas
responden siswi SDN Tomang 11 Pagi pada bulan Agustus 2018.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
umpan balik hipotalamus karena peningkatan kadar estrogen perifer.19 Pada saat
lahir GnRH meningkat lagi secara periodik setelah pengaruh estrogen dari
plasenta hilang. Keadaan ini berlangsung sampai usia 4 tahun ketika susunan saraf
pusat menghambat sekresi GnRH.20
Antara anak usia dini dan sekitar 8-9 tahun (stadium prapubertas), aksis
hipotalamus-pituitari-gonad masih tidak aktif, seperti yang tercermin oleh
konsentrasi serum luteinizing hormone (LH) dan hormon seks yang tidak
terdeteksi (estradiol pada anak perempuan, testosteron pada anak laki-laki) . Satu
sampai 3 tahun sebelum awitan pubertas yang jelas secara klinis, tingkat serum
LH selama tidur yang rendah dapat dibuktikan (periode peripubertal). Sekresi LH
sleep-entrained ini terjadi dalam mode pulsatil dan mencerminkan pelepasan
episodik endogen dari hipotalamus berupa gonadotropin-releasing hormone
(GnRH). Pulsatil nokturnal LH terus meningkat menjelang pubertas yang tampak
secara klinis.19
Pada saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan saraf pusat terhadap
hipotalamus menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan GnRH akibat
sensitivitas gonadalstat. GnRH kembali teraktivasi dan disebut dengan aktivasi
sekunder. Pubertas dimulai dengan adanya aktivasi dari aksis hipotalamus-
hipofisis-gonad. Perubahan pada kadar GnRH, gonadotropin (LH dan FSH) dan
sex steroid estradiol atau testosteron memberikan gambaran pubertas eksternal dan
internal. Peningkatan sekresi GnRH oleh hipotalamus sangat penting untuk
mengaktivasi aksis hipotalamus-hipofisis-gonad saat pubertas. Aktivasinya
kembali GnRH ini masih tidak jelas dimengerti, mungkin dipengaruhi oleh
perkembangan neuroendokrin.19
Pada anak perempuan, awalnya akan terjadi peningkatan FSH pada usia
sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya.
Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk
menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-
tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan
balik pada aksis hipotalamushipofisis-gonad. Hormon LH berperan pada proses
menarke dan merangsang timbulnya ovulasi.10Hormon androgen adrenal, dalam
hal ini dehidroepiandrosteron (DHEA) mulai meningkat pada awal sebelum
pubertas, sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan
pada proses adrenarke.19
2.3 Menstruasi
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang
anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus
yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu
tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi,
perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi
yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh.29
pada usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran penis. Ukuran penis dewasa
dicapai pada usia 16-17 tahun. Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis,
sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan
merupakan petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar.
Perubahan suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara akibat
pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara
terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan
pubertas. Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan
dengan puncak pertumbuhan tinggi badan.27
a) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal
yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional
ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada
masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan
tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa
sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukanpada
remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti
anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal
masa kuliah.27
b) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya
dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru
dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang
lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.
Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. 27
Universitas Kristen Krida Wacana
14
c) Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-
kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. 27
belum dewasa. 30
Pada masa pubertas, terjadi pacu tumbuh yang pesat dan pertumbuhan
organ seksual. Pertumbuhan remaja laki-laki berbeda dengan remaja perempuan.
Anak perempuan mengalami pacu tumbuh lebih awal daripada anak laki-laki.
Proses pubertas terjadi secara berurutan dengan sekuens yang hampir sama.
Secara umum tahapan pubertas dapat dibagi menurut Tanner. 27
Tabel 2.1. Tahap Perkembangan Pubertas Anak pada Laki-laki menurut Tanner. 33
Tabel 2.2 Tahap Perkembangan Pubertas Anak pada Perempuan menurut Tanner. 33
Pubertas dini dapat didefinisikan sebagai terjadinya pubertas antara usia <
8 tahun. Oleh karena itu, pubertas normal dimulai sekitar 10 tahun ke depan dan
biasanya berlangsung 3-4 tahun, dengan perjalanan dari satu tahap ke tahap
lainnya kira-kira setiap tahun. 33
c) Di Amerika Serikat, usia pubertas telah menurun secara signifikan sejak abad
ke-20 ke-19 dan awal.28,35
d) Usia pada menarke sebagian besar telah menurun di sebagian besar negara
maju dan tampaknya stabil pada 13 tahun dengan variasi 0,5 tahun antar
negara.28,35
f) Thelarche dan menarke terjadi lebih awal dalam kehidupan gadis-gadis AS,
tetapi usia thelarche menurun lebih cepat daripada usia menarke. Anak
perempuan mendapatkan periode pertama mereka, rata-rata beberapa bulan
lebih awal daripada anak perempuan 40 tahun yang lalu.28,35
g) Usia menstruasi pertama telah turun secara signifikan sejak 1840-an, ketika
usia rata-rata pada gadis-gadis Eropa Barat sekitar 16 tahun. Sejak 1960-an
tren ini telah berhenti di sebagian besar negara maju dan usia rata-rata
Bagian dari debat berasal dari cara pengukuran waktu pubertas, dan cara
yang tidak konsisten bahwa data lama dibandingkan dengan pengukuran saat ini.
Perbandingan yang ketat antara studi waktu pubertas penuh dengan faktor-faktor
yang rumit. Studi telah bervariasi berdasarkan desain, karakteristik populasi, usia
anak-anak termasuk, metode penilaian pubertas, dan analisis statistik. Currie dkk.
setuju bahwa desain penelitian yang berbeda telah menyebabkan kurangnya
standar data lintas-nasional yang dapat dibandingkan untuk mengukur penurunan
secara akurat. Sulit untuk memastikan apakah pubertas dimulai lebih awal pada
anak perempuan dari negara maju atau jika waktu pubertas telah diukur secara
berbeda sepanjang waktu. 'Demonstrasi tren universal untuk pubertas lebih awal
pada manusia masih hilang dan data epidemiologi harus diambil dengan hati-hati
sampai validasi tersebut diberikan. Posner bahkan berpendapat bahwa ada banyak
bukti untuk menunjukkan bahwa usia rata-rata menarke tetap stabil selama 50
tahun terakhir35
1-3 bulan per decade. Selama 20 tahun terakhir ini di Moscow, usia menarke
meningkat dari 12 tahun 6 bulan menjadi 13 tahun terutama bagi mereka yang
berbadan kurus dan aktivitas yang tinggi .Di Indonesia remaja puteri
mengalami menarke pada usia 9-12 tahun. Hal ini memperlihatkan
kecenderungan menarke menuju usia yang lebih muda. Penelitian Susanto
menunjukkan bahwa rata-rata usia menarke menurun dari 13 tahun ke 10 tahun
pada 2009, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Desmeri tentang umur
menarke puteri di Kabupaten Siak mengalami penurunan dari 12 tahun menjadi
b) hypergonadotropic hypogonadism
Etiologi pubertas yang terlambat bisa bawaan atau didapat, dengan CDP
menjadi penyebab paling umum dari pubertas yang tertunda pada anak laki-laki,
meskipun hanya dapat didiagnosis sebagai diagnosis akhir. Pubertas terlambat
juga akan terjadi pada kasus kegagalan gonad primer dan pada pasien dengan
gangguan yang menyebabkan berkurangnya tingkat gonadotropin, yaitu, tumor
sistem saraf pusat. 37
Pubertas prekoks adalah pubertas yang terjadi pada usia yang lebih muda
daripada awitan pubertas pada umumnya, yaitu pada umur 8 tahun pada anak
perempuan dan 9 tahun pada anak laki-laki. Batasan umur untuk pubertas prekoks
sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Batch dan Jensen pada anak
perempuan dan laki-laki di Europa.30 Sedangkan Albrecht L, Styne mengatakan
bahwa pubertas prekoks terjadi sebelum usia 9 tahun pada anak laki-laki, sebelum
usia 7 tahun pada anak perempuan yang berkulit putih dan sebelum usia 6 tahun
pada anak perempuan yang berkulit hitam. Hal ini berdasarkan hasil penelitian
pada anak-anak di California.40 Pubertas prekoks ditandai dengan cepatnya dari
perkembangan karakteristik seks sekunder, maturasi tulang, penghentian
pertumbuhan tinggi badan, perubahan fisik dan psikologis yang abnormal.41
2.3.2 Etiologi
kulit berminyak, ereksi, mimpi basah dan menstruasi) sebagai tanda dari pubertas.
