Anda di halaman 1dari 18

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Menarche
II.1.1 Definisi Menarche
Pertumbuhan dan kematangan dari fungsi organ reproduksi yang ditandai
dengan menstruasi untuk pertama kali disebut menarche (Tarwoto, 2010).
Menarch salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami perubahan
didalam dirinya dan juga disertai dengan berbagai masalah dan perubahan -
perubahan baik fisik, biologi, psikologik maupun sosial, harus dihadapi oleh
remaja karena ini merupakan masa yang sangat penting karena merupakan masa
peralihan kemasa dewasa (Moersintawati, 2008). Menarche adalah menstruasi
pertama yang terjadi pada awal remaja di tengah masa pubertas sebelum
memasuki masa reproduksi dalam rentang usia 10-16 tahun (Proverawati,2009).
Menarche menyatakan bahwa kriteria yang paling sering digunakan untuk
menentukan masa pubertas adalah munculnya menstruasi pertama (menarche)
pada wanita (Hurlock, 2008).
Berdasarkan pengertian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa menarche
merupakan menstruasi pertama pada remaja yang diamana akan mengalami
perubahan pada dirinya baik fisik, biologis, psikologis, maupun social.

II.1.2 Usia Menarche


Remaja mengalami menarche pada usia 12-16 tahun (Kusmiran, 2011).
Secara normal menarche terjadi pada usia 11-16 tahun (Suryani & Widyasih,
2010). (Wiknjosastro dkk, 2008) berpendapat bahwa usia seorang remaja
mengalami menarche yaitu pada umur 11-13 tahun. Anak yang terlalu dini untuk
menghadapi menarche akan memunculkan rasa traumatik atau bahkan
menganggap bahwa menarche merupakan masa yang menjijikan dan menakutkan,
hal itu disebabkan karena anak sangat kurang mendapatkan pengetahuan tentang
menarche itu sendiri (Lee, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
(Deng, 2011) di Cina, mengatakan bahwa usia menarche dapat mempengaruhi

6
7

kesehatan mental anak perempuan dan dari hasil penelitiannya menyebutkan


bahwa menarche dini merupakan faktor resiko yang menyebabkan gangguan
mental seperti resiko perilaku bunuh diri, psikopatologis dan melukai diri.
Respon psikologi anak perempuan dalam menghadapi menarche berbeda-
beda antar satu sama lain, pada dasarnya mereka akan berespon negatif yaitu
merasa malu atau menyangkal (Golchin, Hamzehgardeshi, dan Fakhri, 2012).
Menarche sering disertai dengan sakit kepala, sakit punggung dan kadang-kadang
kejang, serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung (Yusuf, 2010).
Berdasarkan pengertian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa usia
menarche terjadi pada usia 11-16 tahun yang dimana remaja yang terlalu dini
untuk menghadapi menarche akan memunculkan rasa traumatic pada dirinya.

II.1.3 Proses Menarche


Menstruasi merupakan bagian dari proses regular yang mempersiapkan
tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa
tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh
hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan dan indung telur. Pada permulaan daur,
lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal, kemudian hormone
progesterone yang dikeluarkan oleh indung telur memberi sinyal pada telur untuk
mulai berkembang. Tak lama kemudian sebuah telur dilepaskan dari indung telur
wanita dan mulai bergerak menuju tuba falopii terus ke rahim, bila telur tidak
buahi oleh lapisan sperma, maka lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus
dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah
dikenal periode menstruasi berlangsung selama 3 hingga 7 hari. Bila seorang
wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu,
menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu)
bahwa seorang wanitaa sedang hamil. Kehamilan dapat dikonfirmasi dengan
pemeriksaan darah sederhana. (winkjosastro,2008).
8

