Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia pada hakikatnya senantiasa mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Proses perkembangan kehidupan manusia melalui beberapa tahapan.
Umumnya, manusia akan selalu berubah mengikuti proses perkembangan di sekitar
kehidupannya, dimulai sejak masa prenatal, masa bayi, lalu tumbuh menjadi seorang
remaja, dewasa, dan kemudian meninggal.
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks, artinya
banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses
perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang
diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi
tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut. perkembangan seseorang
berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi
jasmani bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah
perkembangan intelektual dan bahasa.
Menurut teori umum psikologi perkembangan, ada fase awal yang dinamakan
fase anak usia dini 0-5 tahun, fase anak usia 0-5 tahun inilah yang merupakan titik
awal dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia yaitu di saat manusia
belum lahir atau  masih berada di rahim ibu, menjadi bayi kemudian masa anak usia
dini dimana anak tersebut mengalami masa pra-sekolah, dimana pada usia ini segala
aspek perkembangan anak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Aspek
perkembangan yang ada pada anak usia dini meliputi aspek intelektual, fisikmotorik,
sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan. Semua aspek perkembangan yang ada
pada diri anak ini selayaknya menjadi perhatian para pendidik agar aspek
perkembangan ini dapat berkembang secara optimal. Tidak berkembangnya aspek
perkembangan anak ini akan berakibat di masa yang akan datang, tidak saja anak
mengalami hambatan dalam perkembangan pada masa perkembangan di usia
berikutnya, tetapi anak juga akan mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupan
di masa yang akan datang. Pada masa inilah penentu dan pembentuk karakter dan
tingkah laku anak. Inilah yang menyebabkan karakteristik perkembangan anak usia 0-
5 tahun perlu untuk dipelajari.
BAB II
PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
ANAK USIA 0-5 TAHUN
Fase perkembangan manusia dalam rentang usia 0-5 tahun merupakan
fase yang sangat penting dalam proses perkembangan. Usia 0-5 tahun dianggap
sebagai periode usia emas, golden age dimana pada masa ini seluruh aspek
perkembangan berkembang dengan pesat dan menjadi dasar menuju fase
perkembangan selanjutnya.

A. FASE PRA-NATAL
Fase pranatal adalah fase perkembangan pertama dalam rentang kehidupan
manusia dan merupakan fase yang paling singkat dai seluruh fase
perkembangan. Namun dalam banyak hal fase ini penting atau bahkan yang
terpenting dari semua fase. Fase ini dimulai pada saat pembuahan dan berakhir
pada kelahiran kurang lebih berlangsung selama 266 hari sampah 280 hari (38-
40 minggu) (Santrock,2011).
Ciri-ciri perkembangan pada masa pranatal:
- Pada periode ini ditentukan sifat-sifat bawaan dan jenis kelamin,
tunggal/kembar
- Kondisi ibu sangat menentukan pola pertumbuhsn pranatal
- Secara proporsional perkembangan lebih besar dibanding periode-periode
lainnya.
- Terdapat banyak bahaya fisik dan psikologis
- Orang-orang yang berperan dapat membentuk sikap kepada si janin.

Adapun rangkaian perkembangan pra-natal dibagi ke dalam 3


periode (Santrock, 2011) :

a. Periode Germinal / Zigot


Periode ini berlangsung selama dua minggu pertama setelah
pembukaan. Periode ini meliputi pembentukan telur yang sudah di buahi
(zigot), pembelahan sel, dan pelekatan zigot ke dinding rahim. Periode ini
bisa disebut juga masa bayi baru lahir (new born): 0-2 minggu.
b. Periode Embrionik / Embrio
Periode ini terjadi dari dua hingga delapan minggu setelah
pembuahan. Selama periode ini kecepatan diferensiasi sel meningkat,
sistem pendukung bagi sel terbenduk, dan organ-organ mulai nampak.

c. Periode fetal/ Janin


Periode ini dimulai dari dua bulan setelah pembuahan sampai
menjelang kelahiran.

Pada saat manusia masih di dalam kandungan, faktor yang berpengaruh


terutama adalah kondisi ibu yang mengandungnya. Segala sesuatu yang dialami
atau kebiasaan hidup si ibu berpengaruh terhadap perkembangan janin yang di
kandungnya.
Segala kebutuhan untuk hidupnya janin yaitu sari-sari makanan, oksigen,
diperoleh janin dari ibunya lewat hubungan langsung melalui plasenta. Oleh
karena ketergantungan tersebut, maka kondisi ibu sangat berpengaruh terhadap
perkembangan janin, diantaranya : Gizi makanan, aktivitas fisik, kondisi
emosional, penyakit yang dimiliki ibu, obat-obatan yang di minum, kebiasaan
minum alkohol, merokok, dan zat adiktif. Supaya janin dapat berkembang
dengan baik, ibu yang mengandung perlu mengatur hidupnya dan mencegah
melakukan kebiasaan yang berpengaruh terhadap janin.