Riwayat pubertas anggota keluarga juga diperlukan. Stadium pubertas
menggunakan metode Tanner-Marshall untuk pemeriksaan fisik dan evaluasi
antropometri yang diukur dari berat badan, tinggi badan dan IMT. Pertumbuhan
terjadi lebih cepat 75% pada anak yang menderita pubertas prekoks.51 Evaluasi
hormonal dengan mengukur nilai LH dan FSH. Pemeriksaan lainnya yang dapat
digunakan adalah USG pelvik untuk melihat apakah terdapat kista/tumor, dan
MRI untuk melihat apakah terdapat tumor intrakranial.52
2.9.1 Genetik
berpengaruh 95% pada awitan menstruasi dimana pada penelitian ini menguji
beberapa varian genetik (GNRH, GNRHR, GPR54, KISS1, LEP, LEPR, FGFR1,
KAL1, PROK2, dan PROKR2).59Awitan menarke pada anak perempuan
dikaitkan juga dengan varian gen LIN28B.60 LIN28B adalah gen yang meregulasi
menarke melalui mikro-RNA. Dimana mutasi pada gen ini dapat menyebabkan
pubertas prekoks ataupun pubertas lambat.61
Indeks massa tubuh sebelum hamil yang lebih besar kemungkinan besar
terkait secara kausal dengan berat lahir anak yang lebih besar dan BMI anak, yang
berhubungan dengan pubertas lebih dini dan usia yang lebih dini saat menarke.
Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa adipositas ibu yang lebih besar dan
berat badan gestasional yang lebih besar dikaitkan dengan pubertas lebih awal
pada anak perempuan.63,64
Pada tahun 2009, data tindak lanjut dari Collaborative Perinatal Study
(1959-1966) menemukan bahwa anak perempuan dengan ibu obesitas memiliki
peningkatan risiko menarke dini (<12 tahun) dibandingkan dengan anak
perempuan dengan ibu berat badan normal atau kurang. 65 Pada tahun 2011, data
dari anak perempuan yang ibunya berpartisipasi dalam Nurses Health Study
(1946-1965) menunjukkan bahwa berat badan gestasional ibu dikaitkan dengan
usia anak perempuan saat menarke, yaitu adanya peningkatan risiko menarke
dini.66
Pada tahun 2012, data dari anak perempuan yang ibunya berada dalam
National Longitudinal Study of Youth 1979 (NLSY79; 1979-1994) digunakan
untuk memperkirakan efek IMT anak perempuan pada waktu menarke. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa IMT ibu gestasional yang lebih tinggi
memprediksi usia menarke anak perempuannya lebih awal, dan bahwa IMT
prapubertas dipengaruhi oleh IMT gestasional ibu yang tinggi dan berat badan
gestasional yang tinggi, serta berat lahir anak perempuan.67
jalur ini.65,68
Universitas Kristen Krida Wacana
28
Dengan ibu yang tidak merokok yang digunakan sebagai tingkat referensi,
ibu yang melaporkan merokok selama kehamilan menunjukkan bahwa paparan
asap rokok pada saatprenatal meningkatkan kemungkinan usia menarke maternal.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia menarke ibu di antara anak-anak
yang ibunya melaporkan merokok 'kadang-kadang' selama kehamilan, berpotensi
Ada peningkatan minat pada efek pertumbuhan intrauterin, berat lahir dan
kecepatan pertambahan berat badan dini pada program janin dan perkembangan
pubertas selanjutnya. Dalam satu penelitian, status small for gestational age
(SGA) ditemukan menjadi faktor risiko independen untuk idiopatik pubertas
prekoks sentral (CPP) pada anak perempuan.84
Dalam sebuah studi oleh Lazar dkk. mengikuti kelompok 76 anak yang
small for gestational age (SGA) (berat lahir <-2 SD) dan 52 anak dengan
appropriate for gestasional age (AGA) dari awal masa bayi sampai selesainya
pubertas, semua anak memasuki pubertas pada usia normal, tetapi anak-anak
small for gestational age (SGA) secara signifikan mulai pubertas lebih awal dari
anak-anak appropriate for gestasional age (AGA), dan perbedaan signifikan pada
kedua jenis kelamin.84
Anak perempuan yang small for gestational age (SGA) memiliki tahap awal
telarke daripada mereka yang appropriate for gestasional age (AGA). Anak
perempuan dengan small for gestational age (SGA) dan appropriate for
gestasional age (AGA) tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam BMI dan
tingkat androgen di tahap prapubertas. Ini umumnya mendukung hipotesis bahwa
small for gestational age (SGA) menyebabkan pubertas dini.3
Pola metabolisme dan hormonal ini umum terjadi pada anak-anak small
for gestational age (SGA) dengan berat badan berlebih pada anak usia dini.
Resistensi insulin dan IGF-I tingkat tinggi bebas merangsang sekresi androgen
adrenal dan perkembangan pubertas prekoks.Resistensi insulin, yang mengarah
pada peningkatan pesat pertumbuhan dan peningkatan berat badan berlebih pada
anak-anak yang lahir di small for gestational age (SGA), mungkin menunjukkan
hubungan antara maturasi seksual awal dan small for gestational age (SGA).
Berat badan lahir rendah dapat terjadi dari tiga kondisi yang berbeda:87
a) IUGR yaitu ketika janin tidak dapat mencapai parameter ukuran tubuh yang
ditentukan secara genetik karena beberapa proses patologis yang mengarah ke
hipoksia kronis
b) small for gestational age (SGA) termasuk semua kasus IUGR dan janin
normal yang memiliki berat kecil yang ditentukan secara genetik
c) Prematuritas
Ketiga kondisi ini memanfaatkan jalur yang berbeda dan oleh karena itu
dapat memiliki implikasi berbeda dalam usia menarke maternal. Meskipun
demikian, dalam kebanyakan penelitian, berat badan lahir rendah (<2.500 g)
dianggap sebagai fenotip tunggal, yang dapat menyebabkan bias pada hasil.87
Tabel 2.4. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Menurut Departemen Kesehatan RI. 89
Kategori IMT
Prevalensi obesitas pada anak saat ini meningkat. Penambahan berat badan
sebagian besar merupakan hasil dari kombinasi beberapa faktor, khususnya
paparan lingkungan obesogenik pada latar belakang genetic yang rentan.90 Anak-
anak dengan obesitas yang berhubungan dengan gaya hidup, tinggi badannya
cenderung tinggi sepanjang masa kanak-kanak. Proses ini diakibatkan oleh
tingginya nutrisi sehingga meningkatkan kadar insulin-like growth factor 1 (IGF-
1). Namun, anak-anak ini setelah dewasa umumnya mencapai tinggi akhir normal.
Sebaliknya, anak-anak dengan penyebab genetik atau hormonal dengan obesitas,
tinggi badan saat dewasa sering lebih pendek dari pada yang diharapkan dari
ketinggian orangtua biologis mereka. Poin-poin ini menunjukan bahwa faktor-
faktor yang mengatur pertumbuhan anak, perkembangan pubertas dan komposisi
tubuh berhubungan erat.91,92
usia pubertas, baik pada anak laki-laki (p=0,8) maupun pada anak perempuan
(p=0,08).
11 bulan), p < 0,001 dengan menggunakan uji t-tidak berpasangan. Usia usia
pubertas terjadi lebih awal pada kelompok sosial ekonomi tinggi (p < 0,001) dan
kelompok indeks massa tubuh tinggi (p < 0,001).104Penelitian yang dilakukan
oleh Lusiana tahun 2012 pada siswa kelas VII dan VIII SMP PGRI Pekan baru
juga mendapatkan hubungan yang signifikan (p value <0,05) OR=5,65 dengan
usia usia pubertas dengan status sosial ekonomi tinggi sebanyak 40 siswi
(64,5%).14Di Kenya berdsarkan penelitian oleh Kulin HE tahun 1989 pada 347
anak perempuan juga memperlihatkan bahwa usia usia pubertas di daerah
perkotaan kurang dari 10 tahun, sedangkan di daerah pedesaan (10,6±2,4)
tahun.105Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Gillet R terhadap anak
perempuan berumur 6-18 tahun di Tonga Zambia menyebutkan awitan pubertas
pada anak perempuan yang ditandai dengan pertumbuhan payudara di perkotaan
11,47 tahun, sedangkan di pedesaan 13,15 tahun.106
Pada anak usia 7-9 tahun, kecukupan energi sehari adalah 1850 kkal,
sebaiknya energi yang diperoleh dari sarapan 617 kkal. Pada anak laki-laki usia
10-12 tahun, kecukupan energi sehari adalah 2100 kkal, sebaiknya energi yang
diperoleh dari sarapan 700 kkal, sedangkan pada anak perempuan usia 10-12
tahun, kecukupan energi sehari adalah 2000 kkal, sebaiknya energi yang diperoleh
dari sarapan sebaiknya 667 kkal. 109
b. Makanan camilan kering meliputi keripik, biskuit, kue kering, dan lain-
lain.
3. Minuman, meliputi:
4. Buah termasuk salah satu jenis makanan sumber vitamin, mineral dan serat
yang penting untuk anak sekolah. Buah-buahan biasa dijual dalam bentuk
utuh seperti pisang, jambu, jeruk dan dalam bentuk kupas atau potongan
seperti pepaya, nenas, melon, mangga.
