Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Advokasi Vol. 5 No.

2 September 2015 155

TANGGUNG JAWAB NEGARA DAN PERANAN ADVOKAT DALAM


PEMBERIAN BANTUAN HUKUM TERHADAP MASYARAKAT TIDAK MAMPU

Oleh :

Ni Komang Sutrisni, S.H., M.H.

Abstract

The State recognizes and protects the human rights of every individual without distinction
of background, so that everyone has the right to be treated equally before the law. In an
effort to to realize the principles of the rule of law in the society and state, the role and
function of advocates as the profession that is free, independent, and responsible, besides
the judiciary and law enforcement agencies such as police and prosecutors. Through the
legal services provided, advocate stints the profession for justice under the law for the
benefit of justice seekers, including efforts to empower communities to realize their
fundamnental rights before the law .

Keywords : Responsibility, Advocate, Legal Aid.

Abstrak
Negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia setiap individu tanpa membedakan
latar belakangnya, sehingga semua orang memiliki hak untuk diperlakukan sama dihadapn
hukum. Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip Negara hukum tersebut dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi advokat sebagai profesi yang
bebas, mandiri, dan bertanggung jawab merupakan hal yang penting, di samping lembaga
peradilan dan instansi penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan. Melalui jasa
hukum yang diberikan, advokat menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan
berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha
memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamnental mereka di depan
hukum.

Kata Kunci : Tanggung jawab, Advokat, Bantuan Hukum.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah dihadapan hukum (equality before the

Dalam negara hukum, negara law). Persamaan dihadapan hukum bagi

mengakui dan melindungi hak asasi setiap semua orang maka harus diimbangi pula

individu tanpa membedakan latar dengan persamaan perlakuan (equal

belakangnya, sehingga semua orang treatmet) bagi semua orang. Jika ada dua

memiliki hak untuk diperlakukan sama orang bersengketa datang kehadapan


156 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

hakim, maka mereka harus diperlakukan kehidupan bermasyarakat dan bernegara,

sama oleh hakim tersebut (audi et alteram peran dan fungsi advokat sebagai profesi

partem). Persamaan dihadapan hukum yang bebas, mandiri, dan bertanggung

yang diartikan secara dinamis ini jawab merupakan hal yang penting, di

dipercayai akan memberikan jaminan samping lembaga peradilan dan instansi

adanya akses untuk memperoleh keadilan penegak hukum seperti kepolisian dan

(access to justice) bagi semua orang tanpa kejaksaan. Melalui jasa hukum yang

membedakan latar belakangnya. Keadilan diberikan, advokat menjalankan tugas

harus dibagikan oleh negara kepada profesinya demi tegaknya keadilan

semua orang, dan hukum yang berdasarkan hukum untuk kepentingan

mempunyai tugas menjaganya agar masyarakat pencari keadilan, termasuk

keadilan sampai kepada semua orang usaha memberdayakan masyarakat dalam

tanpa kecuali. Apakah orang mampu atau menyadari hak-hak fundamnental mereka

fakir miskin, mereka sama untuk di depan hukum. Demikian mulianya

memperoleh akses kepada keadilan1. Hal profesi advokat sehingga advokat dijuluki

tersebutlah yang menjadi landasan sebagai “officium nobile” atau “nobel

konstitusional pembentukan UU RI No. profesion” artinya profesi yang mulia dan

18 Tahun 2003 tentang Advokat dan juga terhormat2. Hal ini karena advokat

UU RI No. 16 Tahun 2011 tentang diwajibkan melakukan pembelaan kepada

Bantuan Hukum. semua orang tanpa membedakan latar

Dalam usaha mewujudkan prinsip- belakang ras, warna kulit, agama, budaya,

prinsip negara hukum tersebut dalam

1
Frans Hendra Winarta, tt, “Paradigma 2
Todung Mulya Lubis, 2008, Catatan
Bantuan Hukum Sekarang Harus Banting Setir”, Hukum Todung Mulya Lubis, Mengapa Saya
http : www/bantuan-hukum/.com , diakses pada 7 Mencintai Negeri Ini, Penerbit Kompas Media
April 2014. Nusantara, Jakarta, hal. 102.
Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 157

