Remaja adalah perkembangan dari saat timbulnya tanda seks sekunder hingga
tercapainya maturasi seksual dan reproduksi, suatu proses pencapaian mental dan
identitas dewasa, serta peralihan dari ketergantungan sosio ekonomi menjadi mandiri.
Masa remaja merupakan masa transisi yang dimulai saat pubertas sampai masuknya
anak kedalam dunia dewasa, biasanya berupa kelulusan sekolah menengah atas.
Pematangan biologis dan pribadi disertai konflik fisik dan emosional. Batasan usia
remaja terdapat pada usia 13 sampai 18 tahun.
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk
fungsi reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya perubahan-perubahan
perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial (Surjadi, 2002 dalam
Kumalasari, 2012).
Pada masa ini seorang individu dipandang sedang melalui masa evaluasi,
pengambilan keputusan, komitmen dan menetukan status ke depan. Pada masa remaja
seorang individu sedang berada pada masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan
psikososial. Secara kronolis penduduk yang tergolong remaja ini berkisar antara usia
11-20 tahun (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2014).
2.1.3 Kehamilan pada remaja
Menurut WHO, kehamilan remaja adalah kehamilan yang berlaku pada wanita
yang berusia 11-19 tahun. Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan
yang terjadi pada remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat
disebabkan oleh karena hubungan seksual (hubungan intim) dengan pacar, dengan
suami, pemerkosaan, maupun faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma membuahi
telurnya dalam rahim perempuan tersebut (Masland, 2004). Reproduksi sehat untuk
hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi kehamilan di bawah atau di
atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko akan menyebabkan terjadinya
kematian 2-4 x lebih tinggi dari reproduksi sehat (Manuaba, 2010).
Kehamilan pada masa remaja mempunyai resiko medis yang sangat tinggi,
karena pada masa remaja ini, alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan
fungsinya. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah umur 20 tahun,
karena pada usia ini fungsi hormonal melewati masa kerjanya yang maksimal. Rahim
pada seorang wanita mulai mengalami kematangan sejak umur 14 tahun yang ditandai
dengan dimulainya menstruasi. Pematangan rahim dapat pula dilihat dari perubahan
ukuran rahim secara anatomis. Pada seorang wanita, ukuran rahim berubah sejalan
dengan umur dan perkembangan hormonal [6].
Menurut Susanti (2008), kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah karena
pertumbuhan tubuhnya belum sempurna, kurang siap dalam sosial ekonomi, kesulitan
dalam persalinan, atau belum siap melaksanakan peran sebagai ibu. Dampak kehamilan
resiko tinggi pada usia muda adalah sebagai berikut ini.
a. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. Misalnya: karena
terkejut, cemas, stres. Tetapi, ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga
non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti
tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
b. Perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang
terlalu lemah, selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal di dalam rahim),
proses pembekuan darah yang lambat dan sobekan pada jalan lahir.
c. Infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi
infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan
pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda karena pada saat hamil mayoritas seorang
ibu mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh berfungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta
sehingga semakin lama akan kehilangan sel darah merah dan menjadi anemis.
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk preeklampsia atau eklampsia.
Preeklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan
kematian.
Persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebabnya adalah kelainan
letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan
persalinan yang salah.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi.
Daftar Pustaka:
Wijayanti. 2014. Resiko Kehamilan Pada Usia Remaja: jurnal profesi dosen Prodi
DIII Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah. Vol. 10. Surakarta: Kebidanan STIKES
PKU Muhammadiyah
Brooken, C. 2008. Ensiklopedi Keperawatan. Jakarta: EGC