Pola diet ini terlibat dalam waktu pubertas, mungkin dalam salah satu dari
3 cara: asupan lemak tinggi, gula tinggi, dan obesitas karena konsumsi kalori
tinggi. Konsumsi makanan cepat saji, seperti makanan yang digoreng, telah secara
meyakinkan terkait dengan obesitas dan peningkatan berat badan yang cepat,
prediktor potensial usia dini saat menarke dan penanda pubertas lainnya.110
Ada tiga kategori utama dari produk makanan dan suplemen, yang dapat
mempengaruhi waktu pematangan seksual wanita: yang mengandung lemak
hewani atau protein, produk kedelai, dan produk yang diperkaya dengan suplemen
seperti serat makanan , kalsium, dan vitamin D.111,112
Pola diet pada masa bayi dan balita penting untuk kesehatan reproduksi.
Ada bukti bahwa menyusui dapat mencegah berat badan berlebih pada masa
kanak-kanak.117 Mengingat kemungkinan hubungan antara obesitas dan usia
pubertas, ada kemungkinan bahwa menyusui dapat menurunkan risiko pubertas
dini.114
Penelitian yang dilakukan oleh Kale A dkk pada 1237 anak perempuan
usia 6-8 tahun di New York, Cincinnati, dan San Francisco menguji pengaruh
pemberian ASI dengan susu formula, serta durasi menyusui, yang berpengaruh
terhadap perkembangan payudara dan rambut pubis anak perempuan. Pada
penelitian ini didapatkan hasil yang signifikan untuk perkembangan payudara (P
<0,005), tetapi tidak signifikan untuk rambut pubis (p> 0,5). Pemberian ASI
eksklusif disertai durasi yang lebih lama terkait dengan lebih lambatnya usia
perkembangan payudara. Dibandingkan dengan perempuan yang diberi susu
formula, usia usia payudara lebih lambat untuk anak perempuan yang minum
kombinasi ASI dan susu formula, bahkan lebih lambat lagi untuk anak perempuan
yang hanya diberi ASI, yang menunjukkan kemungkinan efek dosis ASI terhadap
awitan pubertas.115
meningkatkan berat badan dan usia menarke dini pada orang Asia.119
b) Susu Formula
Ada tiga kategori utama dari produk makanan dan suplemen, yang dapat
mempengaruhi waktu maturasi seksual wanita: mengandung lemak hewani atau
protein, produk kedelai, dan produk yang diperkaya dengan suplemen seperti serat,
kalsium, dan vitamin D.120-124
Susu sapi merupakan produk hewani yang paling umum digunakan oleh
para gadis sebelum mencapai menarke. Kandungan protein, kalsium, dan mineral
yang sangat tinggi dari susu sapi dapat menjadi pemicu pertumbuhan pada masa
awal bayi.125Protein hewani dapat merangsang insulin 1 growth factor (IGF-1),
pengatur utama pertumbuhan pada manusia.Efek dari konsumsi susu sapi pada
maturasi seksual paling terlihat hanya pada saat periode pertumbuhan sedang aktif,
misalnya, pada anak usia dini dan remaja.121,127
c) Vitamin D
Awitan pubertas dini ini terjadi lebih banyak pada anak perempuan. Anak
perempuan biasanya pubertas pada usia 9-14 tahun. Hasil dari penelitian tersebut
mendapati sekitar 70% anak perempuan yang pubertas dini mengalami defisiensi
vitamin D yaitu kurang dari 20 ng/ml. Mekanisme defisiensi vitamin D
menyebabkan pubertas dini adalah adanya hubungan antara faktor pertumbuhan
(IGF-1) yang memodulasi awitan pubertas.122
d) Daging
Asupan daging juga telah terlibat dalam waktu pubertas. Di antara 3.298
gadis dari Inggris Barat Daya yang berpartisipasi dalam studi Avon Longitudinal
Study of Parents and Children(ALSPAC), mereka dengan asupan daging tertinggi
pada usia 3 dan 7 tahun memiliki peluang lebih besar untuk menarke pada usia
12,5 tahun dibandingkan dengan anak perempuan dalam daging terendah. Asupan
pada usia 10 tahun tidak terkait dengan menarke, yang bisa menunjukkan efek
spesifik usia. Dalam Bogota School Children Cohort, asupan daging merah pada
usia 8 tahun, rata-rata berbanding terbalik dengan usia saat menarke di antara 456
anak perempuan.132Anak perempuan yang mengkonsumsi daging merah
setidaknya dua kali sehari memiliki probabilitas menarke 64% lebih tinggi secara
statistik, lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan dengan frekuensi
asupan daging merah pada <4 kali per minggu. Investigasi lain menemukan
bahwa anak perempuan yang mengonsumsi daging pada usia 9–15 tahun
mencapai menarke rata-rata 6 bulan lebih awal daripada perempuan dengan pola
diet vegetarian pada masa kanak-kanak.122
terbukti berbanding terbalik dengan usia saat menarke (HR = 1,64, 95% CI =
1,11-2,41).122
e) Lemak
lemak nabati dan 1 bagian pangan sumber lemak hewani. Konsumsi lemak
berlebih dalam waktu lama dapat mengakibatkan peningkatan berat badan dan
berlanjut menjadi kegemukan (obesitas). Bagi anak yang telah mengalami
obesitas sebaiknya dibatasi konsumsinya tidak lebih dari 5 (lima) sendok makan
setiap hari.110
Dalam studi kohort dan studi kasus kontrol pada gadis Kanada, asupan
prepubertal dari asam lemak tak jenuh tunggal berbanding terbalik dengan usia
saat menarke.Dalam studi ALSPAC, asupan asam lemak tak jenuh ganda total
pada usia 3 tahun terkait dengan usia lebih dini pada menarke. Maclure dkk
menemukan bahwa asupan asam lemak omega-3 berbanding terbalik dengan usia
saat menarke, sedangkan asam linolenat tidak berhubungan dengan usia usia
menarke.134
Pola diet yang tidak sehat, tinggi dalam makanan manis dan camilan,
minuman manis, dan gorengan, ditemukan secara signifikan berhubungan positif
dengan pubertas prekoks baik pada anak laki-laki atau perempuan. Pola diet ini
mengandung asupan lemak tinggi, gula tinggi, dan kalori tinggi. Konsumsi
makanan cepat saji, seperti makanan yang digoreng, telah dikaitkan secara
meyakinkan dengan obesitas dan kenaikan berat badan yang cepat yaitu suatu
prediktor potensial usia dini saat menarke dan penanda pubertas lainnya. Berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa asupan lemak memiliki pengaruh potensial
terhadap metabolisme estrogen dan mungkin terkait dengan waktu permulaan
pubertas.109
Universitas Kristen Krida Wacana
45
f) Karbohidrat
g) Minuman Manis
dengan gula tetapi mungkin terkait dengan senyawa lain yang ada dalam minuman
ini, termasuk kafein. Dalam studi prospektif lain dari anak perempuan dari
Amerika Serikat, setiap deviasi standar asupan kafein pada usia 10 tahun terkait
dengan risiko 22% lebih tinggi dari menarke dini (<11 tahun) setelah disesuaikan
untuk variabel perancu potensial.110 Minuman manis dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi insulin yang bersirkulasi dalam tubuh secara cepat. Studi
menemukan konsumsi minuman manis lebih sering menjadi faktor prediktif dari
menarke dini melalui perubahan metabolik pada mekanisme jalur yang dimediasi
insulin dan peningkatan regulasi hormon, di samping peningkatan IMT.109
h) Serat tumbuhan
faktor eksploratori: pola diet tradisional, pola diet tidak sehat, dan pola diet
protein. Pola diet yang tidak sehat ditemukan secara signifikan terkait erat dengan
pubertas sebelum waktunya baik pada anak perempuan dan laki-laki. Tigapola
diet berkontribusi pada 47,31% dari variasi total. Temuan ini serupa dengan
penelitian sebelumnya yang mengidentifikasi 4 komponen dari data frekuensi
makanan yang menjelaskan 29,2% variasi makanan. Temuan saat ini berpendapat
bahwa pola diet tradisional, yang berat pada sayuran, buah-buahan, daging merah,
daging putih, dan makanan laut dan air, tidak terkait dengan perkembangan
seksual baik laki-laki atau perempuan setelah penyesuaian untuk pembaur, karena
satu-satunya positif hasil pada anak laki-laki mungkin dianggap berasal dari
ukuran sampel kecil dari kelompok berusia 6 tahun. Itu dihipotesiskan bahwa
konsumsi buah dan sayuran yang lebih besar dapat dikaitkan dengan usia pubertas
nanti di kalangan anak perempuan karena 2 fitoestrogen, lignin, dan
flavonol.108,133
i) Junk food
Istilah junk food mengacu pada makanan cepat saji yang mudah dibuat dan
cepat dikonsumsi. Makanan tersebut tidak ada nilai gizi dan sering tinggi lemak,
garam, gula, dan kalori. Junk food termasuk makanan ringan asin, makanan cepat
saji goreng, dan minuman berkarbonasi. 135
Kandungan gula dan lemak jenuhnya yang tinggi dan ditambah dengan
kandungan zat adiktif seperti monosodium glutamate, tatrazine yang memiliki
efek negatif bagi tubuh jika dikonsumsi.Makanan yang dikategorikan sebagai junk
food biasanya mengandung sodium, saturated fat, dan kolesterol. Beberapa junk
food juga mengandung gula dan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi
tubuh.136
Universitas Kristen Krida Wacana
48
ii. Lemak: Junk food seperti keripik kentang, burger, pizza, ayam goreng, dan
lain-lain memiliki kandungan lemak tinggi. Kandungan trans fat tertinggi
pada kentang goreng (8,1% dari total lemak) diikuti oleh mi instan (4,6%
dari total lemak) dan keripik kentang (4,5% dari total lemak). Hubungan
antara lemak jenuh dan trans fat dengan peningkatan risiko penyakit
jantung sudah terbukti. Ada juga bukti bahwa risiko diabetes tipe 2 secara
langsung terkait dengan konsumsi lemak jenuh dan trans fat dan
berbanding terbalik dengan lemak tak jenuh ganda dari sumber nabati.
