Anda di halaman 1dari 43

Yuana Wira Dwi Satya Ilham Putra

K011201030
Kesehatan Reproduksi

PEKAN 1
1. Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa. Pada umumnya
masa remaja dianggap mulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir
saat anak mencapai usia matang secara hukum. Adanya perilaku sikap dan nilai-nilai
sepanjang masa remaja menunjukkan perbedaan awal masa remaja yaitu kira-kira dari
usia 13 tahun – 16 tahun atau 17 tahun usia saat dimana remaja memasuki sekolah
menengah. masa remaja awal yang dimulai dari umur 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan dari umur 15-18 tahun dan masa remaja akhir dari umur 18-21 tahun.
2. Ciri – ciri remaja
Dipandang dari sudut batas usia, remaja sebenarnya tergolong kalangan yang
transaksional artinya keremajaan merupakan gejala sosial yang bersifat sementara
karena berada diantara kanak-kanak dengan dewasa. Menurut Hurlock (1990) ciri-ciri
masa remaja adalah:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting Perkembangan fisik yang cepat disertai
dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal remaja. Semua
pekembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya
pembentukan sikap, niat dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai sama peralihan Dalam setiap periode peralihan status,
individu tidak jelas dan keraguan akan peran yang harus dilakukan, pada masa remaja
ini bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa.
3. Masalah kesehatan remaja
1. Seksual dan reproduksi
Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah
diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-
kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol,
penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau
tawuran (Iskandar, 1997). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan
tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka
pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena kebanyakan
remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi
dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.

Banyak masalah yang akan timbul akibat mengabaikan kesehatan reproduksi.


Masalah - masalah yang timbul akibat kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan
reproduksi yaitu Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, perkawinan
dan pernikahan dini, IMS atau PMS dan HIV/AIDS (Marmi, 2013). Menurut data
PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Jawa Tengah tahun 2010,
remaja yang berhubungan seksual pra nikah sebanyak 863 orang, hamil pra nikah
452 orang, Infeksi menular seksual 283 orang, masturbasi 337 orang, aborsi 244
orang. Kasus ini meningkat dari tahun 2009 dimana kasus remaja yang
berhubungan seksual pra nikah 765 orang, hamil pra nikah 367 orang, infeksi
menular seksual 275 orang, masturbasi 322 orang, aborsi 166 orang (PILAR
PKBI, 2010)

2. Gizi
Masalah kesehatan yang dialami dan mengancam masa depan remaja
Indonesia. Empat masalah kesehatan yang dinilai paling sering dialami oleh
remaja Indonesia antara lain kekurangan zat besi (anemia), kurang tinggi badan
(stunting), kurang energi kronis (kurus), dan kegemukan atau obesitas.
Perlu diketahui bila remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang
yang berusia antara 10-18 tahun, dan merupakan kelompok penduduk Indonesia
dengan jumlah yang cukup besar (hampir 20% dari jumlah penduduk). Remaja
merupakan calon pemimpin dan pengerak pembangunan di masa depan.
Karena itu remaja merupakan masa yang sangat berharga bila mereka berada
dalam kondisi kesehatan fisik dan psikis, serta pendidikan yang baik. Di dalam
masa remaja terjadi apa yang dinamakan growth spurt atau pertumbuhan cepat,
juga pubertas. Pada fase tersebut, terjadi pertumbuhan fisik disertai perkembangan
mental-kognitif, psikis, juga terjadi proses tumbuh kembang reproduksi yang
mengatur fungsi seksualitas.
Menkes bahwa masa remaja seringkali dianggap sebagai periode hidup yang
paling sehat. Hanya saja, pertumbuhan fisik pada remaja tidak selalu disertai
dengan kematangan kemampuan berpikir dan emosional. Selain itu, di masa
remaja juga terjadi proses pengenalan jati diri, dan kegagalan dalam proses
pengenalan diri ini bisa menimbulkan berbagai masalah.

