Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

PEMICU 2
MODUL TUMBUH KEMBANG

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

Raisah Hulaimah N. I1011171037


Yudha Barri Akmal I1011191003
Muhammad Rafi I1011191025
Winni Fattarini I1011191028
Maulvi Alfarras Yamri I1011191033
Glen Aditya Nathanael I1011191034
Wayan Adelia Putri I1011191040
Khairunnisa Azizah Patria I1011191058
Belinda Phelia I1011191066
Hasbi Firmanto I1011191084
Putri Ela Amanda Rahmawati I1011191085
Agus Salim I1011191090
Oktaresty Brenda Vania I1011191098

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pemicu
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang ke dokter diantar ibunya,
dengan keluhan kedua payudara sudah tumbuh sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat
kelahiran dan dalam kehamilan tidak bermakna. Tidak ada sakit kepala,
penglihatan ganda, maupun muntah. Tidak terdapat riwayat pajanan terhadap
radioterapi, trauma, atau operasi di daerah kepala. Ibu menarche pada usia 12
tahun. Tinggi badan ibu 157 cm, tinggi badan ayah 160 cm. Pada pemeriksaan
fisik tampak pasien stabil, cukup aktif, tinggi badan 123 cm, berat badan 29 kg.
Tidak terdapat café au lait, maupun kelainan fisis lainnya.Status pubertas
A1M2P1.

1.2 Klarifikasi dan Definisi


 Pubertas: Pubertas adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa
dewasa yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda seksual sekunder
dan kemampuan reproduksi. Periode ini adalah masa dimana perubahan
terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis dan sosial
 Menarche: pembentukan atau permulaan fungsi menstruasi
 Status pubertaas A1M2P1
a. A1: Pra pubertas
b. M2: Payudara dan papila menonjol sebagai bukit kacil, diameter
c. P1: Pra pubertas
 Café au lait: makula atau bercak hiperpigmentasi berwarna seperti kopi
susu, biasanya berbentuk bulat atau oval , berbatas tegas dengan
permukaan halus dan ukuran yang bervariasi
 Radioterapi: terapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi
radioaktif.
 Trauma: sebuah luka berat
1.3 Kata Kunci
1. Anak perempuan usia 7 tahun
2. sudah tumbuh payudara sejak 3 bulan lalu
3. Radioterapi (-)
4. Operasi di kepala (-)
5. Sakit kepala (-)
6. TB anak perempuan 123 cm
7. BB 29 kg
8. Trauma (-)
9. Status pubertas A1M2P1
10. Ibu menarche pada umur 12 th
1.4 Rumusan Masalah
Anak perempuan berusia 7 tahun, dengan tinggi badan 123 cm, berat
badan 29 kg, datang dengan keluhan payudara yang tumbuh sejak 3 bulan lalu
serta memiliki status pubertas A1M2P1.

1.5 Analisis Masalah


1.6 Hipotesis
Ratna mengalami jejas sel reversibel dan jaringan di sekitar luka mengalami
mekanisme respon inflamasi serta pemulihan jaringan.

1.7 Pertanyaan Diskusi


1. Pubertas
a. Definisi
b. Ciri-ciri pubertas
c. Faktor yang mempengaruhi pubertas
d. Fisiologi Pubertas
2. Pubertas Dini (Prekoks)
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Patofisiologi
e. Diagnosis
f. Tatalaksana
g. Edukasi
h. Prognosis
3. Hormon
a. Definisi
b. Fungsi
c. Hormon yang mempengaruhi pertembuhan
4. Bagaimana hubungan prekoks dan tumbuh kembang anak
5. Pubertas terlambat
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tatalaksana
6. Bagaimana dampak psikososial yang timbul pada anak yang mengalami
pubertas prekoks?
7. Bagaimana hubungan status gizi dengan prekoks?
8. Bagaimana pengaruh menarche terhadap BB, komposisi, dan resiko
terjadinya obesitas pada dewasa?
9. Bagaimana deteksi dini masalah psikososial yang timbul pada anak yang
mengalami prekoks?
10. Bagaimana deteksi dini masalah psikososial pada anak dengan pubertas
prekoks?
11. Berapa tinggi badan akhir anak perempuan tersebut berdasarkan potensi
genetik?
12. Bagaimana pengaruh prekoks(sentral/perifer) terhadap tinggi badan anak?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pubertas
2.1.1 Definisi
Pubertas merupakan suatu proses yang alamiah dan pasti
dialami oleh semua manusia dimana terjadi perubahan fisik dari
tubuh anak-anak menjadi bertubuh layaknya orang dewasa dan telah
memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini diinisiasi oleh
sistem hormon dari otak yang menuju ke gonad (ovarium dan testes)
dan meresponnya dengan menghasilkan berbagai hormon yang
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan, fungsi atau
transformasi dari otak, tulang, otot, kulit, payudara, menstruasi dan
organ-organ reproduksi lainnya, seperti organ genitalia (penis dan
vagina) dan organ seksual sekunder lainnya (rambut pubis). Proses
ini juga menandai peningkatan kematangan psikologis manusia
secara sosial yang disebut telah menjadi seseorang remaja. [1]

2.1.2 Ciri-ciri Pubertas[2]


Menurut Wong, et al (2009) perkembangan remaja terlihat pada:
a) Perkembangan biologis Perubahan fisik pada pubertas merupakan
hasil aktivitas hormonal di bawah pengaruh sistem saraf pusat.
Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan
peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan
karakteristik seks sekunder.
b) Perkembangan psikologis Teori psikososial tradisional
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja
menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa remaja mereka
mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
c) Perkembangan kognitif Berfikir kognitif mencapai puncaknya
pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi
dengan kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode berfikir
konkret, remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang
akan terjadi.
d) Perkembangan moral Anak yang lebih muda hanya dapat
menerima keputusan atau sudut pandang orang dewasa, sedangkan
remaja, untuk memperoleh autonomi dari orang dewasa mereka
harus menggantikan seperangkat moral dan nilai mereka sendiri.
e) Perkembangan spiritual Remaja mampu memahami konsep
abstrak dan mengintepretasikan analogi serta simbol - simbol.
Mereka mampu berempati, berfilosofi dan berfikir secara logis.
f) Perkembangan sosial Untuk memperoleh kematangan penuh,
remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga
dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan
keluarga. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan
bersosialisasi yang kuat terhadap temen dekat dan teman sebaya.

1. Perubahan fisik pria pada masa pubertas.[3]


a.   Pertumbuhan testis
Masa pubertas bermula dengan bertambah besarnya
ukuran testis, rata-rata umur 11,5 tahun, dengan rentang antara
9,5-13,5 tahun. Pengukuran testis dilakukan dengan
orkidometer prader, suatu rentetan ukuran testis yang diberi
angka 1 sampai 25. Pada bayi, ukuran testisny 1, sedangkan
pada awal pubertas ukurannya 4, dan pada masa dewasa pada
umumnya di atas 10. Jadi ukuran testis di atas 4 dapat dianggap
sudah masuk dalam masa pubertas (angka tersebut menyatakan
volume testis dalam ml).
b.   Pacu tumbuh
Pacu tumbuh tinggi badan (growth spurt) rata-rata mulai
sekitar 13 tahun (antara 10 – 16 tahun) dan rata-rata berakhir
sekitar umur 16 tahun, walaupun sesudah itu masih tumbuh,
tapi tidak secepat sebelumnya. Pertumbuhan tinggi badan pada
pria pada umumnya sudah berakhir pada usia 19 – 20 tahun.
Untuk memastikan apakah seseorang masih dapat bertambah
tinggi dapat dilihat dari usia tulang dan sela epifisisnya.
c.     Pertumbuhan penis, rambut pubik, rambut ketiak, dan janggut
Hampir bersamaan dengan pacu tumbuh, penis dan
rambut pubik juga mulai tumbuh. Bentuk penis berubah dari
bentuk infantil ke bentuk dewasa dalam waktu lebih-kurang 2
tahun. Rambut pubik tumbuh bertahap yang dinyatakan dalam
5 tahap:
1)      P1 belum ada rambut sama sekali
2)      P2 mulai tampak rambut halus
3)      P3 rambut makin kasar dan lebar
4)      P4 sudah hampir penuh
5)      P5 bentuk dewasa sampai pusar (diamond shape),
biasanya pada umur 15-16 tahun.
d.    Perubahan suara
Perubahan suara pada remaja pria terjadi sebagai
akibat bertambah panjangnya pita suara yang mengikuti pacu
tumbuh laring.
2. Perubahan fisis wanita pada masa pubertas
a.     Pacu tumbuh
Pacu tumbuh adalah petanda mula masa pubertas pada
anak wanita. Kalau benar – benar tidak diperhatikan, maka
pacu tumbuh tampak mendahului timbulnya tanda seks
sekunder. Pacu tumbuh pada umumnya dimulai sekitar umur
9,5 tahun, dan akan berakhir waktu mendekati usia 15 tahun.
b.    Pertumbuhan payudara
Pertumbuhan payudara ini berlangsung dalam 5 tahap.
1)      M1 masa pra-pubertas (infantil)
2)      M2 mulai tampak penonjolan payudara
3)      M3 pertumbuhan payudara dan areola
4)      M4 payudara hampir bentuk dewasa dengan areola
cembung
5)      M5 payudara dewasa dengan adanya haid teratur.
c.    Genitalia eksterna
Vulva, labia mayora dan minora berangsur-angsur
berkembang menuju ke bentuk dewasa sejak tahap
pertumbuhan payudara.
d.    Haid
Haid merupakan tahap akhir pubertas wanita. Haid
yang pertama disebut sebagai menarche. Dengan sudah
berlangsungnya haid periodik, maka berakhirlah pertumbuhan
fisis pubertas anak pada wanita. Secara biologi proses
reproduksi sudah dapat berlangsung. Tinggi badan wanita
tidak akan bertambah banyak lagi sesudah haid berlangsung
secara periodik.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi pubertas