Trans fat adalah istilah umum untuk lemak tak jenuh dengan asam lemak
trans-isomer (E-isomer). Trans fatty acids (TFA) adalah isomer geometri
dari asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan asam lemak tak jenuh
ganda (PUFA) yang memiliki setidaknya satu gugus yang tidak
terkonjugasi (terganggu oleh setidaknya satu gugus metilen), ikatan
rangkap karbon-karbon dalam konfigurasi trans lebih daripada konfigurasi
cis yang lebih umum. Konfigurasi trans memiliki efek pada sifat
fungsional dan fisiokimiawi dari asam lemak yang mempengaruhi
metabolisme asam lemak pada manusia. Tingginya kadar TFA adalah
masalah kesehatan masyarakat karena beberapa bukti yang
menghubungkan TFA dengan penyakit jantung koroner.
Aktivitas fisik adalah program latihan atau kegiatan yang dilakukan seperti
: lari, senam, balet dan lain-lain.Anak dikatakan aktif melakukan aktivitas bila
melakukan 1 atau lebih kegiatan olahraga dan dilakukan lebih dari 1 jam selama
3-5 kali per minggu.Pengeluaran energi melalui aktivitas fisikdiketahui
mempengaruhi usia menarke. Olahraga yang intensif cenderung menurunkan
kadar gonadotropin dan produksi hormon di ovarium.Di bawah kondisi
pengeluaran energiyang berlebihan, akan terjadi fase luteal yang lebih pendek,
kadar FSH yang lebih rendah, dan kadar prolaktin yang lebih tinggi yang dapat
menyebabkan penundaan awitan pubertas.
menstruasi umumnya terjadi pada atlet dengan masa tubuh yang distribusi
lemaknya sangat rendah.138 Dari penelitian Lee EY, Carson V, John C di South
Korean mendapatkan hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
menarke sebanyak 38,2 %.
2.9.8 Pestisida
10 tahun.86
Universitas Kristen Krida Wacana
51
Faktor-faktor lebih lanjut yang menyulitkan bidang penelitian ini adalah bahwa
EDC kemungkinan memiliki kemampuan mengganggu endokrin yang berbeda
pada konsentrasi yang berbeda, jumlah paparan, periode perkembangan dan
susunan kimia yang tepat. Terlepas dari hambatan yang sulit ini, studi lebih lanjut
sangat penting.86
Banyak ahli fisiologi tubuh dan juga psikolog yang menyatakan bahwa
entah bagaimana, atau melalui mekanisme seperti apa, informasi berbau seks yang
banyak terdapat di media massa baik cetak maupun elektronik saat ini telah
memicu perubahan di otak yang mengakibatkan awal perkembanganseksual yang
semakin dini, yang juga berarti umur menarke yang menjadi semakin cepat
sehingga anak-anak gadis yang terpapar dengan stimulan eksternal sebelum ia
mengalami menarke , usia menarkenya akan menjadi lebih cepat dibandingkan
dengan anak-anak yang tidak terpapar stimulan eksternal sebelum ia menarke.141
Pada penelitian yang dilakukan oleh Adilla P, didapatkan hasil dimana
tidak terdapat hubungan bermakna antara keterpaparan media dewasa dengan
status menarke (p=0,249). Sebanyak 81% siswi yang terpapar media dewasa
sudah mengalami menarke. Untuk siswi yang tidak terpapar media dewasa,
sebanyak 71,7% siswi sudah mengalami menarke. Selain itu, tidak didaptakan
juga hubungan yang bermakna antara ketertarikan lawan jenis dengan status
menarke. Sebanyak 78,8% siswi yang tertarik lawan jenis sudah mengalami
menarke. Untuk siswi yang tidak tertarik lawan jenis sebanyak 78,9% siswi sudah
mengalami menarke keterpaparan lawan jenis. Responden dikategorikan terpapar
jika sudah berpacaran sebelum mengalami menarke.93 Penelitian ini sama dengan
Usia menarke dapat dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor genetik, fisik,
emosional dan lingkungan. Usia menarke anak cenderung mirip dengan usia
menarke ibunya.Setiap manusia akan mewariskan suatu karakteristik dari generasi
ke generasi. Masing-masing anak akan memiliki kode genetik yang didapat dari
orang tua nya. Hal ini tidak menutup kemungkinan apabila ibu mengalami
menarke pada usia normal, maka anaknya akan mengalami menarke pada usia
Penelitian yang dilakukan oleh Lusiana tahun 2012 pada 62 siswi kelas VII
dan VIII SMP PGRI Pekanbaru menunjukkan ada hubungan yang dignifikan
antara usia menarke ibu dengan usia menarke anaknya dengan OR = (95% CI :
1,50-20,35).14Rizki D tahun 2017 juga melakukan penelitian tentang pengaruh
usia menarke ibu dengan usia menarke anak pada 45 siswi di SD Muhammadiyah
Worobrajan 3 Kota Baru Yogyakarta didapatkan siswi paling banyak yang
mengalami menarke pada usia ≤ 12 tahun dengan usia menarke ibu 12 sampai 14
tahun sebanyak 14 orang (31,1%) dan sebagian kecil lainya usia menarke ibu 10
sampai 11 tahun sebanyak 11 orang (24,4%), sedangkan paling banyak siswi yang
mengalami menarke pada ≤ 11 tahun dengan menarke ibu 12 sampai 14 tahun
sebanyak 11 orang (15,5%) dan sebagian kecil lainya sebanyak 3 orang
(6,7%).149Penelitian yang dilakukan oleh Naeimeh tahun 2016 pada 2000 anak
perempuan berumur 9-18 tahun di Iran juga menunjukkan hubungan yang
signifikan antara usia menarke ibu dengan usia menarke anak (p=0.001). 150
nikah, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual, masalah gizi, perawakan
pendek, penyakit kronik, masalah psikologis dan sebagainya.5
Penelitian yang dilakukan oleh Widen tahun 2012 pada 5058 subyek (2417
laki-laki dan 2641 perempuan) di Finlandia didapatkan hubungan antara usia usia
pubertas dengan terjadinya peningkatan berat badan (obesitas), glukosa darah
puasa, tekanan darah diastolik, pengingkatan kolestrol total, LDL, trigleserida,
dan terjadi penurunan HDL (p<0.002).15
Pada penelitian tahun 2012 di Amerika pada 5,058 subjek (2,417 laki-laki
dan 2,641 perempuan) memperlihat terdapat hubungan antara pubertas dini
dengan kelainan metabolik pada masa yang akan datang. Dimana akan
menyebabkan beberapa kelainan seperti obesitas, diabetes melitus tipe 2, dan
penyakit kardiovaskular.153
Selain dari penyakit fisik, pubertas dini juga menyebabkan risiko tinggi
untuk terjadi gangguan makan dan cemas. Hal ini disebabkan karena pengaruh
hormonal yang terlalu dini pada seseorang sehingga mempengaruhi mekanisme
biologis dan psikosialnya.155Suatu penelitian memperlihatkan MRI pada 54 anak
yang menderita pubertas dini memiliki volume hipokampus, amigdala, dan sistem
limbik yang lebih kecil sehingga mempengaruhi emosional dan perilaku.156
Universitas Kristen Krida Wacana
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah siswi yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi.
1. Kriteria inklusi:
2. Kriteria eksklusi:
3.4 Sampling
q: 1-p
Zα: nilai untuk statistik zα pada kurva normal standar pada tingkat
kemaknaan (1,96)
1,962. 0,605.0,395
Tidak ada.
Alat penelitian yang akan digunakan adalah kuesioner, yang berisi daftar
pertanyaan untuk responden tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan usia
pubertas pada siswi SDN Tomang 11 Pagi pada bulan Agustus 2018.