II.1.4 Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche


Kesiapan dalam menghadapi menarche adalah suatu keadaan yang
menujukkan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan fisik
yaitu datangnya menarche (Fajri & Khairani, 2010). Anak yang akan mengalami
menstruasi pertama (menarche) membutuhkan kesiapan mental yang baik karena
perubahan yang terjadi pada saat menstruasi pertama (menarche) dapat
menyebabkan remaja menjadi canggung (Nagar & Aimol, 2010). Perasaan remaja
saat mengalami menarche adalah takut, kaget, bingung, bahkan ada juga yang
merasa senang. Pengetahuan yang diperoleh remaja tentang menstruasi akan
mempengaruhi persepsi remaja tentang menarche, jika persepsi yang dibentuk
remaja tentang menarche positif, maka hal ini akan berpengaruh pada kesiapan
remaja dalam menghadapi menarche (Fajri & Khairani, 2010).
Kesiapan menarche pada anak perempuan dipengaruhi oleh dukungan
pengetahuan dari ibu, ayah, teman sekelas laki-laki, serta di pengaruhi latar
belakang sosial-budaya (Chang, Hayter, dan Wu, 2010). Kesiapan seorang remaja
memiliki 3 aspek yaitu aspek pemahaman kondisi dimana seseorang mengerti dan
memahami kejadian yang dialaminya bisa dijadikan sebagai salah satu jaminan
bahwa dia akan merasa siap menghadapi hal-hal yang terjadi, aspek penghayan
kondisi psikologis yang dimana seseorang siap secara alami bahwa segala hal
yang terjadi secara alami akan menimpa hampir semoa orang adalah sesuatu yg
wajar, normal dan tidak perlu dikhawatirkan, aspek kesediaan kondisi psikologis
yang dmana seseorang sanggup atau rela untuk berbuat sesuatu sehingga dapat
mengalami secara langsung segala hal yang seharusnya dialami sebagai salah satu
proses kehidupan (Yusuf, 2010).

II.1.5 Kelainan-kelainan dalam Menarche


a. Pubertas Dini (Pubertas Prekoks )
Pubertas dini hormon gonadotropin diproduksi sebelum anak berumur 8
tahun. Hormon ini merangsang ovarium, sehingga ciri-ciri kelamin
sekunder, Menarche dan kemampuan reproduksi terdapat sebelum
9

waktunya. Pubertas dikatakan premature jika ciri-ciri sekunder timbul


sebelum umur 8 tahun, atau jika sudah ada haid sebelum umur 10 tahun.
b. Pubertas Tarda
Pubertas dianggap terlambat jika gejala-gejala pubertas baru datang antara
umur 14-16 tahun. Biasanya tidak ada kelainan yang mencolok, pubertas
terlambat saja, dan kemudian perkembangan berlangsung secara biasa.
Pubertas tarda disebabkan oleh faktor herediter, gangguan kesehatan dan
kekurangan gizi. Yang dinamakan Menarche tarda adalah Menarche yang
baru datang setelah 16 tahun. Sedangkan Menarche sebelum umur 18
tahun, dapat diberi diagnosis amenorea primer. (Proverawati,2009).

II.1.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Usia Menarche


Statistik menunjukkan bahwa usia Menarche dipengaruhi faktor
keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Adapun faktor – faktor yang
mempengaruhi usia menarche (Prawirohardjo,2009) yaitu :
a. Rangsangan Audio Visual
Faktor penyebab menstruasi dini juga datang dari rangsangan audio visual,
baik berasal dari percakapan maupun tontonan dari film-film atau internet
berlabel dewasa, vulgar, atau mengumbar sensualitas. Rangsangan dari
telinga dan mata tersebut kemudian merangsang sistem reproduksi dan
genital untuklebih cepat matang. Keterpaparan media massa cetak dan
elektronik (majalah, film, televisi) memiliki keterkaitan dengan kecepatan
usia pubertas remaja yang kemudian menyebabkan menarche lebih cepat
pada remaja putri (Hardiningsih,2013).
b. Social Ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga mempunyai peran yang cukup tinggi dalam
hal percepatan umur menarche saat ini. Hal ini berhubungan karena tingkat
sosial ekonomi pada suatu keluarga akan mempengaruhi kemampuan
keluarga di dalam hal ketersediaan pangan rumah tangga yang berdampak
pada kecukupan gizi keluarga, terutama gizi anak perempuan dalam
keluarga yang dapat mempengaruhi usia menarche-nya. Paracada et al
melakukan penelitian di Kosovo antara usia menarche dengan status sosial
10