PEKAN 2
1. Menarche
Menarche adalah menstruasi pertama atau darah yang keluar dari vagina wanita
sewaktu ia sehat bukan disebabkan oleh melahirkan anak atau karena terluka, biasanya terjadi
pada perempuan umur 12-13 tahun. Dalam keadaan normal menarche diawali dengan periode
pematangan yang dapat memakan waktu 2 tahun. Menarche merupakan tanda diawalinya
masa puber pada perempuan. Pada masa tersebut seorang perempuan memerlukan perhatian
orang tua, karena sejak masa menstruasi pertama berarti ada kemungkinan menjadi hamil bila
berhubungan dengan lawan jenisnya (Waryana, 2010)
Sumber: http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4138/3/BAB%20II.pdf
2. Menstruasi
Menstruasi merupakan pendarahan secara periodik dan siklis dari uterus yang disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan menurut
Prawirohardjo (2011), pendarahan haid merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan
sistem hormon dengan organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofisis, ovarium dan uterus.
Sumber: THERAPY FOR IRREGULAR MENSTRUATION WITH ACUPUNTURE
AND HERBAL PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA (L.)
https://e-journal.unair.ac.id/JVHS/article/download/11468/6486#:~:text=Menstruasi
%20merupakan%20pendarahan%20secara%20periodik,%2C%20hipofisis%2C%20ovarium
%20dan%20uterus.
3. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi adalah serangkaian periode dari perubahan yang terjadi berulang
pada uterus dan organ-organ yang dihubungkan pada saat pubertas dan berakhir pada saat
menopause. Satu siklus menstruasi adalah siklus ovarium, siklus endometrium dan siklus
sekresi (Waryana, 2010). Siklus menstruasi berubah-ubah setiap bulannya tergantung dari
sistem kerja tubuh wanita tapi ada beberapa wanita yang memiliki jumlah hari yang sama
persis dalam setiap siklus menstruasinya. Biasanya terjadi antara 23-35 hari, namun rata-rata
siklus menstruasi adalah 28 hari. Dalam siklus menstruasi yang pertama biasanya terjadi
selama 3-7 hari. Pada masa ini, lapisan dinding rahim luruh menjadi darah menstruasi.
Banyaknya darah yang keluar selama masa menstruasi berkisar antara 30-40 ml pada tiap
siklus. Pada hari pertama hingga hari ke-3, darah menstruasi yang keluar akan lebih banyak.
Pada saat ini, biasanya wanita akan merasakan nyeri atau kram pada bagian panggul, kaki,
dan punggung. Nyeri pada bagian perut yang juga kerap dirasakan pada hari-hari pertama
menstruasi dipicu karena adanya kontraksi dalam rahim. Kontraksi otot rahim ini terjadi
karena adanya peningkatan hormon prostaglandin selama menstruasi terjadi. Kontraksi yang
kuat dalam rahim dapat menyebabkan suplai oksigen ke rahim tidak berjalan dengan lancar.
Karena kekurangan asupan oksigen inilah, kram atau nyeri perut dirasakan selama
menstruasi. Selama masa menstruasi hormon estrogen akan berada pada tingkatan yang
rendah sehingga secara emosional akan lebih mudah untuk marah ataupun tersinggung
selama masa menstruasi (Noya, 2018).
Sumber: Pradnyani, S.I. 2020. Perbedaan Konsumsi Lemak dan Status Gizi pada Remaja
Putri dengan Menarche Dini dan Tidak Menarche Dini di SMPN 10 Denpasar. Skripsi.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4138/.
Fase Menstruasi:
a. Fase Menstruasi Di fase ini yang terjadi adalah keluarnya darah haid dari organ reproduksi
wanita yang ditandai dengan penurunan kondisi menjadi lemas dan dikatakan normal apabila
haid terjadi dari hari kelima sampai ketujuh. Menurunnya hormon progesteron juga terjadi
pada fase ini diselingi dengan keluarnya darah menstruasi sebanyak 10 sampai 80 ml.
b. Fase Folikular Pada fase folikular terjadi pelepasan hormon Follicle Stimulating Hormone
(FSH) oleh kelenjar hipofisia yang berperan sebagai pembuat folikel pada ovarium sampai
menjadi matang. Pada fase ini terjadi peningkatan hormon estrogen.
c. Fase Ovulasi Pada fase ini yang terjadi pada hormon estrogen sedang meningkat dan
hormon luteinizing pada sel telur yang telah matang akan di lepaskan menuju tuba fallopi dan
bertahan selama kurang lebih 12 sampai 24 jam.
d. Fase Luteal Fase luteal adalah fase terakhir yang terjadi pada hari kelima belas sampai
siklus menstruasi berakhir. Bekas folikel yang telah ditinggalkan sel telur akan membentuk
korpus luteum yang kemudian menghasilkan hormon progesteron.
Sumber: Putri, N.K.Y. 2020. Studi Literature Riview: Hubungan Lama Menstruasi dengan
Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri. Skripsi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/5106/.
4. Gangguan siklus menstruasi
a. Dismenorea
Gangguan menstruasi ini sangat sering dialami oleh wanita. Jika kamu merasa bahwa
ketika saat menstruasi dan merasakan nyeri yang sangat hebat, bisa saja kamu terkena
gangguan menstruasi jenis dismenorea. Dismenora adalah nyeri yang dirasakan di perut
bagian bawah. Terkadang, rasa nyeri dismenorea ini meluas sampai ke pinggang, punggung
bagian bawah, dan paha.
b. Menorrhagia
Menorrhagia adalah salah satu gangguan menstruasi, jenis gangguan menstruasi yang
satu ini ditandai dengan ketika kamu menstruasi dan mengeluarkan banyak sekali darah atau
pendarahan yang berlebih. Umumnya, menstruasi terjadi selama 5-7 hari dengan volume
cairan sebanyak 30-70 ml. Namun, pada wanita menorrhagia, darah yang keluar bisa lebih
dari 30-70 ml dan bisa saja durasi haid yang menerus atau lebih dari 7 hari.
c. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)
Jenis gangguan menstruasi yang satu ini adalah gangguan yang mengaitkan emosi dan
fisik wanita di waktu sebelum masa menstruasi. Gangguan menstruasi ini lebih parah
dibandingkan dengan premenstrual syndrome (PMS). Gejala dari gangguan menstruasi ini
yaitu 1-2 minggu sebelum menstruasi dan mereda ketika 2-3 hari saat menstruasi dimulai.
Penyebab dari gangguan menstruasi ini masih belum diketahui secara pasti, namun terdapat
beberapa faktor yang memicu terjadinya gangguan menstruasi ini, yaitu turunnya kadar
estrogen dan progesterone.
d. Menometroragia
Sedikit mirip dengan menorrhagia, menometroragia adalah perdarahan yang
memanjang secara tidak teratur. Sedangkan menorrhagia adalah perdarahan yang terjadi
secara memanjang dengan frekuensi lebih dari 7 hari dan volume cairan lebih dari 80cc.
Menometroragia adalah sebuah kondisi dengan ditandai dengan pendarahan uterus yang
berat, abnormal, dan tidak teratur. Biasanya, wanita yang mengalami menometroragia
memiliki pendarahan yang ditandai dengan darah sebanyak 80 ml selama siklus menstruasi.
Karena bentuk dari menometroragia tidak teratur, maka pendarahan yang terjadi tidak terduga
dan sering terjadi di luar siklus menstruasi.
e. Amenorea
Gangguan menstruasi ini adalah sebuah kondisi yang mana wanita tidak mengalami
menstruasi. Terdapat 2 jenis pada amenorea, yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea
primer adalah ketika wanita yang berusia lebih dari 15 tahun namun tidak mengalami
menstruasi tapi telah mengalami pubertas dengan cara lain. Amenorea sekunder adalah
dimana wanita tidak mengalami menstruasi selama lebih dari 3 siklus atau selama 6 bulan.
Jika tidak ditangani, amenorea bisa menjadi penyakit yang mengerikan seperti tumor kelenjar
pituitari.
f. Oligomenorea
Oligomenorea adalah gangguan menstruasi pendarahan ringan yang jarang terjadi
pada wanita yang mengalami menstruasi. Kondisi ini adalah saat periode menstruasi wanita
pada saat usia subur menjadi tidak teratur atau susah diprediksi. Penyebab dari oligomenorea
tidak semuanya berbahaya. Tetapi, bisa saja menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani
secepatnya.
g. Keadaan Patologis Terkait Menstruasi
Gangguan menstruasi ini yaitu ketegangan sebelum menstruasi (premenstrual tension) yang
berupa keluhan yang dimulai ketika seminggu sebelum dan sesudah haid. Terjadinya kondisi
ini dikarenakan karena tidak seimbangnya hormon estrogen dan progesterone pada saat
menjelang menstruasi. Biasanya gangguan menstruasi ini terjadi pada wanita yang telah
berumur 30-40 tahun. Untuk pengobatannya sendiri tergantung dengan keadaan di mana
seorang wanita dengan keluhannya.
Sumber: Siapdok. 2022. 7 Jenis Gangguan Menstruasi yang Perlu Diketahui.
https://siapdok.id/blog/jenis-gangguan-menstruasi/.
5. PMS
Premenstruasi sindrom merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada
wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang
konsisten, terjadi selamafase luteal pada siklus menstruasi (Saryono dalam Aprilyandari,
2018).Seorang dikatakan mengalami Premenstrual Syndromeapabila mengalami keluhan-
keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya
haid dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus
sampai haid berhenti. Keluhan-keluhannya biasanya seperti gangguan emosional berupa
iritabilitas, gelisah, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada
mammae (Khusniyati et al., 2015).
Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization), premenstruasi sindrom
memiliki prevalensi lebih tinggi dinegara-negara Asia dibandingkan dengan negara-
negara barat. Hasil penelitian American College Obstetricians and Gynecologistsdi Srilanka
tahun 2012, melaporkan bahwa gejala premenstruasi sindrom dialami sekitar 65,7% remaja
putri. Hasil studi Mahin De Lara di Iran (2012), ditemukan sekitar 98,2% perempuan
berumur 18 tahun hingga 27 tahun mengalami paling sedikit 1 gejala premenstruasi sindrom
derajat ringan atau sedang (Aprilyandari, 2018)
Sumber: Italia dan Ramona Yustika . 2021. Studi Litelatur Analisis Penanganan
Premenstrual Syndrome (Pms) Pada Remaja Putri.
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jkm/article/view/1000/499.
6. Fisiologi menstruasi
Terdapat beberapa fase yang terjadi selama siklus menstruasi. Fase pertama ialah fase
folikuler yang dimulai pada hari pertama periode menstruasi. Follicle Stimulating Hormone
(FSH, hormon perangsang folikel) dan Luteinizing Horomone (LH, hormon pelutein)
dilepaskan oleh otak menuju ke ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel
telur di dalam ovarium. Telur-telur itu berada di dalam kantungnya masing-masing yang
disebut folikel. Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen.
Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH. Keseimbangan hormon ini membuat
tubuh bisa membatasi jumlah folikel yang matang. Saat fase folikuler berkembang, satu buah
folikel di dalam salah satu ovarium menjadi dominan dan terus matang. Folikel dominan ini
menekan seluruh folikel lain dikelompoknya sehingga yang lain berhenti tumbuh dan mati.
Folikel dominan akan terus memproduksi estrogen (Verawaty & Rahayu, 2012).
Fase kedua yaitu fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler.
Fase ini adalah titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode mentruasi berikutnya akan
dimulai sekitar 2 minggu kemudian. Beberapa peristiwa terjadi pada saat fase ovulasi.
Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH yang diproduksi oleh
otak sehingga menyebabkan folikel dominan melepaskan sel telur dari dalam ovarium. Sel
telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi ) dan ditangkap oleh ujung-ujung tuba
fallopi yang mirip tangan (fimbria). Fimbria kemudian menyapu telur masuk ke dalam tuba
fallopi . Sel telur akan melewati tuba fallopi selama 2-3 hari setelah ovulasi. Selama tahap ini
terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir serviks. Jika seorang wanita
melakukan hubungan intim pada masa ini, lendir yang kental akan menangkap sperma pria,
memeliharanya, dan membantunya bergerak ke atas menuju sel telur untuk melakukan
fertilisasi (Verawaty & Rahayu, 2012).
Fase luteal merupakan fase terakhir dalam proses terjadinya menstruasi dimulai tepat
setelah ovulasi. Proses yang terjadi pada fase ini ialah setelah sel telur dilepaskan, folikel
yang kosong berkembang menjadi struktur yang disebut corpus luteum. Corpus luteum
mengeluarkan hormon progestreron. Hormon inilah yang mempersiapkan uterus agar siap
ditempati oleh embrio. Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur
yang telah dibuahi (embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke uterus untuk
melakukan proses implantasi. Pada tahap ini, si wanita sudah dianggap hamil. Jika
pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mengering dan meninggalkan tubuh
sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina. Oleh karena dinding uterus tidak dibutuhkan
untuk menopang kehamilan, maka lapisannya rusak dan luruh. Darah dan jaringan dari
dinding uterus pun (endometrium) bergabung untuk membentuk aliran menstruasi (Verawaty
& Rahayu, 2012).
Sumber: Dewi, A.S. 2019. Hubungan Aktivitas Fisik, Tingkat Konsumsi Zat Gizi Makro dan
Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Siswi di SMAN 1 Rendang, Karangasem. Skripsi.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2869/.
7. Perawatan Organ Reproduksi Remaja Saat Menstruasi
Cara menjaga organ reproduksi, diantaranya:
a) Pakai handuk yang lembut, kering, bersih, dan tidak berbau atau lembab.
b) Memakai celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap keringat. Pakaian dalam
(CD) diganti minimal 2 kali sehari.
c) Pastikan area organ intim selalu dalam keadaan kering dan tidak lembap.
d) Bagi wanita, hindari menggunakan sabun wangi, sabun sirih, deodoran, bedak, dan
vaginal douche karena dapat menyebabkan kulit kelamin rentan iritasi.
e) Bagi wanita, sesudah buang air kecil, membersihkan alat kelamin sebaiknya
dilakukan dari arah depan menuju belakang agar kuman yang terdapat pada anus tidak
masuk ke dalam organ reproduksi.
f) Bagi wanita yang mulai memasuki masa menstruasi sebaiknya memperhatikan
kebersihan alat reproduksi saat menstruasi.
Cara menjaga kebersihan saat menstruasi dapat dilakukan dengan:
a) Pilihlah pembalut yang bebas dari berbagai jenis bahan berbahaya dan nyaman saat
dipakai.
b) Ganti pembalut secara berkala, antara 3 hingga 5 kali dalam sehari
c) Bersihkan vagina terlebih dahulu sebelum mengganti pembalut. (Membersihkan
vagina sebainya dilakukan dengan air mengalir dan sebaiknya hindari penggunaan
sabun).
d) Cuci tangan sampai bersih setelah membuang pembalut serta sebelum mengganti
pembalut.
e) Rutin mengganti celana dalam (CD) untuk menghindari resiko tidak nyaman di
sekitar vagina.
Bagi wanita yang sering mengalami nyeri saat menstruasi, mengompres perut bagian bawah
dengan air hangat, melakukan olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup mampu
membantu mengurangi rasa nyeri. Akan tetapi, bila nyeri terjadi hingga berhari-hari dan
menggangu aktivitas, sebaiknya hubungi dokter untuk mengonsultasikannya.
Sumber: Nadia Rahmawati. 2021. Pentingnya Menjaga Kebersihan Alat Reproduksi Pada
Remaja. https://stikesyarsi-pontianak.ac.id/pentingnya-menjaga-kebersihan-alat-reproduksi-
pada-remaja/.