Pubertas merupakan proses yang kompleks dan bersifat
multifaktorial, yaitu biasanya dipengaruhi oleh faktor genetik,
metabolik, lingkungan, etnis, geografi, dan ekonomi, yang
menyebabkan reaktivasi axis hipotalamik-pituitari-gonadal (HPG).[4]
Secara internal, terjadinya pubertas pada seorang anak tidak terlepas
dari faktor genetik yang kemudian mempengaruhi fungsi-fungsi
fisiologis tubuh. Pubertas terjadi terutama karena aktivitas hormon
dalam tubuh. Onset pubertas yang efektif membutuhkan sekresi
hipotalamik pulsatil dari gonadotropin-releasing hormone (GnRH).[5]
GnRH Merangsang sekresi gonadotropin, seperti luteinizing hormone
(LH), follicle stimulating hormone (FSH), oleh kelenjar hipofisis
anterior. Gonadotropin merangsang gonad untuk mengeluarkan
testosteron dan estradiol.[6] Hal ini akan memberikan efek umpan balik
negatif pada hipotalamus. Selain itu, testosteron dan estradiol memiliki
efek penghambatan langsung pada hipotalamus dan kelenjar hipofisis
anterior.[7] Proses ini disebut gonadarche, yang sering didahului oleh
adrenarche.[5]
Adrenache adalah proses di mana hormon adrenokortikotropik
(ACTH), secara independen bertanggung jawab atas sekresi androgen,
dehydroepiandrosterone (DHEA), dan- dehydroepiandrosterone
sulfate (DHEAS). Adrenache secara klinis ditandai dengan
perkembangan bau ketiak, dan rambut kemaluan dan aksila.[8] Adapun
manifestasi klinis awal dari gonadarche adalah perkembangan
payudara pada anak perempuan dan peningkatan volume testis pada
anak laki-laki.[5]
Masing-masing remaja berbeda dalam hal waktu onset, durasi
atau "tempo", dan penghentian pubertas. Ada sejumlah variabel yang
dapat mempengaruhi percepatan pertumbuhan pubertas secara
langsung atau tidak langsung, termasuk, jenis kelamin, genetika,
nutrisi, regulasi endokrin, aktivitas fisik, dan etnis. Interaksi di antara
beberapa variabel inilah yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan
pematangan pubertas dengan cara yang kompleks. Adapun Strategi
yang memungkinkan untuk meningkatkan tinggi badan orang dewasa,
yaitu pengobatan hormon pertumbuhan saja atau bersama-sama
dengan analog GnRH atau dengan terapi AIS (Active Isolated
Stretching). Namun hal ini bersifat mahal dan invasif serta terapi ini
dapat mengakibatkan efek yang berpotensi merugikan pada anak-anak
yang pubertasnya terjadi pada waktu fisiologis yang normal.[9]
Selain faktor internal, beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pubertas adalah nutrisi dan lingkungan. Di daerah
pedesaan Hyderabad (India), pernah dilakukan studi terhadap data
longitudinal pengukuran tinggi badan anak-anak prasekolah yang
selama periode 18 tahun. Anak laki-laki dengan defisit tinggi badan
yang parah pada usia 5+ (kekurangan gizi parah) memasuki masa
pubertas lebih lambat secara signifikan dibandingkan dengan anak
laki-laki Inggris dan India yang normal. Tinggi badan mereka dapat
mencapai tinggi anak yang normal lainnya, sebagai akibat dari periode
percepatan pertumbuhan remaja yang berlangsung hingga 19,2 tahun.
Maka, latar belakang masa kanak-kanak kurang gizi tidak
menyebabkan defisit tambahan dalam tinggi badan selama masa
pubertas. Namun, defisit tinggi badan sebelum pubertas yang telah
terjadi berdampak pada tinggi badan mereka saat dewasa. [9] Nutrisi
atau gizi pada anak juga tidak boleh berlebihan. suatu studi telah
menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas juga memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya pubertas.[10] Telah
ditemukan bahwa setiap penambahan 1 poin BMI (1 kg/m2) akan dapat
menyebabkan pengurangan growth spurt pada masa remaja sebesar
rata-rata 0,5 cm pada anak perempuan dan 0,9 cm pada anak laki-laki.
[11]

2.1.4 Fisiologi Pubertas


Hormon GnRH (Gonadotropin-Releasing Hormone) dihasilkan
oleh sel dalam nucleus arcuatus, disekresikan dari eminentia mediana
hipotalamus ke dalam sistem portal hipofisis, dan mencapai reseptor
membran pada sel gonadotrop hipofisis serta menyebabkan produksi
dan pelepasan hormon luteinisasi (LH) dan hormone perangsang
folikel (FSH) ke dalam sirkulasi.
Pada perempuan, FSH merangsang produksi estrogen ovarium
dan kemudian pada pubertas menyebabkan pembentukan dan
pemelirahan korpus luteum. Pada laki-laki, LH merangsang produksi
testosteron dari sel leydig; kemudian pada pubertas, FSH merangsang
perkembangan dan pemeliharaan tubulus seminiferus. Selain steroid
seksnya, gonad juga menghasilkan inhibin protein. Sterioid seks dan
inhibin menghambat sekresi ginadotropin. Hal tersebut merupakan
bentuk interaksi produk gonad dan GnRH yang memodulasi kadar
gonadotropin serum. Dengan mulainya pubertas, amplitudo lonjakan
gonadotropin dan steroid seks meningkat, mula-mula pada malam hari
dan kemudian sepanjang hari.
Tahapan perkembangan normal perempuan adalah thelarche,
yang kemudian diikuti oleh pubarche dan akhirnya menarche 2-3
tahun kemudian. Sedangkan pada laki-laki, skortum akan menebal dan
diikuti oleh perbesaran testis (diameter testis > 2,5 cm, volume > 4mL)
dan munculnya rambut pubis. Perbesaran dari testis selama masa
pubertas sebagian besar disebabkan oleh maturasi dari tubulus
seminiferus.[12]
Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi
gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti
oleh sekuens perubahan sistem endokrin yang kompleks yang
melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya,
sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tandatanda seks sekunder,
pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. Gonadotropin releasing
hormone disekresikan dalam jumlah cukup banyak pada saat janin
berusia 10 minggu, mencapai kadar puncaknya pada usia gestasi 20
minggu dan kemudian menurun pada saat akhir kehamilan. Hal ini
diperkirakan terjadi karena maturasi sistim umpan balik hipotalamus
karena peningkatan kadar estrogen perifer. Pada saat lahir GnRH
meningkat lagi secara periodik setelah pengaruh estrogen dari plasenta
hilang. Keadaan ini berlangsung sampai usia 4 tahun ketika susunan
saraf pusat menghambat sekresi GnRH. Pubertas normal diawali oleh
terjadinya aktivasi aksis hipotalamus– hipofisis–gonad dengan
peningkatan GnRH secara menetap.
Kontrol neuroendokrin untuk dimulainya pubertas masih
belum diketahui secara pasti. Terdapat berbagai faktor yang dianggap
berperan dalam awitan pubertas, antara lain faktor genetik, nutrisi, dan
lingkungan lainnya. Secara genetik terdapat berbagai teori yang
mengatur awitan pubertas, antara lain pengaturan oleh gen GPR54,
suatu G-coupled protein receptor. Mutasi pada gen GPR54 dapat
menyebabkan terjadinya hipogonadotropik hipogonadisme idiopatik.
Pada tikus percobaan, defisiensi gen GPR54 menyebabkan volume
testis tikus jantan menjadi kecil, sedangkan pada tikus betina
menyebabkan terlambatnya maturasi folikel dan pembukaan vagina.
Pada tahun 1971, Frisch dan Revelle mengemukakan peran
nutrisi terhadap awitan pubertas. Frisch dan Revelle menyatakan
bahwa dibutuhkan berat badan sekitar 48 kg untuk timbulnya menarke,
sedangkan pada penelitian selanjutnya dinyatakan bahwa dibutuhkan
perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya
pubertas dan untuk mempertahankan kapasitas reproduksi. Leptin,
suatu hormon yang dihasilkan di jaringan lemak (white adipose) yang
mengatur kebiasaan makan dan termogenesis diperkirakan juga
berperan dalam mengatur awitan pubertas. Pada keadaan puasa kadar
leptin menurun, begitu pula dengan kadar gonadotropin. Penemuan ini
menunjang hipotesis peran nutrisi dalam pengaturan pubertas. Pada
penelitian selanjutnya ternyata hal ini masih dipertanyakan karena
kadar leptin tetap stabil selama pre-dan pasca pubertas. Di samping itu
terdapat berbagai faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi awitan
pubertas, seperti pertumbuhan janin intrauterin, migrasi ke negara lain,
dan faktor lingkungan lainnya.
Pada saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan saraf pusat
terhadap hipotalamus menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan
GnRH akibat sensitivitas gonadalstat. Selama periode prepubertal
gonadalstat tidak sensitif terhadap rendahnya kadar steroid yang
beredar, akan tetapi pada periode pubertas akan terjadi umpan balik
akibat kadar steroid yang rendah sehingga GnRH dan gonadotopin
akan dilepaskan dalam jumlah yang banyak. Pada awalnya GnRH
akan disekresi secara diurnal pada usia sekitar 6 tahun. Hormon GnRH
kemudian akan berikatan dengan reseptor di hipofisis sehingga sel-sel
gonadotrop akan mengeluarkan luteneizing hormone (LH) dan follicle
stimulating hormone (FSH). Hal ini terlihat dengan terdapatnya
peningkatan sekresi LH 1-2 tahun sebelum awitan pubertas. Sekresi
LH yang pulsatil terus berlanjut sampai awal pubertas.
Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan
FSH pada usia sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH
pada periode berikutnya. Pada periode selanjutnya, FSH akan
merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan inhibin.
Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder
sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik
pada aksis hipotalamushipofisis-gonad. Hormon LH berperan pada
proses menarke dan merangsang timbulnya ovulasi.10Hormon
androgen adrenal, dalam hal ini dehidroepiandrosteron (DHEA) mulai
meningkat pada awal sebelum pubertas, sebelum terjadi peningkatan
gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses adrenarke.
Proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase
folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal (sekretori). Pada fase folikuler,
peningkatan GnRH pulsatif dari hipotalamus akan merangsang
hipofisis untuk mengeluarkan FSH dan LH yang kemudian
merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan mensekresi
estrogen yang menginduksi proliferasi sel di endometrium. Kira-kira
tujuh hari sebelum ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada
puncak sekresi estrogen, hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan
ovulasi terjadi 12 jam setelah peningkatan LH. Pada fase luteal yang
mengikuti fase ovulasi ditandai dengan adanya korpus luteum yang
dibentuk dari proses luteinisasi sel folikel. Pada korpus luteum
kolesterol dikonversi menjadi estrogen dan progesteron. Progesteron
ini mempunyai efek berlawanan dengan estrogen pada endometrium
yaitu menghambat proliferasi dan perubahan produksi kelenjar
sehingga memungkinkan terjadinya implantasi ovum. Tanpa terjadinya
fertilisasi ovum dan produksi human chorionic gonadotropine (hCG),
korpus luteum tidak bisa bertahan. Regresi korpus luteum
mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan estrogen yang
menyebabkan terlepasnya endometrium, proses tersebut dikenal
sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira 14 hari setelah
ovulasi.
Pada anak laki-laki, perubahan hormonal ini dimulai dengan
peningkatan LH, kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising
hormon akan menstimulasi sel Leydig testis untuk mengeluarkan
testosteron yang selanjutnya akan merangsang pertumbuhan seks
sekunder, sedangkan FSH merangsang sel sertoli untuk mengeluarkan
inhibin sebagai umpan balik terhadap aksis hipotalamushipofisis-
gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi perkembangan tubulus
seminiferus menyebabkan terjadinya pembesaran testis. Pada saat
pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosteron
yang dihasilkan oleh sel Leydig.
Pada periode pubertas, selain terjadi perubahan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-gonad, ternyata terdapat hormon lain yang juga
memiliki peran yang cukup besar selama pubertas yaitu hormon
pertumbuhan (growth hormone/GH). Pada periode pubertas, GH
dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan berhubungan dengan proses
pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh selama pubertas
memberi kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak lakilaki dan
12% dari tinggi dewasa anak perempuan. Hormon steroid seks
meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki dan perempuan. Pada
anak perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas
sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir
pubertas. Perbedaan waktu peningkatan GH pada anak laki-laki dan
perempuan serta awitan pubertas dapat menjelaskan perbedaan tinggi
akhir anak laki-laki dan perempuan.[13]
2.2 Pubertas Dini (Prekoks)
2.2.1 Definisi[14]
Pubertas prekoks adalah suatu keadaan dimana masa pubertas
anak terjadi lebih awal pada umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun
pada anak perempuan dan 10-17 tahun pada anak laki-laki. Kondisi ini
terjadi dipicu oleh otak secara spontan atau dikarenakan pengaruh
bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini dimulai diakhir-
akhir masa kanak-kanak (kurang dari 9 tahun) dengan ditandai
munculnya tanda-tanda keatangan organ reproduksi lebuh awal dan
telah berakhirnya masa pertumbuhan
Pubertas yang lebih awal ini bisa merupakan baguan dari
variasi perkembangan normal seseorang, namun bisa pula merupakan
penyakit atau paparan hormone pertumbuhan yang tidak normal. Pada
wanita buah dada dan rambut pubis timbul pada usia <8 tahun. Pada
laki-laki terjadi pubertas pada usia < 9 tahun.