ekonomi dan menemukan perbedaan yang signifikan, terdapat hubungan


antara umur menarche remaja putri dengan status sosial ekonomi keluarga.
Sementara penelitian yang dilakukan Bagga juga mendapatkan hasil
penelitian serupa, yaitu adanya hubungan antara umur menarche remaja
putri di India dengan status sosial ekonomi keluarganya, di mana status
ekonomi keluarga yang rendah berkaitan dengan usia menarche yang lebih
lambat pula. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan usia
menarche di antara ketiga kelompok status sosial ekonomi responden.
c. Status Gizi
Penurunan usia menarche remaja putri berkaitan dengan asupan zat gizi.
Asupan serat yang rendah dan asupan lemak berlebih diduga berhubungan
dengan penurunan usia menarche remaja putri. Disebutkan bahwa usia
menarche dapat dipengaruhi oleh asupan energi dan asupan protein.
Konsumsi makanan tinggi lemak dapat menyebabkan penumpukan lemak
di jaringan adiposa yang berhubungan dengan peningkatan kadar leptin.
Leptin akan memacu pengeluaran GnRH yang selanjutnya mempengaruhi
pengeluaran FSH dan LH dalam merangsang pematangan folikel dan
pembentukan estrogen. Asupan protein hewani juga dikaitkan dengan
penurunan usia menarche, sedangkan asupan protein nabati berhubungan
dengan keterlambatan usia menarche karena mengandung isoflavon.
(Hardiningsih, 2013).

II.1.7 Tanda dan Gejala Menarche


Gejala pada putri ketika sebelum dan sesudah menarche yang dirasakan
oleh putri yaitu rasa tidak nyaman yang disebakan oleh menstruasi yang dimana
volume air di dalam tubuh kita berkurang, sakit kepala, pegal-pegal di kaki dan di
pinggang untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut. Selain gejala di atas
putri juga mengalami beberapa emosional yang dimana terjadinya pelepasan
beberapa hormone yang dapat menyebabkan perasaan marah, mengatuk, atau pun
sedih.
Gejala yang terjadi pada saat menjelang menstruasi terjadi hamper di
seluruh bagian tubuh, dan sebagai sistem yang ada dalam tubuh, antara lain
11

adanya rasa nyeri di payudara, sakit pinggang, pegal linu, perasaan kembung,
muncul jerawat, lebih sensitife, mudah marah (emosional dan kadang timbul
perasaan malas).

II.2 Konsep Kecemasan


II.2.1 Definisi Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas
dan tidak menyenangkan yang sering disertai gejala fisiologi (Direja, 2015).
Kecemasan merupakan suatu peristiwa yang berada diluar jangkauan kenyamanan
(Cervone, 2012 :195). Kecemasan merupakan reaktivitas emosional berlebihan,
depresi yang tumpul, atau konteks sensitif, respon emosional (Clift, 2011).
Kecemasan dapat dianggap memiliki nilai positif dan negative memiliki
intensitasnya tinggi yang dimana dapat menggangu keadaan fisik dan psikis
seseorang yang bersangkutan (Gustiar, 2010).
Berdasarkan pengertian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa
kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak tenang atau kekhawatiran yang
dapat mengganggu kedaan fisik dan psikis yang dimana sebagian individu
kehilangan kemampuan penyesuaian diri.

II.2.2 Klasifikasi Tingkat Kecemasan


Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak menentu yang
dimana seseorang yang mengalami gangguan fisik dan psikis Kecemasan memeiliki
4 tingkatan menurut Suliswati (2014) yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami seharihari. Individu masih
waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indera. Dapat
memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah
secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi
penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan
arahan orang lain.
12

c. Kecemasan berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil
yang kecil dan spesifik dan tidak dapat berfikir hal-hal lain. Seluruh
perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak
perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan
hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya
disertai dengan disorganisasi kepribadian.