4. Menyebarkan kuesioner yang sudah valid kepada 140 siswi SDN Tomang
11 Pagi usia 8-12 tahun.
5. Responden mempunyai kesulitan untuk membaca dan menulis akan
dibacakan kuesioner kepadanya dan diisi oleh peneliti. Data tentang usia
menarke ibu dan status ekonomi didapatkan melalui ibu responden dengan
cara menelfon. Data yang diperoleh yaitu data primer, yang didapatkan
dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh responden.
1. Usia Pubertas
3. Status Gizi
4. Sosial ekonomi
5. Pola diet
6. Aktivitas fisik
2. Analisis bivariat
1. Usia Pubertas
2. Gejala Pubertas
Tabel 3.2 Pertanyaan mengenai Tanda Pubertas yang Tampak pada Responden
Ya Tidak
Dari tanda pubertas yang ada, tanda apa yang pertama kali muncul pada
diri anda?
a. Menstruasi
b. Pertumbuhan payudara
4. Status Gizi
5. Sosial Ekonomi
Tabel 3.3 Pertanyaan mengenai Sosial Ekonomi Orang Tua Responden. 157
6. Pola diet
Tabel 3.4 Pertanyaan mengenai Pola Diet yang dikonsumsi Responden. 158
Minuman bersoda
Sprite dll)
dll)
pizza,
hotdog
nugget
7. Aktivitas Fisik
a) Definisi operasional : Tingkat aktivitas fisik responden yang dlihat
dari aktivitas yang dilakukan responden pada saat sebelum ke
sekolah, pada pendidikan jasmani, jam makan siang, jam istirahat,
setelah pulang sekolah, aktivitas pada hari sabtu dan minggu dan
aktivitas kurang gerak.
Pertanyaan Jawaban
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Distribusi Status Pubertas Siswi SDN Tomang 11 Pagi pada Bulan Agustus 2018
Tabel 4.2 Komponen Statistik Usia Pubertas pada Siswi SDN Tomang 11 Pagi
Berdasarkan Tabel 4.2, dari seluruh siswi yang sudah pubertas, rata-rata
usia pubertas pada siswi yang sudah pubertas adalah 10,55±0.83 tahun dengan usia
pubertas termuda adalah usia 9 tahun dan usia pubertas tertua adalah 12 tahun.
Kelompok usia yang paling banyak sudah pubertas adalah pada usia 11 tahun.
Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, variabel usia pubertas memiliki
p-value sebesar 0,000 yaitu berarti variabel tersebut mempunyai distribusi tidak
normal (p<0,005).
Menstruasi
0 22
12
Pertumbuhan Pertumbuhan
10
Rambut Pubis Payudara
6 39
Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Siswi SDN Tomang 11 Pagi pada Bulan Agustus 2018
payudara, pertumbuhan rambut pubis, gejala pubertas pertama, usia menarke ibu,
status gizi, status sosial ekonomi, pola diet, tingkat aktivitas fisik dan
keterpaparan media dewasa sebelum menstruasi.
Sebagian besar ibu dari responden mulai menarke pada usia normal yaitu
sebesar 81,2% sedangkan sisanya (18,8%) mulai menarke pada usia dini.
Sebagian besar responden memiliki pola diet tidak sehat yaitu sebesar
84,4% sedangkan sisanya (15,6%) memiliki pola diet sehat.
Tabel 4.4 Hasil Penelitian Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen.
Dari hasil analisis bivariat didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara usia menarche ibu, status gizi, sosial ekonomi, pola diet, aktivitas fisik dan
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Wulandari dkk. yang
menemukan responden yang mengalami kejadian menarke pada rata-rata usia
11,64 (SD±1,13) tahun.160
Hasil ini sesuai dengan teori bahwa pada anak perempuan awal pubertas
ditandai oleh timbulnya breast budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10
tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa
pada usia 13-14 tahun.22,23
Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar ibu dari responden
mulai menarke pada usia normal yaitu sebesar 81,2 sedangkan sisanya (18,8%)
mulai menarke pada usia dini.
Hasil ini sama dengan penelitian oleh Nababan yang menemukan sebagian
besar ibu responden mempunyai usia menarke normal yaitu sebesar 83,3%
sedangkan yang mempunyai usia menarke dini adalah sebesar 16,7%.161
Hasil ini juga sama dengan penelitian oleh Adilla yang menemukan usia
menarke ibu responden sebagian besar adalah antara usia 11 sampai 14 tahun
yaitu sebesar 75% dengan rata-rata usia menarke ibu responden .adalah
13,51±1,433 tahun.90
Hasil ini berbeda dengan penelitian oleh Wulandari dkk. yang menemukan
ibu yang mengalami menarke dini sebesar 45,5%, ibu yangmengalami menarke
normal sebesar 54,5% dan tidak ada yang mengalami menarke terlambat.160
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian oleh Adilla yang
menemukan sebagian besar responden mempunyai status gizi normal yaitu
sebesar 76% sedangkan responden dengan status gizi obesitas adalah sebesar
15,2%.90
Hasil ini juga berbeda dengan penelitian oleh Wulandari dkk. yang
mendapatkan hasil responden yang status gizi normal sebesar 45,5%, responden
yang status gizi gemuk sebesar 12,5%, responden yang status gizi obesitas I
sebesar 28,4%, responden yang status gizi obesitas II sebesar 13,6%.160
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian oleh Pulungan yang
menemukan 50% responden adalah dari kelompok status sosial ekonomi tinggi
sedangkan responden dari kelompok status sosial ekonomi sedang adalah sebesar
44,9%. Hanya 5,1% responden terdiri dari kelompok status sosial ekonomi
rendah.163
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Cheng dkk. yang
menemukan sebagian besar subyek memiliki pola diet yang seimbang berdasarkan
Nutritional Quality Index (NQI) yaitu sebesar 38,3% dibanding kelompok dengan
pola diet NQI rendah (semakin rendah NQI, semakin tidak sehat pola dietnya)
yaitu sebesar 31,1% sedangkan kelompok dengan pola diet NQI tinggi (pola diet
sehat) adalah sebesar 30,6%.164
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian oleh Nababan yang menemukan
sebagian besar responden memiliki tingkat aktivitas fisik sedang yaitu sebesar
69,3% sedangkan aktivitas fisik ringan adalah sebesar 16,7% dan yang paling
sedikit adalah aktivitas fisik berat yaitu sebesar 14%.161
Universitas Kristen Krida Wacana
81
Hasil ini berbeda dengan penelitian oleh Adilla yang menemukan sebagian
besar responden sudah terpapar media dewasa yaitu sebesar 77,5% sedangkan
22,5% responden belum terpapar media dewasa. Dari responden yang sudah
terpapar, sebesar 21,1% sering (lebih dari 6 kali) terpapar sedangkan 56,4% jarang
(1-5 kali) terpapar.90
Hasil ini juga berbeda dengan penelitian Wulandari dkk. yang menemukan
responden yang terpapar media dewasa sebesar 47,7%, sedangkan responden yang
tidak terpapar media dewasa sebesar 52,3%.160
Dari hasil penelitian tidak ada hubungan yang signifikan antara usia
menarke ibu dengan usia pubertas anak.
Hal ini sama dengan teori yang menyatakan bahwa usia menarke individu
dipengaruhi oleh kombinasi antara faktor genetik, fisik, emosional dan lingkungan.
Usia menarke anak cenderung mirip dengan usia menarke ibunya.Setiap manusia
akan mewariskan suatu karakteristik dari generasi ke generasi. Masing-masing
anak akan memiliki kode genetik yang didapat dari orang tua nya. Hal ini tidak
menutup kemungkinan apabila ibu mengalami menarke pada usia normal, maka
anaknya akan mengalami menarke pada usia yang normal. Sebaliknya, apabila ibu
mengalami menarke lebih cepat/lambat, maka kemungkinan besar anaknya akan
mendapatkan menarke lebih cepat/lambat juga.149 Dimana gen yang beperan
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lusiana tahun
2012 pada 62 siswi kelas VII dan VIII SMP PGRI Pekanbaru yang menunjukkan
ada hubungan dignifikan antara usia menarke ibu dengan usia menarke anaknya
dengan OR = (95% CI : 1,50-20,35).14
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizki D tahun 2017 tentang pengaruh
usia menarke ibu dengan usia menarke anak pada 45 siswi di SD Muhammadiyah
Worobrajan 3 Kota Baru Yogyakarta juga didapatkan hubungan yang signifikan
antara usia menarke ibu dengan usia menarke anak, dimana didapatkan siswi
paling banyak yang mengalami menarke pada usia ≤ 12 tahun dengan usia
menarke ibu 12 sampai 14 tahun sebanyak 14 orang (31,1%) dan sebagian kecil
lainya usia menarke ibu 10 sampai 11 tahun sebanyak 11 orang (24,4%),
sedangkan paling banyak siswi yang mengalami menarke pada ≤ 11 tahun dengan
menarke ibu 12 sampai 14 tahun sebanyak 11 orang (15,5%) dan sebagian kecil
lainya sebanyak 3 orang (6,7%).4
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Naeimeh tahun 2016 pada 2000 anak
perempuan berumur 9-18 tahun di Iran juga menunjukkan hubungan yang
signifikan antara usia menarke ibu dengan usia menarke anak (p=0.001). 150
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori di atas dimana dari hasil uji
statistic, tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan usia
pubertas.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rini EA dan Desdamona
A pada murid SD di Padang, dimana tidak terdapat perbedaan bermakna antara
IMT dengan usia usia pubertas, baik pada anak laki-laki (p=0,8) maupun pada
anak perempuan (p=0,08). Anak laki-laki dengan overweight, lebih cepat
mengalami usia pubertas daripada gizi baik. Anak perempuan dengan obesitas,
usia pubertasnya paling cepat dan gizi kurang usia usia pubertas paling lambat.