2.2.2 Etiologi
Pubertas prekoks diklasifikasikan menjadi dua kategori utama
berdasarkan etiologinya

1. Central precocious puberty ( tergantung GnRH)


2. Peripheral precocious puberty (tidak tergantung GnRH)1
 Central precocious puberty (CPP)1

Jenis pubertas dini ini mempresentasikan perkembangan


pubertas yang sebenarnya karena pematangan dan aktivasi lebih awal
pada HPG axis. Penyebab umum pada wanita adalah idiopatik, dan
pada pria ada suatu patologi yang mendasarinya. Ini disebabkan oleh
banyak kondisi, seperti :
a. Tumor SSP : Hypothalamic, hamartoma, optic glioma, kista
arachnoid, astrocytoma, ependymoma, hydrocephalus, septo
optic dysplasia, tumor pineal
b. Cidera SSP : Trauma kepala, iradiasi kranial, cerebral palsy,
infeksi (Tuberculous meningitis)
c. Genetika : hulangnya fungsi mutasi yang mengkode gen MRF3
(Makorin ring finger 3) , keuntungan mutasi fungsi yang
mengkode gen kisspeptin (KISS1) dan reseptornya (KISSR).
d. Sindrom - Neurofibromatosis tipe 1, sindrom Sturge Weber,
Tuberous sclerosis
e. Lingkungan - anak yang diadopsi secara internasional, penarikan
diri dari terapi steroid seks.
f. Pubertas dini pada keluarga

Lesi otak yang paling umum menyebabkan CPP adalah


hamartoma hipotalamus. Sel saraf ektopik pada lesi berfungsi
sebagai generator denyut GnRH aksesori. Ini muncul dengan
pubertas dini pada masa bayi sejak usia 12 bulan. Asosiasi yang
paling khas adalah kejang gelastik, yang biasanya refrakter terhadap
pengobatan. Hal terkait lainnya termasuk gejala kognitif, perilaku,
dan kejiwaan. Peningkatan prevalensi merupakan ciri yang dicatat
pada anak-anak yang diadopsi secara internasional. Mekanisme
pastinya tidak diketahui, tetapi saran yang dapat dilakukan adalah
dengan memberikan nutrisi yang lebih baik dan paparan bahan kimia
yang mengganggu endokrin dapat berperan. Ada beberapa laporan
tentang bentuk keluarga, tetapi dasar genetiknya belum dipahami
dengan baik. Beberapa tahun terakhir telah terlihat beberapa asosiasi
menarik dengan mutasi gen kisspeptin (KISS1) dan makorin ring
finger (MRF3) dan reseptornya. Gen ini bertanggung jawab atas
sinyal stimulasi dan penghambatan untuk pelepasan GnRH. Hilang
atau bertambahnya mutasi fungsi pada gen ini menghasilkan CPP.

 Peripheral precocious puberty (PPP)[15]


Perkembangan karakteristik seksual sekunder sebelum waktunya
yang tidak bergantung pada sekresi pulsatil GnRH merupakan PPP;
hal ini karena produksi steroid seks dari sumber endogen atau
eksogen. Ini lebih jarang dibandingkan dengan CPP. Beberapa
penyebab penting, seperti :
a. Hiperplasia adrenal kongenital
b. Sindrom McCune-Albright (CAH)
c. Tumor gonad - Tumor stroma tali pusat seks seperti tumor sel
Leydig dan tumor sel Sertoli, tumor sel germinal seperti
disgerminoma, teratoma, dan tumor embrional.
d. Tumor adrenal
e. Pubertas dini terbatas laki-laki secara familial (testitoksikosis)
f. Paparan steroid seks secara eksogen
g. Van Wyk dan sindrom Grumbach

Tumor adalah penyebab PPP yang jarang. Ada peningkatan


produksi androgen pada CAH, tumor adrenal, dan tumor sel Leydig.
Terdapat peningkatan produksi human chorionic gonadotropin
(hCG) dengan tumor sel germinal, hepatoblastoma, pineal, dan tumor
mediastinal.

Testitoksikosis adalah kelainan dominan autosomal langka


dengan fenotipe klinis terbatas pada laki-laki. Hal ini disebabkan
oleh mutasi pengaktifan germline dari gen reseptor LH, yang
mengakibatkan aktivasi sel Leydig dan kadar testosteron yang tinggi.
Sindrom Van Wyk dan Grumbach ditandai oleh hipotiroidisme
primer, kista ovarium, dan pubertas prekoks. Para peneliti
berspekulasi bahwa hipotiroidisme primer yang tidak diobati
menyebabkan hiperstimulasi hipofisis dan produksi beberapa hormon
hipofisis yang mengakibatkan pubertas dini. Sindrom McCune-
Albright adalah kondisi sporadis yang disebabkan oleh aktivasi
mutasi gen GNAS 1, yang mengkode subunit alfa dari protein G.
Aktivasi gen ini meningkatkan pembentukan cAMP, dan semua
reseptor yang bergantung padanya menjadi hiperfungsional.
Biasanya muncul sebagai tiga serangkai pubertas dini, fibrous
displasia dari sistem rangka dan pigmentasi café au lait. Manifestasi
endokrin lain yang mungkin adalah hipertiroidisme, sindrom
Cushing, dan kelebihan hormon pertumbuhan.

2.2.3 Epidemiologi
Insiden pubertas prekoks dominan terjadi pada anak
perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini dimungkinkan
karena pubertas prekoks membawa sifat genetic yang autosomal
dominan yang lebih sering akibat paparan hormone esterogen dini
pada usia bayi. Untuk perempuan sering diakibatkan etiologi yang
idiopatik dan sebaliknya pada laki-laki secara seignifikan terbanyak
diakibatkan adanya penyakit pada otak.[16]
Ada penelitian yang sangat terbatas yang menggambarkan tren
dan prevalensi pubertas dini. Studi epidemiologi pertama dari
pendataan oleh Danish National memperkirakan bahwa 0,2% wanita
memiliki beberapa bentuk pubertas dini (CPP (Central Precocious
puberty), PPP (Peripheral Precocious Puberty) atau variasi yang
jinak) sementara itu kurang dari 0,05% pada pria. Ada dominasi
perempuan sekitar 20 hingga 23 per 10.000 anak perempuan
dibandingkan dengan anak laki-laki, yang kurang dari 5 per 10.000
anak laki-laki.[17] Studi observasi lain di Spanyol memperkirakan
kejadian tahunan pubertas prekoks sentral antara 0,02 dan 1,07 kasus
per 100.000 orang.[18] Sebuah studi yang mengamati populasi Korea
memperkirakan prevalensi CPP menjadi 55,9 per 100.000 anak
perempuan dan 1,7 per 100.000 anak laki-laki. Insiden CPP secara
keseluruhan yang dilaporkan di Korea adalah 15,3 per 100.000 anak
perempuan, dan 0,6 per 100.000 anak laki-laki. Prevalensi dan insiden
bervariasi secara signifikan di antara populasi yang berbeda sehingga
sulit untuk memperkirakan angka pasti.

2.2.4 Patofisiologi
Secara sederhana, gambaran perjalanan kasus Pubertas Prekoks
diawali produksi berlebihan GnRH yang menyebabkan kelenjar pituitary
meningkatkan produksi luteinizing  hormone (LH) dan  follicle stimulating
hormone  (FSH).[19] Peningkatan jumlah LH menstimulasi produksi hormon
seks steroid oleh sel Leydig pada testis atau sel granul pada ovarium.
Peningkatan kadar androgen atau esterogen menyebabkan fisik berubah
dan mengalami perkembangan dini meliputi pembesaran penis dan
tumbuhnya rambut pubis pada anak laki-laki dan pembesaran payudara
pada anak perempuan, serta mendorong pertumbuhan badan. Peningkatan
kadar FSH mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan akhirnya
membantu pematangan folikel pada ovarium dan spermatogenesis pada
testis.[20]
1.      Pubertas Prekoks Sentral[21]
Pada pubertas prekoks sentral, terjadi aktivasi dini dari aksis
hipotalamus-hipofisis gonad. Hal ini dapat terjadi karena
abnormalitas sistem saraf pusat yang mengganggu keseimbangan
antara faktor inhibisi dan stimulasi yang mengendalikan
perkembangan pubertas.
2.    Pubertas Prekoks Perifer
Pubertas prekoks perifer disebabkan oleh stimulasi hormon steroid
seks. Hormon seks steroid ini dapat berasal dari sumber endogen
(gonad atau ekstragonadal) atau sumber eksogen. Hormon steroid
seks endogen diproduksi secara otonom atau disebabkan oleh
gonadotropin yang tidak dihasilkan oleh hipofisis atau aktivasi
reseptor gonadotropin.