II.2.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi kecemasan


Kecemasan merupakan perasaan takut dan kekhawatiran yang berlebih
yang memiliki nilai positif dan negative. Faktor yang dapat mempengaruhi
kecemasan, yaitu (Stuart, 2013) :
Faktor prediposisi:
a. Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menjelaskan suatu konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian diantaranya id dan ego yang mencerminkan
hati seseorang. Fungsi kecemasan dalam ego mengingatkan ego bahwa
adanya bahaya yang akan datang (Stuart, 2013)
b. Teori Interpersonal
kecemasan merupakan perwujudan penolakan dari individu yang memiliki
perasaan takut (Stuart,2013).
c. Teori Perilaku
kecemasan timbul karena adanya stimulus lingkungan, yang dimana akan
terjadi kesalahan dalam berfikir yang dapat membahayakan dalam suatu
situasi tertentu. penilaian yang berlebihan terhadap adanya bahaya dalam
13

situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk mengatasi


ancaman merupakan penyebab kecemasan pada seseorang (Stuart, 2013).
d. Teori Biologis
Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus yang
dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi (GABA) yang akan berperan
dalam mekanisme biologis yang berkaitan dengan kecemasan (Stuart,
2013).
Faktor Presipitasi
a. Ancaman Integritas Fisik
Meliputi ketidakmampuan fisiologis terhadap kebutuhan dasar sehari-hari
yang bisa disebabkan karena sakit, trauma fisik, kecelakaan.
b. Ancaman Sistem Diri
Diantaranya ancaman terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan, dan
perubahan status dan peran, tekanan kelompok, sosial budaya
Faktor Internal
a. Usia merupakan gangguan kecemasan akan lebih di alami oleh seseorang
yang memiliki usia yang lebih muda di bandingkan dengan usia yang lebih
tua (Kaplan & Saock, 2010)
b. Stressor merupakan suatu perubahan keadaan dalam kehidupan yang
dimana ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi perubahan
sehingga berdampak pada fungsi tubuh dan stressor yang kecil dapat
mengakibatkan reaksi yang berlebih (Kaplan & Sadock, 2010)
c. Lingkungan Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah
mengalami kecemasan dibanding berada di lingkungan yang biasa dia
tempati (Stuart, 2013).
d. Pendidikan
Pendidikan memiliki kemampuan berpikir yang depengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang dimana semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu
semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru (Kaplan
& Sadock, 2010)
14

II.2.4 Proses Terjadinya Kecemasan


Menurut Stuart (2012), kecemasan dialami secara sendiri dan
dikomunikasikan secara bertahap. Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang
dialami seperti biasa nya, kecamasan merupakan respon emosional terhadap
penilaian tersebut. Kecemasan diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi kecemasan
yang terus dialami dan tidak dilakukan untuk mengurangi kecemasan akan
menyebabkan kelelahan dan kematian. Kecemasan pada individu dapat
memberikan motivasi untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan dan
mengendalikan kecemasan dengan individu.
Hampir sama dengan pernyataan diatas, menurut Healy (2005), proses
kecemasan adalah peringatan atau alarm sebagai mekanisme pertahanan,
maksudnya tubuh akan menghadapi tekanan tersebut atau akan melarikan diri.
Misalnya ketika suatu masalah atau akan menghadapi ujian tubuh akan
mengalami reaksi alamiah yang ditandai oleh keluarnya keringat dingin, rasa takut
atau rasa gelisah. Pada beberapa orang, kondisi ini malah akan mempertajam
pikiran sehingga dapat mecari jalan keluar secara cepat, ini merupakan
mekanisme fight. Sedangkan mekanisme flight adalah suatu depresi inidividu
yang tidak bisa menghadapi kecemasan dengan sendiri dan meninggalkan rasa
depresi itu tanpa diselesaikan.
Mekanisme fight or flight ini banyak menimbulkan kelelehan karena
energi yang dikeluarkan. Saat kelelahan dan kehabisan energi individu tidak
mampu lagi melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak heran bila individu
yang sedang mengalami kecemasan dan stres akan mendapati gejala nyeri otot dan
sendi, sakit kepala, depresi, cemas dan mudah tersinggung.

II.2.5 Kriteria Diagnosis Kecemasan


Menurut (Ibrahim, 2007) kriteria diagnosis untuk gangguan kecemasan
karena kondisi medis meliputi:
a. Kecemasan yang menonjol, serangan panik, obsesi, atau komplusi yang
menguasai gejala klinis
b. Riwayat penyakit terdahulu.
15

c. Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dimana stressor
adalah suatu kondisi medis umum yang serius)
d. Gangguan menyebabkan fungsi social, perjalanan atau fungsi penting lain.

