Anda di halaman 1dari 14

i

PUBERTAS

Tugas Mata Kuliah Fisiologi Reproduksi


Jimmy Yanuar Annas., dr, SpOG (K)

Disusun oleh :

Tinta Julianawati 011724653003


Nurul Fatimah Susanti 011724653004
Abadiyah Zakiah Kustantina 011724653005
Faraida Arvilla 011724653013

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN REPRODUKSI


JENJANG MAGISTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANANTAR ............................................................................................... iii


DAFTAR ISI................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
A. Definisi Pubertas ..................................................................................................... 4
B. Perubahan Hormonal pada Masa Pubertas .............................................................. 5
C. Pertumbuhan Fisik Saat Pubertas ............................................................................ 6
D. Perkembangan Psikososial saat Pubert ................................................................... 9
BAB IV. PENUTUP ...................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis,
dan kematangan fungsi seksual. Istilah pubertas dapat digunakan untuk menyatakan
perubahan bilogis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari
masa anak menuju dewasa, terutama pada perubahan kelamin dari tahap anak ke
dewasa. Pertumbuhan organ reproduksi mengalami perubahan yang sangat cepat dan
sudah memiliki kemampun untuk bereproduksi (Kusmiran, 2012).
Proses perkembangan dan pertumbuhan manusia dimulai sejak sebelum
lahir, bayi, anak, remaja dewasa hingga lanjut usia. Salah satu proses yang sangat
pentng adalah remaja. Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan
masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan baik secara fisik maupun psikologis.
Perkembangan fisik ditandai lonjakan hormon pada sistem reproduksi yang
mempengaruhi tubuh, terjadi menstruasi pada perempuan, dan mimpi basah pada laki-
laki. Perkembangan psikologis yang terjadi pada masa ini aalah mulai tertarik dengan
lawan jenis, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, mulai memperhatikan penampilan
dan cenderung belum memiliki pemikiran yang matang (Nasution, 2012).
Perubahan yang menandakan bahwa anak sudah memasuki tahap
kematangan organ seksual yaitu dengan tumbuhnya organ seks sekunder.
Pertumbuhan organ seks sekunder dapat ditandai dengan pembesaran payudara,
tumbuhnya rambut ketiak dan alat kemaluan, adanya jerawat, bau badan yang
menyengat, pinggul membesar dan juga mulai berkembangnya beberapa organ vital
yang siap untuk dibuahi. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah
remaja umur 10-24 tahun sangat besar yaitu sekitar 64 juta atau 27,6% dari jumlah
total penduduk indonesia (BPS, 2015).
Masa pubertas adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh
perubahan-perubahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap-tahap
lain dalam rentang kehidupan. Masa pubertas biasanya dimulai pada usia 8-16 tahun
pada perempuan dan pada usia 9-18 tahun pada laki-laki. Pada akhir proses, anak
perempuan akan mencapai kematangan organ reproduksi. Dengan adanya pubertas,

1
seorang anak yang semula aseksual akan menjadi makhluk seksual (Verawaty dan
Rahayu, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi pubertas?
2. Bagaimana perubahan hormonal yang terjadi saat masa pubertas?
3. Bagaimana perubahan fisik yang erjadi saat masa pubertas?
4. Bagaimana perubahan psikososial yang terjadi saat masa pubertas?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi pubertas.
2. Mengetahui perubahan hormonal yang terjadi saat masa pubertas.
3. Mengetahu perubahan fisik yang erjadi saat masa pubertas.
4. Mengetahui perubahan psikososial yang terjadi saat masa pubertas.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Pubertas
Pubertas adalah saat anak mengalami pematangan fungsi seksual dan
perubahan fisik dengan munculnya tanda seks sekunder. Biasanya dimulai sejak
usia 8 hingga 10 tahun dan berahir pada usia 16 tahun. Penentu utama kapan
terjadinya pubertas adalah genetik, artinya apabila dalam keluarga tersebut
menarche terjadi pada usia muda maka besar kemungkinan keturunannya pun
demikian, selain itu faktor penentu laju perkembangan pubertas juga di
pengaruhi oleh lokasi geografis, paparan cahaya, kesehatan umum dan gizi, dan
faktor psikologis. Misalnya, Anak-anak lebih dekat ke khatulistiwa, di tempat
yang lebih rendah, di daerah perkotaan, dan anak-anak yang agak gemuk
memulai lebih awal dari pada di daerah garis lintang utara, pada ketinggian yang
lebih tinggidi atas permukaan laut, di daerah pedesaan, dan anak-anak dengan
berat badan normal (Speroff, 1999).
Maturasi seksual pada masa pubrtas mengantarkan alat reproduksi yang
siap melakukan fungsi fertilisasinya, laki-laki dengan spermatogenesis dan
perempuan dengan ovulasi. Pubertas terjadi akibat peningkatan sekresi hormon
gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens
perubahan sistem endokrin yang kompleks dan umpan balik positif dan negatif.
Pelepasan gonadotropin releasing hormone (GnRH) ini menyebabkan hormon
FSH dan LH dikeluarkan yang mempengaruhi ciri primer dan ciri sekunder masa
pubertas (Batubara, 2010).
Pada saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan saraf pusat terhadap
hipotalamus menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan GnRH akibat
sensitivitas gonadalstat. Selama periode prepubertal gonadalstat tidak sensitif
terhadap rendahnya kadar steroid yang beredar, akan tetapi pada periode
pubertas akan terjadi umpan balik akibat kadar steroid yang rendah sehingga
GnRH dan gonadotopin akan dilepaskan dalam jumlah yang banyak (Ojeda et
al, 2006).