8. Dismenorea
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim yang terjadi selama haid.
Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam hingga
beberapa hari hingga mencapai puncak nyeri. Dismenore terbagi menjadi dismenore primer
dan sekunder. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi patologis,
sedangkan dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang didasari dengan kondisi patologis
seperti ditemukannya endometriosis atau kista ovarium. Onset awal dismenore primer
biasanya terjadi dalam waktu sampai 12 bulan setelah menarke dengan durasi nyeri
umumnya sampai 72 jam.Dismenore primer berkaitan dengan kontraksi otot uterus
(miometrium) dan sekresi prostaglandin, sedangkan dismenore sekunder disebabkan adanya
masalah patologis di rongga panggul
Sumber: TA Larasati dan, Faridah Alatas. 2016. Dismenore Primer dan Faktor Risiko
Dismenore Primer pada Remaja.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1040/835.
9. Faktor risiko PMS
Faktor risiko premenstrual syndrome Premenstrual syndrome pada dasarnya dapat
dialami oleh setiap wanita. Namun, ada faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seorang
wanita mengalami PMS, yaitu: Memiliki riwayat depresi Memiliki keluarga dengan
premenstrual syndrome Mengalami trauma fisik atau emosi Merokok Mengonsumsi
minuman beralkohol secara berlebihan Menjalani pola makan tinggi garam atau gula Jarang
berolahraga Kurang waktu beristirahat atau tidur malam.
Sumber: Alodokter. 2022. Premenstrual Syndrome.
https://www.alodokter.com/premenstrual-syndrome.
10. Tipe dan jenis PMS
Menurut dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas
Kedokteran UCLA, AS, PMS dibedakan jadi empat jenis sesuai tingkat keparahan dan
kondisi hormonal dalam tubuh, yaitu:
PMS TIPE A - ANXIETY (dialami 0% perempuan di dunia) Gejala PMS Tipe A timbul
akibat ketidakseimbangan hormon estrogen yang terlalu tinggi dibanding hormon
progesteron. Biasanya penderita akan diobati dengan menambah hormon progesteron untuk
mengurangi gejalanya. Tapi beberapa peneliti bilang kalau penderita PMS bisa jadi
kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Sebaiknya penderita PMS Tipe A banyak
mengkonsumsi makanan berserat dan membatasi minum kafein. Gejala PMS Tipe A: Rasa
cemas berlebihan, sensitif, saraf tegang, dan perasaan labil.
PMS TIPE H – HYPERHYDRATION (dialami 60% perempuan di dunia) Gejalanya: edema
(pembengkakan), perut kembung, nyeri pada payudara, pembengkakan tangan dan kaki,
peningkatan berat badan sebelum menstruasi (haid). Gejala PMS Tipe H : Bisa juga dirasakan
bersamaan dengan tipe PMS lainnya. Sebab pembengkakan karena tingginya asupan garam
atau gula pada diet penderitanya. Untuk mencegah PMS tipe H sebaiknya mengurangi asupan
garam dan gula, lalu membatasi jangan minum berlebihan. Sesuaikan dengan kebutuhan
tubuh.
PMS TIPE C – CRAVING (dialami 40% perempuan di dunia) Gejalanya sih udah jelas.
Ingin makan yang manis-manis (biasanya cokelat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula).
Rasa “ngidam” ini muncul bisa jadi karena stres, lagi diet tinggi garam, kurang asam lemak
esential (omega 6), atau kurang magnesium. Setelah mengkonsumsi craving tersebut dalam
jumlah banyak, umumnya gak lama akan muncul gejala hipoglikemia, seperti kelelahan,
jantung berdebar, atau pusing bahkan sampai pingsan. Hipoglikemia ini timbul karena
pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Ketika muncul rasa ngidam, usahain
ganti makanan manis dengan manis alami yang juga bisa mengenyangkan “rasa lapar”,
misalnya makan buah atau buah kering.
PMS TIPE D – DEPRESSION (dialami 20% perempuan di dunia) Biasanya PMS Tipe D
berlangsung bersamaan dengan PMS Tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS yang
benar-benar murni tipe D. Gejalanya ditandai dengan depresi, ingin menangis, lemah, gak
bersemangat, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit mengucapkan kata-kata, lunglai,
bengong. Gak jarang penderita PMS Tipe D muncul rasa ingin bunuh diri. PMS Tipe D ini
murni disebabkan ketidakseimbangan hormon progesteron yang terlalu tinggi dibanding
hormon estrogennya. Sedang kombinasi Tipe D dan Tipe A bisa disebabin karena berbagai
macam faktor, seperti stres, kekurangan asam amino tyrosine, kekurangan magnesium, dan
vitamin B (terutama B6). Ingat, bila kamu mengalami salah satu ke-empat tipe PMS di atas
dan dirasa udah mengganggu aktivitas sehari-hari, hindari mendiagnosa diri sendiri dan
jangan ragu untuk berkonsultasi langsung dengan dokter
Sumber: 4 Jenis Sindrom Pra Menstruasi. https://www.happifyourworld.com/mybody/4-
jenis-sindrom-pra-menstruasi.
11. Pencegahan dan penanggulangan PMS
Mengingat penyebab PMS tidak diketahui secara pasti, maka kondisi ini pun sulit
untuk dicegah. Cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya PMS
adalah menerapkan gaya hidup sehat. Beberapa upaya yang bisa dilakukan antara lain:
Melakukan aktivitas fisik atau berolahraga secara rutin Mengonsumsi makanan yang bergizi
seimbang, termasuk memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan Membiasakan tidur 7–
9 jam per hari Tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol Melakukan
relaksasi Membatasi makanan tinggi gula dan garam, terutama 1–2 minggu sebelum haid
Membatasi minuman berkafein Mengelola stres dengan baik.
Sumber: Alodokter. 2022. Premenstrual Syndrome.
https://www.alodokter.com/premenstrual-syndrome.
12. Citra Tubuh Pada Remaja Dan Gangguan Menstruasi
Citra tubuh merupakan persepsi remaja terhadap penampilan bentuk tubuhnya. Citra
tubuh sangat berpengaruh pada sikap seseorang dalam menurunkan berat badan. Umumnya
upaya penurunan berat badan dilakukan karena adanya citra tubuh negatif, yang merupakan
perasaan tidak puas terhadap bentuk dan ukuran tubuh, sedangkan citra tubuh positif adalah
rasa percaya diri seseorang karena merasa nyaman atau tidak masalah dengan keadaan
tubuhnya, baik bentuk maupun ukuran tubuh. Secara umum, para remaja putri kurang puas
dengan bentuk tubuhnya dan memiliki citra tubuh yang lebih negatif selama pubertas.
Remaja putri merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya sehubungan dengan meningkatnya
jumlah lemak, sehingga memotivasi para remaja putri untuk memiliki tubuh yang sangat
kurus. Ketidakpuasan citra tubuh tidak hanya dialami oleh subjek dengan kelebihan berat
badan, namun juga terjadi pada subjek dengan status gizi normal. Hal ini menunjukkan
bahwa meskipun subjek telah memiliki berat badan ideal namun subjek menganggap bahwa
ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran sebenarnya, dimana hal ini dapat menjadi berbahaya
jika remaja putri dengan status gizi normal namun mengalami ketidakpuasan citra tubuh
dapat mempengaruhi perilaku tidak tepat dalam mencapai bentuk tubuh ideal. Gangguan
menstruasi dapat diakibatkan karena terjadi penekanan hipotalamus-pituitari-ovarium dimana
kondisi ini disebut dengan Functional hypothalamic amenorrhea. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi Functional hypothalamic amenorrhea yang dapat menyebabkan gangguan
menstruasi berhubungan dengan gangguan makan, ketersediaan energi yang kurang,
penurunan berat badan, aktivitas yang berlebihan, kelebihan berat badan, dan faktor stres.
Pada remaja putri dengan keadaan tersebut dapat berpengaruh terhadap adanya gangguan
menstruasi. Functional hypothalamic amenorrhea ditandai dengan penekanan gonadotropin-
releasing hormone (GnRH). Penekanan GnRH mempengaruhi beberapa hormon yang
kemudian mempengaruhi pelepasan luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH), estrogen dan progesteron. Penurunan frekuensi pengeluaran LH dan FSH
dari kelenjar pituitari yang kemudian terjadi penekanan pada ovarium sehingga dapat terjadi
gangguan menstruasi.
Sumber: Yuliana, B.N. 2013. Ketidakpuasan Terhadap Citra Tubuh dan Kejadian Female
Athlete Triad (FAT) pada Remaja Putri. Artikel Penelitian. Universitas Diponegoro:
Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/41857/1/573_BUDIAR_NINGRUM_YULIANA_G2C009071.pdf
PEKAN 3
1. Konsep GenRe (Generasi Berencana)
a. Pengertian Program GenRe
GenRe adalah suatu program di bawah naungan BKKBN yang dikembangkan dalam
rangka penyiapan dan perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Generasi Remaja
dalam bentuk subjek adalah remaja dan pemuda yang memiliki pengetahuan, bertindak dan
berperilaku sebagai remaja untuk menyiapkan dan perencanaan menuju keluarga berencana.
b. Tujuan Program GenRe
1. Untuk memfasilitasi remaja agar belajar memahami dan mempraktikkan perilaku hidup
sehat dan berakhlak untuk mencapai ketahanan remaja sebagai dasar mewujudkan generasi
berencana.
2. Menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi para remaja dalam hal jenjang pendidikan yang
terencana, berkarier dalam pekerjaan yang terencana, menikah dengan penuh perencanaan
sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi.
c. Sasaran Program GenRe
1. Remaja yang berusia 10–24 tahun tapi belum menikah.
2. Mahasiswa/mahasiswi yang belum menikah.
3. Keluarga yang memiliki remaja.
4. Masyarakat yang peduli terhadap kehidupan para remaja.
d. Strategi Program GenRe
1. Penataan dan penyerasian kebijakan program GenRe dalam rangka penyiapan kehidupan
berkeluarga bagi remaja.
2. Peningkatan komitmen dan peran serta stakeholder dan mitra kerja dalam program GenRe
dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.
3. Penggerakan dan pemberdayaan stakeholder, mitra kerja, keluarga dan remaja dalam
program GenRe dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.
4. Peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola, Pendidik
Sebaya (PS), Konselor Sebaya (KS), dan Kader program GenRe dalam rangka penyiapan
kehidupan berkeluarga bagi remaja.
e. Kegiatan Program GenRe
1. Mempromosikan penundaan usia kawin, sehingga mengutamakan sekolah dan berkarya.
Di mana usia pernikahan pertama yang diinginkan dalam program GenRe ini minimal adalah
21 tahun.
2. Menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi yang seluas-luasnya, dengan cara
meningkatkan jumlah pusat informasi dan konseling remaja/mahasiswa (PIK R/M) melalui
berbagai jalur akademik atau perguruan tinggi (PT), organisasi keagamaan, dan organisasi
kepemudaan.
3. Program PIK R/M akan terselenggara melalui Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi
Remaja (PKBR) dengan kegiatan terdiri dari:
- pendewasaan usia perkawinan;
- delapan fungsi keluarga;
- TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, serta Napza);
- keterampilan hidup (life skills);
- gender dan keterampilan advokasi dan KIE.
4. Meningkatkan sumber daya manusia pengelola PIK R/M yang berkualitas
5. Adanya komitmen dari stakeholder dan mitra kerja dalam pengelolaan dan pelaksanaan
program GenRe.
6. Promosi kesehatan yang merencanakan kehidupan berkeluarga yang sebaik-baiknya.
Sumber: Gavi. 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Tenaga Kesehatan: Jakarta. https://eprints.triatmamulya.ac.id/561/1/2.%20Buku%20ajar
%20kesehatan%20ibu%20dan%20anak.pdf.
2. Life skills
a. Pengertian Life Skill
World Health Organization atau WHO pada tahun 1997 memberikan definisi bahwa
life skill adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi serta menunjukkan sebuah perilaku
yang positif. Kemampuan ini pada akhirnya akan membentuknya menjadi individu yang
mampu menghadapi tantangan dan tuntutan dalam kehidupan sehari-hari secara efektif.
Pengertian life skill oleh WHO tersebut ditegaskan dan diikuti juga oleh Depdiknas pada
tahun 2002. Menurut Depdiknas bahwa penanaman keterampilan hidup menjadi dasar bagi
para remaja termasuk pelajar agar bisa melindungi dirinya sendiri dari berbagai ancaman
yang datang sehingga mereka dapat hidup dengan sebaik-baiknya dan meraih apa yang dicita-
citakan.
Sumber: SMA Dwiwarna. 2022. Apa itu Life Skill? dan Manfaatnya untuk Pelajar.
https://www.smadwiwarna.sch.id/life-skill-adalah/.

b. 10 Life Skill/ Keterampilan Hidup dari WHO, yaitu:


1. Mengenal diri sendri
2. Mengelola emosi
3. Berpikir kritis
4. Berpikir kreatif
5. Membuat keputusan
6. Hubungan interpersonal
7. Empati
8. Komunikasi efektif
9. Mengatasi stress
10. Memecahkan masalah