2.2.5 Diagnosis
Evaluasi diagnostik pubertas prekoks dilakukan berdasarkan fisiologi
pubertas dan penyebab yang mendasari atau yang berhubungan. Pubertas
prekoks sentral di diagnosis jika perkembangan pubertas dan pemeriksaan
laboratorium konsisten dengan perubahan progresif aktivasi aksis
hipotalamus – hipofisis – gonad. Evaluasi diagnostic dimulai dengan
mendokumentasikan riwayat penyakit pasien,  pemeriksaan fisis, dan
evaluasi status hormonal. [22]
Untuk pemeriksaan penunjang laboratorium, maka dilakukan tes
kadar hormon LH dan FSH basal, uji GnRH terstimulasi, esterogen dan
progesterone serum, β-HCG, 17-OH progesteron, estradiol dan beberapa
pemeriksaan hormonal lainnya atas indikasi. Diperlukan pula pemeriksaan
radiologis diagnostik, maka yang difokuskan adalah pencitraan umur tulang
dan survey tulang (McCune-Albright), sedangkan untuk etiologi dilakukan
CT-Scan/MRI kepala dan USG pelvis/adrenal.[23]
Pubertas dikatakan sebagai pubertas prekoks atau precocious
puberty apabila tanda pubertas seseorang muncul lebih awal dari
biasanya. Bila biasanya pubertas itu dimulai antara usia 10 sampai 14
tahun pada anak perempuan dan usia 12 sampai 16 tahun pada anak
laki-laki, maka pada pubertas prekoks, anak perempuan akan
mengalami gejala pubertas atau mendapati tanda pubertasnya pada
usia kurang dari 8 tahun dan anak lakilaki pada usia kurang dari 9
tahun. Hal ini sebenarnya bisa merupakan bagian dari variasi
perkembangan yang normal, namun bisa juga merupakan penyakit
atau pertumbuhan hormon yang tidak normal.
Anak-anak yang menderita pubertas prekoks ini biasanya
mengalami beberapa masalah. Salah satunya adalah masalah tinggi
badan. Biasanya tinggi badan mereka akan abnormal (tidak normal).
Awalnya memang mereka ini kelihatan memiliki tinggi badan lebih
tinggi dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Tetapi pada
kelanjutannya karena maturasi tulangnya lebih awal dan cakram
episifisnya menutup lebih cepat, maka pertumbuhan mereka berhenti
lebih cepat juga. Inilah alasannya kenapa anak-anak pubertas prekoks
memiliki tinggi badan lebih rendah dari yang seharusnya mereka
miliki dan tubuh mereka biasanya akan lebih pendek dibandingkan
dengan teman-teman seusianya ketika telah mencapai usia dewasa.[24]
Selain masalah tinggi badan, biasanya mereka juga memiliki
masalah sosial dan emosional. Mereka biasanya akan menunjukkan
perubahan suasana hati seperti lekas marah dan suka murung pada
anak perempuan dan menjadi agresif serta dimulainya perjalanan seks
yang tidak tepat pada anak laki-laki. Perubahan-perubahan yang terjadi
pada diri mereka ini membuat mereka menjadi agak berbeda jika
dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Tidak jarang banyak
diantara mereka yang merasa malu dengan perubahan-perubahan
tersebut, terutama anak perempuan (karena pertumbuhan
payudaranya). Hal ini pada akhirnya menjadikan mereka kurang
percaya diri dan akan meningkatkan resiko terjadinya depresi.
Sampai sekarang penyebab pasti dari pubertas prekoks ini
masih belum diketahui. Tetapi secara umum dikatakan bahwa dalam
keadaan yang jarang penyebabnya adalah karena meningkatnya
produksi steroid. Peningkatan produksi steroid ini bisa terjadi karena
beberapa hal. Diantaranya adalah karena meningkatnya sekresi
hormon gonadotropin, penyakit intrinsik adrenal (ovarium atau testis),
penyakit pada otak ataupun tumor yang menghasilkan hormon
reproduksi. Selain itu faktor psikologis dan stressor lingkungan
ekternal dikatakan biasanya juga cukup memberi peran.
Selanjutnya pubertas prekoks inipun terbagi dua, pubertas
prekoks sentral dan pubertas prekoks perifer. Pubertas prekoks sentral
adalah suatu pubertas prekoks yang disebabkan oleh aktivitas prematur
dari poros hipotalamus-hipofisis-gonad. Maksudnya, pubertas tipe ini
sama seperti pubertas pada biasanya, hanya saja ia dimulai terlalu dini.
Pubertas prekoks tipe ini dikatakan memiliki banyak keanehan. Salah
satu alasannya adalah karena apabila dilihat pola dan langkah-langkah
dalam proses pubertas ini kejadiannya, semuanya normal, sama seperti
pubertas pada biasanya. Itulah mengapa sebagian ahli mengatakan
bahwa sebagian besar dari anak-anak yang menderita pubertas prekoks
tipe ini, tidak ada masalah medis yang mendasarinya dan tidak ada
alasan yang dapat diidentifikasikan untuknya.
Selain keanehan tersebut terdapat pula keanehan lainnya yaitu
apabila diukur konsentrasi gonadotropin dan steroid seks serum pada
penderitanya disaat pascapubertas, maka ia biasanya akan berada pada
kisaran normal. Jadi karena itu dikatakan, pubertas prekoks sentral ini
letak masalahnya hanya satu yaitu karena ia muncul lebih awal dari
biasanya, namun urutan kronologisnya normal. Pubertas prekoks tipe
ini dikenal juga dengan nama pubertas prekoks lengkap atau pubertas
prekoks sejati.
Sedangkan pubertas prekoks perifer adalah kebalikannya. Bila
pubertas prekoks sentral adalah pubertas prekoks yang disebabkan
oleh poros hipotalamus-hipofisis-gonad, maka pada pubertas prekoks
perifer, ia sama sekali tidak disebabkan oleh poros hipotalamus-
hipfisis-gonad. Ia terjadi tanpa keterlibatan dari hormon Gn-RH.
Padahal hormon Gn-RH adalah pemicu awal dari terjadinya pubertas.
Penyebab dari pubertas prekoks perifer ini dikatakan rata-rata
adalah karena sekresi estrogen ovarium atau adrenal pada anak
perempuan dan sekresi androgen testis atau adrenal pada anak laki-
laki. Pada anak perempuan, ia biasanya disebabkan oleh karena adanya
kista ovarium yang berfungsi secara otonom. Dimana jika kista
ovarium ini dibiarkan maka ia bisa menjadi tumor ovarium. Pada anak
laki-laki biasanya ia disebabkan oleh karena sekresi androgen yang
berlebihan. Kelebihan androgen pada anak laki-laki ini biasanya
disebabkan karena adanya tumor sel Leydig yang menghasilkan
testosterone. Tetapi walapun begitu pubertas prekoks perifer ini
biasanya jarang terjadi pada anak laki-laki. Pubertas prekoks perifer
ini dikenal juga dengan sebutan pubertas prekoks tidak lengkap atau
pubertas prekoks semu. Ia merupakan jenis pubertas prekoks yang
kurang umum.
Selanjutnya untuk bisa lebih mengenali pubertas prekoks pada
seseorang, maka perlu dikenali manifestasi klinisnya.148 Apabila
tanda-tanda klinis ini terjadi pada anak perempuan ataupun anak laki-
laki dan dialami pada usia kurang dari 9 tahun pada anak perempuan
dan usia 10 tahun pada anak laki-laki, maka bisa jadi mereka terjangkit
gejala pubertas prekoks. Tanda-tanda klinisnya pada anak perempuan
adalah:
a. Payudara membesar.
b. Tumbuhnya rambut pubis.
c. Tumbuhnya rambut tipis pada lengan bawah.
d. Bertambahnya tinggi dengan cepat.
e. Munculnya menstruasi.
f. Tumbuhnya jerawat dan terakhir.
g. Munculnya bau badan.

Sedangkan pada anak laki-laki, manifestasi klinisnya adalah:

a. Mengalami pembesaran testis dan penis.


b. Tumbuhnya rambut pubis.
c. Tumbuhnya rambut di lengan bawah dan wajah.
d. Peningkatan tinggi badan dengan cepat.
e. Suara mulai memberat.
f. Tumbuhnya jerawat dan,
g. Munculnya bau badan.[24]

2.2.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan Pubertas Prekoks ditentukan tipenya sebagai berikut : [25]
a) Tata Laksana Pubertas Prekoks Sentral ; Kebanyakan anak dengan
Pubertas Prekoks sentral tidak disertai penyakit lainnya. Terapinya
dinamakan GnRH analogue yang biasanya terdiri dari suntikan
bulanan berupa leuprolide dosis 0,25-0,3/kgBB i.m setiap 4
minggu yang menghentikan aksis HPG dan menghambat
perkembangan. Terapi tersebut dilanjutkan hingga pasien mencapai
umur pubertas normal yang sesuai. Apabila mereka lupa atau
menghentikan pengobatan, maka proses pubertas akan dimulai
lagi.

b) Tata Laksana Pubertas Prekoks Perifer ; Tujuannya adalah


melakukan penanganan pada penyakit yang mendasari timbulnya
Pubertas Prekoks ; misalnya karena konsumsi obat, maka obat
tersebut dihentikan ; contohnya pada tumor, maka segera lakukan
pembedahan reseksi tumor agar menghentikan agresifitas pubertas.
2.2.7 Edukasi
Hal - hal yang dilakukan ibu dalam menghadapi menarche
pada anak yaitu :[26]
a. Ibu harus menerangkan kepada anak bahwa menarche adalah hal
yang sangat penting dalam hidup anak, karena pada saat menarche
anak akan dimulainya tanda bahwa anak sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder yang ditandai
denga payudara mulai membesar dan mulai tumbuhnya pubis, ini
diakibatkan oleh proses hormonal yang kompleks.
b. Ibu juga harus bisa menjelaskan kepada anak tentang perubahan
aspek psikososial dari kematangan seksual pada anak, agar anak
mampu melakukan penyesuain untuk dapat menerima perubahan-
perubahan yang terjadi pada dan mengurangi rasa cemas atas
perubahan yang dialami anak.
c. Ibu juga harus mampu membimbing anak agar anak dapat
menerima ukuran kebebasan atau kemandirian yang diberikan ibu
kepada anak agar tidak terjadi kesenjangan dan konflik karena
pada saat ini anak mengalami ikatan emosional yang berkurang,
misalnya dalam hal memilih teman ataupun melakukan aktifitas,
dan sifat anak yang ingin memperoleh kebebasan emosional,
sementara ibu masih ingin mengawasi dan melindungi anak.
d. Ibu harus memiliki pola asuh yang benar yang diterapkan pada
anak

Pubertas dini menjadi semakin umum terjadi karena banyak


faktor seperti genetika, perubahan gaya hidup, dan paparan bahan
kimia yang mengganggu sistem endokrin. Perlu dijelaskan kepada
orangtua yang bersangkutan bahwa ini adalah salah satu kondisi umum
yang dihadapi dalam praktik endokrinologi pediatrik. Pubertas dini
umumnya menimbulkan banyak kekhawatiran dan ketidakpastian pada
orang tua dan anak-anak. Maka, kondisi ini paling baik ditangani oleh
tim interprofesional yang mencakup ahli endokrinologi, dokter anak,
perawat, ahli bedah (jika melibatkan massa atau tumor), dan konselor
kesehatan mental.[27] 
Selain itu, penyedia pelayanan kesehatan primer dan ahli
endokrin pediatrik harus menjelaskan secara detail kepada orangtua
yang bersangkutan mengenai perubahan pubertas dini meskipun itu
varian yang jinak. Jika pengobatan diperlukan, durasi dan efek
samping perlu didiskusikan dan dipertimbangkan bersama. Selain itu,
orang tua juga harus mendapatkan edukasi mengenai bagaimana
menjelaskan kondisi tersebut kepada anak dan keluarga lainnya.[28]

2.2.8 Prognosis
a.  Pubertas prekoks sentral.
Pada pubertas prekoks sentral yang diterapi dengan
GnRHa, prognosis lebih baik jika terapi dimulai lebih dini.
Aktivitas poros HPG pubertal fisiologis akan mulai segera setelah
penghentian terapi dan menjadi sempurna dalam hitungan minggu
atau bulan. Pemantauan jangka panjang menunjukkan bahwa
terapi GnRHa tidak mempengaruhi fertilitas maupun fungsi
seksual.
b. Pubertas prekoks perifer
Prognosis sangat ditentukan oleh etiologi dan terapi terhadap
etiologi. Anak dengan HAK (Hiperplasia Adrenal
Kongenital)  yang diterapi adekuat memiliki prognosis yang baik,
begitu pula dengan pasien hipotiroid primer yang mendapat terapi
substitusi hormon tiroid juga memiliki prognosis yang baik.[29]