3
4

2. Perubahan Hormonal pada Masa Pubertas


Pubertas terjadi disebabkan adanya hormon Gonadotropin releasing
hormone (GnRH) yang di sekresi oleh hipotalamus. Gonadotropin releasing
hormone disekresikan dalam jumlah cukup banyak pada saat janin berusia 10
minggu, mencapai kadar puncaknya pada usia gestasi 20 minggu dan kemudian
menurun pada saat akhir kehamilan.1 Hal ini diperkirakan terjadi karena
maturasi sistim umpan balik hipotalamus karena peningkatan kadar estrogen
perifer. Pada saat lahir GnRH meningkat lagi secara periodik setelah pengaruh
estrogen dari plasenta hilang. Keadaan ini berlangsung sampai usia 4 tahun
ketika susunan saraf pusat menghambat sekresi GnRH.2 Pubertas normal diawali
oleh terjadinya aktivasi aksis hipotalamus–hipofisis–gonad dengan peningkatan
GnRH secara menetap. Hormon GnRH kemudian akan berikatan dengan
reseptor di hipofisis sehingga sel-sel gonadotrop akan mengeluarkan luteneizing
hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Hal ini terlihat dengan
terdapatnya peningkatan sekresi LH 1-2 tahun sebelum awitan pubertas. Sekresi
LH yang pulsatile terus berlanjut sampai awal pubertas (Batubara, 2010).
Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia
sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya.
Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk
menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-
tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme
umpan balik pada aksis hipotalamus-hipofisis- gonad. Hormon LH berperan
pada proses menarke dan merangsang timbulnya ovulasi (Batubara, 2010).
Proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase
ovulasi, dan fase luteal (sekretori). Pada fase folikuler, peningkatan GnRH
pulsatif dari hipotalamus akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH
dan LH yang kemudian merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian
akan mensekresi estrogen yang menginduksi proliferasi sel di endometrium.
Kira-kira tujuh hari sebelum ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada
puncak sekresi estrogen, hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan ovulasi
terjadi 12 jam setelah peningkatan LH. Pada fase luteal yang mengikuti fase
ovulasi ditandai dengan adanya korpus luteum yang dibentuk dari proses
5

luteinisasi sel folikel. Pada korpus luteum kolesterol dikonversi menjadi estrogen
dan progesteron. Progesteron ini mempunyai efek berlawanan dengan estrogen
pada endometrium yaitu menghambat proliferasi dan perubahan produksi
kelenjar sehingga memungkinkan terjadinya implantasi ovum. Tanpa terjadinya
fertilisasi ovum dan produksi human chorionic gonadotropine (hCG), korpus
luteum tidak bisa bertahan. Regresi korpus luteum mengakibatkan penurunan
kadar progesteron dan estrogen yang menyebabkan terlepasnya endometrium,
proses tersebut dikenal sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira 14 hari
setelah ovulasi (Batubara, 2010).
Pada anak laki-laki, perubahan hormonal ini dimulai dengan peningkatan
LH, kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising hormon akan
menstimulasi sel Leydig testis untuk mengeluarkan testosteron yang selanjutnya
akan merangsang pertumbuhan seks sekunder, sedangkan FSH merangsang sel
sertoli untuk mengeluarkan inhibin sebagai umpan balik terhadap aksis
hipotalamushipofisis-gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi perkembangan
tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya pembesaran testis. Pada saat
pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosterone yang
dihasilkan oleh sel Leydig (Batubara, 2010).
Pada periode pubertas, selain terjadi perubahan pada aksis hipotalamus-
hipofisis-gonad, ternyata terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang
cukup besar selama pubertas yaitu hormon pertumbuhan (growth hormone/GH).
Pada periode pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan
berhubungan dengan proses pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh
selama pubertas memberi kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak laki-
laki dan 12% dari tinggi dewasa anak perempuan. Hormon steroid seks
meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki dan perempuan. Pada anak
perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas sedangkan pada anak
laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan waktu
peningkatan GH pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas dapat
menjelaskan perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan perempuan (Batubara,
2010).
6