Sumber: BKKBN. 2021. Buku Pegangan Fasilitator Panduan Belajar Life Skill Bagi
Remaja. https://cis.bkkbn.go.id/kspk/?p=15.
3. Bina keluarga remaja
a. Bina Keluarga Remaja (BKR)
Bina keluarga remaja (BKR) merupakan program strategis dalam upaya menyiapkan
sumber daya manusia (sdm) yang berkualitas dalam lingkungan masyarakat. Program bina
keluarga remaja (bkr) merupakan upaya meningkatkan pengetahuan , sikap dan ketrampilan
orang tua dan anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja
secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja.
“baiksecarafisik, intelektual, kesehatanreproduksi, mental emosional, sosialdan moral
spiritual.program kelompok bina keluarga remaja adalah merupakan suatu wadah yang
berupaya untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai pengetahuan orang tua dalam
mendidik anak remaja yang benar.keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami istri,suami,istri anak,atau ayah dan anak dan atau ibu anak.sedangkan keluarga
anak dan remaja adalah keluarga yang memiliki anak usia sekolah ( 6-13 tahun dan atau
remaja ( usia 14-21 tahun ).bina keluarga anak dan remaja adalah kegiatan yang dilakukan
oleh keluarga dalam bentuk kelompok-kelompok kegiatan,dimana orang tua mendapatkan
informasi / pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan bimbingan dan membina tumbuh
kembang anak remaja.
b. Tujuan BKR
Tujuan BKR adalah meningkatkan pengetahuan anggota keluarga terhadap
kelangsungan perkembangan anak remaja,diantaranya yaitu tentang pentingnya hubungan
yang setara dan harmonis pada satu keluarga dalam rangka pembinaan kepribadian anak dan
remaja. Menumbuhnya rasa cinta dan kasih sayang antara orang tua dengan anak dan
remajanya,atau sebaliknya dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh masing-
masing pihak sehingga timbul rasa hormat dan saling menghargai satu sama lain .
Terlaksananya diteksi dini terhadap setiap gejala yang memungkinkan timbulnya
kesenjangan hubungan antara orang tua dan anak remaja di dalam kehidupan rumah tangga.
Serta terciptanya sarana hubungan yang sesuai dan harmonis yang didukung sikap dan
prilaku yang rasional dalam bertanggung jawab terhadap pembinaan proses tumbuh kembang
anak dan remaja.
c. Sasaran BKR
Sasaran BKR adalah setiap keluarga yang memiliki anak usia sekolah dasar dan
sekolah menengah atau setara dalam keluarga. b. Sedangkan sasaran tidak langsung yaitu:
• Guru,
• Pemuka agama,
• Pemuka adat,
• Pimpinan organisasi profesi/organisasi sosial kemasyarakatan,
• Pemuda/wanita,
• Para ahli dan lembaga bidang ilmu yang terkait,
• Serta institusi/lembaga pemerintahan dan non pemerintahan,
• Seperti organisasi wanita,
• Sekolah dan lsm.
Kelompok BKR dikelola oleh pengurus kelompok minimal 4 orang kader,yang terdiri
dari seorang ketua dan tiga anggota atau disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun materi-
materi yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan kelompok adalah tentang gerakan
pembangunan keluarga sejahtera,konsep dasar bkr,pemantauan 8 fungsi keluarga,tumbuh
kembang anak dan remaja,reproduksi sehat,pembinaan anak dan remaja serta pengelolaan
program bkr.
Hal-hal yang diperlukan dalam penyuluhan :
a. Menciptakan suasana akrab,agar pesan yang disampaikan dapat dengan mudah diterima
sasaran.
b. Memiliki waktu yang tepat/dengan kondisi situasi.
c. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah diterima oleh sasaran.
d. Isi pesan yang disampaikan tidak bertentangan dan tidak menyimpang dari norma adat
istiadatkelompok.
e. Mampu membantu memecahkan masalah yang dihadapi
d. Kader BKR
Kader BKR adalah anggota masyarakat yang secara sukarela bersedia mendukung
kegiatan bina keluarga anak dan remaja. Tugas kader BKR adalah mendata keluarga yang
memiliki anak dan remaja,memberikan penyuluhan kepada keluarga anak dan remaja yang
ada di desa untuk ikut aktif menjadi anggota bkr,menyusun jadwal
kegiatan,menyelenggarakan pertemuan berkala dengan orang tua.
Sumber: https://balaidiklatkkbmalang.wordpress.com/bina-keluarga-remaja-bkr/.
4. Posyandu remaja
Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat termasuk remaja dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan bagi remaja untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keterampilan hidup sehat
remaja.
Pelayanan kesehatan remaja di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang peduli
remaja, mencakup upaya promotif dan preventif, meliputi: Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS), kesehatan reproduksi remaja, kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan
Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan
kekerasan pada remaja
Tujuan Kegiatan Posyandu Remaja
Tujuan Umum
- Mendekatkan akses dan meningkatkan cakupan layanan kesehatan bagi remaja.
Tujuan Khusus
- Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi posyandu
remaja
- Meningkatkan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
- Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja tentang kesehatan reproduksi
bagi remaja
- Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan
Napza
- Mempercepat upaya perbaikan gizi remaja
- Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik
- Melakukan deteksi dini dan pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM)
- Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan
Sasaran
Remaja usia 10-18 tahun, laki-laki dan perempuan dengan tidak memandang status
pendidikan dan perkawinan termasuk remaja dengan disabilitas.
Fungsi Posyandu Remaja
- Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan keterampilan hidup sehat remaja
- Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan yang mencakup upaya
promotif dan preventif, meliputi: Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS),
kesehatan reproduksi remaja,pencegahan penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik,
pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan kekerasan pada remaja.
- Sebagai surveilans dan pemantauan kesehatan remaja di wilayah sekitar
Manfaat Kegiatan Posyandu Remaja
1. Bagi Remaja
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang meliputi: kesehatan reproduksi
remaja, masalah kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik,
pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM), pencegahan kekerasan pada remaja
- Mempersiapkan remaja untuk memiliki ketrampilan Hidup sehat melalui PKHS
- Aktualisasi diri dalam kegiatan peningkatan derajat kesehatan remaja

2. Petugas Kesehatan
- Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat terutama remaja
- Membantu remaja dalam memecahkan masalah kesehatan spesifik sesuai dengan
keluhan yang dialaminya
- Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan lainnya
3. Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan lainnya
- Meningkatkan koordinasi dalam pemberian pelayanan secara terpadu sesuai
dengan tugas, pokok, fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.
4. Keluarga dan Masyarakat
- Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang mampu berperilaku
hidup bersih dan sehat
- Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang memiliki
keterampilan hidup sehat
- Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang memiliki
keterampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang
Posyandu remaja berada di setiap desa/kelurahan. Bila diperlukan dan memiliki
kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun atau sebutan lainnya yang sesuai.
Tempat pelaksanaan kegiatan Posyandu Remaja disesuaikan dengan kondisi di daerah. Setiap
Posyandu Remaja beranggotakan maksimal 50 remaja. Jika dalam satu wilayah terdaftar
lebih dari 50 remaja, maka wilayah tersebut dapat mendirikan Posyandu Remaja lainnya.
Sumber: https://puskesmas.kuburayakab.go.id/punggur/read/87/posyandu-remaja.
5. Ketahanan remaja
Ketahanan diri remaja merupakan kemampuan remaja untuk mengendalikan diri,
menghindar, dari dan menolak segala bentuk hal negatif. Ketahanan diri remaja dapat
dibangun dengan membentuk tiga aspek kemampuan dalam diri remaja yakni regulasi diri
(self regulation), asertifitas (assertiveness), dan reaching out.
a. Regulasi diri merupakan kemampuan individu untuk mengelola pikiran, dorongan, emosi
dan pengaruh lingkungan terhadap diri agar dapat menampilkan perilaku yang sesuai dengan
nilai, norma, dan aturan yang berlaku di masyarakat. Ketika seseorang memiliki regulasi diri
yang baik, ia akan mampu mengendalikan dorongan, hasrat, emosi dan pengaruh lingkungan
terhadap diri. Ia juga menyadari pemikirannya sendiri dan menggunakan sumber-sumber
informasi yang diperlukan, serta merasa memiliki kewajiban menyelesaikan tugas. Regulasi
diri bukan merupakan suatu bakat atau kemampuan bawaan.
Regulasi diri adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatih. Biasanya regulasi
diri sedari awal dapat dibentuk dari orang tua atau pola asuh dalam keluarga. Pengaruh nilai,
norma dan aturan agama yang dianut pun dapat mempengaruhi terbentuknya regulasi diri
pada remaja. Remaja yang memiliki regulasi diri baik tentunya akan mampu mengendalikan
keinginannya untuk mencoba menyalahgunakan narkoba.
b. Asertif adalah kemampuan untuk dapat mengungkapkan dan mengekspresikan gagasan,
perasaan serta pikirannya secara tegas, apa adanya, jujur, terbuka, serta bertanggung jawab
tanpa ada rasa cemas dan tidak mengganggu hak pribadi orang lain atau tidak menyakiti
orang lain. Remaja yang asertif berani mengutarakan secara langsung hal-hal yang diinginkan
maupun tidak diinginkannya. Ia juga mampu berkomunikasi secara jujur dan terbuka tanpa
mengganggu hak dan menyakiti perasaan orang lain.
Asertif adalah kemampuan menolak dengan tegas. Asertifitas sangat dibutuhkan
remaja dalam menghadapi berbagai tawaran atau bujuk rayu untuk mencoba narkoba. Remaja
yang asertif mampu dengan tegas menolak tawaran narkoba oleh teman ataupun orang yang
tidak dikenalnya tanpa perlawanan yang agresif dan melukai. Asertif juga membuat remaja
tidak bersikap pasif menurut saja ajakan teman untuk mencoba narkoba.
c. Reaching out adalah kemampuan untuk meningkatkan aspek-aspek positif kehidupan
dengan cara menerima tantangan atau menggunakan kesempatan serta meningkatkan
keterhubungan dengan orang lain. Reaching out dapat tercapai jika individu mampu
menerima tantangan atau menggunakan kesempatan, meningkatkan keterhubungan dengan
orang lain, menghargai hak dan perasaan orang lain, menganalisis risiko dari suatu masalah,
serta bangkit dari masalah dan keterpurukan.
Reaching out dapat membantu remaja bangkit dari keterpurukan. Remaja yang
memiliki kemampuan reaching out tidak menetapkan batas-batas yang kaku terhadap
kemampuan yang dimiliki. Mereka tidak terperangkap dalam rutinitas namun memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi serta mencoba hal-hal baru. Mereka juga mampu untuk menjalin
hubungan dengan orang-orang baru dalam lingkungan kehidupan mereka. Dengan demikian,
mereka akan lebih tangguh dalam menghadapi masalah dan mengatasi stres tanpa harus
melampiaskannya ke narkoba.
Sumber: Puspitasari, R. 2021. Ketahanan Diri Remaja terhadap Narkoba.
https://sumsel.bnn.go.id/ketahanan-diri-remaja-terhadap-narkoba/.
6. Triad KRR
TRIAD KRR adalah tiga resiko yang dihadapi oleh remaja, yaitu Seksualitas, HIV/
AIDS dan Napza. KRR merupakan kepanjangan dari Kesehatan Reproduksi Remaja.
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia sebagai makhluk seksual,
yaitu emosi, perasaan, kepribadian, sikap yang berkaitan dengan perilaku seksual, hubungan
seksual dan orientasi seksual.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno
Deficiency Syndrome, yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat melemahnya sistem
kekebalan tubuh karena terinfeksi virus HIV. IMS merupakan kepanjangan dari infeksi
menular seksual yaitu infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. NAPZA adalah
singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya. kata lain yang sering
dipakai adalah Narkoba. Napza adalah zat-zat kimiawi yang masukkan ke dalam tubuh
manusia, baik secara oral (melalui mulut) dihirup (melalui hidung) dan disuntik.
Sumber: Tim Universitas Pancasakti Tegal. 2018. Materi Triad Kkr.
http://dp3kb.brebeskab.go.id/wp-content/uploads/2018/04/Materi-TRIAD-KRR.pdf
7. TRA (Theory of Reasoned Action)
Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan tentang perilaku yang berubah
berdasarkan hasil dari niat perilaku, dan niat perilaku dipengaruhi oleh norma sosial dan
sikap individu terhadap perilaku (Eagle, Dahl, Hill, Bird, Spotswood, & Tapp, 2013, hal.
123). Norma subjektif mendeskripsikan kepercayaan individu mengenai perilaku yang
normal dan dapat diterima dalam masyarakat, sedangkan untuk sikap individu terhadap
perilaku berdasarkan kepercayaan individu atas perilaku tersebut. Menurut (Lee & Kotler,
2011, hal. 198), theory of reason action yang dikembangkan oleh Ajzen dan Fishbein,
menyatakan bahwa prediksi terbaik mengenai perilaku seseorang adalah berdasarkan minat
orang tersebut. Minat perilaku didasari oleh 2 faktor utama, yaitu : kepercayaan individu atas
hasil dari perilaku yang dilakukan dan persepsi individu atas pandangan orang-orang terdekat
individu terhadap perilaku yang dilakukan.
Dapat dikatakan bahwa sikap akan mempengaruhi perilaku melalui suatu proses
pengambilan keputusan yang cermat dan memiliki alasan dan akan berdampak terbatas pada
tiga hal, yaitu : Sikap yang dijalankan terhadap perilaku, didasari oleh perhatian atas hasil
yang terjadi pada saat perilaku tersebut dilakukan. Perilaku yang dilakukan oleh seorang
individu, tidak saja didasari oleh pandangan atau persepsi yang dianggap benar oleh individu,
melainkan juga memperhatikan pandangan atau persepsi orang lain yang dekat atau terkait
dengan individu. Sikap yang muncul didasari oleh pandangan dan persepsi individu, dan
memperhatikan pandangan atau persepsi orang lain atas perilaku tersebut, akan menimbulkan
niat perilaku yang dapat menjadi perilaku. Pada tahun 1988, Ajzen mengembangkan theory
of reasoned action dengan menambahkan kepercayaan individu dan persepsi individu
mengenai kontrol perilaku, yaitu kepercayaan bahwa individu dapat melakukan suatu
perilaku didasari oleh kemampuan untuk melakukannya(Lee & Kotler, 2011, hal. 198).
Teori ini dinamai dengan Teori Perilaku Terencana (theory of planned behaviour). Inti
dari teori perilaku terencana mencakup 3 hal yaitu, keyakinan akan kemungkinan hasil serta
evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan akan norma yang diharapkan
serta motivasi untuk memenuhi harapan yang diinginkan (normative beliefs), dan keyakinan
tentang suatu faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan
kekuatan faktor tersebut (control beliefs).
Sumber: Alex Maulana Muqarrabin, SE, MM (Faculty Member of International Marketing).
2017. Teori Yang Biasa Digunakan Untuk Mengukur Perilaku Konsumen – Theory Of
Reasoned Action. https://bbs.binus.ac.id/gbm/2017/07/07/teori-yang-biasa-digunakan-untuk-
mengukur-perilaku-konsumen-theory-of-reasoned-action/.
8. TPB (Theory of Planned Behavior)
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned
Action (TRA). Dalam TRA dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh
dua faktor utama yaitu attitude toward the behavior dan subjective norms (Fishbein dan
Ajzen, 1975), sedangkan dalam TPB ditambahkan satu faktor lagi yaitu perceived behavioral
control (Ajzen, 1991).

Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan pengembangan dari Theory of


Reasoned Action (TRA) (Ajzen dalam Jogiyanto, 2007). Jogiyanto (2007) Mengembangkan
teori ini dengan menambahkan konstruk yang belum ada di TRA. Konstruk ini di sebut
dengan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan
di TPB untuk mengontrol perilaku individual yang dibatasi oleh kekurangan-kekurangannya
dan keterbatasan-keterbatasan dari kekurangan sumber-sumber daya yang digunakan untuk
melekukan perilakuny (Hsu and Chiu 2002).
Sumber: Skripsi Tesis. 2018. Teori Lengkap tentang Theory Planned Behaviour (TPB)
menurut Para Ahli dan Contoh Tesis Theory Planned Behaviour (TPB).
https://idtesis.com/teori-lengkap-tentang-theory-planned-behaviour-tpb-menurut-para-ahli-
dan-contoh-tesis-theory-planned-behaviour-tpb/.
9. Kebutuhan dasar manusia

a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological) Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan


kebutuhan dasar semua manusia seperti makan, minum, menghirup udara dan sebagainya.
Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit,
dan seks.
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs) Ketika kebutuhan
fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul.
Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat.
c. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (Love and belonging needs) Ketika
seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul
kebutuhan akan rasa kasih saying dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha
seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan
untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu.
d. Kebutuhan akan harga diri (Esteem needs) Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas
terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow terdapat dua jenis, yaitu
lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan
reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri,
kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tiak terpenuhi maka
dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self actualization) Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan
keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham Maslow
kepribadian bisa mencapai peringkat teratas Ketika kebutuhan-kebutuhan primer ini banyak
mengalami interaksi satu dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa
memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna.
Sumber: Wulan Desi Arisandy, S.Kep. 2022. Modul Kebutuhan Dasar Manusia Kelas XI.
https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/767028-1674898661.pdf.
PEKAN 4
1. Target Posyandu Secara Umum
Target posyandu secara umum yaitu untuk mewujudkan tujuan dari dibentuknya
posyandu, yaitu menunjang percepatan penurunan Angka Kematian lbu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui
upaya pemberdayaan masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut
yaitu dengan cara meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA, meningkatkan
peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan
AKI, AKB dan AKABA, dan meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan
Posyandu.https://promkes.kemkes.go.id/pub/files/files72087Pedoman_Umum_Pengelolaan_
Posyandu.pdf.
2. Revitalisasi Posyandu
Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 411.3/1116/SJ tanggal 13
Juni 2001, Revitalisasi Posyandu adalah suatu upaya untuk meningkatkan fungsi dan kinerja
Posyandu. Di mana secara garis besar tujuan Revitalisasi Posyandu adalah (1)
terselenggaranya kegiatan Posyandu secara rutin dan berkesinambungan; (2) tercapainya
pemberdayaan tokoh masyarakat dan kader melalui advokasi, orientasi, pelatihan atau
penyegaran, dan (3) tercapainya pemantapan kelembagaan Posyandu. Pada tanggal 24 Maret
2020, Kementrian Kesehatan mengeluarkan petunjuk teknis pelayanan imunisasi pada masa
pandemi covid-19 yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan di lapangan. Pada Rapat
Terbatas tanggal 5 Agustus 2020, Presiden Joko Widodo memberi arahan untuk membuka
kembali posyandu dengan memperhatikan protokol kesehatan.
Sumber: Sutrisna L, Felicia H., Andina F. R. Revitalisasi Posyandu.
https://www.cegahstunting.com/post/revitalisasi-posyandu.
3. Konsep Posyandu Remaja
Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat termasuk remaja dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan bagi remaja untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keterampilan hidup sehat
remaja.
Pelayanan kesehatan remaja di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang peduli
remaja, mencakup upaya promotif dan preventif, meliputi: Pendidikan Keterampilan Hidup
Sehat (PKHS), kesehatan reproduksi remaja, kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan
Napza, gizi, aktivitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan
kekerasan pada remaja. Sasaran:
Sasaran Kegiatan Posyandu Remaja: Remaja usia 10-18 tahun, laki-laki dan
perempuan dengan tidak memandang status pendidikan dan perkawinan termasuk remaja
dengan disabilitas.
Sasaran Petunjuk Pelaksanaan:
- Petugas kesehatan
- Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan lainnya
- Pengelola program remaja
- Keluarga dan masyarakat
- Kader Kesehatan Remaja
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2018. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu
Remaja.https://eprints.triatmamulya.ac.id/1448/1/128.%20Petunjuk%20Teknis
%20Penyelenggaraan%20Posyandu%20Remaja.pdf.
4. Kesehatan Reproduksi Remaja Masuk Program Apa di Puskesmas
(wajib/tambahan)?
A. Program Wajib
1. Promosi Kesehatan (Promkes)
- Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
- Sosialisasi Program Kesehatan
- Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
2. Pencegahan Penyakit Menular (P2M):
- Surveilens Epidemiologi
- Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, ISPA, Diare, IMS
(Infeksi Menular Seksual), Rabies
3. Program Pengobatan:
- Rawat Jalan Poli Umum
- Rawat Jalan Poli Gigi
- Unit Rawat Inap: Keperawatan, Kebidanan
- Unit Gawat Darurat (UGD)
- Puskesmas Keliling (Puskel)
4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
- ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), KB (Keluarga Berencana)
- Persalinan, Rujukan Bumil Resti, Kemitraan Dukun
5. Upaya Peningkatan Gizi
- Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi
6. Kesehatan Lingkungan:
- Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber
air minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum), Institusi
pemerintah
- Survey Jentik Nyamuk
7. Pencatatan dan Pelaporan:
- Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
B. Program Tambahan/Penunjang Puskesmas:
Program penunjang ini biasanya dilaksanakan sebagai kegiatan tambahan, sesuai
kemampuan sumber daya manusia dan material puskesmas dalam melakukan
pelayanan
1. Kesehatan Mata: pelacakan kasus, rujukan
2. Kesehatan Jiwa: pendataan kasus, rujukan kasus
3. Kesehatan Lansia (Lanjut Usia): pemeriksaan, penjaringan
4. Kesehatan Reproduksi Remaja: penyuluhan, konseling
5. Kesehatan Sekolah: pembinaan sekolah sehat, pelatihan dokter kecil
6. Kesehatan Olahraga: senam kesegaran jasmani
Sumber: Puskelinfo. 2009. Program Puskesmas.
https://puskelinfo.wordpress.com/pelayanan/program-puskesmas/.
5. Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu Remaja