2.3 Hormon
2.3.1 Definisi
Hormon adalah zat kimia yang diproduksi di dalam tubuh oleh
suatu organ, sel-sel dari suatu organ, atau sel-sel yang tersebar, yang
memiliki efek pengaturan khusus pada aktivitas suatu organ atau
organ-organ. Istilah ini(hormon) awalnya digunakan untuk zat yang
disekresikan oleh kelenjar endokrin dan diangkut dalam aliran darah
ke organ target yang jauh, tetapi kemudian digunakan untuk berbagai
zat yang memiliki tindakan serupa tetapi tidak diproduksi oleh
kelenjar khusus.[30]
2.3.2 Fungsi
Fungsi dari hormon dapat secara luas dikelompokan menjadi
beberapa kategori: reproduksi dan diferensiasi seksual; pertumbuhan
dan perkembangan; pemeliharaan dari lingkungan internal; dan
regulasi dari metabolisme dan supplai nutrisi. Satu hormon dapat
memengaruhi satu atau lebih dari fungsi datas dan setiap fungsi
dikontrol oleh beberapa hormon. Contohnya, hormon tiroid esensial
untuk perkembangan dan banyak aspek dari homeostasis dan
metabolisme, sedangkan glukokortikoid, seperti kortisol, penting
untuk pertumbuhan dan supplai nutrisi dan juga modulator dari
fungsi imun. Peran beberapa hormon memainkan satu fungsi
dicontohkan dengan kontrol dari glukosa darah yang mana meliputi
peptida insulin pankreas dan regulator hormon berlawanan,
glukoagon, kortisol, hormon pertumbuhan (GH) dan epinefrin.
Hormon bekerja bersama-sama dan demikian, suatu abnormalitas di
variabel kontrol, seperti konsentrasi glukosa darah dapat disebabkan
dari defek di kontrol dari satu dari beberapa hormon.
Hormon terbagi atas dua kelompok kimiawi berdasarkan sifat
kelarutannya: hormon hidrofilik dan lipofilik. Hormon juga dapat
diklasifikasikan menurut struktur biokimiawinya (yaitu peptida,
amina, dan steroid) [31]
1. Hormon hidrofilik ("suka air") sangat mudah larut dalam air dan
memiliki kelarutan lipid yang rendah. Sebagian besar hormone
hidrofilik adalah peptida atau protein yang mengandung asam-
asam amino spesifik yang tersusun dalam rantai dengan panjang
bervariasi. Rantai yang lebih pendek adalah peptida, dan yang
lebih panjang adalah protein. Demi kepraktisan, keseluruhan
kategori ini kita sebut sebagai peptida. Insulin dari pankreas
adalah sebuah hormone peptida. Hormon yang kedua adalah
amina; disebut demikian karena merupakan turunan asam amino.
Hormon amina meliputi dua jenis hormon hidrofilik (katekolamin
dan indolamin) serta satu jenis hormon lipofilik (hormon tiroid).
Katekolamin berasal dari asam amino tirosin dan terutama
disekresikan oleh medula adrenal. Kelenjar adrenal terdiri tentang
lokasi dan struktur kelenjar endokrin serta fungsi hormon-hormon
spesifik di bab-bab selanjutnya.) Epinefrin adalah hormon
katekolamin yang utama. Indolamin berasal dari asam amino
triptofan dan disekresikan oleh kelenjar atas medulla adrenal di
sebelah dalam yang dikelilingi korteks sebagai neurohormon,
sementara serotonin merupakan prekursor melatonin, contoh-
contoh aktivitas yang tumpang-tindih antara sistem saraf dan
endokrin.
2. Hormon lipofilik ("suka lipid") memiliki kelarutan lipid yang
tinggidan sukar larut dalam air. Hormon lipofilik mencakup
hormone tiroid dan hormon steroid. Hormon tiroid, sesuai
namanya, disekresikan khusus oleh kelenjar tiroid; hormon ini
adalah turunan tirosin beriodin. Meskipun katekolamin dan
hormon tiroid samasama berasal dari tirosin, kerja keduanya
berbeda karena sifat kelarutannya tidak sama. Steroid adalah lipid
netral yang berasal dari kolesterol. Steroid meliputi hormon yang
disekresikan oleh korteks adrenal, misalnya kortisol, dan hormon-
hormon seks (testosterone pada pria dan estrogen pada wanita)
yang disekresikan oleh organ reproduksi. Perbedaan minor struktur
kimia di antara hormon-hormon dalam masing-masing kategori
sering kali menghasilkan respons biologis yang sangat berlainan.
atas munculnya ciri maskulin, dan hormon steroid estradiol, salah
satu bentuk estrogen, hormon seks wanita penentu ciri feminin.
Sifat kelarutan sebuah hormon menentukan (1) bagaimana
hormon diproses oleh sel endokrin, (2) bagaimana hormon
diangkut di dalam darah, dan (3) bagaimana hormon menghasilkan
efek pada sel sasaran. Pertama-tama kita akan melihat berbagai
cara pemrosesan beragam jenis hormon ini di tempat asalnya,
sebelum membandingkan cara pengangkutannya dan mekanisme
kerjanya.
Karena perbedaan kimiawi antar hormon, cara berbagai jenis
hormon disintesis, disimpan, dan disekresikan juga berlainan.

Tabel.2.1 Kasifikasi kimiawi hormon


2.3.3 Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan
Terdapat sejumlah hormon yang mempengaruhi pertumbuhan
manusia, salah satu hormon tersebut adalah Human Growth
Hormone (HGH). Namun, perlu diketahui bahwa dalam
menimbulkan pertumbuhan, mekanisme hormon ini terkait dengan
kerja hormon lainnya. HGH diproduksi melalui hipofisis anterior
otak dalam sel asidofilik, somatotrofik. Produksinya diatur secara
ketat melalui beberapa mekanisme umpan balik yang kompleks
sebagai respons terhadap stres, olahraga, nutrisi, tidur, dan hormon
pertumbuhan itu sendiri. Faktor regulasi utama adalah growth
hormone-releasing hormone (GHRH) yang diproduksi di
hipotalamus, somatostatin, diproduksi di berbagai jaringan di seluruh
tubuh, dan ghrelin, yang diproduksi di saluran pencernaan.[32]
GHRH berfungsi untuk produksi dan pelepasan HGH.
Somatostatin menghambat pelepasan GHRH serta respon pelepasan
HGH terhadap stimulus GHRH dan peningkatan hipoglikemia.
Ghrelin adalah hormon yang diproduksi oleh perut sebagai bagian
dari respons rasa lapar. Secara fungsional, respons ghrelin bersifat
protektif terhadap hipoglikemia. Saat ditingkatkan, ghrelin mengikat
somatotrof untuk merangsang sekresi HGH. Insulin-like growth
factor-1 (IGF-1) juga bertindak untuk menghambat HGH dengan
secara langsung menghambat pelepasan HGH somatotrofik dan
secara tidak langsung melalui peningkatan pelepasan somatostatin
secara sinergis. Selain itu, HGH akan memberikan umpan balik
negatif ke hipotalamus, sehingga menurunkan produksi GHRH. Efek
bersih dari mekanisme pengaturan ini menghasilkan pelepasan HGH
ke sirkulasi yang bervariasi setiap jam. Secara umum, kadar HGH
akan meningkat di masa kanak-kanak, melonjak ke tingkat tertinggi
selama masa pubertas, dan kemudian menurun seiring bertambahnya
usia.11 Selain itu, hormon lainnya, seperti hormon tiroid, insulin,
asam retinoat, dan hormon seks juga dapat mempengaruhi
pertumbuhan seseorang.[33-36]
Hormon yang memengaruhi antara lain hormon
pertumbuhan, termasuk insulin-like growth factor-1 (IGF-1). [37]
Insulin-like growth factor-I adalah hormone yang memperantarai
efek hormon pertumbuhan (growth hormone/ GH) dan berperan
penting dalam regulasi pertumbuhan somatik dan perkembangan
organ.[38] Kadar IGF-1 menggambarkan rata-rata kadar GH harian.
Tidak seperti GH, kadar IGF-1 tidak berfluktuasi sepanjang hari.
Hormon GH dan IGF-1 sering dihubungkan dengan kondisi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan karena keterlambatan
pertumbuhan terjadi pada saat hormone tersebut berperan penting
dalam pertumbuhan.[39]

2.4 Bagaimana hubungan prekoks dan tumbuh kembang anak?


Walaupun lebih dari separuh kasus pubertas prekoks isoseksual secara
sederhana menggambarkan lebih awalnya spektrum perkembangan normal,
semua anak dengan prekoks seksual harus dievaluasi. Ada beberapa alasan
untuk anjuran ini. Pertama, beberapa anak mungkin menderita kelainan yang
serius yang berhubungan dengan pubertas prekoks. Kedua, tanpa
memperhatikan etiologinya, perkembangan seksual yang terjadi sebelum usia 6-
7 tahun dapat berhubungan dengan perawakan pendek pada masa dewasa jika
tidak diobati. Yang terakhir, prekositas seksual tidak disertai oleh pematangan
psikoseksual. Untuk hal ini, anak perempuan dengan pubertas prekoks
tampaknya memiliki risiko tinggi untuk mengalami pelecehan seksual. Ini
mungkin dapat menimbulkan ovulasi dan konsepsi, dan kehamilan pada anak
perempuan saat usia 5 tahun terjadi akibat pelecehan ini. Terapi yang sesuai
serta dukungan sangat diperlukan untuk mencegah akibat jangka panjang dari
prekositas seksual.[40]
2.5 Pubertas terlambat
2.5.1 Definisi
Pubertas terlambat adalah tidak ditemukan ciri ciri sekunder
pada anak perempuan berusia 13 tahun dan anak laki-laki berusia 16
tahun.[41] Namun perhatian perlu diarahkan pada anak remaja yang
mengalami kegagalan perkembangan remaja sepanjang masa pubertas
dalam kurun waktu yang sesuai untuk perkembangan tersebut. Dalam
menilai keterlambatan harus dievaluasi pula tempo keseluruhan proses
pertumbuhan dan maturasi. Pubertas terlambat lebih sering merupakan
keadaan yang diturunkan, disebut sebagai keterlambatan pertumbuhan
dan pubertas yang bersifat konstitusional dan biasanya terdapat
riwayat keluarga dengan pubertas terlambat. Pada sebagian kecil
kasus yang penting, keterlambatan tersebut di pengaruhi oleh
gangguan lingkungan maupun kesehatan anak yang bersangkutan.
Bila keterlambatan tersebut tidak dapat  diterangkan melaui adaya
riwayat keluarga atau bila tidak ditemukan suatu gangguan harus
dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan gangguan regulasi
pelepasan gonadotropin di hipotalamus-hipofisis atau gdngguan
respon gonadal.

