PENDAHULUAN
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
ANAK USIA 0-5 TAHUN
Fase perkembangan manusia dalam rentang usia 0-5 tahun merupakan
fase yang sangat penting dalam proses perkembangan. Usia 0-5 tahun dianggap
sebagai periode usia emas, golden age dimana pada masa ini seluruh aspek
perkembangan berkembang dengan pesat dan menjadi dasar menuju fase
perkembangan selanjutnya.
A. FASE PRA-NATAL
Fase pranatal adalah fase perkembangan pertama dalam rentang kehidupan
manusia dan merupakan fase yang paling singkat dai seluruh fase
perkembangan. Namun dalam banyak hal fase ini penting atau bahkan yang
terpenting dari semua fase. Fase ini dimulai pada saat pembuahan dan berakhir
pada kelahiran kurang lebih berlangsung selama 266 hari sampah 280 hari (38-
40 minggu) (Santrock,2011).
Ciri-ciri perkembangan pada masa pranatal:
- Pada periode ini ditentukan sifat-sifat bawaan dan jenis kelamin,
tunggal/kembar
- Kondisi ibu sangat menentukan pola pertumbuhsn pranatal
- Secara proporsional perkembangan lebih besar dibanding periode-periode
lainnya.
- Terdapat banyak bahaya fisik dan psikologis
- Orang-orang yang berperan dapat membentuk sikap kepada si janin.
B. FASE BAYI
Fase bayi terjadi selama dua tahun pertama dalam kehidupan manusia.
Fase ini merupakan fase dasar pembentukan pola perilaku,sikap dan emosi.
Awal kehidupan yang sehat sangatlah penting untuk bayi karena akan
mempengaruhi perkembangannya di fase fase berikutnya.
Fase bayi sering dianggap fase bayi baru lahir, tetapi label fase bayi akan
digunakan untuk membedakannya dengan periode pascanatal yang ditandai
dengan keadaan yang sangat tidak berdaya yaitu selama dua minggu setelah
kelahiran.
Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
- Masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh masa perkembangan.
- Merupakan masa penyesuaian diri untuk kelangsungan
hidup/perkembangan bayi.
- Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
- Apabila bayi melewati masa ini merupakan awal perkembangan lebih
lanjut.
Masa bayi baru lahir dibagi menjadi dua, yaitu:
- Periode Fortunate (mulai saat kelahiram sampai antara 15-30 menit
sesudah lahir).
- Periode Neonate (dari pemotongan tali pusar sampai sekitar akhir
minggu ke-2).
Selama beberapa bulan masa bayi , keadaan tidak berdaya itu secara
berangsur angsur agak menurun . setiap hari, setiap minggu dan bulannya bayi
semakin mandiri, sehingga saat masa bayi berakhir pada ulang tahun kedua , ia
menjadi seorang manusia yang berbeda dengan awal masa bayi.
Sesudah dilahirkan, individu berinteraksi dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik, klimatologis maupun social. Diantara factor factor yang
mempengaruhi perkembangan individu adalah : keturunan, gizi, pemberian
ASI, aktivitas fisik, system kelenjar hormone pertumbuhan, penyakit, musim
dan iklim, suku bangsa, kondisi social ekonomi, kondisi psiko social,
kecenderungan sekulear.
a. Pengaruh keturunan
Bayi lahir dengan membawa sifat sifat menurun dari orang tuanya.