Menurut Sugiyanto (1993), faktor-faktor yang mempengaruhi manusia


pada saat masih di dalam kandungan (pra-natal) antara lain :
a. Pengaruh gizi makanan
Gizi makanan perlu diatur, jangan sampai kekurangan ataupun
berlebihan. Kekurangan gizi mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan
menjadi lemah, bahkan bisa lahir prematur atau keguguran (Sugiyanto 1993).
Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi akan memiliki
kemungkinan mengalami cacat lebih besar dibandingkan anak-anak yang
dilahirkan ole ibu yang cukup gizinya (Santrock, 2011).
Di samping itu, kelebihan gizi mengakibatkan janin terlalu besar dan
mengalami kesulitan saat melahirkan. Atendas, Qui dan Gruslin dalam Santrock
(2011) menyimpulkan ulasan riset terkini bahwa obesitas selama kehamilan
memiliki kaitan dengan peningkatan resiko ketidak suburan maternal, ganguan
hipersensitif, diabetis, dan kelahiran cesar. Obesitas selama kehamilan
mencalup resiko-resiko berikut ini terhadap janin : makrosomnia (bayi lahir
dengan bobot sangat berlebih), dan perawatan di Neonatal Intensive Care Unit
(NICU).

b. Pengaruh Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik yang cukup bagi ibu haml sangat di pelukan. Namun,
aktivitas fisik jangan sampai yang membahayakan keberadaan janin yaitu tidak
berat dan tidak kasar. Yang penting adalah sekedar untuk mengaktifkan fungsi
organ-organ tubuh sehingga tidak menjadi lemah. Ibu hamil yang tidak
melakukan atau kurang aktivitas fisiknya bisa menjadi lemah yang berakibat
janinnya juga lemah. Kelemahan fisik ibu juga bisa mengakibatkan kesulitan
saat melahirkan (Sugiyanto, 1993). Oleh karena itu rajin melakukan peregangan
dan Senam hamil dianjurkan untuk ibu hamil yang sudah memasuki usia
kehamilan 7 bulan untuk mempermudah proses kkelahiran.

c. Pengaruh Kondisi Emosional


Kondisi emosional ibu hamil yang tidak stabil misalnya sering marah
marah atau sering sedih bisa berakibat buruk terhadap perkembangan psikologis
anak sesudah dilahirkan . bayi bisa berkembang menjadi anak yang terlalu
cengen atau terlalu perasa. Menurut taiges dkk (2007) dalam Sanstrock (2011),
hasil riset terbaru dapat disimpulkan bahwa wanita hamil dengan tingkat stress
tinggi akan mengalami peningkatan resiko untuk melahirkan bayi yang akan
memiliki masalah emosional atau kognitif, attention deficit hyperactivity
disorder ( ADHD ), dan pelambatan kemampuan bahasa . oleh karena itu, ibu
hamil harus sebisa mungkin untuk mengelola emosinya dengan bijaksana,
menerima kehamilannya dengan senang hati , dan selalu bersyukur dengan
kondisi kehamilannya sekarang. Dukungan positif dari sekitarnya pun ( seperti
suami, orang tua, ataupun kakak dari calon bayi) sangat mempengaruhi kondisi
emosional ibu hamil.

d. Pengaruh Penyakit Ibu


Penyakit yang diidap oleh ibu hamil bisa berpengaruh terhadap janin
terutama penyakit yang menahun dan yang cukup berat. Misalnya penyakit
kelamin , cacar jerman ( Rubella ), malaria,kolera, AIDS. Pengaruhnya terhadap
janin bisa bervariasi . ada yang lahir lemah, cacat ,tertular penyakit atau bahkan
meninggal dalam kandungan . jika ibu hamil mengalami penyakit yang tidak
terlalu berat dan tidak lama ,seperti batuk pilek, sebaiknya tetap berkonsultasi
dengan dokter untuk pencegahan terjadinya kondisi yang lebih parah, hal itu
perlu dilakukan karena kondisi sakit yang dialami ibu hamil akan berbeda
dampaknya dengan ibu yang tidak hamil.

e. Pengaruh obat obatan


Obat obatan yang diminum atau disuntikkan pada ibu hamil untuk janin
dan dosis tertentu bisa berpengaruh pada janin. Pada dasarnya obat obatan ada
yang mengandung racun yang ditujukan untuk membunuh kuman penyakit.
Namun karena janin berada didalam tubuh ibunya yang menyerap makanan dari
darah ibunya yang mengandung racun , maka janin bisa teracuni. Akibatnya
janin bisa ikut terbunuh , menjadi lemah atau cacat. Aspirin, kinine, antibiotik
adalah contoh obat obatan yang berpengaruh negatif . pemberian obat obatan
harus berada dalam kontrol dokter . jangan biasakan membeli dan menentukan
obat obatan sendiri, walaupun obat yang dijual bebas di pasaran selama proses
kehamilan.

f. Pengaruh alkohol ,nakotik dan rokok


Kebiasaan minum alkohol dan rokok pada ibu hamil juga sangat
merugikan janin. Janin bisa menjadi lemah, cacat , bahkan bisa mati pada
peminum alkohol, perokok dan pengguna narkotika. Bagi orang yang tidak
hamil saja dampaknya sangat merugikan , apalagi bagi seorang ibu hamil.