sosio-ekonomi, kaya/ misksin, keyakinan dalam mewujudkan prinsip justice for all

politik, gender dan ideologi3. tersebut di atas, maka bantuan hukum

Kewajiban membela dan merupakan hak mutlak atau hak asasi

memberikan bantuan hukum bagi orang yang melekat ada setiap individu manusia,

atau kelompok miskin oleh profesi sehingga advokatlah yang paling

advokat sejalan dengan prinsip justice for berperan, baik dari kompetensi maupun

all dan persamaan di depan hukum dan kewenangan dalam menjalankan fungsi

hak untuk didampingi oleh advokat tanpa bantuan hukum tersebut. Oleh karena

kecuali. Pembelaan bagi orang atau perannya tersebut, maka negara

kelomok miskin diperlukan dalam mewajibkan advokat untuk memberikan

suasana sistem hukum pidana yang belum bantuan hukum bagi orang atau kelompok

mencapai titik keterpaduan (integrated miskin atau tidak mampu secara ekonomi.

criminal justice system). Seringkali Kewajiban advokat dalam memberikan

tersangka atau terdakwa disiksa, bantuan hukum bagi orang atau kelompok

diperlakukan tidak adil, atau dihambat miskin tersebut secara cuma-cuma

haknya untuk didampingi advokat. ditegaskan dalam Pasal 22 ayat (1) UU RI

Penegak hukum belum bekerja Tahun 2003 Tentang Advokat, yang

menerapkan due process of law (proses menyatakan bahwa advokat wajib

hukum yang adil) yang memperhatikan memberikan bantuan hukum secara cuma-

hak-hak tersangka atau terdakwa. cuma kepada pencari keadilan yang tidak

Sangat pentingnya prinsip due mampu. Konstitusi menjamin hak setiap

process of law dan equality before the law warga neraga mendapat perlakuan yang

sama di muka hukum, termasuk hak untuk


3
Frans Hendra Winarta, 2000, Bantuan mengakses keadilan melalui pemberian
Hukum: Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
Kasihan, Elex Media Komputindo, Jakarta, hal.
102. bantuan hukum. Meskipun demikian
158 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

peradilan yang sangat birokratis, mahal, tanpa terkecuali (justice for all/accessible

rumit (prosedural), sifatnya yang isoterik to all).

(hanya dapat dipahami kalangan orang Praktek selama ini menunjukkan,

hukum), menyebabkan tidak semua orang uluran tangan untuk membantu

mendapatkan askses dan perlakuan yang masyarakat miskin mengakses keadilan

sama pada saat berurusan dengan hukum, sangat-sangat tidak memadai, kalau tidak

terutama bagi masyarakat miskin. Orang boleh dikatakan diabaikan. Aktivitas

kaya dan mempunyai kekuasaan, dengan bantuan hukum yang dilakukan oleh

mudah mengakses dan mendapatkan penggiat bantuan hukum, dari lembaga

“keadilan”, melalui tangan-tangan lawyer bantuan hukum kampus, ormas, partai

(advokat) yang disewanya. Tidak politik, lembaga swadaya masyarakat,

demikian halnya kelompok masyarakat semua “mati suri”, karena terbentur

miskin, mereka tidak mampunyai masalah administrasi dan legalisasi

kemampuan untuk memahami hukum praktek bantuan hukum. Keluarnya UU

dan tidak mampu untuk membayar RI No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat,

advokat, hal demikian menyebabkan sebagai undang-undang yang megatur

tidak ada perlakuan yang sama dimuka profesi advokat, justru “memberangus”

hukum untuk mengakses keadilan. aktivitas pemberian bantuan hukum untuk

Problem dasar yang muncul adalah tidak golongan masyarakat tidak mampu.