II.2.6 Rentang Respon Kecemasan


Menurut Stuart (2006), menjelaskan rentang respon individu terhadap
cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang
paling adaptif adalah antisipasi setiap orang untuk menghadapi kecemasana nya
dengan cemas yang akan muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif
adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas
yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik, perilaku maupun kognitif.

II.2.7 Mekanisme Neurofisiologis Kecemasan


neurofisiologi kecemasan merupakan adanya respon sistem saraf otonom
terhadap rasa takut dan. Secara fisiologi situasi akan mengaktifkan dua jalur
utama stress, yaitu sistem endokrin dan sistem saraf otonom Menurut Guyton
(2006), Molina (2010) & Videbeck (2008).
Untuk mengaktifkan sistem endokrin, setelah hipotalamus menerima
stimulus stres atau kecemasan, bagian anterior hipotalamus akan melepaskan
Corticotrophin Releasing Hormone (CRH), yang akan menginstruksikan kelenjar
hipofisis bagian anterior untuk mensekresikan Adrenocorticotropin Hormone
(ACTH). Dengan disekresikannya hormon ACTH ke dalam darah maka hormon
ini akan mengaktifkan zona fasikulata korteks adrenal untuk mensekresikan
hormon glukortikoid yaitu kortisol. Hormon kortisol ini juga berperanan dalam
proses umpan balik negative untuk diberikan ke hipotalamus dan di hantarkan ke
amigdala untuk memberikan pengaruh stress terhadap emosi inidividu. Selain
16

itu, umpan balik negatif ini akan merangsang hipotalamus bagian anterior untuk
melepaskan hormon Thirotropic Releasing Hormone (TRH) dan akan
menginstruksikan kelenjar hipofisis anterior untuk melepaskan Thirotropic
Hormone (TTH). TTH ini akan menstimulasi kelenjar tiroid untuk mensekresikan
hormon tiroksin yang mengakibatkan perubahan tekanan darah, frekuensi nadi,
peningkatan Basal Metabolic Rate (BMR), peningkatan asam lemak bebas, dan
juga peningkatan ansietas.
Aktivasi saraf parasimpatis akan mengakibatkan terlepasnya asetilkolin
dari postganglion n. vagus, untuk selanjutnya asetilkolin ini akan berikatan
dengan reseptor muskarinik (M3) pada otot polos bronkus dan mengakibatkan
peningkatan frekuensi nafas. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf
parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh pada kondisi normal
sampai tanda ancaman berikutnya dan mengaktifkan kembali respons simpatis

II.2.8 Cara Mengukur Kecemasan


Kecemasan dapat diukur menggunakan beberapa alat ukur, seperti :
a. Self report yaitu State-Trait Anxiety Inventory (STAI) scale . Alat ukur
ini terdiri dari 20 pertanyaan pribadi untuk skala kecemasan, dan direspon
dengan menggunakan skala Likert dalam empat rentang nilai dan memiliki
rentang nilai keseluruhan dari 20-8.
b. Skala Halmiton Anxiety Raiting Scale (HARS) merupakan pengukuran
kecemasan yang di dasarkan pada munculnya symptom pada inidividu
yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 symptoms
yang Nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang
dioberservasi diberi 5 tingkatan skor (skala likert) antra 0 (nol present)
sampai dengan 4 (severe). Skala HARS pertama kali digunkana pada
tahun1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah
menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian
trial clinic. Kuisioner HARS diisi dengan cara memilih setiap tanda gejala
yang ada dengan kategori nilai kecemasan 0= tidak ada gejala sama sekali,
1= satu dari gejala yang ada, 2= sedang/separuh dari gejala yang ada, 3=
berat/ lebih dari ½ gejala yang ada, 4=sangat berat semua gejala ada
17

.HARS yang menilai derajat kecemasan dengan skor >6 (kecemasan), skor
7-14 (kecemasan ringan), skor 15-27 (kecemasan sedang), skor > 27
(kecemasan berat)
c. ZSAS (Zung Self Rating Anxiety Scale ) merupakan teknik pengukuran
kecemasan yang dibuat oleh seorang psikologis dari Universitas Duke.
Terdiri dari 20 item pertanyaan yang berisi 4 kategori yaitu gejala kognitif,
autonomik, motorik dan system syaraf pusat.