Menurut teori yang ada seharusnya hubungan antara status gizi dengan
status menarke berkaitan erat. Status gizi yang dinilai dengan indeks massa tubuh
mempengaruhi terjadinya menarke. Obesitas saat usia 5 tahun juga mempengaruhi
terjadinya perkembangan payudara yang lebih dini. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang pada siswi SMPN 10 di Tegal oleh Adilla P, dimana terdapat
hubungan bermakna antara status gizi dengan status menarke dengan nilai p =
0,000. Semakin tinggi nilai IMT, usia usia menarke akan semakin dini.93 Begitu
pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswianti YA di SDN Cikaret 01
Cibinong, dimana terdapat hubungan antara IMT dengan menarke (p=0,02).98
Penelitian yang dilakukan oleh Bralic I et al di Dalmatia, Croatia pada anak
perempuan juga menunjukan bahwa terdapat hubungan antara overweight/obesitas
dengan menarke dini. Penelitian ini juga menunjukan bahwa pada anak perempuan
yang underweight akibat malnutrisi atau aktivitas ekstrim dapat menyebabkan
Dari hasil penelitian tidak ada hubungan yang signifikan antara status
sosial ekonomi tinggi dengan usia pubertas dini.
Hal ini tidak sama dengan teori yang menyatakan bahwa status ekonomi
keluarga mempengaruhi status gizi anak, dan anak dengan status gizi baik akan
mengalami pubertas lebih awal.44,102,104Kondisi sosial ekonomi yang cukup juga
berhubungan dengan kemudahan untuk mendapatkan bahan makanan yang
berkualitas, di antaranya protein hewani dan lemak jenuh. Makanan sumber
protein pada awal kehidupan dapat mempengaruhi waktu pubertas karena rasio
yang tinggi antara protein hewani dan nabati pada usia 3-5 tahun berhubungan
dengan terjadinya menarke dini.10 Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari T
tahun 2017 pada 216 siswi SD Islamic Medan juga mempelihatkan hubungan
yang tidak signifikan antara status ekonomi dengan usia menarke (p-value=0.64).
Disebabkan karena subyek yang diteliti memiliki status ekonomi yang sama yaitu
status ekonomi rata-rata.167
Penelitian yang dilakukan oleh Aneh M Gharravi tahun 2008 pada 100
mahasiswi Universitas Gorgan Iran juga memperlihatkan hubungan yang tidak
signifikan antara status ekonomi dengan usia menarke (p-value>0.05).168
Penelitian yang dilakukan oleh Lusiana tahun 2012 pada siswa kelas VII
dan VIII SMP PGRI Pekan baru juga mendapatkan hubungan yang signifikan (p
value <0,05) OR=5,65 dengan usia usia pubertas dengan status sosial ekonomi
tinggi sebanyak 40 siswi (64,5%).14
Pola diet sehat atau tidak sehat mempengaruhi usia pubertas. Dari analisis
bivariat memperlihatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola diet tidak
sehat dengan kejadian pubertas dini.
Hal ini tidak sama dengan teori. Dimana pola diet yang tidak sehat yang
dimaksud adalah makanan manis dan camilan, minuman manis, gorengan dan
makanan cepat saji (mengandung asupan lemak tinggi, gula tinggi, dan kalori
tinggi).109 Asupan lemak memiliki pengaruh potensial terhadap metabolisme
dengan pubertas dini (p-value=1.24) . 108 Penelitian oleh Ban Al-Sahab tahun
2010 pada 60.9111 anak perempuan di Canada memperlihatkan ada hubungan
signifikan antara pola diet tidak sehat (mengandung asam lemak tidak jenuh)
dengan pubertas dini (p-value>0.05).108
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori diatas, dimana didapatkan hasil
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifkan antara aktivitas fisik dengan usia
pubertas.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tehrani juga
menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengeluaran
energi serta tingkat aktivitas fisik dengan usia menarke.166
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Maidartati pada anak usia
9–12 tahun di SDN Banjarsari II Bandung, dimana terdapat hubungan antara
aktifitas fisik dengan menarke. Hal ini berarti bahwa aktivitas fisik atau olah raga
secara berlebihan maka akan memperlambat anak mendapatkan menarke.138
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Burhannudin (2002) di Sulawesi Selatan tentang hubungan aktivitas fisik dengan
menarke. Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa terdapat hubungan aktifitas
fisik dengan menarke. 138
Universitas Kristen Krida Wacana
87
BAB VI
6.1 Kesimpulan
1. Rata-rata usia pubertas pada penelitian ini adalah 10,55 (SD±0.83) tahun
dengan usia pubertas termuda adalah usia 9 tahun dan usia pubertas tertua
adalah 12 tahun. Distribusi gejala pubertas awal terbanyak adalah pada
pertumbuhan payudara (70,8%).
2. Distribusi usia menarke ibu terbanyak adalah pada usia menarke normal
(81,2%). Distribusi status gizi terbanyak adalah pada status gizi normal
3. Untuk hasil penelitian bivariat dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia menarke ibu, status gizi, status sosial
ekonomi, pola diet, dan keterpaparan media dewasa dengan usia pubertas.
Universitas Kristen Krida Wacana
89
Saran
c) Menggunakan nilai presisi yang lebih kecil agar jumlah sampel yang
didapatkan lebih besar dan hasil penelitian menjadi lebih baik.
6.2 Keterbatasan
a) Variabel yang diteliti dalam penelitian ini hanyalah usia menarke ibu,
sosial ekonomi, IMT, aktivitas fisik, diet, status gizi, dan ketepaparan
media sosial. Sedangkan masih banyak lagi faktor lain yang
berhubungan usia pubertas seperti susu formula, ASI, defiensi vitamin
D, paparan bahan kimia, riwayat kehamilan, berat badan lahir rendah,
genetik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hernandez MI, Mericq V. Pubertal development in girls born small for gestational
age. J Pediatr Endocrinol Metab 2008;21: 201-208.
2. Buck LGM, Gray LE, Marcus M, dkk. Environmental factors and puberty timing:
expert panel research needs. Pediatrics 2008; 121(3):192-207.
3. Hernandez MI, Mericq V. Impact of being born small for gestational age on awitan
and progression of puberty. Best Pract Res Clin Endocrinol Metab 2008; 22: 463-
476.
4. Gardner DG, Shoback D, penyunting. Greenspan’s basic & clinical endocrinology.
Edisi ke-10. New York: McGraw-Hill Education; 2018.
5. Balen A. Disorders of puberty. Dalam: Shaw RW, Soutter WP Stanton SL,
penyunting. Gynaecology. Edisi ke-3. London: Churchill Livingstone;2008. p. 215-
27.
6. Sorensen K, Mouritsen A, Aksglade L, Hagen CP, Mogensen SS, Juul A. Recent
secular trend in puberty timing:implication for evaluation and diagnosis of
precocious puberty. Horm Res Paediatr 2012;77:137-145.
7. Biro FM., Galvez MP, Greenspan LC, dkk. Pubertal assessment method and
baseline characteristics in a mixed longitudinal study of girls. Pediatrics
2010;126(3):583-590.
8. Gaudineau A, Ehlinger V, Vayssiere C, dkk. Factors associated with early
menarke: Results from the French Health Behaviour in School-aged Children
(HBSC) study. BMC Public Health 2010;1:175-181.
9. Badan Pusat StatistikDepkes RI. SurveiDemografi
dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2012.
10 . Ganabathy, Widjajakusuma A, Hidayat D. Age pattern at menarke as results from a
puberty survey. AMJ2016;3(4):640-3.
11 . Anne-Simone P, Teilmann G, Juul A, dkk. The timing of normal puberty and the
age limits of sexual precocity: Variation around the word, secular trends, and
changes after migration. Endocrine Reviews 2003;24:668-91.
12 . Keizer-Schrama M, Mul D. Trends in pubertal development in Europe. Hum
Reprod Update 2001; 7:287-91.