adanya perluasaan akses yang sama bagi Undang-undang tersebut tidak

setiap warganegara untuk mendapatkan memberikan perluasan akses yang seluas-

perlakuan yang sama dimuka hukum, luasnya bagi pemberian bantuan hukum

meskipun doktrinnya keadilan harus cuma-cuma (pro-bono) bagi kelompok

dapat diakses oleh semua warga negara masyarakat miskin, semangatnya adalah

semangat monopoli. Profesi advokat,


Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 159

meskipun diakui sebagai provesi yang yang dijual, sehingga sudah seperti

mulia (oficium nobile), realitasnya bisnis4.

sebenarnya dia adalah “corporate”, bukan Dari latar belakang masalah

lembaga nirlaba. Fakta semakin tersebut menarik bagi penulis untuk

menguatkan hipotesa tersebut melihat melakukan kajian bagaimana peranan dan

praktek yang ada selama ini, pelayanan tanggung jawab advokat dan negara

advokat jauh dari jangkauan kelompok dalam pemberian bantuan hukum secara

masyarakat tidak mampu dan kelompok cuma-cuma dalam sebuah tulisan.

”rentan”, komersialisasi dan sikap elitis 2. Rumusan Masalah

profesi advokat semakin memberikan gap Adapun rumusan masalah yang

yang cuku lebar dengan harapan untuk dapat dikemukakan yaitu sebagai berikut :

terealisasinya prinsip justice for a. Bagaimana konsepsi bantuan hukum

all/accessible to all. yang selama ini terjadi ke arah

Keadaan tersebut pun sejalan bantuan hukum yang berpihak pada

dengan apa yang digambarkan oleh masyarakat miskin ?

Satjipto Rahardjo, bahwa perkembangan b. Bagaimana hubungan antara peranan

bantuan hukum sudah mendekati sebuah negara dan advokat dalam pemberian

“industri hukum”, artinya para bantuan hukum secara cuma-cuma ?

professional (advokat) lebih menjalankan 3. Metode Penelitian

bisnis daripada bantuan terhadap mereka Untuk menjawab rumusan

yang ditimpa kesusahan. Bantuan hukum permasalahan, metode penelitian yang

sudah berkembang menjadi korporasi digunakan dalam penelitian ini adalah

besar yang melibatkan praktik dalam yuridis normatif. Metode penelitian

bentuk unit-unit yang besar dan jasa 4


Sajipto Rahardjo, 2010, Penegakan
Hukum Progresif, Penerbit Buku Kompas,
pelayanan hukum dilihat sebagai produk Jakarta, hal. 181.
160 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

hukum yuridis normatif pada dasarnya B. PEMBAHASAN

meneliti kaidah-kaidah hukum dan asas- 1. Konsepsi Bantuan Hukum


Terhadap Masyarakat Miskin
asas hukum. Soerjono Soekanto dan Sri
Di dalam Pasal 27 ayat (1) UUD
Mamudji menyatakan bahwa penelitian
NRI Tahun 1945 ditegaskan bahwa
hukum normatif atau penelitian
“segala warga negara bersamaan
kepustakaan merupakan penelitian hukum
kedudukannya di dalam hukum dan
yang dilakukan dengan cara meneliti
pemerintahan dengan tidak ada
bahan pustaka atau data sekunder, yaitu
kecualinya”, kemudian di dalam Pasal 28
bahan hukumprimer, sekunder dan
D ayat (1) UUD NRI Tahun 1945
5
tersier .
ditegaskan pula bahwa “setiap orang
Penelitian yuridis normatif juga
berhak atas pengakuan, jaminan,
dimaksudkan sebagai penelitian hukum
perlindungan, dan kepastian hukum yang
yang mengkaji hukum tertulis dari
adil serta perlakuan yang sama di hadapan
berbagai aspek teori, sejarah, filosofi,
hukum”. Penegasan dalam konstitusi
perbandingan, struktur dan komposisi,
tersebut memberikan makna bahwa di
lingkup dan materi, konsistensi,
dalam setiap orang melekat hak asasi
penjelasan umum dan pasal demi pasal,
berupa kedudukan dan perlakuan yang
formalitas dan kekuatan mengikat suatu
sama dihadapan hukum. Oleh karena
undang-undang, serta bahasa hukum yang
sifatnya sebagai suatu hak asasi dan
6
digunakan .
karenannya bersifat universal, maka di