B. FASE BAYI
Fase bayi terjadi selama dua tahun pertama dalam kehidupan manusia.
Fase ini merupakan fase dasar pembentukan pola perilaku,sikap dan emosi.
Awal kehidupan yang sehat sangatlah penting untuk bayi karena akan
mempengaruhi perkembangannya di fase fase berikutnya.
Fase bayi sering dianggap fase bayi baru lahir, tetapi label fase bayi akan
digunakan untuk membedakannya dengan periode pascanatal yang ditandai
dengan keadaan yang sangat tidak berdaya yaitu selama dua minggu setelah
kelahiran.
Ciri-ciri yang penting dari masa bayi baru lahir ini ialah:
- Masa perkembangan yang tersingkat dari seluruh masa perkembangan.
- Merupakan masa penyesuaian diri untuk kelangsungan
hidup/perkembangan bayi.
- Periode ini ditandai dengan terhentinya perkembangan.
- Apabila bayi melewati masa ini merupakan awal perkembangan lebih
lanjut.
Masa bayi baru lahir dibagi menjadi dua, yaitu:
- Periode Fortunate (mulai saat kelahiram sampai antara 15-30 menit
sesudah lahir).
- Periode Neonate (dari pemotongan tali pusar sampai sekitar akhir
minggu ke-2).

Selama beberapa bulan masa bayi , keadaan tidak berdaya itu secara
berangsur angsur agak menurun . setiap hari, setiap minggu dan bulannya bayi
semakin mandiri, sehingga saat masa bayi berakhir pada ulang tahun kedua , ia
menjadi seorang manusia yang berbeda dengan awal masa bayi.
Sesudah dilahirkan, individu berinteraksi dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik, klimatologis maupun social. Diantara factor factor yang
mempengaruhi perkembangan individu adalah : keturunan, gizi, pemberian
ASI, aktivitas fisik, system kelenjar hormone pertumbuhan, penyakit, musim
dan iklim, suku bangsa, kondisi social ekonomi, kondisi psiko social,
kecenderungan sekulear.

a. Pengaruh keturunan
Bayi lahir dengan membawa sifat sifat menurun dari orang tuanya.
Faktor bawaan ini menentukan potensi perkembangan maksimum yang
mungkin bisa dicapai dan sifat penampilan fisik setelah mencapain
kedewasaan. Potensi itu bisa menjadi kenyataan melalui interkasi dengan
lingkungannya. Potensi yang besar untuk berkembang bisa menjadi
kenyataan apabila lingkungan bisa memberikan kondisi yang baik untuk
tumbuh dan berkembang. Dalam hal sifat penampilan fisik banyak bukti
yang menunjukan bahwa banyak hal bisa memiliki kemiripan dalam segi
segi tertentu dengan orang tua kandungnya atau bahkan kakek neneknya.
b. Pengaruh gizi
Tingkat kegizian yang dikonsumsi sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan fisik . pengaruhnya terutama terjadi dalam 4 hal yaitu :
kecepatan pertumbuhan, ukuran tubuh setelah dewasa , bentuk tubuh dan
komposisi jaringan tubuh. Pada anak anak yang mengalami kekurangan
gizi dalam waktu lama akan mengalami hambatan pertumbuhan dan
mencapai ukuran maksimal yang relatif kecil. Tubuhnya kurus dengan
komposisi jaringan tubuh yang tidak berotot dan berlemak ( Sugiyanto ,
1993 ).

c. Pemberian ASI
Pemberian ASI eksklusif pada bayi diberikan sejak 0 – 6 bulan
pertama dalam kehidupan bayi. Bayi tidak memerlukan makanan atau
minuman lain seperti susu formula, air putih, madu, atau makanan
padat lain sebelum usia 6 bulan. Beberapa manfaat pemberian ASI
eksklusif :
1. ASI mudah dicerna karena pencernaan bayi belum begitu sempurna
(dibawah usia 6 bulan).
2. ASI dapat menyempurnakan tumbuh kembang bayi. Bahkan ASI
dapat membuat bayi sehat dan cerdas.
3. ASI dapat menjadi antibody alami tubuh bayi terutama yang
berhubungan dengan penyakit infeksi.
4. ASI akan selalu ada pada suhu yang tepat sehingga tidak perlu
khawatir akan membuat bayi terlalu panas atau dingin.
5. Komposisi dan volume ASI akan disesuaikan dengan kebutuhan
bayi. Orang tua tidak perlu khawatir akan kekurangan gizi sampai 6
bulan.
6. Frekuensi bayi menyusu akan terganggu apabila diberikan minuman
ataupun makanan selain ASI, sehingga usahakan tetap memberikan
ASI.
Setelah usia 6 bulan, bayi baru dapt diberikan Makanan
Pendamping ASI ( MPASI ) sampai usia 2 tahun.