2.5.2 Etiologi
Penyebab keterlambatan pubertas dibagi dalam 2 kelompok
berdasarkan status gonadotropin; yaitu hypergonadotropin dan
hypogonadotropin. Pada hypergonadropin kelainan terjadi didaerah
perifer disebabkan kegagalan gonad sedangkan pada
hypogonadrotropin kelainan dapat terjadi pada susunan saraf pusat
(SSP), hipotalamus, atau hipofisis

a. Keadaan hipergonadotropin ( kegagalan gonad primer ) [42]


1. Kromosomal, kelainan genetik dan sindrom: defek sintesis
enzim androgen, sindrom insensitivitas androgen partial dan
komplet, sindrom 46.XX, 47.XYY, galaktosemia. Sindrom
Klinefelter (47.XXY), campuran 45. X/46, disgenesis XY,
sindrom multipel X-Y, sindrom multipel Y, distropia
miotonik, sindrom Noonan, disgenesis gonadal 46 XY murni,
defisiensi α reduktase, sindrom ovari resisten, sindrom
Turner.
2. Akuisita: autoimun, kemoterapi, infeksi (coxsackie, mumps),
pembedahan, torsi, traumatik
b. Keadaan hipogonadotropin (hipothalamus-hipofise).
1. Defisiensi hipothalamus-hipofise
Defisiensi gonadotropin
Hanya LH (sindrom eunuch fertile) LH dan FSH
o Akuisita [autoimun, iradiasi kranial, penyakit
granulamatosa, hemosiderosis (talasemia), penyakit sikle
cell].
o Kongenital, genetik, sindrom (sindrom Alstrom, sindrom
Borjenson-Forsman- Lehmann).
o Sindrom CHARGE, sindrom idiopatik Kallmann, sindrom
Laurence-Moon-Bardet-Beidl, sindrom multipel lentigines,
sindrom Prader Willi, defek prosencepalon (berhubungan
dengan sindrom incisor sentral, cleft lip palate, midfacial
cleft, displasia septooptik).
2. Endokrinopati (meliputi: defisiensi gonadotropin):
hipopituarism (idiopatik atau sindrom sella sekunder,
inflamasi, disgenesis hipofise, radiasi, kista rathke pouch,
pembedahan, trauma, tumor (kraniofaringioma, adenoma
hipofise, proklatinoma).
c. Keterlambatan atau penundaan fungsi [42]
1. Constitutional delay of growt and puberty
2. Penyakit kronik [kardia, hematologik (penyakit sikle cell)]
keganasan, pulmonal (cystic fibrosis, ginjal)
3. Penyalahgunaan obat
4. Pengeluaran energi yang berlebihan pada latihan
5. Obesitas eksogen
6. Endokrinopati: diabetes melitus, defisiensi growth hormon,
kelebihan glukokortikoid, hiperproklatinemia, hipotirodisme
7. Malnutrisi
8. Kelainan psikiatri (anoreksia nervosa, psikososial)

Penyebab pubertas terlambat pada anak laki-laki dan perempuan


secaragaris besar dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Constitutional delay of growth and puberty(CDGP).


Anak dengan CDGP memiliki perawakan pendek, pubertas
terlambat, usia tulang terlambat, namun tidak terdapat kelainan organik
yang mendasarinya. Pasien CDGP dtemukan riwayat keluarga dengan
pubertas terlambat (orang tua atau saudara kandung).Hal ini
menunjukkan bahwa factor genetic berperan dalama witan pubertas.
Anak dengan CDGP lebih banyak mengeluhkan masalah
perawakan pendek di bandingkan pubertasnya yang terlambat. CDGP
sebenarnya tidak memerlukan terapi karena masih merupakan keadaan
yang fisiologis. Namun karena perawakan pendek yang dialami,
menyebabkan terjadinya masalah psikososial, maka anak CDGP akan
merasa rendah diri dan merupakan alasan untuk berkonsultasi dengan
dokteren dokrinologi anak.
2. Hipogonadotropik hipogonadisme.
Kondisi hipogonadotropik hipogona dini disebabkan oleh tidak
ada atau menurunnya kemampuan hipotalamus untuk  mensekresi
GnRH atau kegagalan hipofisis untuk mensekresi LH dan FSH.
3.  Hipergonadotropik hipogonadisme.
Pubertas terlambat tipe hipogona dhipergona dotropik terjadi
akibat kegagalan primer di gonad. Kegagalan untuk mensekresikan
hormon steroid seks merangsang hipotalamus dan hipofisis untuk
bekerja lebih keras lagi menghasilkan GnRH dan gonadotropik
sehingga timbul kondisi hipergonadotropik.[43]

2.5.3 Tatalaksana
Tatalaksana keterlambatan pubertas meliputi pengobatan pada
kegagalan pertumbuhan, perawatan pendek dan terhadap imaturitas
psikologik atau emosional. Pengobatan laki-laki dengan pemberian
testoteron enanthathe atau cypionat. Dosis awal bervariasi tergantung
pada usia dan maturitas pasien dan kecepatan perkembangan pubertas.
Pemberian dosis tinggi dapat menstimulasi perkembangan lebih cepat dan
sebaliknya dosis rendah dapat menstimulasi perkembangan lebih lambat.
Testoteron diberikan dalam bentuk injeksi intramuskular dengan dosis
antara 50-100 mg setiap 4 minggu selama 4-6 bulan. Dosis penuh
testoteron tidak boleh melebihi 100 mg/ minggu, diberikan dalam interval 2
minggu atau 3 minggu. Injeksi 400 mg setiap 4 minggu tidak
direkomendasikan.1 Efek pengobatan biasanya sudah terlihat setelah 1
bulan pengobatan. Keberhasilan pengobatan dapat dinilai secara klinis dan
laboratoris. Setelah 1 bulan pengobatan biasanya mulai terlihat
peningkatan maturasi seksual atau peningkatan skala Tanner.
Pada anak perempuan pengobatan awal dengan pemberian
estrogen dosis rendah selama 6 – 12 bulan. Estrogen dosis rendah yang
diberikan adalah premarin 0,3 mg/hari atau ethinyl estradiol 0,02 mg/ hari
atau 0,05 mg secara transdermal 1-2 kali seminggu sudah memadai sebagai
terapi awal. Sebagai alternatif pemberian estrogen harian atau bentuk
transdermal selama 3 minggu pertama (21hari) dilanjutkan dengan
pemberian progresteron 10 hari. Progresteron yang diberikan adalah
medroxyprogesteron 5 atau 10 mg/hari atau norethinedrone 5 mg/hari.
Dosis estrogen dapat bervariasi tergantung dari kecepatan atau
perkembangan pubertas. Dosis ethinyl estradiol 0,02 – 0,10 mg/hari,
konjugate estrogen 0,3 – 1,25 mg/hari atau bentuk transdermal 0,05 atau
0,10 mg/hari.Pendekatan psikologik diperlukan pada kasus yang mengalami
gangguan psikologik. Dukungan psikologik diperlukan untuk meningkatan
kepercayaan diri. Orang tua juga harus diberikan dukungan psikologik, serta
hubungan orang tua anak harus lebih ditingkatkan. [44]

2.6 Bagaimana dampak psikososial yang timbul pada anak yang mengalami
pubertas prekoks?
Anak-anak dengan pubertas prekoks dapat mengalami stres karena
perubahan fisik dan hormonal, mereka merasa terlalu muda untuk memahami.
Mereka mungkin diejek oleh teman sebayanya karena perbedaan fisik mereka.
Gadis yang mencapai menarche sebelum usia 09-10 bisa menarik diri dan
mungkin mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan memakai dan
mengganti pembalut. Kedua hal ini sering terjadi, tapi pada anak laki-laki ,
mungkin memiliki peningkatan libido yang mengarah ke peningkatan
masturbasi atau perilaku seksual yang tidak pantas di usia muda. Perempuan
dengan riwayat pubertas dini memiliki usia sedikit lebih awal dari inisiasi
aktivitas seksual.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan pubertas
prekoks lebih cenderung menunjukkan masalah tingkah laku dan sedikit
kompetensi sosial daripada rekan sebayanya. Beberapa, tapi tidak seluruhnya,
penelitian menemukan bukti masalah emosional bertahan hingga dewasa.
Penderitaan yang berhubungan dengan menstruasi awal dapat diturunkan jika
orang tua dihimbau untuk mempersiapkan anaknya untuk hal ini, ketika mereka
mencapai stage III-IV perkembangan payudara.[45]

2.7 Bagaimana hubungan status gizi dengan prekoks?


Menilai status gizi dapat dilakukan melalui beberapa metode
pengukuran, tergantung pada jenis kekurangan gizi. Hasil penilaian status gizi
dapat menggambarkan berbagai tingkat kekurangan gizi, misalnya status gizi
yang berhubungan dengan tingkat kesehatan, atau berhubungan dengan
penyakit tertentu.[46] Penentuan status gizi dilakukan berdasarkan berat badan
(BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau
BB/TB). Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO
2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih
dari 5 tahun.[47]
Obesitas pada anak perempuan peripubertas berhubungan dengan
hiperandrogenemia dan menjadi faktor risiko polycystic ovarium syndrome.
Peningkatan lemak selama masa anak-anak membuat pubertas anak perempuan
menjadi lebih awal.[47,48]