dalam Pasal 6-7 Deklarasi Umum Hak

Asasi Manusia (DUHAM) menyatakan


5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
2001, Penelitian Hukum Normatif:Suatu Tinjauan setiap orang berhak atas pengakuan
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 13.
6
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum
dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, sebagai pribadi di depan hukum dimana
Bandung, hal. 132.
Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 161

saja ia berada dan juga semua orang sama Covenant On Civil and Political Right

di depan hukum dan berhak atas (Konvenan Internasional Tentang Hak-

perlindungan hukum yang sama tanpa Hak Sipil dan Politik)

diskriminasi apapun Berdasarkan pengesahan dari

Sejalan dengan UUD NRI Tahun UUD NRI Tahun 1945, DUHAM, ICCPR

1945 dan Deklarasi tersebut, di dalam serta UU HAM Tahun 1999 tersebut di

Pasal 17 UU RI No. 39 Tahun 1999 atas, terlihat bahwa Indonesia

tentang Hak Asasi Manusia, ditegaskan memberikan hak atas jaminan perlakuan

bahwa setiap orang, tanpa diskriminasi, yang sama di muka hukum bagi setiap

berhak untuk memperoleh keadilan individu, dan bentuk jaminan tersebut

dengan mengajukan permohonan, salah satunya dikonsepsikan dalam

pengaduan, dan gugatan, baik dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-

perkara pidana maupun dalam perkara cuma bagi orang atau kelompok

perdata maupun administrasi serta diadili masyarakat yang kurang mampu.

melalui proses peradilan yang bebas dan Konkretisasi pemberian bantuan hukum

tidak memihak, sesuai dengan hukum secara cuma-cuma tersebut dalam tataran

acara yang menjamin pemeriksaan yang pengaturan dalam sejarah

obyektif oleh hakim yang jujur dan adil perkembangannya mengalami derivasi

untuk memperoleh putusan yang adil dan diberbagai peraturan perundang-

benar. Prinsip mempunyai kedudukan undangan, sehingga berpengaruh terhadap

yang sama dihadapan pengadilan dan konsepsi bantuan hukum yang terjadi

badan peradilan inipun telah ditegaskan selama ini.

dalam Pasal 14 (ICCPR), yang telah Di dalam UU RI No. 18 Tahun

diratifikasi melalui UU RI No. 12 Tahun 2003 tentang Advokat, bantuan hukum

2005 tentang Pengesahan International dikonsepsikan sebagai jasa hukum yang


162 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

diberikan oleh advokat secara Cuma- hukum, bantuan hukum, menjalankan

Cuma kepada klien yang tidak mampu, kuasa, mewakili, mendampingi, membela

kemudian di dalam PP RI Bantuan dan melakukan tindakan hukum lain

Hukum Tahun 2008 sebagai peraturan untuk kepentingan klien.

pelaksana UU tersebut mendefiniskan Bentuk bantuan hukum yang juga

bantuan hukum secara cuma-cuma, yaitu diatur secara parsial dan masih dalam

jasa hukum yang diberikan advokat tanpa bentuk konsep bantuan hukum individual

menerima pembayaran honorarium dan konvensional dapat dilihat dalam

meliputi pemberian konsultasi hukum, Pasal 17 dan 18 UU RI No. 23 tahun 2002

menjalankan kuasa, mewakili, tentang Perlindungan Anak, yaitu setiap

mendapingi, membela, dan melakukan anak yang dirampas kebebasannya dan

tindakan hukum lain untuk kepentingan setiap anak yang menjadi korban atau

pencari keadilan yang tidak mampu. pelaku tindak pidana berhak untuk

Berdasarkan UU RI No. 18 Tahun memperoleh bantuan hukum atau bantuan

2003 tentang Advokat tersebut, pemberi laiinya secara efektif dalam setiap tahapan

bantuan hukum dimaknai hanya pada diri hukum yang berlaku.