d. Pengaruh Aktivitas Fisik


Aktivitas fisik merupakan faktor yang bisa berfungsi sebagai
rangsangan terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik dengan
intensitas yang cukup dan disertai dengan konsumsi makanan yang
bergizi baik dan istirahat yang cukup, bisa memacu tumbuh dan kembang
individu ke tingkat pencapaian yang optimal sesuai dengan potensi yang
dimiliki.

e. Pengaruh sistem kelenjar hormon pertumbuhan


Ada tiga macam hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan individu, yaitu : hormon pertumbuhan, hormon tiroid,
hormon gonad. Sistem kelenjar yang menghasilkan ketiga macam
hormon tersebut harus normal agar pertumbuhan dan perkembangan
menjadi normal.
Hormon pertumbuhan dihasilkan oleh kelenjar yang berada di
bawah otak yang dikontrol oleh sistem saraf pusat. Pengaruhnya terjadi
pada pertumbuhan pada masa anak – anak dan remaja. Kekurangan
produksi hormon ini mengakibatkan kelambatan pertumbuhan.
Sebaliknya, pertumbuhan terlalu cepat dapat mencapai ukuran raksasa
(Sugiyanto, 1993).

f. Pengaruh Suku Bangsa


Terdapat perbedaan yang signifikan perbedaan bentuk dan ukuran
tubuh pada suku bangsa yang berbeda – beda. Misalnya orang - orang
Amerika, Eropa, dan Australia cenderung memiliki tubuh yang lebih
tinggi dan besar dibanding orang - orang Asia.

g. Pengaruh Kondisi Psiko – Sosial


Manusia adalah makhluk psiko – fisis. Kondisi fisik mempengaruhi
kondisi psikis. Demikian juga sebaliknya. Gangguan kondisi psiko –
sosial bisa berupa stress yang cukup berat dan dialami dalam jangka
waktu yang lama, basa menghambat pertumbuhan dan perkembangan
fisik. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh stress terhadap hormon
pertumbuhan. Stress yang cukup berat bisa mengganggu kenormalan
hormon pertumbuhan. Apabila produksi hormon pertumbuhan tidak
normal, maka pertumbuhan fisik menjadi tidak normal juga (Sugiyanto,
1993).
Bayi mengalami beberapa perkembangan dan pertumbuhan dalam
hidupnya, yaitu :
1.Perkembangan Fisik
Pertumbuhan yang pesat selama rentang kehidupan terjadi pada
masa bayi dan pada periode pubertas. Dalam tahun kedua tingkat
pertumbuhan cepat menurun. Selama tahun pertama, peningkatan berat
tubuh lebih besar daripada peningkatan tinggi, selama tahun kedua
terjadi hal yang sebaliknya.
Meskipun pola umum dari pertumbuhan dan perkembangan
sama bagi semua bayi, tetapi tetap ada perbedaan dalam tinggi, berat,
kemampuan sensorik dan bidang perkembangan fisik lain. Beberapa
bayi memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan
perkembangan yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena
belum cukup umur atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu kekurangan
gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama
periode prenatal. Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman –
teman sebayanya dalam tahun – tahun awal periode bayi.
Selama periode bayi, perbedaan – perbedaan tidak saja terus
berlangsung tetapi semakin mencolok. Perbedaan dalam berat lebih
besar daripada perbedaan dalam tinggi. Ini disebabkan karena
perbedaan berat sebagian bergantung pada bentuk tubuh dan sebagian
lagi bergantung pada kebiasaan dan jenis makanan.
Di samping itu, pada waktu lahir seorang bayi belum
menunjukan koordinasi gerak pada dada atau lengan. Pada bulan kedua
sudah tampak kemampuan untuk mengangkat dada dalam posisi
tengkurap. Juga tampak kemampuan untuk mencoba meraih benda-
benda yang tampak olehnya walaupun belum mengena dengan tepat
karena koordinasi antara penglihatan dan gerak memegang belum
sempurna. Dalam bulan ketiga dan keempat tampak kemajuan-
kemajuan dalam kontrol gerak. Pada bulan kelima, bayi mulai dapat
duduk walaupun masih harus dibantu, dan dalam bulan keenam bayi
sudah dapat duduk sendiri. Pada bulan ketujuh, mereka mulai
merangkak, dan pada bulan kedelapan mereka mulai berdiri. Kira-kira
pada bulan kesebelas, mereka sudah dapat berjalan. Bahkan pada bulan
keduapuluhempat mereka sudah dapat naik sepeda roda tiga (White,
1988, dalam Hadis, 1994).
Kehidupan Fisis si Bayi
Salah seorang ahli psikologi yang mengadakan penyelidikan dalam
hal ini, ialah Charlotte Buhler. Dari penyelidikannya, yang dilakukan di
dalam kehidupan fisis, hasil-hasilnya adalah tentang:
1. Detak jantung
2. Pernapasan
3. Makanan dan minum
4. Pembuangan kotoran