II.3 Konsep Penyuluhan


II.3.1 Definisi Penyuluhan
Penyuluhan merupakan menyebarkan suatu pesan atau informasi pada
suatu kelompok.penyuluhan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada
manusia yang bertalian dengan tercapainya tujuan-tujuan kesehatan perorangan
dan masyarakat (Depkes, 2008). penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna
meningkatkan pengetahuan, kesdaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan (UU No.36,
2009). Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan atau menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak
sadar, tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan (Septalia, 2010).

II.3.2 Metode Penyuluhan Kesehatan


Metode penyuluhan kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik
komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi
(Depkes, 2008).
Metode penyuluhan langsung dalam hal ini penyuluh langsung berhadapan atau
bertatap muka dengan sasaran.Metode ini dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Metode didaktik
Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan
kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan
kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau
mengajukan pertanyaan– pertanyaan apapun. dan proses penyuluhan yang
18

terjadi bersifat satu arah (one way method). Contoh metode ini adalah
metode ceramah.
b. Metode sokratik
Metode sokratik adalah metode komunikasi dua arah antara yang
memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat
pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan
mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi,
demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya
Metode penyuluhan tidak langsung. dalam hal ini penyuluh tidak langsung
berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya
dengan perantara (media). Umpamanya publikasi melalui pertunjukan film, media
cetak (poster, majalah, buletin, surat kabar) dan media eletronik (televisi, radio).
Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai
a. Pendekatan perorang
Dalam hal ini para penyuluh kesehatan berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain :
kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain.
b. Pendekatan kelompok
Dalam pendekatan ini penyuluh kesehatan berhubungan dengan
sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam
ketegori ini antara lain :Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok,
Pertemuan FGD, dan lain-lain.
c. Pendekatan massal
Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus
kepadasasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk
dalam golongan iniadalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian,
Penyebaran tulisan/poster/mediacetak lainnya, Pemutaran film, dll.
19

Berdasarkan indra penerima


a. Metode melihat/memperhatikan
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti :
Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/ Photo, Pemasangan Koran
dinding, Pemutaran Film
b. Metode pendengaran
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui inderapendengar,
umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dl
c. Metode kombinasi
Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi (dilihat, didengar,dicium, diraba dan
dicoba).

II.3.3 Metode Ceramah


Metode ceramah merupakan salah satu cara menerangkan atau
menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok
pendengar yang disertai diskusi dan tanya jawab. Pada metode ini penyuluh lebih
banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi
penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk
menyampaikan tanggapannya (Hikmawati, 2011).
Ceramah digunakan apabila ingin memberikan suatu informasi kepada
peserta yang dibagi dalam beberapa topik bahasan. Adapun kelebihan metode ini
adalah agar lebih mudah mengorganisasinya sehingga relatif efisien dan
sederhana, waktu dapat dibatasi dan dalam waktu singkat dapat memberikan
banyak informasi, Dapat menjangkau audiens dalam waktu bersamaan, dapat
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan macam-macam alat-alat bantu,
dan dapat memengaruhi suasana emosi peserta (Depkes, 2008).
Metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan karena
memilikikeunggulan-keunggulan antara lain (LP3I Unair, 2009) : cepat untuk
menyampaikan informasi, informasi yang disampaikan bisa massive pada sasaran
yang cukup besar, dan sangan cocok digunakan oleh pengajar/ penyuluh yang
buakan berasal dari kalangan kelompok atau sasaran.
20

II.3.4 Tujuan Penyuluhan


Tujuan penyuluhan untuk memebantu klien memecahkan suatu masalah,
membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien meliputi perasaan yang dapat
mengganggu dan dapat mencapai kesehatan mental yang positif, serta mengubah
sikap dan tingkah laku yang negative menjadi postif sehingga sesuatu yang
merugikan dapat menjadi keuntungan klien (Uripni, 2008). Penyuluhan pada
remaja diberikan agar remaja mendapatkan dan upaya penyesuaian diri terhadap
perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada usia remaja, pelaksanaan pada remaja
menggunakan pendekatan kelompok (Uripni, 2008).