advokat semata, dan penerima bantuan Konsepsi bantuan hukum yang

hukum, hanya dimaknai pada klien yang terjadi selama ini masih berfsifat

tidak mampu. Klien dikonsepsikan dalam individual dan konvensional dengan

Pasal 1 angka (3) UU RI No. 18 Tahun pengaturan yang bersifat parsial dan tidak

2003 sebagai orang, badan hukum, atau tersistem membawa pada suatu kondisi

lembaga lain yang menerima jasa hukum belum terwujudnya suatu perubahan

dari advokat, sedangkan jasa hukum yang sosial yang berkeadilan dan kesadaran

dimaksud adalah jasa yang diberikan hukum masyarakat serta mudahnya akses

advokat berupa memberikan konsultasi untuk mendapatkan keadilan tersebut.


Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 163

Berkaca pada kondisi tersebut dan juga miskin yang menghadapi masalah hukum

dalam rangka untuk mewujudkan negara baik perdata, pidana, maupun tata usaha

hukum yang mengakui dan melindungi negara, baik litigasi maupun nonlitigasi.

serta menjamin hak asasi warga negara Melihat konsepsi bantuan hukum

akan kebutuhan akses terhadap keadilan yang diintroduksi oleh UU RI No. 16

dan kesamaan dihadapan hukum, maka Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum,

peran Negara hadir dalam membentuk UU maka bantuan hukum yang dimaksud

No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan bukan semata-mata proses penyelesaiaan

Hukum. sengketa saja, yang dihadapi dalam proses

UU RI No. 16 Tahun 2011 peradilan, namun juga ada suatu upaya

memberikan suatu konsep baru bantuan untuk menciptakan kemudahan dan

hukum, yaitu bahwa bantuan hukum pemerataan akses bantuan hukum dan

selain bertujuan untuk menjamin dan juga ada bentuk penyuluhan hukum,

memenuhi hak bagi orang atau kelompok konsultasi hukum, penelitian hukum dan

miskin untuk mendapatkan akses keadilan peberdayaan masyarakat.

juga untuk mewujudkan kepastian Konsep bantuan hukum dalam UU

penyelenggaraan bantuan hukum dapat RI No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan

dilaksanakan secara merata di seluruh Hukum, dan turut sertanya negara dalam

wilayah Republik Indonesia dan peyelenggaraan bantuan hukum, sejalan

mewujudkan peradilan yang efektif, dengan apa yang dinyatakan oleh

efisien, dan dapat Cappelletti dan Gorley dalam artikel yang

dipertanggungjawabkan. Konkretisasi berjudul “legal aid : modem themes and

konsep tersebut diimplementasikan dalam various” yaitu pada dasarnya terdapat dua

berbgai bentuk antara lain memberikan model (sistem) bantuan hukum yaitu :

bantuan kepada orang atau kelompok


164 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

a. Model Yuridis Individual memenuhi kebutuhan itu. Sehingga

Bantuan hukum dapat dilihat sebagai ruang lingkup dalam model

suatu hak yang diberikan kepada kesejahteraan ini lebih luas, hal ini

warga masyarakat untuk melindungi karena bantuan hukum menjadi

kepentingan-kepentingan individual, bagian dari program pengembangan

sosial atau perbaikan sosial7.


dan di lain pihak sebagai suatu hak
Dengan diberlakukannya UU RI
akan kesejahteraan yang menjadi
No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
bagian dari kerangka perlindungan
Hukum, maka negara dalam hal ini telah
sosial yang diberikan suatu negara
ikut campur dengan program-program
kesejahteraan. Model yuridis
yang bukan hanya penyelesaian masalah
individual ini adalah cirri pola klasik
hukum namun juga program
dari bantuan hukum, artinya
pemberdayaan masyarakat. Model
permintaan akan bantuan hukum
bantuan hukum dalam bentuk penyuluhan
tergantung pada masyarakat yang
hukum, konsultasi hukum, dan penelitian
membutuhkan.
hukum sejalan pula dengan apa yang
b. Model Kesejahteraan Groenendijk dan Sloot, yaitu bahwa
Memandang bantuan hukum sebagai penyuluhan hukum merupakan bentuk
bagian dari haluan sosial, misalnya bantuan hukum preventif yang bertujuan
untuk menetralisasikan agar masyarakat mengerti hak dan
ketidakpastian atau kemiskinan. kewajibannya sebagai suatu Negara.
Peran negara ikut campur diperlukan Konsultasi hukum merupakan bentuk
dalam model kesejahteraan, untuk bantuan hukum diagnostic yaitu berupa
memenuhi kebutuhan dasar warga pemebrian nasehat hukum, sedangkan
masyarakat dan bantuan hukum
7
Soerjono Soekanto, 1983, Bantuan
sebagai cara salah satu untuk Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hal. 11.
Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 165