1) Tentang detak jantung, dikatakan bahwa waktu lima bulan sebelum


kelahirannya, jantung si bayi itu sudah berdetak sebanyak
150kali/menit. Pada waktu lahir menurun tinggal 130 kali/menit.
Demikian terus menerus sehingga pada waktu berumur 2 tahun,
tinggal 80 kali/menit.
2) Tentang Pernapasan si bayi, pada waktu dalam kandungan, tentu tidak
mungkin si bayi bernafas dengan paru-paru, tetapi telah
menggerakkan dadanya. Pada saat kelahiran, ia mulai memerlukan zat
asam. Demikian anak itu lahir, maka cairan di dalam hidung dan
telingannya mulai keluar. Dan sejak itu paru-paru si anak mulai
melakukan fungsinya. Tarikan napas yang pertama, terjadi pada saat
si anak itu menangis yang pertama.
3) Tentang makanan dan minum. Dorongan untuk makan dan minum,
telah dibawa si bayi sejak lahir. Gerak menyerap pada si bayi pun
mulai segera dapat berfungsi. Keteraturan antara gerak penyerapan
pada si bayi pun mulai segera dapat berfungsi. Keteraturan antara
gerak penyerapan dan pernapasan segera dikuasai tanpa menjumpai
kesukaran. Dalam hal ini su ibu tinggal membiasakan waktunya yaitu
berulang untuk tiga jam, agar organ-organ si bayi yang bersangkutan
dengan makan dan minum segera dapat bekerja dengan teratur pula.
4) Tentang pembuangan kotoran, dikatakan, organ-organ untuk itu
terdiri atas gerak-gerak refleks, yang telah berjalan dengan baik sejak
dalam kandungan. Tekanan pada usus besar menegangkan urat radial
pada perut besar, maka lubang usus terbuka. Keluarnya kotoran
menyebabkan lemasnya urat-urat radial kembali, dan ini
menyebabkan lubang tertutup.

Perkembangan alat indra si bayi


Termasuk di dalam hal ini, ialah:
1. Perkembangan penglihatan
2. Perkembangan pendengaran
3. Perkembangan perasa kulit
4. Perkembangan pembau
5. Perkembangan pengenyam/perasa lidah.

1) Perkembangan penglihatan
Pada umumnya indra anak yang baru lahir, belum dapat menerima
rangsangan. Matanya terbuka dan berkedip otomatis dengan gerak
refleksif, tapi sebenarnya belum dapat menerima rangsangan
cahaya. Baru pada bulan ketujuh, si bayi dapat mengikuti sesuatu
yang di dekat matanya, dengan memalingkan kepalanya.
1) Perkembangan pendengaran
Hanya dengan waktu kurang lebih 2 jam sesudah lahir, si
bayi telah dapat mendengar. Yaitu sejak cairan yang berasal dari
lubang telinga, keluar. Ini dapat dilihat bahwa ia telah dapat
mereaksi terhadap getaran suara, sekalipun reaksinya itu belum
mengandung arti tertentu. Kepekaan menerima rangsangan suara,
rupa-rupanya yang paling cepat di milikinya suara yang keras
menimbulkan reaksi kejut dan suara yang lembut diterima dengan
reaksi yang tenang.
2) Perkembangan perasa kulit
Kepekaan menerima rangsang kulit, terdapat pada bibir dan
telapak kakinya. Anak lebih peka terhadap rangsangan dingin
daripada rangsangan panas. Yang sangat minta perhatian yaitu
perasa sakitnya. Dengan rangsangan ujung jarum di manapun,
tampak belum ada reaksi.
3) Perkembangan perasa lidah
Dalam perkembangan perasa lidah, si bayi tidak jauh
berbeda dengan keadaan orang dewasa. Anak pada umumnya lebih
senang rasa manis daripada asin. Rasa asam dan pahit, kebanyakan
di tolaknya.