14 . Lusiana N. Faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menarke siswi SMP PGRI
Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas 2012;2(1):40-44.
15 . Semiz S, Kurt F, Kurt DT, dkk. Factors affecting puberty in Denizli province
Turkey. Turk J Pediatr 2009;51:49-55.
17 . Santrock JW. LifeSpan Development. Edisi ke-10. New York: Mc Graw-Hill; 2006.
20 . Kaplan SL, Grumbach MM. Pituitary and placental gonadotropins and sex steroid in
the human and sub human primate fetus. Clin Endocrinol Metab 1978;7:487-511.
27 . Uche-Nwachi EO, Odekunle A, Gray J, dkk. Mean age of menarke in Trinidad and
its relationship to body mass index,ethinicity and mothers age of menarke. Online
Journal of Biological Sciences 2007;7(2):66-71.
33 . Tanner JM. Foetus into Man. Edisi ke-2. Hertford:Castlemead Publication; 1989.
earlier, but most do not require treatment.Adv Pediatr Res 2011;58(1): 243-258.
37 . Mensah FK, Bayer JK, Wake M,dkk. Early puberty and childhood social and
behavioraladjustment. J Adolesc Health 2013;53(1):118-124.
38 . Sedlmeyer IL, Palmert MR. Delayed puberty:analysis of a large case series from
anacademic center. J Clin Endocrinol Metab2002;87(4):1613-1620.
43 . Jensen AM, Brocks V, Holm K, dkk. Central precocious puberty in girls: internal
genitalia before, during, and after treatment with long-acting gonadotropin-
releasing hormone analogues. J Pediatr 1998;132(1):105-8.
4 4 . Loomba-Albrecht LA, Styne DM. The physiology of puberty and its disorders.
45 . Marshall WA, Tanner JM. Variations in the pattern of pubertal changes in boys.
47 . Faizi M, Artati AD, Pulungan AB, penyunting. Pedoman praktik klinis : diagnosis
dan tatalaksana pubertas prekoks sentral. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia;2017.
48 . Lee PA, Kerrigan JR. Precocious puberty.Dalam: Pescovitz OH, Eugster EA,
penyunting. Textbook of Pediatric Endocrinology. Philadelphia: Lippincott
Williams&Wilkins; 2004. h.316-330.
50 . Kappy MS, Ganong CS. Advances in the treatment of precocious puberty. Adv
Pediatr 1994;41:223-261.
51 . Partsch CJ, Heger S, Sippell WG. Management and outcome of central precocious
puberty. Clin Endocrinol 2002;56:129-148.
53 . Nathan BM, Palmert MR. Regulation and disorders of pubertal timing. Endocrinol
Metab Clin N Am 2005;34:617-41.
54 . Palmert MR, Boepple PA. Variation in the timing of puberty: clinical spectrum and
genetic investigation. J Clin Endocrinol Metab 2001;86:2364-8.
55 . Seminara SB, Messager S, Chatzidaki EE, dkk. The GPR54 gene as a regulator of
puberty. N Engl J Med 2003;349:1614-27.
5 8 . Gajdos ZK, Hirschhorn JN, Palmert MR. What controls the timing of puberty? An
update on progress from genetic investigation. Curr Opin Endocrinol Diabetes
Obes2009;16:16–24.
61 . Silveira-Neto AP, Leal LF, Emerman AB, dkk. Absence of functional LIN28B
mutations in a large cohort of patients with idiopathic central precocious puberty.
Horm Res Paediatr 2012;78:144-150.
62 . Barker DJ. Fetal origins of coronary heart disease. Br Heart J 1993; 69(3):195–6.
63 . Tyrrell J, Richmond RC, Palmer TM, dkk. Genetic evidence for causal
relationships between maternal obesity-related traits and birth weight. JAMA
2016;315(11):1129–1140.
64 . Wagner IV, Sabin MA, Pfäffle RW, dkk. Effects of obesity on human sexual
development. Nat Rev Endocrinol 2012;8(4): 246–254.
65 . Keim SA, Branum AM, Klebanoff MA, dkk. Maternal body mass index and
daughters’ age at menarke. Epidemiology2009; 20(5):677–81.
68 . Dunger DB, Ahmed ML, Ong KK. Early and late weight gain and the timing of
puberty. Mol Cell Endocrinol 2006; 254-255:140–5.
69 . Morris DH, Jones ME, Schoemaker MJ, dkk. Determinants of age at menarke in
theUK: analyses from the breakthrough generations study.Br J Cancer
2010;103(11):1760–1764.
71 . Vatten LJ, Romundstad PR, Holmen TL, dkk. Intrauterine exposure topreeclampsia
and adolescent blood pressure, body size, and ageat menarke in female
offspring.Obstet Gynaecol 2003;101(3):529–533.
7 2 . Ros HS, Lichtenstein P, Ekbom A, Cnattingius S. Tall or short? Twenty years after
preeclampsia exposure in-utero: comparisons of final height, body mass index,
waist-to-hipratio, and age at menarke among women, exposed andunexposed to
preeclampsia during fetal life. Pediatr Res 2001; 49(6):763–769.
76 . Gannon AM, Stampfli MR, Foster WG. Cigarette smoke exposure leads to follicle
loss via an alternative ovarian cell death pathway in a mouse model. Toxicol Sci
2012;125:274- 284.
78 . Thompson J, John B. Cadmium: toxic effects on the reproductive system and the
embryo. Reprod Toxicol 2008;25:304– 315.
79 . Dwyer JB, McQuown SC, Leslie FM. The dynamic effects of nicotine on the
developing brain. Pharmacol Ther 2009;122:125 – 139.
8 5 . Francois I, de Zegher F. Adrenarche and fetalgrowth. Pediatr Res 1997; 41: 440–
442.
86 . Ong KK, Petry CJ, Emmett PM, dkk. Insulinsensitivity and secretion in normal
childrenrelated to size at birth, postnatal growth,and plasma insulin-like growth
factor-I levels.Diabetologia 2004; 47: 1064–1070
87 . Wang Y, Dinse GE, Rogan WJ. Birth weight, earlyweight gain and pubertal
maturation: a longitudinal study.Pediatr Obes 2012;7(2):101–109.
88 . Fisher MM, Eugster EA. What is in our environment that effects puberty?Reprod
Toxicol. 2014;44:7–14.
90 . Han JC, Lawlor DA, Kimm SY. Childhood obesity. Lancet 2010;375:1737–1748.
91 . Jasik CB, Lustig RH. Adolescent obesity and puberty: the“perfect storm”.Ann N Y
Acad Sci2008;1135265–279.
94 . Siswianti YA. Hubungan berat badan, persen lemak tubuh, status gizi, umur
menarke ibu dengan umur menarke pada siswi di SDN Cikaret 01 Cibinong
Kabupaten Bogor tahun 2012. [Skripsi]. Depok: FK UI; 2012.
96 . Sandhu J, Ben-Shlomo Y, Cole TJ, dkk. The impact of childhood body mass index
on timing of puberty, adult stature and obesity: a follow-up study based on
adolescent anthropometry recorded at Christ’s Hospital (1936–1964). Int J Obes
2006;30:14–22.
97 . Heger S,Körner A, Meigen C, dkk. Impact of weight status on the awitan and
parameters of puberty: analysis of three representative cohort from Central Europe.
J Pediatr Endocrinol Metab 2008;21:865-877.
9 9 . Labayen I, Ortega FB, Moreno LA,dkk. The effect of early menarke on later body
composition and fat distribution in female adolescents: role of birth weight. Ann
Nutr Metab 2009;54(4):313-320.
100 . Vink EE, Van CS, Van MEG, dkk. Changes and tracking of fat mass in pubertal
girls. Obesity 2009;18(6):1247-1251.
101 . Currie C, Ahluwalia N, Godeau E, dkk. Is obesity at individual and national level
associated with lower age at menarke? Evidence from 34 countries in the health
behaviour in school-aged children study.J Adolesc Health 2012;50(6):621-626.
102 . Schrama K, D Mul. Trend in pubertal development in Europe. Hum Reprod Update
2001;7:287-91.
104 . Indaryani W, Susanto R, Susanto JC. Hubungan usia pubertas dan status sosial
ekonomi serta status gizi pada anak perempuan. Sari Pediatri 2010;11(5):374-8.
105 . Kulin HE, Bwibo N, Mutie D, Santner SJ. The effect of chronic childhood
malnutrition on pubertal growth and development. Am J Clin Nutr 1982;36: 527-36.
106 . Melaoy M, Champbell BC. Catch-up reproductive maturation in rural Tonga girls,
Zambia. Am J Hum Biol 2004;16:658-69.
108 . Chen C, Chen Y, Zhang Y, dkk. Association between dietary patterns and
precocious puberty inchildren: a population-based study. Int JEndocrinol2018;1:1-
7.
110 . Mueller NT, Jacobs DR, MacLehose RF, dkk. Consumption ofcaffeinated and
artificially sweetened soft drinks is associated with risk of early menarke. Am J
ClinNutr 2015;102:648–54.