(Smith, 1995)
3. Pertumbuhan Fisik Saat Pubertas
Perubahan fisik saat fase pubertas terjadi agar seorang anak memiliki
kemampuan bereproduksi. Perubahan fisik ini terjadi secara cepat dan
berkelanjutan. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada pubertas
diantaranya pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan
seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi
tubuh serta perubahan system sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan
dengan kekuatan dan stamina tubuh (Batubara, 2010).
Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per tahun,
sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Pertambahan tinggi
badan pada wanita dimulai dua tahun lebih awal disbanding laki-laki. Puncak
pertumbuhan tinggi badan pada perempuan yaitu saat usia 12 tahub dan
umumnya berhenti saat usia 16 tahun dan 14 tahun pada laki-laki dan berhenti
saat usia 18 tahun. Hormon steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi
7

tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir pubertas lempeng epifisis akan
menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan berhenti (Batubara, 2010).
Pertambahan berat badan akan akan terjadi, hal ini disebabkan adanya
perubahan komposisi tubuh. Pada perempuan karena massa lemak dan laki-laki
karena massa otot. Komposisi tubuh ini berunag dipengaruhi oleh hormon
steroid. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut
pubis dan menarke pada anak perempuan; pertumbuhan penis, perubahan suara,
pertumbuhan rambut di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya
peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat,
dan timbulnya jerawat (Batubara, 2010).
Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume
testis, ukuran testis menjadi lebih dari 3 mL, pengukuran testis dilakukan dengan
memakai alat orkidometer Prader. Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada
usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran penis terjadi
bersamaan dengan pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai pada usia 16-17
tahun (tabel 1 dan gambar 1). Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis
mencapai P4, sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut
aksila bukan merupakan petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang
sangat besar. Perubahan suara terjadi karena bertambah panjangnya pita suara
akibat pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap pita suara.
Perubahan suara terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada
pertengahan pubertas. Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17
tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan tinggi badan.

(Tabel 1. Tunner 1989)


8

(Gambar 1, Tunner 1989)


Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast
budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara
bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun
(tabel 2 dan gambar 2). Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan
mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarke terjadi dua tahun
setelah awitan pubertas, menarke terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas
yaitu sekitar 12,5 tahun.10,13 Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan
bertambah sedikit kemudian pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa
lemak pada perempuan meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir
dua kali lipat massa lemak sebelum pubertas.

(Tabel 2, Tunner 1989)


9

(Gambar 2, Tunner 1989)

4. Perkembangan Psikososial saat Pubertas


Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja
awal (early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late
adolescent). Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi
pada usia usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar pada
perubahan tubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan
komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder. Karakteristik periode
remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti
pentingnya teman dekat/ sahabat, jiwa labil, krisis identitas, meningkatnya
kemampuan verbal untuk berekspresi, mencari orang lain yang disayangi selain
orang tua, bersifat kurang matang/kekanak-kanakan, mulai tertarik dengan
lawan jenis, mudah terpengaruh lingkungan, pengaruh teman sebaya sangat
besar dalam gaya berpakaian,bahasa dan tingkah laku (Batubara, 2010).
Periode selanjutnya adalah middle adolescent terjadi antara usia 15-17
tahun, perubahan yang terjadi diantaranya mengeluh kepada orangtua untuk
10

tidak ikut campur urusannya, sangat memperhatikan penampilan, mulai


memiliki/berganti-ganti pacar, mulai memperhatikan karier, memiliki konsep
idola dan mulai konsisten dengan cita-cita. Pada periode late adolescent dimulai
sejak usia 18 tahun. Pada periode ini sudah terjadi kematangan alat reproduksi.
Pada usia ini ditandai dengan lebih memikirkan masa depan, mampu menerima
perbedaan dan lingkungan baru, identitas diri mulai terbentuk, lebih menghargai
orang lain, emosi lebih stabil, mudah mengekspresikan perasaan dengan kata-
kata dan mulai serius berhubungan dengan lawan jenis.
BAB III
PENUTUP

11
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statiska. (2015). Kemajuan yang Tertunda: Analisis Data
Perkawinan Usia Anak di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Batubara, Rose JL. 2010. Adolescent development (perkembangan remaja). Sari
Pediatri 12 (1): 21-29
Kusmiran, Eny. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika
Nasution, Sri Lelistina. (2012).Pengaruh Pengetahuan Tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Remaja di
Indonesia. Widyariset Vol. 15 No.1 halaman 75-84.
Neil Smit. 1995. Flow diagram showing the hormonal control of normal human
puberty showing the hypothalamus & pituitary glands and their effects
on the testes & ovaries with the control of the hormones GnRH, LH and
FSH.https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/31/Flow_diag
ram_showing_normal_hormonal_control_of_puberty.gif. di akses pada
31 Maret 2018 jam 6.40 WIB
Ojeda SR et al. 2006. The neuroregulation of puberty: is the time ripe for a system
biology approach? Endocrinology 147(3):1166–1174
Speroff et al. 1999. Clinical Gynecologic Endokrinology and Infertility 6th
Edition USA: Lippincott Williams & Wilkins
Tanner JM. 1989. Foetus into Man. Edisi ke-2. Inggris: Castlemead Publication,
Verawati, s & Rahayu, L, (2011). Merawat dan menjaga kesehatan seksual wanita.
Bandung: Grafindo

Anda mungkin juga menyukai