Tabel. 2.1 Penentuan status gizi1


Menarche yang tertunda mungkin merupakan tanda malnutrisi. Usia
menarche menurun dengan peningkatan IMT. Hal ini juga menunjukkan
hubungan obesitas dengan menarche dini. Anak dengan usia menarche lebih
awal mempunyai IMT lebih besar dibanding menarche yang lebih lama. 3
Anak dengan lingkar pinggang besar lebih banyak terjadinya menarche awal
dibandingkan lingkar pinggang kecil. Hasil penelitian Farahmand et al. (2012)
menunjukkan hubungan negative yang signifikan antara usia menarche dan
lingkar pinggang. Pada obesitas terjadi akumulasi jaringan lemak yang
berlebihan. Hubungan antara lemak tubuh dengan usia menarche diperantarai
oleh leptin. Peningkatan konsentrasi leptin serum sampai tingat 12,2 µg/mL
dikaitkan dengan penurunan usia menarche. Peningkatan sebesar 1 µg/mL
dalam serum leptin menurunkan usia menarche 1 bulan.[49]
Leptin, sebuah hormone peptide yang dilepaskan oleh sel-sel lemak
(adiposit), merupakan tanda dari rasa kenyang, bekerja menghambat
neuropeptide – Y (NPY). NPY merupakan mediator pada asupan makanan
dan juga mengontrol aktivitas neuronal GnRH di hipotalamus. Kadar leptin
dalam serum meningkat pada anak laki-laki dan perempuan sesaat sebelum
pubertas. Peningkatan kadar leptin akan menghambat NPY. Hal ini
selanjutnya, akan melepaskan GnRH dari keadaan inhibisi pada masa
pubertas.[49]
Distribusi lemak tubuh berhubungan dengan menarche. Setiap
kenaikan 1 cm lingkar panggul, level leptin naik dua kali dari lingkar
pinggang. Lemak gluteofemoral memproduksi lebih banyak leptin
dibandingkan lemak tubuh bagian atas. Leptin menstimulasi generator pulsasi
untuk GnRH di hipotalamus. Pada anak perempuan dengan lemak
gluteofemoral yang lebih banyak memproduksi leptin lebih banyak, ini
mungkin meningkatkan frekuensi pulsasi GnRH dan menarche. Rasio lingkar
pinggang panggul berhubungan dengan leptin. Semakin besar rasio pinggang
panggul maka usia menarche semakin meningkat. Rasio lingkar pinggang
pinggul pada perempuan mengalami penurunan selama masa anak – anak dari
1,03 saat 4 bulan menjadi 0,78 saat enarkhe dan terdapat peningkatan lingkar
panggul beberapa saat sebelum menarche.[49]
Menstruasi akan terjadi pertama kali pada seorang anak ketika terjadi
ovulasi dalam siklus seksualnya. Lonjakan LH sangat berperan dalam proses
ini. Laju kecepatan sekresi LH meningkat pesat dan mencapai puncak 16 jam
sebelum ovulasi. Dalam proses lonjakan LH ini, leptin diperkirakan
mempunyai peranan yang cukup penting. Peningkatan kronis kadar leptin
dalam darah dapat menyebabkan peningkatan kadar LH dengan meningkatkan
pulsasi LH melalui mekanisme peningkatan amplitude, frekuensi, dan
konsentrasi rata-rata LH. Peningkatan LH juga berhubungan dengan
peningkatan estradiol dan awal menarche.Berdasarkan beberapa mekanisme
yang telah disebutkan sebelumnya, onset usia menarche sangat behubungan
dengan jumlah persentase lemak tubuh. Pada keasaan obesitas terjadi
akumulasi lemak secara berlebihan di dalam tubuh. Jaringan lemak juga
berhubungan dengan resistensi insulin yang menurunkan Sex Hormone-
Binding Globulin (SHBG) dan meningkatkan bioavabilitas hormone steroid
seks. SHBG merupakan protein spesifik yang berikatan dengan hormone
steroid, protein ini menyebabkan hormone tidak menembus membran plasma
sel. Perubahan konsentrasi SHBG akan memengaruhi jumlah steroid dalam
sirkulasi yang bebas dan terikat.[49]
Menurut penelitian yang dilakukan dengan subjek penelitian anak
kelas 4 dan kelas 6 SD 2 rawa laut kota bandar lampung dan memenuhi
kriteria yaitu: Siswi usia 10- 13 tahun yang mengalami menstruasi, dalam
keadaan sehat (tidak dalam pengawasan dokter dan tidak mengkonsumsi obat
rutin), Bersedia untuk ikut dalam penelitian, Hadir pada saat pengambilan
data Berdasarkan kriteria tersebut akhirnya diperoleh sampel 66 siswi yang
memenuhi kriteria inklusi, pada saat jalannya penelitian 3 siswi drop out
karena tidak hadir pada saat pengambilan data reccal ke dua.[49,50]
Mayoritas subjek memiliki status gizi normal sebanyak 30 subjek atau
sebesar 47,6%, sedangkan tertinggi kedua dan ketiga berturut-turut yaitu
dengan status gizi gemuk sebanyak 20 anak atau sebesar 31,7%, obesitas 12
anak atau sebesar 19%. Sisanya yaitu 1 orang anak memiliki status gizi kurus
atau sebesar 1,6%. Hasil analisis hubungan antara status gizi dengan status
menarche dini diperoleh bahwa ada sebanyak 7 anak (22,6%) yang memiliki
status gizi lebih (overweight dan obesitas) mengalami menarche dini,
sedangkan anak yang memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 23 anak
(36,5%) juga mengalami menarche dini. Hasil uji statistik diperoleh p-value
0,046. Maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara status
gizi dengan kejadian menarche dini. [49]

2.8 Bagaimana pengaruh menarche terhadap BB, komposisi, dan resiko


terjadinya obesitas pada dewasa?
Walaupun lebih dari separuh kasus pubertas prekoks isoseksual secara
sederhana menggambarkan lebih awalnya spektrum perkembangan normal,
semua anak dengan prekoks seksual harus dievaluasi. Ada beberapa alasan
untuk anjuran ini. Pertama, beberapa anak mungkin menderita kelainan yang
serius yang berhubungan dengan pubertas prekoks. Kedua, tanpa
memperhatikan etiologinya, perkembangan seksual yang terjadi sebelum usia 6-
7 tahun dapat berhubungan dengan perawakan pendek pada masa dewasa jika
tidak diobati. Yang terakhir, prekositas seksual tidak disertai oleh pematangan
psikoseksual. Untuk hal ini, anak perempuan dengan pubertas prekoks
tampaknya memiliki risiko tinggi untuk mengalami pelecehan seksual. Ini
mungkin dapat menimbulkan ovulasi dan konsepsi, dan kehamilan pada anak
perempuan saat usia 5 tahun terjadi akibat pelecehan ini. Terapi yang sesuai
serta dukungan sangat diperlukan untuk mencegah akibat jangka panjang dari
prekositas seksual.[51]
Obesitas atau kegemukan atau berat badan yang berlebih merupakan
akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Sejak tahun 1998, WHO
telah mendeklarasikan obesitas sebagai epidemik global. Anak umur 6 – 12
tahun ditemukan obesitas sekitar 4%, pada remaja 12 – 18 tahun ditemukan
6,2%, dan pada umur 17 – 18 tahun 11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih
banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibanding laki – laki (3,1%). Obesitas
pada remaja dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan
gangguan psikologis yang serius. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian
American Journal of Epidemiology bahwa mereka yang mengalami obesitas
atau kelebihan berat badan (overweight) saat remaja diketahui 3 – 4 kali
beresiko mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian; serta
beresiko 2 – 3 kali terhadap penyakit kanker kolon dan penyakit pernapasan
seperti asma dan emfisema. Ada beberapa faktor pencetus obesitas, diantaranya
adalah faktor genetik, pola makan yang berlebih, kurang aktivitas, emosi, serta
lingkungan.[52]
Status Gizi merupakan hal yang sangat penting berperan dalam
penurunan umur menarche pada remaja putri. Dewasa ini, standar kehidupan
amat berpengaruh dengan perbaikan gizi masyarakat yang pada akhirnya
berdampak pada menurunya usia menarche. Hal yang dapat mempengaruhi
pembentukan hormon adalah asupan gizi dengan asupan gizi yang baik dapat
mempercepat pembentukan hormon-hormon yang mempengaruhi datangnya
menarche. Perbaikan gizi atau asupan gizi yang baik dapat menyebabkan umur
menarche menjadi lebih cepat. Remaja yang tinggi dan mempunyai berat badan
lebih dengan massa tubuh yang besar akan mengalami usia menarche yang
cenderung cepat. Remaja dengan status gizi gemuk memiliki resiko 2,42 kali
mengalami menarche dini dibandingkan dengan siswi status gizi normal.
Kelebihan pada nutrisi (Kelebihan Berat Badan) pada remaja diasosiasikan
dengan kadar Leptin di perifer yang juga memacu peningkatan serum LH, baik
pada siang maupun malam hari. LH merupakan hormon yang dihasilkan di
hipofisis anterior, serum LH yang meningkat lebih dini dari seharusnya
mengakibatkan peningkatan serum ekstradiol yang kemudian berakhir dengan
menarche dini.[52]
Status gizi memegang peranan penting dalam menentukan status
kematangan fisiologis seseorang, karena pertumbuhan pada masa pubertas
remaja tergantung pada berat dan komposisi tubuh orang tersebut. Status gizi
seseorang dipengaruhi oleh asupan gizi yang dikonsumsi seperti energi, protein,
lemak dan karbohidrat. Asupan gizi merupakan salah satu hal yang dapat
mempengaruhi pembentukan hormon, dengan asupan gizi yang baik dapat
mempercepat pembentukan hormon – hormon yang mempengaruhi datangnya
menarche.[52]
Sebuah studi berdasarkan Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional
Korea keempat (2007-2009) melaporkan bahwa rasio kemungkinan obesitas pada
wanita yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun adalah 1,845 kali lebih
tinggi (95% CI, 1,441-2,361) daripada di mereka yang mengalami menarche pada usia
12 tahun atau lebih[53]. menyatakan bahwa hubungan antara usia awal menarcheal
dan obesitas dewasa sulit untuk dijelaskan ketika mempertimbangkan BMI selama
usia antara 4 dan 6 tahun, dan usia awal menarcheal dikaitkan dengan BMI yang lebih
tinggi antara usia 7 dan 15 tahun[54].

2.9 Bagaimana deteksi dini masalah psikososial yang timbul pada anak yang
mengalami prekoks?
Deteksi dini anak dengan gangguan psikososial dapat dilihat/dilakukan saat
anak menunjukkan sifat :[55]
1. Melakukan percobaan bunuh diri.
2. Sangat tidak patuh, walaupun telah diupayakan untuk memperbaikinya.
3. Regresi ke perilaku yang imatur yang berlangsung beberapa minggu.
4. Perilaku yang menyendiri atau gejala menarik diri yang nyata.
5. Gejala depresi yang meneta

2.10 Bagamana deteksi dini masalah psikososial pada anak dengan pubertas
prekoks?
Deteksi dini anak dengan gangguan psikososial dapat dilihat/dilakukan
saat anak menunjukkan sifat :
1.      Melakukan percobaan bunuh diri.
2.      Sangat tidak patuh, walaupun telah diupayakan untuk memperbaikinya.
3.      Regresi ke perilaku yang imatur yang berlangsung beberapa minggu.
4.      Perilaku yang menyendiri atau gejala menarik diri yang nyata.
5.      Gejala depresi yang menetap.[56]
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan pubertas
prekoks lebih cenderung menunjukkan masalah tingkah laku dan sedikit
kompetensi sosial daripada rekan sebayanya. Beberapa, tapi tidak seluruhnya,
penelitian menemukan bukti masalah emosional bertahan hingga dewasa.
Penderitaan yang berhubungan dengan menstruasi awal dapat diturunkan jika
orang tua dihimbau untuk mempersiapkan anaknya untuk hal ini, ketika
mereka mencapai stage III-IV perkembangan payudara.[45]

2.11 Berapa tinggi badan akhir anak perempuan tersebut berdasarkan potensi
genetic?

Pertumbuhan mengacu pada pertambahan ukuran karena adanya


penambahan jumlah sel. Hal ini terjadi sejak konsepsi hingga akhir masa
pubertas.Pertumbuhan umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling
berinteraksi. Faktor-faktor tersebut antara lain genetik, nutrisi, lingkungan, hormon.
Faktor genetik tercermin dari adanya korelasi secara bermakna antara tinggi badan
anak dengan perawakan orang tua. Tinggi orang tua dapat digunakan untuk
memperkirakan tinggi badan anak dengan rumus: [57]

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑚𝑖𝑑 𝑝𝑎𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 =


( Tinggi ayah−13 cm ) +(tinggi ibu)
± 8,5 cm
2

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑚𝑖𝑑𝑝𝑎𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖 =

( Tinggiibu +13 cm )+(tinggi ayah)


± 8,5 cm
2

Jadi, potensi tinggi genetik anak perempuan pada pemicu adalah 152 cm.
Tinggi anak pada usia 7 tahun adalah 123 cm, tinggi ini seharusnya akan
terus bertambah hingga masa pubertas berakhir yaitu pada usia 18 tahun
untuk anak perempuan.[56]

2.12 Bagaimana pengaruh prekoks (sentral/perifer) terhadap tinggi badan


anak?