113 . Lee HA, Kim YJ, Lee H, dkk. The preventive effect of breast-feeding forlonger
than 6 months on early pubertal development among children aged 7–9 years in
Korea. PublicHealth Nutr 2015;6:1–8.
114 . Gillman MW. Commentary: breastfeeding and obesity-the 2011 scorecard. Int J
Epidemiol 2011;40(3):681–684.
115 . Kale A, Deardorff J, Lahiff M, dkk. Breastfeeding versus formula-feeding & girls’
pubertal development. Matern Child Health J 2015;19(3): 519–527.
116 . Kwok MK, Leung GM, Lam TH,Schooling CM. Breastfeeding, childhood milk
consumption, and awitan of puberty. Pediatrics 2012;130(3):631–639.
117 . Kwok MK, Schooling CM, Lam TH, Leung GM. Does breastfeeding protect
against childhood overweight? Hong Kong's children of 1997birth cohort.Int J
Epidemiol 2010;39(1):297–305.
118 . Al-Sahab B, Adair L, Hamadeh MJ, dkk. Impact of breastfeeding duration on age at
menarche. Am J Epidemiol 2011;173(9): 971–977.
119 . Ong KK, Emmett P, Northstone N, dkk.Infancy weight gain predicts childhood
body fat and age at menarke in girls. J Clin Endocrinol Metab 2009:94(5):1527–
1532.
120 . Kuzawa CW, McDade TW, Adair LS, Lee N. Rapid weight gain after birth predicts
life history and reproductive strategy in Filipino males. PNAS 2010;107:16800–5.
122 . Rogers S,Northstone K,Dunger DB,dkk, . Diet throughout childhood and age at
menarke in a contemporary cohort of British girls. Public HealthNutr
2010;13(12):2052–2063.
123 . Wiley S. Milk intake and total dairy consumption:
associationswithearlymenarkeinnhanes1999–2004.”PLoSONE 2011;6(2):14685.
124 . Adgent MA, Daniels JL, Rogan WJ, dkk. Early-life soy exposure and age at
menarke. Paediatr Perinat Epidemiol 2012;26(2):163–175.
1 2 6 . Thankamony, Ong KK, Ahmed ML, dkk. Higher levels of IGF-I and adrenal
androgens at age 8 years are associated with earlier ageatmenarkeingirls.J Clin
Endocrinol Metab 2012;97(5):786–790.
toward the leveling off of the secular trend. J Adolesc Health 2010;46(3):238–244.
128 . Strom BL, Schinnar R, Ziegler EE, dkk. Exposure to soy-based formula in infancy
and endocrinological and reproductive outcomes in young adulthood. JAMA
2001;286:807-814.
129 . Segovia-Siapco G, Pribis P,Messina M, dkk. Is soy intake related to age at awitan of
menarke? A cross sectional study among adolescents with a wide range of soy food
consumption. Nutr J 2014; 13: 54.
130 . Long JR, Zhao PY, Shen H, Xiong DH. The estrogen receptor α gene is linked
and/or associated with age of menarke in different ethnic groups. JMed Genet
2005;42:796-800.
131 . Lee HS, Kim YJ, Shim YS, dkk. Association between serum vitamin D levels and
precocious puberty in girls. Ann Pediatr Endocrinol Metab2014;19(2):91-5.
132 . Kang YS, Chung IH. Diurnal variation of gonadotropin levels in girls with early
stages of puberty. Ann Pediatr Endocrinol Metab2017;22(3):183-8.
134 . Koo MM, Rohan TE, Jain M, dkk. A cohort study of pola dietary fibre intakeand
menarke. Public Health Nutr 2002;5:353–60.
135 . Johnson S, Saxena P. Nutritional Analysis of Junk Food. New Delhi: Centre For
Science And Environmen; 2012. h.1-24.
136 . Ashakiran, Deepthi R. Fast foods and their impact on health. J Krishna Inst Med Sci
Univ2012;1:7-15.
137 . Maclure M, Travis LB,Willett W, MacMahon B. A prospective cohort study of
nutrient intake andage at menarke. Am. J Clin Nutr 1991;54:649–56.
138 . Maidartati M. Hubungan konsumsi makanan dan aktivitas fisik dengan kejadian
menarke pada anak di SD Banjarsari II Bandung. Jurnal Keperawatan BSI
2013;1(1):1-6.
140 . Santrock, John W. Perkembangan anak jilid I. Edisi ke-11. Jakarta: Erlangga; 2007.
1 4 1 . Kartini K. Psikologi wanita: mengenal gadis remaja dan wanita dewasa. Jakarta:
143 . Ginarhayu. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menarke remaja
puteri (9-15 tahun) pada siswi SD dan SLTP di Jakarta Timur tahun 2002.[Tesis].
Depok: FKM-UI; 2002.
144 . Yuliasari S. Hubungan paparan media dengan usia menarke pada siswi kelas V dan
VI di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta. [Skripsi]. Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyah Yogyakarta; 2016.
145 . Aryati. Hubungan faktor genetik, status gizi dan rangsangan psikis dengan status
menarke siswi SDI Al Azhar 6 Jaka Permai Bekasi tahun 2002. [Skripsi]. Depok:
FKM-UI; 2002.
146 . Harpini A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status menarke siswi SLTP
Negeri 4 Depok tahun ajaran 2002/2003. [Skripsi]. Depok: FKM-UI; 2003.
150 . Tayebi B, Yazdanpanahi Z, Yektatalab S. The association between menarke age and
birth weight, mother and older sisters age of menarke. Razavi Int J Med
2017;5(1):40320.
151 . Kindblom JM, Lorentzon M, Norjavaara E, dkk. Puberty timing is an independent
predictor of central adiposity in young males: the Gotthenburg osteporosis and
obesity determinants study. Diabetes 2006;55:3047-3052.
152 . Hardy R, Kuh D, Whincup PH, Wadsworth ME. Age at puberty and adult blood
presure and body size in a British birth cohort study. J Hypertens 2006;24:59-66.
153 . Pierce MB, Kuh D, Hardy R. Role of life time body mass index in the association
between age at puberty and adult lipids: finding from men and women in a British
birth cohort. Ann Epidemiol 2010;20:676-682.
1 5 4 . Steingraber S. The falling age of puberty in U.S. girls: Whatwe know, what we
155 . Shrestha A, Olsen J, Ramlau-Hansen CH, dkk. Obesity and age at menarke. Fertil
Steril 2011;95(8):2732-2734.
156 . Blanton RE, Cooney RE, Joormann J, dkk. Pubertal stage and brain anatomy in
girls. Neuroscience 2012; 217, 105-112.
157 . Wasis S. Tingkat status sosial ekonomi orang tua dan pola hidup sehat siswa kelas
V gugus WR Soepratman UPT P dan K Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo
Jawa Tengah. [Skripsi]. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta; 2014.
1 5 9 . Bai Y. Measuring general activities levels in children and adolescents using self
report : youth activity profile. [Tesis]. Iowa : Iowa State University;2012.
160 . Wulandari P, Aini DN, Astuti SW. Faktor–faktor yang berhubungan dengan
kejadian menarke siswi di SMPN 31 Semarang. Jurnal Keperawatan
2015;6(2):117-122.
161 . Nababan ASV. Hubungan status gizi, usia menarke ibu dan aktivitas fisik dengan
usia menarke remaja putri di SMP Negeri 1 Siborongborong Kabupaten Tapanuli
Utara tahun 2015. [Tesis]. Medan : Universitas Sumatera Utara; 2015.
162 . Rini EA, Desdamona E. Usia usia pubertas dan beberapa faktor yang berhubungan
pada murid SD di Kota Padang. Sari Pediatri 2007.9(4):227-32.
163 . Pulungan PW. Gambaran usia menarke pada remaja putri di SMP Shafiyyatul
Amaliyyah dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan tahun 2009. [Skripsi]. Medan :
Universitas Sumatera Utara; 2009.
164 . Cheng G, Gerlach S, Libuda L, Kranz S, Gunther ALB, dkk. Diet quality in
childhood is prospectively associated with the timing of puberty but not with body
composition at puberty awitan. J Nutr 2010;140:95-102.
165 . Wenyan L, Qin L, Xu D, dkk. Association between obesity and puberty timing: a
systematic review and meta-analysis. Int J Environ Res Public Health
2017;14:1266.
168 . Gharravi AM, Gharravi S, Marjani A, dkk. Correlation of age at menarke and height
in Iranian student girls living in Gorgan-Northeast of Iran. J Pak Med Assoc
2008;58:426.
170 . Sinaga SEN. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status menarke di SMP X
Rangkasbitung. COPING Ners J. 2015;3(2):34-43.
1 7 1 . Brown JD, Halpern CT, L’Engle KL. Mass media as a sexual super peer for early
maturing girls. J Adolesc Health 2005;36:420–7.
Universitas Kristen Krida Wacana