2. perkembangan kognitif
Menurut Piaget, perkembangan kognitif bayi berada pada
periode sensorimotor sampai lebih kurang usia 2 tahun. Pada masa ini,
proses berpikir ditandai dengan perubahan-perubahan skema yang
masih bersifat terbatas dan kaku. Sama halnya dengan refleks,
pemikiran anak seusia ini masih searah dan hanya mengulang.
Peran indera sensornya sangat menentukan ia dalam
membantunya berperilaku, misalnya dengan cara meraba, mencium,
memasukkan ke mulut benda-benda yang ada di sekitarnya. Selain itu
juga motor atau gerak anak juga sangat mendukung perkembangan
kognitif bayi. Semakin banyak bayi bergerak, maka akan semakin
besar kesempatan bayi untuk berinteraksi dengan benda-benda atau
orang-orang yang baru dilihatnya sehingga menambah jumlah skema-
skema yang ada di kepalanya.
Boleh dikatakan sebagian besar dari perkembangan kognitif bayi
pada sensorimotor ini diibaratkan sebagai “tidak kelihatan, maka tidak
dipikirkan”. Maksudnya pada waktu anak berinteraksi dengan benda-
benda yang ada disekitarnya, benda-benda tersebut dianggap ada bila ia
dapat melihatnya. Bila benda tersebut di luar jangkauan
penginderaannya, benda tersebut dianggapnya tidak pernah ada. Anak
pada masa ini egosentris, tidak dapat membedakan antara kehadiran
sebuah benda dengan rangsangan yang berasal dari benda tersebut
terhadap pancainderanya. Tidak terbesit dipikirannya bahwa benda itu
permanen (tetap ada) di luar dirinya.
Di samping itu, perkembangan otak bayi mengalami tumbuh dan
kembang secara pesat. Selagi bayi menangis, tersenyum atau
mengerutkan dahinya, menggoyang-goyangkan benda yang
digenggamnya, berbicara dan berjalan, maka di dalam otaknya terjadi
pula perubahan-perubahan penting. Bermula sebagai makhluk bersel
satu, pada saat lahir seorang bayi sudah mempunyai otak dan sistem
syaraf yang terdiri dari kira-kira 100 trilyun sel syaraf yang dinamakan
Neuron, yang akan dipergunakan sepanjang hidupnya. Namun,
hubungan-hubungan antar sel-sel syaraf itu belum berkembang dan
belum tertata dengan baik dalam diri seorang bayi. Dalam rentang
waktu antara saat lahir sampai usia 2 tahun, maka serabut-serabut
penghubung antara neuron itu (dinamakan dendrit) tumbuh secara
pesat, begitu pula halnya dengan perkembangan neurotransmitter yaitu
substansi kimia yang sangat kecil yang berfungsi menyalurkan
rangsangan atau informasi dari satu neuron ke neuron lain (Santrock,
2011).

3. Perkembangan Sosioemosional
Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana, hampir
tidak terbedakan sama sekali. Dengan bertambahnya usia, berbagai
reaksi emosional menjadi lebih terbedakan dan reaksi emosional dapat
ditimbulkan oleh berbagai macam reaksi.
Terdapat sejumlah pola emosional tertentu yang umum pada
bayi. Tetapi, karena emosi bayi sangat rentan terhadap pembiasaan,
terdapat beberapa perbedaan pada pola ini dan juga pada rangsangan
yang menimbulkannya. Reaksi emosional bayi berbeda terhadap
beberapa rangsangan tertentu yang berlainan, bergantung sebagian
besar pada pengalaman lalunya.
Perbedaan-perbedaan dalam reaksi emosi mulai tampak dalam
periode bayi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terutama kondisi-
kondisi fisik dan mental dari bayi pada saat munculnya rangsangan dan
berhasil tidaknya reaksi yang pernah diberikan sebelumnya dalam
memenuhi kebutuhan. Contohnya, bayi yang baru lahir sama sekali
belum mengenal emosi senang, sedih, dan sebagiannya. Senyum yang
ditampilkan bayi 0 sampai 3 bulan, biasanya senyum yang belum ada
maknanya. Baru setelah 4 bulan ke Atas, bayi dapat merespon atas
kejadian yang ada di sekitarnya. Apabila bayi diajak bermain, bicara,
atau diperhatikan orang lain, maka bayi sudah bisa menampilkan
ekspresi senang dan tertawa. Sebalikya, apabila bayi tersebut tidak
diperhatikan, maka dia akan menunjukan ekspresi marah dan tidak
senang.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa bayi yang mengalami banyak
emosi senang meletakkan dasar-dasar untuk penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial yang baik dan untuk pola-pola perilaku yang akan
menimbulkan kebahagiaan.
Pengalaman sosial memainkan peranan penting dalam
menentukan hubungan sosial di masa depan dan pola perilaku terhadap
orang-orang lain. Oleh karena kehidupan bayi berpusat di rumah, maka
dirumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap sosial kelak.
Penelitian tentang penyesuaian sosial anak-anak yang lebih besar
dan bahkan para remaja menunjukan pentingannya peletakkan dasar-
dasar sosial pada masa bayi. Hal ini berdasarkan dua alasan. Pertama,
jenis perilaku yang diperhatikan dalam situasi sosial mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosialnya. Kedua, mengapa dasar-dasar sosial
yang dini itu penting adalah bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu
cenderung menetap kalau anak menjadi lebih besar (Santrock, 2011).
Oleh karena itu, orang-orang yang berada di sekitar bayi sebaiknya
menunjukan wajah ceria, perilaku yang positif, dan rajin berbicara serta
mengajak bayi bicara. Kondisi demikian akan membuat bayi merasa
senang, terbiasa untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan dapat
menstimulus bayi berbicara.
Perilaku sosial dini mengikuti pola yang cukup dapat diramalkan
meskipun dapat terjadi perbedaan-perbedaan karena keadaan kesehatan
atau keadaan emosi atau kondisi lingkungan. Pada saat dilahirkan bayi
tidak memilih dalam arti tidak mempedulikan siapa yang mengurus
kebutuhan fisiknya.