penelitian hukum merupakan bentuk bertugas menyelesaikan persoalan

bantuan hukum pembentukan dan kliennya baik secara litigasi maupun non

pembaharuan hukum yaitu bantuan litigasi, dan sejak dulu keberadaaan


hukum yang usaha-usahanya lebih advokat selalu ada semacam ambivalensi.
ditujukan mengadakan pembaharuan Dalam bahasanya Frans hendra Winata,
hukum melalui pembentukan undang-
tugas advokat adalah mengabdikan
undang dalam arti materiil8.
dirinya pada masyrakat sehingga dia
Arah bantuan hukum di Indonesia
dituntut untuk selalu turut serta dalam
kedepannya diharapkan mempunyai
penegakan hak asasi manusia, dan dalam
tujuan dan ruang lingkup yang lebih luas
menjalankan profesinya ia bebas untuk
dari yang telah ditawarkan oleh UU RI
membela siapapun, tidak terikat pada
No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
perintah klien dan tidak pandang bulu
Hukum, yaitu tidak hanya sekedar proses
siapa lawan kliennya, apakah dia dari
penyelesaian sengketa dalam proses
golongan kuat, penguasa, pejabat bahkan
peradilan, namun juga meningkatkan
rakyat miskin sekalipun.
kesadaran hukum dan membangun

masyarakat yang cerdas hukum yang Salah satu hal lain yang menarik

mengerti akan pentingnya hukum. perhatian adalah peran advokat bukan

2. Hubungan Peranan Negara dan hanya sebagai spesialisasi dan hubungan


Advokat dalam Pemberian
Bantuan Hukum Secara Cuma- antara warga negara dan lembaga-
Cuma
lembaga pemerintahan, yaitu antara
Advokat adalah orang yang
masyarakat dan negara. Dalam negara
berprofesi memberikan jasa hukum, baik
modern, tanpa ada orang yang mengisi
di dalam maupun di luar pengadilan, dan
fungsi itu secara professional, masyarakat
8
Pusat Studi Hukum dan Kebijakan akan lebih mudah ditindas dan
Indonesia, Advokat Indonesia Mencari Legitiasi :
Studi tentang Tanggung Jawab Profesi di
Indonesia, hal. 209. dipermainkan oleh penguasa. Fungsi
166 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

advokat bukan hanya berperkara di diberikan. Pesebaran jumlah advokat yang

pengadilan, namun sangat penting, tidak merata di seluruh pelosok dan hanya

mewakili kepentingan warga negara banyak terdapat di kota-kota besar,

dalam hubungannya dengan pemerintah. menjadi permasalahan tersendiri dalam

Justru karena profesi advokat mengerti terdapatnya akses bagi masyarakat untuk

akan bentuk, lembaga dan aturan negara mencari keadilan.

dan bertugas untuk mewakili warga Upaya campur tangan negara

negara kalau bertentangan dengan negara dalam mengatasi permasalahan yang

atau warga negara yang lainnya. Dalam melanda advokat dalam memberikan

kondisi yang demikian banyak advokat bantuan hukum secara Cuma-Cuma

dengan sendirinya muncul dalam politik, sejatinya telah diakomodir dengan

urusan sosial, pendidikan, perjuangan dikeluarkannya PP RI tentang bantuan

perubahan politik atau ekonomi, dan Hukum Tahun 2008 dan Surat Edaran

sering masuk menjadi pimpinan gerakan MA No. 10 Tahun 2010 tentang Pedoman

reformasi9. Pemberian Bantuan Hukum, namun upaya

Permasalahan klasik lainnya ini merupakan suatu upaya injeksi sesaat

adalah masalah pendanaan. Lembaga- dan hanya mampu mengatasi model

lembaga bantuan hukum yang ada pada bantuan hukum secara individual dan

umumnya mencari dana sendiri guna konvensional, sehingga dalam

membiayai operasionalnya, sehingga hal mewujudkan bantuan hukum dengan

ini berpengaruh langsung terhadap model kesejahteraan akan berjalan

keberlangsungan bantuan hukum yang tersendat.