Faktor bawaan ini menentukan potensi perkembangan maksimum yang
mungkin bisa dicapai dan sifat penampilan fisik setelah mencapain
kedewasaan. Potensi itu bisa menjadi kenyataan melalui interkasi dengan
lingkungannya. Potensi yang besar untuk berkembang bisa menjadi
kenyataan apabila lingkungan bisa memberikan kondisi yang baik untuk
tumbuh dan berkembang. Dalam hal sifat penampilan fisik banyak bukti
yang menunjukan bahwa banyak hal bisa memiliki kemiripan dalam segi
segi tertentu dengan orang tua kandungnya atau bahkan kakek neneknya.
b. Pengaruh gizi
Tingkat kegizian yang dikonsumsi sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan fisik . pengaruhnya terutama terjadi dalam 4 hal yaitu :
kecepatan pertumbuhan, ukuran tubuh setelah dewasa , bentuk tubuh dan
komposisi jaringan tubuh. Pada anak anak yang mengalami kekurangan
gizi dalam waktu lama akan mengalami hambatan pertumbuhan dan
mencapai ukuran maksimal yang relatif kecil. Tubuhnya kurus dengan
komposisi jaringan tubuh yang tidak berotot dan berlemak ( Sugiyanto ,
1993 ).
c. Pemberian ASI
Pemberian ASI eksklusif pada bayi diberikan sejak 0 – 6 bulan
pertama dalam kehidupan bayi. Bayi tidak memerlukan makanan atau
minuman lain seperti susu formula, air putih, madu, atau makanan
padat lain sebelum usia 6 bulan. Beberapa manfaat pemberian ASI
eksklusif :
1. ASI mudah dicerna karena pencernaan bayi belum begitu sempurna
(dibawah usia 6 bulan).
2. ASI dapat menyempurnakan tumbuh kembang bayi. Bahkan ASI
dapat membuat bayi sehat dan cerdas.
3. ASI dapat menjadi antibody alami tubuh bayi terutama yang
berhubungan dengan penyakit infeksi.
4. ASI akan selalu ada pada suhu yang tepat sehingga tidak perlu
khawatir akan membuat bayi terlalu panas atau dingin.
5. Komposisi dan volume ASI akan disesuaikan dengan kebutuhan
bayi. Orang tua tidak perlu khawatir akan kekurangan gizi sampai 6
bulan.
6. Frekuensi bayi menyusu akan terganggu apabila diberikan minuman
ataupun makanan selain ASI, sehingga usahakan tetap memberikan
ASI.
Setelah usia 6 bulan, bayi baru dapt diberikan Makanan
Pendamping ASI ( MPASI ) sampai usia 2 tahun.
1) Perkembangan penglihatan
Pada umumnya indra anak yang baru lahir, belum dapat menerima
rangsangan. Matanya terbuka dan berkedip otomatis dengan gerak
refleksif, tapi sebenarnya belum dapat menerima rangsangan
cahaya. Baru pada bulan ketujuh, si bayi dapat mengikuti sesuatu
yang di dekat matanya, dengan memalingkan kepalanya.
1) Perkembangan pendengaran
Hanya dengan waktu kurang lebih 2 jam sesudah lahir, si
bayi telah dapat mendengar. Yaitu sejak cairan yang berasal dari
lubang telinga, keluar. Ini dapat dilihat bahwa ia telah dapat
mereaksi terhadap getaran suara, sekalipun reaksinya itu belum
mengandung arti tertentu. Kepekaan menerima rangsangan suara,
rupa-rupanya yang paling cepat di milikinya suara yang keras
menimbulkan reaksi kejut dan suara yang lembut diterima dengan
reaksi yang tenang.
2) Perkembangan perasa kulit
Kepekaan menerima rangsang kulit, terdapat pada bibir dan
telapak kakinya. Anak lebih peka terhadap rangsangan dingin
daripada rangsangan panas. Yang sangat minta perhatian yaitu
perasa sakitnya. Dengan rangsangan ujung jarum di manapun,
tampak belum ada reaksi.
3) Perkembangan perasa lidah
Dalam perkembangan perasa lidah, si bayi tidak jauh
berbeda dengan keadaan orang dewasa. Anak pada umumnya lebih
senang rasa manis daripada asin. Rasa asam dan pahit, kebanyakan
di tolaknya.