1. Posyandu Remaja Pratama


a. Posyandu Remaja Pratama adalah Posyandu Remaja yang belum mantap, yang
ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu Remaja belum terlaksana secara rutin
(kurang dari 8 kali dalam setahun) serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang
dari 5 (lima) orang.
b. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu Remaja, di
samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya
masyarakat.
c. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi
masyarakat serta menambah jumlah kader.
2. Posyandu Remaja Madya
a. Posyandu Remaja Madya adalah Posyandu Remaja yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan 8-9 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, tetapi cakupan 8 (delapan) kegiatan utamanya masih
rendah, yaitu kurang dari 50%.
b. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan
cakupan dengan mengikutsertakan masyarakat sebagai motivator serta lebih
menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu Remaja.
3. Posyandu Remaja Purnama
Posyandu Remaja Purnama adalah Posyandu Remaja yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan 10-11 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kedelapan kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan.
4. Posyandu Remaja Mandiri
Posyandu Remaja Mandiri adalah Posyandu Remaja yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan 12 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kedelapan kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, serta memiliki sumber pendanaan secara
swadaya.
Indikator tingkat perkembangan posyandu remaja yang dibagi menjadi empat
sekarang telah berubah menjadi dua kelompok yaitu aktif dan tidak aktif. Posyandu
Purnama dan Mandiri termasuk Posyandu Aktif, sedangkan posydandu pratama dan
madya termasuk Posyandu
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. 2018. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu
Remaja. https://eprints.triatmamulya.ac.id/1448/1/128.%20Petunjuk%20Teknis
%20Penyelenggaraan%20Posyandu%20Remaja.pdf.
6. Sistem Pelayanan Dasar Puskesmas dalam Melaksanakan Program Kesehatan
Reproduksi Remaja
Program kesehatan reproduksi remaja di tingkat puskesmas pada dasarnya sudah
dimasukkan dalam lingkup pelayanan kesehatan reproduksi sejak tahun 1994/1995 dengan
penyediaan materi konseling kesehatan remaja dan pelayanan konseling remaja di
puskesmas. Namun, program konseling ini belum bersifat ramah terhadap remaja dan belum
melibatkan remaja sebagai subjek. Oleh karena itu, pemanfaatan pelayanan ini sangat minim
karena remaja merasa tidak nyaman dengan perlakuan petugas kesehatan. Upaya penyebaran
informasi kemudian difokuskan pada kegiatan usaha kesehatan sekolah (UKS) dengan
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas kesehatan yang bertanggungjawab, baik
terhadap program UKS, guru BP, maupun kader kesehatan sekolah seperti Palang Merah
Remaja (PMR) dan Saka Bhakti Husada (SBH).
Pada tahun 1996-1998, sebagai tindak lanjut dari Lokakarya Nasional tentang
Kesehatan Reproduksi, dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) Nasiona1 Kesehatan Reproduksi
Remaja dengan leading sector Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Pokja ini
diharapkan mampu menggerakkan semua pihak terkait dalam menunjang pelaksanaan
program kesehatan reproduksi remaja sesuai dengan ketetapan ICPD. Namun sampai
sekarang, tampaknya Pokja ini hanya mampu menyusun peran dan fungsi masing-masing
sektor terkait. Belum ada satu pun program nyata yang dihasilkan oleh Pokja ini.
Pada tahun yang sama (1998), juga dikembangkan pelayanan kesehatan remaja di
puskesmas melalui pendekatan kemitraan dengan sektor terkait (BKKBN, Depdiknas, Depag,
dan Depsos). Depkes (Kemenkes) bertanggung jawab dalam penyediaan pelayanan medis,
sedangkan sektor terkait 1ainnya bertanggung jawab mempersiapkan remaja agar siap untuk
memanfaatkan pelayanan tersebut. Melalui program ini mulai disusun materi-materi KIE
tentang kespro remaja berupa materi ini Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
Namun lagi-lagi, program kemitraan inijuga tidak berjalan dengan mulus karena tiap
sektor belum saling memperkuat satu sama lain. Sebagai akibat, akses remaja untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi di puskesmas juga menjadi sangat rendah.
Tahun 2000 mulai diperkenal.kan komponen Youth Friendly Health Services (YFHS) yang
dimanfaatkan sebagai pintu masuk pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Pada tahun ini
pula mulai dibentuk tim KRR di berbagai tingkatan (provinsi, kabupatenlkota, kecamatan,
dan puskesmas). Karena kegiatan program ini lebih banyak pada peningkatan fungsi
kemitraan, operasional YFHS sendiri belum berjalan dengan baik. Kemudian, YFHS
disosialisasikan ke provinsi lainnya dan sampai dengan tahun 200I, telah tersosialisasi ke
sepuluh provinsi di Indonesia.
Pada tahun 200I, Kementerian Kesehatan memperkenalkan kebijakan Kesehatan
Reproduksi Esensial Terpadu (PKRT) yang di dalamnya mencakup pelayanan kesehatan
reproduksi remaja. Pada tahun 2002, pengembangan program kesehatan remaja lebih
diperluas dan dimantapkan dengan memperkenalkan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR). Program ini menggunakan pendekatan yang berbeda, yaitu puskesmas diberikan
keleluasan berinovasilkreativitas untuk meningkatkan akses remaja melalui pendekatan UKS,
kegiatan Karang Taruna, dan Anak Jalanan serta kegiatan-kegiatan remaja lainnya yang
dianggap potensial. Dengan demikian, puskesmas berupaya juga dalam meningkatkan
kualitas pelayanannya melalui penyediaan layanan yang memenuhi kebutuhan remaja dan
berdasarkan kriterianya (antara lain bersifat privasi, kon:findensial). Selain itu, keterlibatan
remaja sangat ditonjolkan dalam kegiatan program dari perencanaan sampai dengan evaluasi.
Materi kesehatan tidak hanya KRR saja, tetapi meliputi semua materi kesehatan remaja
( ditambahkan dengan NAPZA dan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat). Pelatihan tenaga
kesehatan lebih difokuskan pada praktik konseling. Pada akhir tahun 2003 telah ada sepuluh
puskesmas di Jawa Barat dengan PKPR sebagai model yang selanjutnya akan dipreplikasikan
secara bertahap didaerah lainnya. Selain itu, telah disusun juga strategi operasional PKPR dan
buku pedoman PKPR. Di dalam strategi pelaksanaan PKPR dikembangkan jejaring kerja
(networking) dengan LSM, pihak swasta dan profesional serta adanya aktivitas peer educator
(pendidik sebaya).
Kebijakan terkait kesehatan reproduksi remaja juga diperkuat dengan UU Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pada bagian enam pasal 71-73 UU tersebut terkait Kesehatan
Reproduksi, diamanatkan bahwa kesehatan reproduksi dilaksanakan melalui kegiatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Setiap orang (termasuk remaja) berhak
memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan reproduksi yang benar
dan dapat dipertanggungjawabkan (pasal 72). Oleh sebab itu, pemerintah wajib menjamin
ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman,
bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana (pasal 73).
Namun, tampaknya berbagai kebijakan tersebut belum sepenuhnya dapat
dilaksanakan di puskesmas. Sampai tahun 2007, pada waktu penelitian terkait pelaksanaan
PKRT dilakukan, sebagian kecil puskesmas yang telah mempunyai Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR). Puskesmas yang mempunyai PKPR umumnya adalah puskesmas
yang menjadi binaan (pilot project) UNFPA dan Kementerian Kesehatan terkait Program
PK.RE Terpadu di puskesmas. Sementara itu, puskesmas yang tidak masuk dalam wilayah
binaan UNFPA tidak ada yang melaksanakan PK.RE terpadu sehingga tidak menyediakan
pelayanan khusus terhadap remaja. Ada beberapa kendala yang ditemukan dalam
pelaksanaan PKPR. Kendala tersebut antara lain dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (a)
kendala terkait keterbatasan pemahaman tenaga kesehatan di puskesmas; (b) kendala terkait
undang-undang dan kebijakan; dan (c) ke~dala terkait sosial budaya.
Sumber: Situmorang, A. 2011. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja di Puskesmas: Isu
dan Tantangan. Jurnal Kependudukan Indonesia. 6(2), 21-32.
https://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/download/92/138.
Mengacu pada buku Pedoman Operasional Pelayanan Terpadu di Puskesmas (Depkes, 2005),
dapat dikatakan bahwa puskesmas sudah berfungsi sebagai pusat informasi kesehatan
reproduksi remaja. Pelayanan yang diberikan berupa:
1. Pemberian Penyuluhan, kegiatan penyuluhan ini biasanya dilaksanakan di sekolah
dan puskesmas. Ada lima aspek atau materi dalam Kesehatan Reproduksi Remaja
yang perlu disampaikan dalam penyuluhan, yaitu tentang:
a. Tumbuh kembang remaja (fisik dan psikis)
b. Kehamilan dan aspek di sekitarnya (KB)
c. Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS
d. Narkoba dan miras
e. Pergaulan bebas, pergaulan antara laki-laki dan perempuan.
2. Pemberian Konsultasi/Konseling, kegiatan ini diharapkan dapat membantu remaja
menyelesaikan masalahnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
3. Pemberian Pelayanan Dasar Medis, pelayanan ini dilakukan di Balai Pengobatan
(BP) Puskesmas untuk mengobati terkait masalah kesehatan reproduksi, seperti
PMS, keputihan, dan lain-lain.
Sumber: Paramita, A., Widjiartini, & Soeparmanto, P. 2006. Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Remaja oleh Puskesmas yang di Wilayah Kerjanya Terdapat Lokasi Prostitusi
(Studi di Kota Malang dan Kabupaten Tulungagung). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.
9(3), 156-163. https://media.neliti.com/media/publications-test/21175-pelayanan-kesehatan-
reproduksi-remaja-ol-c0728a1e.pdf.
7. Riset Fasilitas Kesehatan (RIFASKES 2019)
PP No. 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan menyebutkan bahwa Fasilitas
Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
 Rumah sakit
 Pusat Kesehatan Masyarakat
 Tempat praktek mandiri
 Klinik
 Apotek
 Laboratorium Kesehatan
 Unit transfusi darah
 Optikal
 Fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum
 Fasilitas pelayanan kesehatan tradisional
 Lain-lain di tetapkan Menteri
Berdasarkan gambar tersebut, terlihat distribusi puskesmas berdasarkan pelayanan kesehatan
reproduksi calon pengantin menurut provinsi, dimana yang paling rendah yaitu provinsi
Papua (21,9%) dan yang paling tinggi yaitu provinsi DI Yogyakarta (99,2%).

Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa proporsi tipe pelatihan yang diterima oleh staff
Puskesmas selama dua tahun terakhir untuk kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja
(29%) dan keluarga berencana (47%) masih terbilang cukup rendah.
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Riset Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/event8-01.pdf.
8. Komponen Akreditasi Puskesmas
Instrumen akreditasi puskesmas terdiri dari lima bab, yaitu:
I. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP)

II. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

III. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan dan Penunjang (UKPP)


IV. Program Prioritas Nasional (PPN)

V. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)


Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pengenalan Standar dan
Instrumen Akreditasi Puskesmas Edisi Kedua.
https://www.scribd.com/embeds/508691805/content?
start_page+1&view_mode=scroll&acces_key=key-fFexxf7r1bzEfWuHKwf
PEKAN 5 DAN PEKAN 6
1. Dampak Pernikahan Anak Terhadap Psikologi
Pernikahan yang terlalu muda juga bisa menyebabkan neuritisdepresi karena mengalami
proses kekecewaan yang berlarut-larut dan karena ada perasaan-perasaan tertekan yang
berlebihan. Kematangan sosial-ekonomi dalam perkawinan sangat diperlukan karena
merupakan penyangga dalam memutarkan roda keluarga sebagai akibat perkawinan. Pada
umumnya umur yang masih muda belum mepunyai pegangan dalam hal sosial ekonomi
(Walgito, 2014: 32).
Beberapa dampak psikologi dari pernikahan dini, yaitu:
- Penyesuaian Diri yang Terganggu
Penyesuaian diri artinya suatu proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah perilaku
individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya.
Dengan batasan tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk
membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungaya.
Cemas dan depresi akan menghampiri bagi mereka yang menikah di usia dini. Rasa malu dan
menyesal terhadap apa yang terjadi, apalagi penyebab pernikahan dini adalah hamil di luar
nikah. Perbuatan tersebut akan mejadi aib bagi keluarga besar yang sulit dihilangkan.
- Sering Terjadi Pertengkaran
Perkawinan yang masih terlalu muda banyak mengundang masalah yang tidak diharapkan
karena segi psikologisnya belum matang seperti cemas dan stress. Berdasarkan hasil
penelusuran peneliti telah terjadi perceraian dari subjek pernikahan dini. Perceraian terjadi
karena suami pergi dan tidak bertanggung jawab.
- Perceraian yang Selalu Membayangi
Dalam sebuah rumah tangga sulit digambarkan tidak terjadinya percekcokan. Akan tetapi
percekcokan itu sendiri beragam bentuknya; ada yang ibarat seni dan irama dalam kehidupan
rumah tangga yang tidak mengurangi keharmonisan dan ada pula yang menjerumuskan
kepada kemelut yang berkepanjangan yang dapat terjadi putusnya perkawinan. Diantara
sebab-sebab perceraian adalah krisis ekonomi, kesenjangan pikiran dan mental, mengungkap
aib rumah tangga, dorongan keluarga kedua belah pihak, perbedaan status sosial dan ketidak
harmonisan rumah tangga.
- Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari manusia yang lain. Dimanapun
dan kapanpun dia berada akan selalu tergantung pada orang lain. Untuk itulah manusia selalu
berhu-bungan atau berinteraksi dengan manusia lain, baik secara individu, baik secara
individu atau secara kelompok. Dalam proses interaksi tersebut tentu ada hubungan dengan
yang sifatnya timbal balik.
- Pola Asuh Anak yang Tidak Jelas
Orang tua sangat berpengaruh besar dalam kehidupan anak diantaranya, pembentukan
kepribadian anak, memilih agama yang benar sesuai ajaran al-Qur’an, kelangsungan hidup
anak, dan masa depan anak kelak. Orang tua bertanggung jawab pada anak di dunia dan di
akhirat kelak. Orangtua adalah guru dan orang terdekat bagi anak yang harus menjadi
panutan. Karenanya, orangtua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam
memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal salih. Oleh karena itu
orang tua harus menanamkan akidah pada anak sejak dini.
- Ekonomi dan Beban Pikiran
Pernikahan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup digaris kemiskinan, untuk
meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang lebih
mampu. Masalah ekonomi sangat penting dalam sebuah rumah tangga, karena ketika orang
sudah menikah secara kewajiban mereka akan menanggung segala hal terkait kehidupan ke
depan. Dengan usia yang masih belia, namun harus menanggung beban yang besar tentu
mengakibatkan kondisi ekonomi subjek pernikahan dini termasuk memprihatinkan.
- Pendidikan Terhenti
Dari sisi pendidikan subjek penelitian terhenti dari melanjutkan pendidikan. Ada beberapa
subjek yang berkeinginan melanjutkan melalui kejar paket, namun karena waktu dan rata-rata
masih merawat anak sehingga niatannya mereka belum terealisasi.
Sumber: Surawan, S. 2019. Pernikahan Dini; Ditinjau dari Aspek Psikologi. Al-Mudarris
(Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam). 2(2), 200-219.
https://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/mdr/article/view/1432.
2. Dampak Pernikahan Anak Terhadap Fisik
Menurut Marissa dalam Noviyanti (2013: 60) ada banyak dampak dari pernikahan
dini salah satunya dampak bagi psikologis dan fisik baik itu kepada remaja, maupun
keluarga, berikut dampak pernikahan dini:
Dampak Fisik pernikahan dini
1. Kanker leher Rahim
Perempuan yang menikah di bawah umur 20 tahun berisiko terkena kanker rahim
pada usia remaja dan sel-sel leher rahim belum matang, kalau terpapar human papilloma
Virus atau HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker, menurut Prof. Dr. dr.
Aru Wicaksono Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI), kanker leher rahim menjadi
pembunuh nomor satu bagi perempuan Indonesia (www. kumparan. com, diakses
tanggal 30 Oktober 2017). dr. Davriana Rianda juga menambahkan bahwa hal ini disebabkan
karena keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi yang
menyebabkan tingginya pernikahan dini di Indonesia (wawancara 12 September 2017)
2. Resiko Tinggi
Ibu Hamil Dilihat dari segi kesehatan, pasangan usia muda dapat berpengaruh
pada tingginya angka kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta berpengaruh pada
rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. dr. Davrina Rianda menyatakan perempuan hamil
pada usia kurang dari 20 tahun beresiko tinggi dalam melahirkan, dan biasanya Ibu hamil
pada usia 20 tahun ke bawah berpotensi keguguran dan sering mengalami prematuritas (lahir
sebelum waktunya) dan besar kemungkinan akan berdampak pada bayi, seperti cacat
bawaan, fisik maupun mental, serta kebutaan dan ketulian.
3.Kepadatan penduduk
Indonesia sendiri termasuk negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi
di dunia. Bank Dunia menyebutkan pada tahun 2015 Indonesia menjadi Negara terpadat ke
empat di dunia dengan jumlah populasi penduduk mencapai 246.864.191 jiwa. Visual
Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya | Vol. 1 No.03 | Hlm. 191-204 196 Laporan kerja
BKKBN tahun 2012 menunjukan bahwa salah satu akar masalah dari tingginya laju
peduduk Indonesia adalah pernikahan usia dini (Wulandari, 2014: 54). Menurut laporan
SKDI (standar kompetisi dokter Indonesia), terdapat perbedaan tingkat fertilitas pada wanita
dengan karakterisktik berbeda. Wanita di pedesaan memiliki fertilitas lebih tinggi
dibandingkan wanita diperkotaan (masing-masing 2,8 dipedesaan dan 2,4 di perkotaan)
(SKDI, 2015). Pernikahan dini akan berhubungan dengan kondisi paritas yang lebih tinggi
dan jarak kelahiran yang pendek serta jumlah keluarga yang lebih besar. Menurut Siregar
dalam Noviyanti (2013: 50) masa subur seorang wanita berkisar tahun 14-45 tahun,
sehingga wanita yang menikah di usia muda memungkinkan untuk melahirkan anak yang
lebih banyak dibandingkan wanita yang menikah di atas 20 tahun. Selain itu, melihat
pemahaman yang kurang terhadap kontrasepsi yang minim serta ketidakmampuan mereka
bernegosiasi dalam pemakaian kontrasepsi membuat mereka memiliki potensi melahirkan
anak. Perempuan yang menikah di usia dini berisiko 2,5 kali lebih tinggi untuk
mendapatkan fertilitas tinggi, laporan dari BKKBN Jember (2013) yang mengatakan
pertumbuhan penduduk tinggi dan kualitas penduduk rendah dikarenakan perkawinan usia
dini.
4. KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) secara fisik
Ratih Zulhaqqi, S. Psi., M. Psi. menyatakan dampak dari KDRT secara fisik terhadap
perempuan adalah mengalami sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan
harga diri, mengalami rasa tidak berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah
menyiksa dirinya, mengalami stress pascatrauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk
bunuh diri.
Sumber: Rosyidah. E. N dan Ariefika Listya. 2019. Infografis Dampak Fisik Dan Psikologis
Pernikahan Dini Bagi Remaja Perempuan. Vol 1 No 3. Hal. 191-204.
https://www.researchgate.net/publication/338093589_Infografis_Dampak_Fisik_dan_Psikolo
gis_Pernikahan_Dini_bagi_Remaja_Perempuan.
3. Data Terbaru Kejadian Pernikahan Anak (Indonesia dan Sulawesi Selatan)

Dari data BPS, menunjukkan bahwa proporsi perempuan umur 20-24 tahun yang
berstatus kawin atau berstatus hidup bersama sebelum umur 18 tahun (pernikahan anak) pada
tahun 2022 di Indonesia yaitu sebesar 8,06% dan untuk Sulawesi Selatan sebesar 9,33%.
Sumber: https://www.bps.go.id/indicator/40/1360/1/proporsi-perempuan-umur-20-24-tahun-
yang-berstatus-kawin-atau-berstatus-hidup-bersama-sebelum-umur-18-tahun-menurut-
provinsi.html.
4. Badan Yang Menangani Pernikahan Anak
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak adalah kementerian
pada Kabinet Indonesia maju yang memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pemberdayaan perempuan dan tugas pemerintahan di bidang perlindungan anak untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara.
Presiden Republik Indonesia mengamanahkan lima isu prioritas kepada Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yaitu:
1. Peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan;
2. Peningkatan peran ibu dan keluarga dalam pendidikan/pengasuhan anak;
3. Penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak;
4. Penurunan pekerja anak; dan
5. Pencegahan perkawinan anak
Sumber: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. 2022. Informasi Kelembagaan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak. https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/85/4116/informasi-
kelembagaan-kementerian-pemberdayaan-perempuan-dan-perlindungan-anak.
5. Determinan Kematian Ibu

Menurut McCarthy dan Maine (1992) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian kematian ibu : (1) determinan dekat yaitu kehamilan itu sendiri dan komplikasi yang
terjadi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (komplikasi obstetri), (2) determinan
antara yaitu status kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan kesehatan, perilaku
perawatan kesehatan / penggunaan pelayanan kesehatan dan faktor – faktor lain yang tidak
diketahui atau tidak terduga, (3) determinan jauh meliputi faktor sosio-kultural dan faktor
ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga dalam
masyarakat dan status masyarakat.
Sumber: Perbawati, D. 2018. Determinan Kematian Maternal Berdasarkan Teori Mc Carthy
dan Maine di Kabupaten Jember. Tesis. Magistes Ilmu Kesehatan Masyarakat Magister,
Universitas Jember. https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/92895/Dinar
%20Perbawati-162520102002.pdf?sequence=1&isAllowed=y.
6. Puskesmas PONED
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang mampu menyelenggarakan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan
7 hari seminggu.
Kriteria Puskesmas yang siap untuk ditngkatkan menjadi Puskesmas mampu PONED:
a. Puskesmas rawat inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan persalinan, tempat
tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi.
b. Letaknya strategis dan mudah diakses oleh Puskesmas/ Fasyankes non PONED dari
sekitarnya.
c. Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi kegawat-daruratan, sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi dengan sarana prasarana yang
dibutuhkan.
d. Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/ luar wilayah kerjanya sebagai
tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat inap serta
persalinan normal.
e. Mampu menyelenggarakan UKM dengan standar.
f. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas non
PONED ke Puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum
mengingat waktu paling lama untuk mengatasi perdarahan 2 jam dan jarak tempuh
Puskesmas mampu PONED ke RS minimal 2 jam
Kriteria Puskesmas mampu PONED:
a. Memenuhi kriteria butir di atas.
b. Mempunyai Tim inti yang terdiri atas Dokter, Perawat dan Bidan sudah dilatih
PONED, bersertifikat dan mempunyai kompetensi PONED, serta tindakan mengatasi
kegawatdaruratan medik umumnya dalam rangka mengkondisikan pasien
emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam kondisi stabil.
c. Mempunyai cukup tenaga Dokter, Perawat dan Bidan lainnya, yang akan mendukung
pelaksanaan fungsi PONED di Puskesmas/ Fasyankes tingkat dasar.
d. Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi, dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten
e. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan fasilitas
tindakan medis serta rawat inap, minimal untuk mendukung penyelenggaraan PONED
(terlampir).
f. Kepala Puskesmas mampu PONED sebagai penanggungjawab program harus
mempunyai kemampuan manajemen penyelenggaraan PONED.
g. Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima rujukan kasus
kegawat-daruratan medis kasus obstetri dan neonatal dari Fasyankes di sekitarnya.
h. Adanya komitmen dari para stakeholders yang berkaitan dengan upaya untuk
memfungsikan Puskesmas mampu PONED.
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Penyelenggaraan
Puskesmas Mampu PONED.
https://galihendradita.files.wordpress.com/2015/03/316064962-pedoman-puskesmas-poned-
2013.pdf
7. Rumah Singgah Ibu Hamil
Jauhnya tempat tinggal dan sulitnya transportasi menyebabkan Puskesmas terinspirasi
membangun rumah tunggu pasien, khususnya ibu hamil untuk menyongsong persalinannya.
Atas kerjasama lintas sektor dan swadaya masyarakat telah dibangun Rumah Tunggu pasien,
yang terdiri dari kamar tidur, kamar mandi, ruang senam hamil dan dapur. Hal yang
dilakukan pada rumah tunggu pasien yaitu dipantau sebelum melahirkan, diajarkan teknik
menyusui setelah melahirkan, dan diawasi oleh tenaga kesehatan. Misalnya ada seorang ibu
hamil setelah melahirkan, 1-7 hari masih menjadi pengawasan bidan, setelah sudah sehat
diizinkan pulang. Mereka di Rumah Tunggu mendapat penyuluhan tentang materi menerima
kehamilan dan siap menghadapi kehamilan, serta ‘merawat bayi dan diri pasca lahir.
Rumah singgah ibu hamil atau Rumah Tunggu Kelahiran (RTK) adalah suatu tempat
atau ruangan yang berada dekat fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, Poskesdes) yang dapat
digunakan sebagai tempat tinggal sementara ibu hamil dan pendampingnya
(suami/kader/keluarga) selama beberapa hari mulai saat menunggu persalinan tiba hingga
beberapa hari setelah bersalin.
Manfaat RTK bagi Puskesmas dan Masyarakat, meliputi:
- Menurunkan kematian ibu dan Kematian bayi akibat keterlambatan mendapat
penanganan pada ibu hamil, bersalin dan nifas;
- Mendekatkan akses ibu yang akan bersalin yang rumahnya berada jauh dari
puskesmas;
- Ibu hamil dan keluarganya bisa datang lebih awal ke Puskesmas, dan
menempati rumah tunggusampai fisik ibu dan bayi kuat.
- Tidak perlu membawa barang-barang untuk keperluan tidur dan memasak
serta dapat mengurangi biayatransportasi (sewa kendaraan).
- Meningkatkan nilai–nilai gotong royong dan ikatan sosial dalam melayani ibu
hamil serta menyambut bayi baru lahir.
Sumber: Rokom. 2017. Rumah Tunggu Pasien Solusi Persalinan Aman.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20170503/0420714/rumah-tunggu-
pasien-solusi-persalinan-aman/ https://www.bps.go.id/indicator/30/1350/1/persentase-
perempuan-pernah-kawin-berusia15-49-tahun-yang-proses-melahirkan-terakhirnya-di-
fasilitas-kesehatan-menurut-provinsi.html
8. Angka Persalinan di Fasilitas Kesehatan