9
Teguh Adminto, tt, “Peran Advokat Dengan diberlakukannya UU RI
Dalam Penegakan Hukum Mengenai Implementasi
Penanganan Kasus No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
ProBono(Prodeo)”,http://tittoarema.blogspot.com/
2005/12/peran-advokat-dalam-penegakan-hukum-
html, diakses pada 7 April 2014. Hukum, peranan negara dalam
Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 167

mewujudkan model bantuan hukum dilaksanakan secara merata di seluruh

kesejahteraan akan relatif mudah tercapai. wilayah Negara Kesatuan Republik

Secara filosofis, UU RI No.16 Tahun Indonesia.

2011 tentang Bantuan Hukum dapat Gerakan advokat yang masih

dimaknai dalam konteks memperluas bersifat individual dan bukan suatu

akses masyarakat terhadap keadilan dan gerakan kolektif menjadikan rendahnya

hal ini memudahkan masyarakat untuk kualitas bantuan hukum yang dihasilkan,

mengakses hukum dan keadilan. oleh karena itu di dalam UU RI No. 16

Permasalahan persebaran jumlah Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum,

advokat yang tidak merata diseluruh objek yang diatur sebagai pemberi

pelosok tanah air sehingga akses bantuan hukum adalah lembaga bantuan

masyarakat untuk mencari keadilan hukum atau organisasi kemasyarakatan,

terhambat setidaknya dapat diatasi dapat sehingga bersifat kelembagaan dan

diakuinya peran paralegal, dosen dan kolektif dan bukan gerakan individual

mahasiswa fakultas hukum dalam advokat sehingga perannya dalam

melakukan pelayanan hukum secara memberikan bantuan dan mengeluarkan

cuma-cuma. Diakuinya para legal, dosen pendapat atau pernyataan dalam membela

dan mahasiswa Fakultas Hukum oleh UU perkara yang menjadi tanggungjawabnya

RI No. 16 Tahun 2011 memberi peluang di dalam sidang pengadilan hukum dapat

untuk dapat beracara dalam proses lebih maksimal.

peradilan, sehingga sejalan dengan tujuan Namun, dengan diberlakukannya

Pasal 3 huruf c UU RI No. 16 Tahun UU RI No. 16 Tahun 2001 tentang

2011, yaitu penyelenggaraan bantuan Bantuan Hukum bukan berarti kewajiban

hukum bertujuan untuk kepastian advokat dalam memberikan bantuan

penyelenggaraan bantuan hukum hukum terhapuskan. Di dalam penjelasan


168 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

Pasal 6 ayat (2) UU No. 16 Tahun 2011 a. Konsepsi bantuan hukum yang terjadi

tentang Bantuan Hukum ditegaskan selama ini yang bersifat individual

bahwa pelaksanaan bantuan hukum oleh dan konvensional dengan pengaturan


pemberi bantuan hukum ini tidak yang lebih bersifat parsial dan tidak
mengurangi kewajiban profesi advokat tersistem membawa pada suatu
untuk menyelenggarakan bantuan hukum
kondisi belum terwujudnya suatu
berdasarkan UU RI No.18 Tahun 2003
perubahan sosial yang berkeadilan
tentang Advokat.
dan kesadaran hukum masyarakat
Peran negara dengan
serta mudahnya akses untuk
diberlakukannya UU RI No. 16 Tahun
mendapatkan keadilan tersebut.
2011 tentang Bantuan Hukum justru
Melihat kondisi tersebut, maka peran
menguatkan peran advokat dalam
negara hadir dalam membentuk
memberikan bantuan secara cuma-cuma,
regulasi dalam bentuk UU RI No. 16
sehingga peran dan kewajiban advokat
Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.
yang diatur dalam UU RI No. 18 Tahun
Konsep bantuan hukum tersebut
2003 tentang advokat dapat bersinergi