2. perkembangan kognitif
Menurut Piaget, perkembangan kognitif bayi berada pada
periode sensorimotor sampai lebih kurang usia 2 tahun. Pada masa ini,
proses berpikir ditandai dengan perubahan-perubahan skema yang
masih bersifat terbatas dan kaku. Sama halnya dengan refleks,
pemikiran anak seusia ini masih searah dan hanya mengulang.
Peran indera sensornya sangat menentukan ia dalam
membantunya berperilaku, misalnya dengan cara meraba, mencium,
memasukkan ke mulut benda-benda yang ada di sekitarnya. Selain itu
juga motor atau gerak anak juga sangat mendukung perkembangan
kognitif bayi. Semakin banyak bayi bergerak, maka akan semakin
besar kesempatan bayi untuk berinteraksi dengan benda-benda atau
orang-orang yang baru dilihatnya sehingga menambah jumlah skema-
skema yang ada di kepalanya.
Boleh dikatakan sebagian besar dari perkembangan kognitif bayi
pada sensorimotor ini diibaratkan sebagai “tidak kelihatan, maka tidak
dipikirkan”. Maksudnya pada waktu anak berinteraksi dengan benda-
benda yang ada disekitarnya, benda-benda tersebut dianggap ada bila ia
dapat melihatnya. Bila benda tersebut di luar jangkauan
penginderaannya, benda tersebut dianggapnya tidak pernah ada. Anak
pada masa ini egosentris, tidak dapat membedakan antara kehadiran
sebuah benda dengan rangsangan yang berasal dari benda tersebut
terhadap pancainderanya. Tidak terbesit dipikirannya bahwa benda itu
permanen (tetap ada) di luar dirinya.
Di samping itu, perkembangan otak bayi mengalami tumbuh dan
kembang secara pesat. Selagi bayi menangis, tersenyum atau
mengerutkan dahinya, menggoyang-goyangkan benda yang
digenggamnya, berbicara dan berjalan, maka di dalam otaknya terjadi
pula perubahan-perubahan penting. Bermula sebagai makhluk bersel
satu, pada saat lahir seorang bayi sudah mempunyai otak dan sistem
syaraf yang terdiri dari kira-kira 100 trilyun sel syaraf yang dinamakan
Neuron, yang akan dipergunakan sepanjang hidupnya. Namun,
hubungan-hubungan antar sel-sel syaraf itu belum berkembang dan
belum tertata dengan baik dalam diri seorang bayi. Dalam rentang
waktu antara saat lahir sampai usia 2 tahun, maka serabut-serabut
penghubung antara neuron itu (dinamakan dendrit) tumbuh secara
pesat, begitu pula halnya dengan perkembangan neurotransmitter yaitu
substansi kimia yang sangat kecil yang berfungsi menyalurkan
rangsangan atau informasi dari satu neuron ke neuron lain (Santrock,
2011).
3. Perkembangan Sosioemosional
Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana, hampir
tidak terbedakan sama sekali. Dengan bertambahnya usia, berbagai
reaksi emosional menjadi lebih terbedakan dan reaksi emosional dapat
ditimbulkan oleh berbagai macam reaksi.
Terdapat sejumlah pola emosional tertentu yang umum pada
bayi. Tetapi, karena emosi bayi sangat rentan terhadap pembiasaan,
terdapat beberapa perbedaan pada pola ini dan juga pada rangsangan
yang menimbulkannya. Reaksi emosional bayi berbeda terhadap
beberapa rangsangan tertentu yang berlainan, bergantung sebagian
besar pada pengalaman lalunya.