II.4 Konsep Remaja


II.4.1 Definisi Remaja
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama
kali ia menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual (World Health Organization, 2009). Individu juga mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Selain itu juga terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2011).
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sam
sekurangkurangnya dalam masalah hak (Hurlock,2008).

II.4.2 Karekteristik Masa Remaja


Menurut Hurlock (2008), masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Adapun ciri-ciri
tersebut sebagai berikut :
a. Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting
Ada periode yang penting karena akibat fisik dan psikologis. Sebagian
remaja mengalami kejadian pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.
Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perkembangan mental
21

yang cepat.semua kejadian perkembangan itu menimbulkan perlunya


penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
periode ini status remaja menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan
peran yang harus dilakukan. Pada masa remaja, remaja bukan lagi seorang
anak dan juga bukan seorang dewasa. Disisi lain, status remaja yang tidak
jelas tersebuit memberikan keuntungan karena status tersebut memberi
ruang dan waktu mereka untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai dan sikap yang paling sesuai bagi dirinya
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika
perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga
berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap
dan perilaku juga akan menurun.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah
masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-
laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan yang menyebabkan hal itu
yakni remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya karena pada masa kanakkanak segala masalah diselesaikan
oleh orang tua ataupun guru. Alasan kedua para remaja merasa telah
mandiri sehingga menolak bantuan orang tua atau guru dengan alasan
ingin mengatasi masalahnya sendiri. Karena ketidakmampuan mereka
dalam mengatasi masalah ini, maka banyak kegagalan yang sering kali
disertai dengan akibat tragis.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja adalah suatu upaya untuk menjelaskan
siapa dirinya dan apa perannya di masyarakat. Salah satu cara
memunculkan identitas adalah dengan menggunakan simbol status yang
mudah terlihat seperti model pakaian, gaya hidup dan pergaulan, jenis
kendaraan dan lain-lain
22

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan kekuatan


Ada anggapan bahwa masa remaja adalah masa yang sangat bernilai tetapi
sangat disayangkan banyak yang menjadikannya sebagai sesuatu yang
bernilai negatif. Anggapan yang menyatakan bahwa remaja adalah anak-
anak yang rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak
menyebabkan banyak kalangan dewasa takut bertanggung jawab dan
bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja walaupun dilakukan
dengan normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja memandang dirinya dan orang lain seperti yang diinginkannya dan
bukan sebagaimana adanya, terutama dalam hal cita-cita. Cita-cita yang
tidak realistik ini bukan hanya kepada dirinya semata tetapi juga terhadap
teman-teman dan keluarganya. Kondisi ini menyebabkan meningginya
emosi terutama di awal masa remaja. Semakin cita-citanya tidak realistis
maka individu tersebut semakin menjadi pemarah.

II.4.3 Tahap Perkembangan Remaja


Menurut Pinem (2009), tahap perkembangan remaja dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu:
a. Masa remaja awal (10-13 tahun) dengan ciri khas :
Ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan
lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
b. Masa remaja tengah (14-16 tahun) dengan ciri khas : Mencari identitas
diri, timbul keinginan untuk berkencan berkhayal tentang aktivitas seksual,
mempunyai rasa cinta yang mendalam.
c. Masa remaja akhir (17-20) tahun dengan ciri khas :Mampu berfikir
abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra
jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan
diri.
23

II.4.4 Perubahan Fisik pada Masa Remaja


a. Munculnya Tanda-Tanda Seks Primer : pada remaja putri terjadinya haid
yang pertama (menarch) dan pada remaja putra mengalami mimpi basah.
b. Munculnya Tanda –Tanda Seks Skunder Yaitu : pada remaja putra
tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya
ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih lebar, badan berotot, tumbuh
kumis diatas bibir. Sedangkan pada remaja putri pinggul menjadi lebar dan
membesar, payudara menjadi lebih besar dan bulat, kulit menjadi lebih
kasar dan tebal, kelenjar lemak dan keringat lebih aktif, otot semakin besat
dan kuat, serta suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

Anda mungkin juga menyukai