Dari data BPS, menunjukkan bahwa persentase perempuan pernah kawin berusia 15-
49 tahun yang proses melahirkan terakhirnya di fasilitas kesehatan pada tahun 2022 di
Indonesia yaitu sebesar 90,21% dan untuk Sulawesi Selatan sebesar 96,32%.
Sumber: https://www.bps.go.id/indicator/30/1350/1/persentase-perempuan-pernah-kawin-
berusia15-49-tahun-yang-proses-melahirkan-terakhirnya-di-fasilitas-kesehatan-menurut-
provinsi.html
9. Tanda-Tanda Bahaya Selama Kehamilan
1. Tidak Mau Makan dan Muntah Terus-Menerus
Mual-muntah memang banyak dialami oleh ibu hamil, terutama ibu hamil pada trimester
pertama kehamilan. Namun jika mual-muntah tersebut terjadi terus-menerus dan berlebihan
bisa menjadi tanda bahaya pada masa kehamilan. Hal itu dikarenakan dapat menyebabkan
kekurangan gizi, dehidrasi, dan penurunan kesadaran. Segera temui dokter jika hal ini terjadi
agar mendapatkan penanganan dengan cepat.
2. Mengalami Demam Tinggi
Ibu hamil harus mewaspadai hal ini jika terjadi. Hal ini dikarenakan bisa saja jika demam
dipicu karena adanya infeksi. Jika demam terlalu tinggi, ibu hamil harus segera diperiksakan
ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama.
3. Pergerakan Janin di Kandungan Kurang
Pergerakan janin yang kurang aktif atau bahkan berhenti merupakan tanda bahaya
selanjutnya. Hal ini menandakan jika janin mengalami kekurangan oksigen atau kekurangan
gizi. Jika dalam dua jam janin bergerak di bawah sepuluh kali, segera periksakan kondisi
tersebut ke dokter.
4. Beberapa Bagian Tubuh Membengkak
Selama masa kehamilan ibu hamil sering mengalami perubahan bentuk tubuh seperti
bertambahnya berat badan. Ibu hamil akan mengalami beberapa pembengkakan seperti pada
tangan, kaki dan wajah karena hal tersebut. Namun, jika pembengkakan pada kaki, tangan
dan wajah disertai dengan pusing kepala, nyeri ulu hati, kejang dan pandangan kabur segera
bawa ke dokter untuk ditangani, karena bisa saja ini pertanda terjadinya pre-eklampsia.
5. Terjadi Pendarahan
Ibu hamil harus waspada jika mengalami pendarahan, hal ini bisa menjadi tanda bahaya yang
dapat mengancam pada baik pada janin maupun pada ibu. Jika mengalami pendarahan hebat
pada saat usia kehamilan muda, bisa menjadi tanda mengalami keguguran. Namun, jika
mengalami pendarahan pada usia hamil tua, bisa menjadi pertanda plasenta menutupi jalan
lahir.
6. Air Ketuban Pecah Sebelum Waktunya
Jika ibu hamil mengalami pecah ketuban sebelum waktunya segera periksakan diri ke dokter,
karena kondisi tersebut dapat membahayakan kondisi ibu dan bayi. Hal ini dapat
mempermudah terjadinya infeksi dalam kandungan.
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Tanda Bahaya Kehamilan yang
Harus Diketahui Oleh Ibu Hamil. https://promkes.kemkes.go.id/tanda-bahaya-kehamilan-
yang-harus-diketahui-oleh-ibu-hamil
10. UPPKS
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) adalah kelompok usaha
ekonomi produktif yang beranggotakan sekumpulan anggota keluarga yang saling
berinteraksi dan terdiri dari berbagai tahapan Keluarga Sejahtera, baik Pasangan Usia Subur
yang sudah ber-KB maupun yang belum ber-KB dalam rangka meningkatkan tahapan
kesejahteraan dan memantapkan.
Tujuan UPPKS:
 Mengajak keluarga aktif bergerak dalam ekonomi produktif
 Mensosialisasikan pengelolaan keuangan keluarga
 Meningkatkan ketahanan dan kemandirian keluarga
 Mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
Anggota UPPKS:
 Pasangan Usia Subur (PUS)
 Peserta Keluarga Berencana (KB)
 Remaja
 Lanjut usia
Sumber: BKKBN Jawa Tengah. 2023. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS). https://jateng.bkkbn.go.id/?page_id=1036.
11. Standar Pelayanan Pada Masa Nifas
Pelayanan nifas yang diperoleh Kemenkes RI tahun 2016, asuhan yang dapat dilakukan pada
masa nifas yaitu:
1. Kunjungan nifas pertama (KF1) diberikan enam jam sampai 3 hari setelah persalinan.
Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah
darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan fundus
uteri, pemeriksaan payudara dan menganjurkan ASI ekslusif enam bulan serta
mengajarkan ibu cara menyusui dengan benar, dan memberi KIE cara merawat bayi,
pemberian kapsul Vitamin A dua kali, minum tablet tambah darah setiap hari dan
pelayanan KB pascasalin.
2. Kunjungan nifas kedua (KF2) diberikan hari ke-28 setelah persalinan. Pelayanan yang
diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang
keluar, pemeriksaan cairan keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjurkan
ASI ekslusif enam bulan, minum tablet tambah darah setiap hari, dan pelayanan KB
pascasalin.
3. Kunjungan nifas lengkap (KF3), pelayanan yang dilakukan hari ke-42 setelah
persalinan. Asuhan yang diberikan sama dengan asuhan pada KF2 (Kemenkes RI,
2016)
Sumber: Kemenkes RI. 2016.
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4539/3/LTA%20BAB%20II.pdf.
12. Seks Pra-Nikah
Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2014, perilaku seksual
pranikah yaitu perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi
menurut hukum maupun agama dan kepercayaan. Berdasarkan uraian diatas dapat simpulkan
bahwa perialku seksual pranikah yaitu tingkah laku yang berhubungan terhadap dorngan
seksual yang dilakukan laki-laki dan perempuan tanpa adanya proses pernikahan yang sah
baik dalam hukum maupun agama.
Kylie dan carman (2014), aktifitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu:
1. Masturbasi
Masturbasi dalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka
sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual, baik tanpa
menggunakan alat maupun menggunakan alat. Masturbasi merupakan salah satu aktifitas
yang sering dilakukan oleh remaja. Masturbasi dilakukan secara mutual dengan teman sebaya
sejenis kelamin, tetapi sebagian dari mereka melakukan masturbasi secara mutul dengan
pacarnya
2. Petting
Pola perilaku seksual ini tidak saja dilakukan oleh pasangan suami istri, tetapi telah
dilakukan oleh sebagian remaja. Petting adalah melakukan hubungan seksual degan atau
tanpa pakaian tanpa melakukan penetrasi penis kedalam vagina.
3. Hubungan seksual
Hubungan seksual yatu masuknya penis kedalam vagina, bila terjadi ejakulasi dengan
posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel
telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.
Sumber: Basri. B., dkk. 2020. Pendidikan Seksual Komprehensif Untuk Pencegahan
Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja. http://repo.poltekkestasikmalaya.ac.id/1522/1/Buku
%20Digital-PENDIDIKAN%20SEKSUAL%20KOMPREHENSIF%20UNTUK
%20PENCEGAHAN%20PERILAKU%20SEKSUAL%20PRANIKAH_compressed.pdf
13. Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP)
Dalam Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) mengenai keterpaparan dan
sumber informasi kesehatan reproduksi remaja menunjukkan bahwa secara nasional
keluarga yang pernah mendengar/melihat/membaca informasi minimal satu aspek berkaitan
dengan kesehatan reproduksi remaja tercatat 80 persen, hasil tersebut menurun apabila
dibandingkan dengan hasil SKAP tahun 2018 (82 persen). Dilihat menurut daerah tempat
tinggal persentase keluarga yang pernah mendengar/melihat/membaca hal-hal yang berkaitan
dengan Kesehatan Reproduksi Remaja terlihat lebih tinggi di perkotaan (86 persen)
dibandingkan dengan di perdesaan (74 persen). Berdasarkan indeks kekayaan, pengetahuan
KRR meningkat persentasenya sejalan dengan meningkatnya indeks kekayaan. Persentase
keluarga yang pernah mendengar KRR pada kelompok indeks kekayaan bawah (69 persen)
meningkat menjadi 79 persen pada indeks kekayaan menengah dan 92 persen pada keluarga
dengan indeks kekayaan atas.
Sumber: BKKBN & Badan Pusat Statistik. 2019. Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program
KKBPK (SKAP).
https://www.bkkbn.go.id/storage/files/1/LAKIP%20BKKBN/LAKIP_BKKBN_2019.pdf.

Anda mungkin juga menyukai