C. Fase Anak Usia Dini


Anak-anak usia dini merupakan anak dalam masa kemasan (Golden
Age) dimana pada masa ini adalah masa penting bagi perkembangan anak
sebagai individu di kemudian hari.
Masa vital: pada masa ini individu menggunakan fungsi-fungsi
biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa
belajar pada tahun pertama dalam kehidupan individu, Freud menyebutnya
sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber
kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar.
Pada tahun kedua anak belajar berjalan sehingga anak belajar menguasai
ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang paling jauh.
Pada tahun kedua umumnya terjadi pembiasaan terhadap kebersihan.
Melalui latihan kebersihan, anak belajar mengendalikan impuls-impuls atau
dorongan-dorongan yang datang dari dalam dirinya.

Masa estetik; dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan.


Anak bereksplorasi dan belajar melalui pancaindranya. Pada masa ini
pancaindra masih sangat peka.

Fase ini berlangsung sejak usia dua tahun sampai enam tahun atau
para ahli sering menyebutnya dengan fase anak-anak awal. Anak-anak pada
fase ini dilatih untuk ‘belajar sekolah’ dengan mengikuti program Taman
Kanak-Kanak (TK) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada fase anak usia dini tidak sehebat pada masa
sebelumnya dan temponya lebih lambat, tetapi tidak mengurangi maknanya
(dalam Aswin Hadis, 1994). Perkembangan fisik anak-anak di usia dini,
terutama tinggi dan berat badan, menyesuaikan beberapa faktor, antara lain :
keturunan (ras), faktor gizi dan kesehatan, jenis kelamin, dan faktor
perbedaan individual.
Pada fase ini anak-anak akan mulai bertambah kuat. Tulang-tulang
akan mulai mengeras dan akan memberikan perlindungan sekaligus bentuk
tubuh. Hal yang sama berlaku pada sistem syaraf dan otak yang mendukung
perkembangan motorik anak. Pada usia tiga tahun gigi susu juga sudah mulai
lengkap sehingga memudahkan anak untuk mengunyah makanan dengan
lebih baik.
Perkembangan penglihatan juga berkembang dengan pesat pada fase
ini. Pada akhir masa usia persekolah/usia dini (kurang lebih enam tahun),
otot-otot mata anak sudah berkembang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan anak untuk menggerakkan matanya secara efisien untuk
melihat sederetan huruf-huruf.
Fisik yang sudah jauh lebih kuat dibandingkan masa bayi mendorong
pesatnya perkembangan motorik anak-anak usia dini. Untuk motorik kasar
pada usia tiga tahun, misalnya, anak mulai mampu berdiri diatas satu kaki
untuk beberapa detik dan pada usia lima tahun anak sudah dapat melompat
hampir satu meter jauhnya. Motorik halus anak usia tiga tahun umumnya
belum terlalu banyak berbeda dari masa bayi. Memasuki usia empat tahun
baru pada umumnya koordinasi motorik halus anak mulai membaik dan
mengalami kemajuan. Namun yang perlu diperhatikan perkembangan
motorik tiap anak, baik motorik kasar maupun motorik halus, berbeda-beda.

2. Perkembangan Kognitif
Dunia kognisi anak usia pra-sekolah adalah kreatif, bebas dan penuh
daya khayal. Hal ini tercermin pada gambar-gambar yang mereka buat. Anak
Taman Kanak-Kanak misalnya menggambar pohon dengan warna merah,
langit hijau atau menggambar sebuah kumpulan lingkaran kecil yang dia
ibaratkan itu keluarganya yang terdiri dari ayah, ibu dan dirinya sendiri.
Perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah sesuai dengan teori
Piaget, yaitu berada pada periode pra-operasional. Pada masa ini kemampuan
mengingat, terutama mengenal dan mengingat kembali mengalami kemajuan
yang pesat. Demikian pula perkembangan bahasanya juga sangat pesat.
Pemikiran Pra-operasional dapat dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
 Subtahap Fungsi Simbolis
Menurut (sanrtock, 2002) menyatakan subtahap ini, anak-anak
mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu
obyek yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir simbolis seperti ini
disebut “fungsi simboli”, dan kemampuan ini mengembangkan secara
cepat dunia mental anak. Contoh: anak-anak kecil menggunakan desain
corat-caret untuk menggambar manusia, rumah, mobil, awan dan lain-lain.

