1906430623
Remaja merupakan tahapan penting dalam kesehatan reproduksi. Pada masa remaja
merupakan periode pematangan organ reproduksi yang disebut juga masa transisi, yaitu tersebut
terjadi perubahan fisik yang cepat, terkadang tidak seimbang dengan perubahaan
kejiwaan/mental, Ketidakseimbangan mental pada masa transisi tersebut dapat menimbulkan
kebingungan remaja yang dikhawatirkan membawa remaja pada perilaku seksual yang tidak
bertanggungjawab seperti perilaku pacaran yang mengarah untuk melakukan hubungan seksual
pranikah atau seks bebas. Dampak dari perilaku tersebut antara lain terjadinya kehamilan remaja,
kehamilan yang tidak diinginkan hingga upaya melakukan penggungguran yang tidak aman.
(SDKI,2017)
Berdasarkan studi yang telah meneliti konsekuensi sosial dan kesehatan jangka panjang akibat
kehamilan pada wanita yang melahirkan di usia yang sangat muda. Berdasarkan konsekuensi
tersebut, program pencegahan sering kali memotivasi wanita, terutama remaja untuk menunda
aktivitas seksual dan menggunakan metode kontrasepsi yang efektif. Sebagai konsekuensi,
terjadi peningkatan usia rata-rata seseorang dalam melahirkan anak pertama di banyak tempat di
seluruh dunia. (Merrill,2009)
Kelahiran pertama di usia dini, secara umum berhubungan dengan kelahiran pada usia kurang
dari 19 tahun. Individu yang berusia kurang dari 19 tahun selalu disebut sebagai “remaja”. World
Health Organization mendefinisikan kehamilan dan pelahiran pada remaja atau di usia dini
terjadi pada usia antara 10 dan 19 tahun. United Nations Children Fund mendefinisikan
kelahiran pada remaja sebagai insiden yang terjadi pada remaja putri berusia 15 hingga 19 tahun.
(Merrill,2009). Menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi),
batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun. (Merrill,2009)
SDKI (2017) ‘Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017: Kesehatan Reproduksi Remaja’,
53(9), pp. 9, 19, 20. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.