Perbedaan-perbedaan dalam reaksi emosi mulai tampak dalam
periode bayi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terutama kondisi-
kondisi fisik dan mental dari bayi pada saat munculnya rangsangan dan
berhasil tidaknya reaksi yang pernah diberikan sebelumnya dalam
memenuhi kebutuhan. Contohnya, bayi yang baru lahir sama sekali
belum mengenal emosi senang, sedih, dan sebagiannya. Senyum yang
ditampilkan bayi 0 sampai 3 bulan, biasanya senyum yang belum ada
maknanya. Baru setelah 4 bulan ke Atas, bayi dapat merespon atas
kejadian yang ada di sekitarnya. Apabila bayi diajak bermain, bicara,
atau diperhatikan orang lain, maka bayi sudah bisa menampilkan
ekspresi senang dan tertawa. Sebalikya, apabila bayi tersebut tidak
diperhatikan, maka dia akan menunjukan ekspresi marah dan tidak
senang.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa bayi yang mengalami banyak
emosi senang meletakkan dasar-dasar untuk penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial yang baik dan untuk pola-pola perilaku yang akan
menimbulkan kebahagiaan.
Pengalaman sosial memainkan peranan penting dalam
menentukan hubungan sosial di masa depan dan pola perilaku terhadap
orang-orang lain. Oleh karena kehidupan bayi berpusat di rumah, maka
dirumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap sosial kelak.
Penelitian tentang penyesuaian sosial anak-anak yang lebih besar
dan bahkan para remaja menunjukan pentingannya peletakkan dasar-
dasar sosial pada masa bayi. Hal ini berdasarkan dua alasan. Pertama,
jenis perilaku yang diperhatikan dalam situasi sosial mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosialnya. Kedua, mengapa dasar-dasar sosial
yang dini itu penting adalah bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu
cenderung menetap kalau anak menjadi lebih besar (Santrock, 2011).
Oleh karena itu, orang-orang yang berada di sekitar bayi sebaiknya
menunjukan wajah ceria, perilaku yang positif, dan rajin berbicara serta
mengajak bayi bicara. Kondisi demikian akan membuat bayi merasa
senang, terbiasa untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan dapat
menstimulus bayi berbicara.
Perilaku sosial dini mengikuti pola yang cukup dapat diramalkan
meskipun dapat terjadi perbedaan-perbedaan karena keadaan kesehatan
atau keadaan emosi atau kondisi lingkungan. Pada saat dilahirkan bayi
tidak memilih dalam arti tidak mempedulikan siapa yang mengurus
kebutuhan fisiknya.
Fase ini berlangsung sejak usia dua tahun sampai enam tahun atau
para ahli sering menyebutnya dengan fase anak-anak awal. Anak-anak pada
fase ini dilatih untuk ‘belajar sekolah’ dengan mengikuti program Taman
Kanak-Kanak (TK) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada fase anak usia dini tidak sehebat pada masa
sebelumnya dan temponya lebih lambat, tetapi tidak mengurangi maknanya
(dalam Aswin Hadis, 1994). Perkembangan fisik anak-anak di usia dini,
terutama tinggi dan berat badan, menyesuaikan beberapa faktor, antara lain :
keturunan (ras), faktor gizi dan kesehatan, jenis kelamin, dan faktor
perbedaan individual.
Pada fase ini anak-anak akan mulai bertambah kuat. Tulang-tulang
akan mulai mengeras dan akan memberikan perlindungan sekaligus bentuk
tubuh. Hal yang sama berlaku pada sistem syaraf dan otak yang mendukung
perkembangan motorik anak. Pada usia tiga tahun gigi susu juga sudah mulai
lengkap sehingga memudahkan anak untuk mengunyah makanan dengan
lebih baik.
Perkembangan penglihatan juga berkembang dengan pesat pada fase
ini. Pada akhir masa usia persekolah/usia dini (kurang lebih enam tahun),
otot-otot mata anak sudah berkembang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan anak untuk menggerakkan matanya secara efisien untuk
melihat sederetan huruf-huruf.