dengan peran negara dalam sejalan dengan model bantuan hukum

menyelenggarakan bantuan hukum dapat dilihat sebagai suatu hak yang

sebagaimana diatur dalam UU RI No. 16 diberikan kepada warga masyarakat

Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. untuk melindungi kepentingan-

kepentingan individual, dan di lain

C. PENUTUP pihak sebagai suatu hak akan

1. Kesimpulan kesejahteraan yang akan menjadi

Berdasarkan uraian di atas, maka bagian dari kerangka perlindungan

kesimpulan yang dapat dikemukakan sosial diberikan suatu negara

yaitu sebagai berikut : kesejahteraan.


Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015 169

b. Peran negara dengan diberlakukannya sehingga pelaksanaan kegiatan

UU RI No. 16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum secara cuma-cuma

Bantuan Hukum justru menguatkan dapat juga diakomodir oleh negara.

peran advokat dalam memberikan


DAFTAR PUSTAKA
bantuan secara cuma-cuma, sehingga
Buku
peran dan kewajiban advokat yang
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum
diatur dalam UU RI No. 18 Tahun
dan Penelitian Hukum, Citra
Aditya Bakti, Bandung.
2003 tentang advokat dapat
Frans Hendra Winarta, 2000, Bantuan
bersinergi dengan peran negara dalam
Hukum: Suatu Hak Asasi
Manusia Bukan Belas Kasihan,
menyelenggarakan bantuan hukum
Elex Media Komputindo,
Jakarta.
sebagaimana diatur dalam UU RI No.
Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Indonesia, Advokat Indonesia
Mencari Legitiasi: Studi tentang
Hukum.
Tanggung Jawab Profesi di
Indonesia.
2. Saran
Sajipto Rahardjo, 2010, Penegakan
a. Permasalahan gerakan advokat yang
Hukum Progresif, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta.
masih bersifat individual terakomodir
Soerjono Soekanto, 1983, Bantuan
dalam UU RI No. 16 Tahun 2011
Hukum Suatu Tinjauan Sosio
Yuridis, Ghalia Indonesia,
tentang Bantuan Hukum masih perlu
Jakarta.
dikaji ulang dalam penerapanya agar
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
2001, Penelitian Hukum
mampu mengakomodir gerakan
Normatif:Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo Persada,
advokat yang mempunyai visi dan
Jakarta.
misi bersama.
Todung Mulya Lubis, 2008, Catatan
Hukum Todung Mulya Lubis,
b. Peranan antara negara dan advokat
Mengapa Saya Mencintai Negeri
ini?, Penerbit Kompas Media
memerlukan ketegasan dari segi
Nusantara, Jakarta.
aturan maupun segi praktisnya
170 Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2 September 2015

Internet Sumber Hukum

Teguh Adminto, tt, “Peran Advokat Undang-Undang Dasar Negara Republik


Dalam Penegakan Hukum Indonesia Tahun 1945.
Mengenai Implementasi
Penanganan Kasus Pro-Bono Undang-Undang Republik Indonesia
(Prodeo)” Nomor 39 Tahun 1999 tentang
http://tittoarema.blogspot.com/20 Hak Asasi Manusia, Lembaran
05/12/peran-advokat-dalam- Negara Republik Indonesia
penegakan-hukum-html, diakses Nomor 165 Tahun 1999 dan
pada 7 April 2014. Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886.
Frans Hendra Winarta, tt, “Paradigma
Bantuan Hukum Sekarang Harus Undang-Undang Republik Indonesia
Banting Setir” http : Nomor 18 Tahun 2003 tentang
www/bantuan-hukum/.com Advokat, Lembaran Negara
diakses pada 7 April 2014. Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2003 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4288.

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum, Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 104 Tahun 2011 dan
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5248.

Anda mungkin juga menyukai