Bentuk pemikiran pada tahap praoperasional, adalah :


1. Egosentrisme (Egocentrism) : suatu ciri pemikiran praoperasional anak
yang menonjol. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk
membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif orang lain.
2. Animisme : bentuk lain pemikiran praoperasional adalah keyakinan
bahwa obyek yang tidak bergerak adalah memiliki kualitas “semacam
kehidupan” dan dapat bertindak.
 Sub tahap pemikiran intuitif
Subtahap pemikiran intuitif adalah kedua pemikiran praoperasional
yang terjadi pada usia 4 dan 7 tahun. Pada subtahap ini, ana-anak mlai
menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua
pertanyaan. Piaget menyebut waktu ini “intuitif” karena anak-anak berusia
muda tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman
mereka, tetapi belum begitu sadar darimana mereka tahu apa yang mereka
ketahui itu.
Contoh : Anak-anak pada usia praoperasional jika dihadapkan
dengan obyek acak yang dapat di kelompokan bersama atas dasar dua atau
lebih sifat, mereka jarang dapat menggunakan sifat ini secara konsisten
untuk menyortir objek-objek kedalam kelompok-kelompok yang tepat.
(Santrock 2002).

3. Perkembangan Sosioemosional
Selama awal masa kanak-kanak emosinya kuat dan tidak seimbang.
Emosi pada awal masa kanak-kanak di tandai oleh ledakan amarah yang
kuat. Ketakuan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal. Emosi
yang umumu pada awal masa anak-anak adalah amarah, taku, cemburu,
ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Amarah di anggap
sesuai untuk anak laki-laki. Maka sepanjang masa awal kanak-kanak,
anak laki-laki lebih banyak menunjukan amarah yang hebat daripada
anak perempuan.
Perkembangan emosi dan sosial pada masa usia pra-sekolah
didasari oleh kualitas hubungan anak dengan keluarga dan oleh kualitas
bermain bersama teman seusianya (Hadis, 1994). Gaya pengasuhan yang
berbeda pada setiap orang tua akan mempengaruhi kepribadian anak
kelak. Orang tua yang otoriter akan menjalin hubungan dengan anak yang
berbeda bentuknya dari hubungan orang tua yang permisif dengan
anaknya. Menurut Hadis 1994, gaya pengasuhan otoriter cenderung
memiliki anak yang secara sosial tidak kompeten, jarang mengambil
inisiatif dan malahan menghindar dari interaksi sosial. Harga diri mereka
juga rendah. Gaya pengasuhan lain adalah gaya pengasuhan yang tak
perdulian-tak terlibat yang sangat merugikan anak. Anak akan menjadi
implusif dan mudah frustasi. Setelah dewasa mereka juga sulit menguasai
emosi dan tidak memiliki tujuan hidup. Sebaliknya, orang tua yang
otoritatif cenderung mempunyai anak yang bertanggung jawab, percaya
diri, dan ramah.
Untuk perkembangan aspek sosial anak pra-sekolah, hubungan
dengan teman sebaya sangat meningkat pada usia pra-sekolah. Masa ini
adalah saat bermain merupakan tema utama dalam kehidupan anak. Anak
mulai dapat menilai apakah ia lebih baik, sama baiknya, atau kurang dari
teman sebayanya. Keadaan ini sulit di dapatkan di rumah karena saudara
kandung biasanya lebih tua atau lebih muda.

4. HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN PENDIDIK UNTUK


MENGEMBANGKAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH

1. Orang dewasa memberikan afeksi atau dukungan, menenangkan hati anak


bila mereka menangis atay ketakutan.
2. Orang dewasa menyediakan waktu dan tempat, baik di dalam maupun di
luar ruangan, bagi anak untuk melatih keterampilan motorik kasar, seperti
berlari, melompat, naik sepeda roda tiga, atau lempar tangkap bola. Orang
dewasa harus selalu berada dekat anak untuk membantu mereka bila
dibutuhkan.
3. Orang dewasa menyiapkan bahan dan materi untuk mengeksplorasi dan
mempelajari lingkungan, memenuhi rasa ingin tahu, dan memberi
kesempatan eksperimen tentang hubungan sebab-akibat.
4. Anak harus diberi kesempatanseluas-luasnya untuk melihat kegunaan dari
membaca dan menulis yang luar biasa.
5. Untuk perkembangan sosial – emosionalnya, guru memudahkan
perkembangan kontrol diri anak dengan menggunakan teknik bimbingan
yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

 Dra. Evita Adnan, M.Si, dkk. 2016. Perkembangan Peserta


Didik. Jakarta: UNJ Press.
 Dr. Sumanto, M.A. 2014. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT
BUKU SERU.
 Dr. K.H. U. Saefullah, M.M.Pd. 2012. Psikologi Perkembangan
dan Pendidikan. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
 Prof. Drs. Agoes Soejanto. 2005. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Anda mungkin juga menyukai