Fisik yang sudah jauh lebih kuat dibandingkan masa bayi mendorong
pesatnya perkembangan motorik anak-anak usia dini. Untuk motorik kasar
pada usia tiga tahun, misalnya, anak mulai mampu berdiri diatas satu kaki
untuk beberapa detik dan pada usia lima tahun anak sudah dapat melompat
hampir satu meter jauhnya. Motorik halus anak usia tiga tahun umumnya
belum terlalu banyak berbeda dari masa bayi. Memasuki usia empat tahun
baru pada umumnya koordinasi motorik halus anak mulai membaik dan
mengalami kemajuan. Namun yang perlu diperhatikan perkembangan
motorik tiap anak, baik motorik kasar maupun motorik halus, berbeda-beda.
2. Perkembangan Kognitif
Dunia kognisi anak usia pra-sekolah adalah kreatif, bebas dan penuh
daya khayal. Hal ini tercermin pada gambar-gambar yang mereka buat. Anak
Taman Kanak-Kanak misalnya menggambar pohon dengan warna merah,
langit hijau atau menggambar sebuah kumpulan lingkaran kecil yang dia
ibaratkan itu keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu dan dirinya sendiri.
Perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah sesuai dengan teori
Piaget, yaitu berada pada periode pra-operasional. Pada masa ini kemampuan
mengingat, terutama mengenal dan mengingat kembali mengalami kemajuan
yang pesat. Demikian pula perkembangan bahasanya juga sangat pesat.
Pemikiran Pra-operasional dapat dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
Subtahap Fungsi Simbolis
Menurut (sanrtock, 2002) menyatakan subtahap ini, anak-anak
mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu
obyek yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir simbolis seperti ini
disebut “fungsi simboli”, dan kemampuan ini mengembangkan secara
cepat dunia mental anak. Contoh: anak-anak kecil menggunakan desain
corat-caret untuk menggambar manusia, rumah, mobil, awan dan lain-lain.
3. Perkembangan Sosioemosional
Selama awal masa kanak-kanak emosinya kuat dan tidak seimbang.
Emosi pada awal masa kanak-kanak di tandai oleh ledakan amarah yang
kuat. Ketakuan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal. Emosi
yang umumu pada awal masa anak-anak adalah amarah, taku, cemburu,
ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Amarah di anggap
sesuai untuk anak laki-laki. Maka sepanjang masa awal kanak-kanak,
anak laki-laki lebih banyak menunjukan amarah yang hebat daripada
anak perempuan.
Perkembangan emosi dan sosial pada masa usia pra-sekolah
didasari oleh kualitas hubungan anak dengan keluarga dan oleh kualitas
bermain bersama teman seusianya (Hadis, 1994). Gaya pengasuhan yang
berbeda pada setiap orang tua akan mempengaruhi kepribadian anak
kelak. Orang tua yang otoriter akan menjalin hubungan dengan anak yang
berbeda bentuknya dari hubungan orang tua yang permisif dengan
anaknya. Menurut Hadis 1994, gaya pengasuhan otoriter cenderung
memiliki anak yang secara sosial tidak kompeten, jarang mengambil
inisiatif dan malahan menghindar dari interaksi sosial. Harga diri mereka
juga rendah. Gaya pengasuhan lain adalah gaya pengasuhan yang tak
perdulian-tak terlibat yang sangat merugikan anak. Anak akan menjadi
implusif dan mudah frustasi. Setelah dewasa mereka juga sulit menguasai
emosi dan tidak memiliki tujuan hidup. Sebaliknya, orang tua yang
otoritatif cenderung mempunyai anak yang bertanggung jawab, percaya
diri, dan ramah.
Untuk perkembangan aspek sosial anak pra-sekolah, hubungan
dengan teman sebaya sangat meningkat pada usia pra-sekolah. Masa ini
adalah saat bermain merupakan tema utama dalam kehidupan anak. Anak
mulai dapat menilai apakah ia lebih baik, sama baiknya, atau kurang dari
teman sebayanya. Keadaan ini sulit di dapatkan di rumah karena saudara
kandung biasanya lebih tua atau lebih muda.