Pubertas dini atau prekoks, secara umum, akan menyebabkan


meningkatnya kecepatan pertambahan tinggi badan (cm / tahun) seorang anak.
[58]
Jika tidak diobati, Central Precocious Puberty (CPP) berpotensi
menyebabkan fusi epifisis dini dan mengakibatkan berkurangnya tinggi badan
yang dicapai seseorang saat dewasa (Final Adult Height, FAH) secara
signifikan.[59] Sementara itu, Peripheral Precocious Puberty (PPP) juga
menunjukkan potensi yang sama dalam mempengaruhi tinggi badan seseorang,
namun, varian ini umumnya bersifat lebih ringan sehingga menunjukkan
perubahan tinggi badan yang kurang signifikan. Adapun pada kasus PPP, hal
yang umumnya tampak adalah kadar LH yang masih di bawah 0,3 IU / L serta
kadar estradiol atau testosteron yang tinggi dengan kadar LH dan FSH yang
rendah.[58]
Menarche akan memengaruhi kadar estrogen tubuh yang nantinya akan
memengaruhi tinggi badan melalui apoptosis dari kondrosit dan diikuti
kalsifikasi pada lempeng epifisis sehingga pertumbuhan akan berhenti ketika
seluruh lempeng epifisis digantikan oleh tulang dan hanya menyisakan garis
epifisis yang akan menghilang ketika dewasa. Selain itu menarche pada
wanita juga diikuti dengan peningkatan kadar growth hormon yang akan
merangsang proliferasi cepat sel sel. Pada wanita yang sudah menarche
dengan yang belum akan terjadi perbedaan kadar GH lebih tinggi hingga
beberapa kali lipat pada wanita yang sudah menarche. Tinggi nya kadar GH
ini akan merangsang pertumbuhan tinggi badan lebih cepat pada wanita yang
belum mengalami menstruasi. Pertumbuhan ini akan terus berlangsung hingga
lempeng epifisis menutup, sehingga tinggi badan akhir tetap akan lebih tinggi
pada wanita yang mengalami menstruasi lebih lambat6,13 . Hal ini berarti
semakin tua umur seorang wanita untuk mendapatkan menarche akan semakin
tinggi hasil pengukuran tinggi badan akhir wanita tersebut.[60]

Peningkatan produksi hormon GnRH pada usia dini menyebabkan


peningkatan kecepatan maturasi tulang (usia tulang), dan akan berkurang
secara progresif pada usia dewasa. Oleh karena itu, anak-anak dengan
pubertas prekoks menunjukkan gelombang pertumbuhan dini, yang
menyebabkan mereka lebih tinggi daripada anak usia sebayanya, tetapi
berhenti bertumbuh lebih cepat dari yang diharapkan, akibatnyamereka
memiliki tinggi badan akhir yang lebih rendah dari yang seharusnya mereka
miliki.[61]

BAB III
KESIMPULAN

Pembahasan dalam diskusi membuktikan kebenaran hipotesis, yaitu Ratna


mengalami jejas sel reversibel dan jaringan di sekitar luka mengalami mekanisme
respon inflamasi serta pemulihan jaringan. Maka, hipotesis yang telah ditentukan
diterima.

DAFTAR PUSTAKA
1. Klapowitz PB. Medscape Team Of Emedicine. Precocious Puberty. 2007
[cited 2014 Okt 3]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/987886-overview.
2. Wong, et al. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik. (alih bahasa:
Andry Hartono, dkk). Jakarta. EGC.
3.  Widyastuti Y, dkk. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya; 2009.
4. Ojeda SR, Dubay C, Lomniczi A, et al. Gene networks and the
neuroendocrine regulation of puberty. Mol Cell Endocrinol. 2010;324(1-2):3-
11. doi:10.1016/j.mce.2009.12.003.
5. Osman HA, Al-Jurayyan NAM, Babiker AMI, et al. Precocious puberty: An
experience from a major teaching hospital in Central Saudi Arabia. Sudan J
Paediatr. 2017;17(1):19-24.
6. Sultan C, Gaspari L, Kalfa N, Paris F. Clinical expression of precocious
puberty in girls Pediatric and Adolescent Gynecology. Evidence-Based
Clinical Practice. 2nd Revisited and Extended Edition Endocr Dev. Basel
Karger. 2012;22:84–100.
7. Menon PS, Vijayakumar M. Precocious puberty--perspectives on diagnosis
and management. Indian J Pediatr. 2014;81(1):76-83. doi:10.1007/s12098-
013-1177-6.
8. Brito VN, Spinola-Castro AM, Kochi C, Kopacek C, Silva PC, Guerra-Júnior
G. Central precocious puberty: revisiting the diagnosis and therapeutic
management [published correction appears in Arch Endocrinol Metab. 2016
Aug;60(4):407]. Arch Endocrinol Metab. 2016;60(2):163-172.
doi:10.1590/2359-3997000000144.
9. Soliman A, De Sanctis V, Elalaily R, Bedair S. Advances in pubertal growth
and factors influencing it: Can we increase pubertal growth?. Indian J
Endocrinol Metab. 2014;18(Suppl 1):S53-S62. doi:10.4103/2230-
8210.145075.
10. Biro FM, McMahon RP, Striegel-Moore R, et al. Impact of timing of pubertal
maturation on growth in black and white female adolescents: The National
Heart, Lung, and Blood Institute Growth and Health Study. J Pediatr.
2001;138(5):636-643. doi:10.1067/mpd.2001.114476.
11. Bogin B. Secular Changes in Childhood, Adolescent and Adult Stature. In:
Gillman MW, Gluckman PD, Rosenfeld RG, Karger AG, editors. Recent
Advances in Growth Research: Nutritional, Molecular and Endocrine
Perspectives. Vol. 71. Basel: Nestlé Nutr Inst Workshop Ser. Nestec Ltd.,
Vevey/S; 2013. pp. 115–26.
12. Behrman RE, Kliegman RM. Esensi Pediatri Nelson. 4th ed. Jakarta: EGC;
2010.
13. BATUBARA, Jose RL. Adolescent development (perkembangan
remaja). Sari pediatri, 2016, 12.1: 21-9.
14. (Klapowitz PB. “Precocious Puberty”. Medscape Team Of Emedicine. March
28th 2007.)
15. Kota,A.S, Ejar,S. Precocious Puberty. StarPearls Publishing LLC. 2020.
[Internet]. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544313/ diakses 2
September 2020
16. Niken A. Skrining Dan Tatalaksana Pubertas Prekoks. Jakarta; 2015.
17. Teilmann G, Pedersen CB, Jensen TK, Skakkebaek NE, Juul A. Prevalence
and incidence of precocious pubertal development in Denmark: an
epidemiologic study based on national registries. Pediatrics. 2005
Dec;116(6):1323-8. 
18. Soriano-Guillén L, Corripio R, Labarta JI, Cañete R, Castro-Feijóo L, Espino
R, Argente J. Central precocious puberty in children living in Spain:
incidence, prevalence, and influence of adoption and immigration. J. Clin.
Endocrinol. Metab. 2010 Sep;95(9):4305-13. 
19. Klapowitz PB. Medscape Team Of Emedicine. Precocious Puberty. (Diakses :
28 April 2009). Diunduh
dari : http://emedicine.medscape.com/article/987886-overview. March
28th 2007.
20. Mayo Clinic Staff. Mayo Foundation. Precocious Puberty. (Diakses : 28 April
2009). Diunduh dari : http://mayoclinic.com/article/precociouspuberty-
definition. Februari 5th 2009
21. Batubara JR, Tridjaja B, Pulungan A. Buku Ajar Endokrinologi Anak.
Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010.
22. Batubara JR, Tridjaja B, Pulungan A. (2010). Buku Ajar Endokrinologi Anak.
Jakarta: Balai Penerbit IDAI.
23. Larasati, AN . (2015). Skrining dan Tatalaksana Pubertas Prekoks. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
24. APRIANIF, Aprianif. TAKLIF DEWASA DINI DALAM HUKUM ISLAM
(Analisis Pubertas Prekoks dan Gifted). ISTIGHNA: Jurnal Pendidikan dan
Pemikiran Islam, 2019, 1.1: 60-96.
25. Robert. M, Kliegman. MD. Nelson textbook of pediatric 20 th edition. Elsevier
: 2015
26. Batubara JR, Tridjaja B, Pulungan A. Buku Ajar Endokrinologi Anak.
Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010
27. Kota AS, Ejaz S. Precocious Puberty. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544313/.
28. Kletter GB, Klein KO, Wong YY. A pediatrician's guide to central precocious
puberty. Clin Pediatr (Phila). 2015;54(5):414-424.
doi:10.1177/0009922814541807
29. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.

30. Dorland WA, Newman. 2012. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 32nd
ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. p. 870
31. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sek Ke Sistem. Edisi 9.Jakarta: EGC;
2016.
32. Al Aboud AM, Zito PM. Alopecia. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; August 10, 2020.
33. Armstrong M, Asuka E, Fingeret A. Physiology, Thyroid Function. [Updated
2020 May 21]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537039/.
34. Vargas E, Joy NV, Carrillo Sepulveda MA. Biochemistry, Insulin Metabolic
Effects. [Updated 2020 Mar 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525983/.
35. Kam RK, Deng Y, Chen Y, Zhao H. Retinoic acid synthesis and functions in
early embryonic development. Cell Biosci. 2012;2(1):11. Published 2012 Mar
22. doi:10.1186/2045-3701-2-11.
36. McEwen BS, Milner TA. Understanding the broad influence of sex hormones
and sex differences in the brain. J Neurosci Res. 2017;95(1-2):24-39.
doi:10.1002/jnr.23809.
37. Batubara J, Triadjaja B, Pulungan A. Pertumbuhan dan gangguan
pertumbuhan. Di dalam: Buku Ajar Endokrinologi Anak. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2010.h.19-28.
38. Clemons D. Clinical utility of measurements of insulin-like growth factor 1.
Nat Clin Pract Endocrinol Metab 2006;2:436- 46.
39. Skottner A. Biosynthesis of growth hormone and insulin-like growth factor-I
and the regulation of their secretion. Open Endocrinol J 2012;6:3-12.
40. Heffner, Linda J. dan Danny J. Schust. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2006.
41. Hull, David, Derek I jonston. Dasar-dasar pediatric. Jakarta: EGC; 2008.
42. Azwar, Syamsul. Keterlamtan Pubertas. Sari pediati. 2003,4(4):176-179
43. Batubara JR, Tridjaja B, Pulungan A. Buku Ajar Endokrinologi Anak.
Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010
44. Azwar. S. (2003). Keterlambatan Pubertas . Jurnal Sari Pediatri ari Pediatri,
Vol. 4, No. 4, Maret 2003: 176-179.
45. Klapowitz PB. Medscape Team Of Emedicine. Precocious Puberty. 2007
46. . Thamaria N. (2017). Penilaian Status Gizi. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
47. UKK Penyakit Nutrisi dan Metabolik IDAI. Asuhan Nutrisi Pediatrik
(Pediatric Nutrition Care). Jakarta. 2011.
48. Retnowati, S. (2012). Hubungan Indikator Obesitas dengan Menarkhe pada
Siswi SD. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
49. Nugroho, Arie., Bertalina., Marlina. (2016). Hubungan Antara Asupan Zat
Gizi dan Status Gizi dengan Kejadian Menarche Dini pada Siswi SD Negeri 2
di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung.
50. Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
51. (Heffner, Linda J. dan Danny J. Schust. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2006.)
52. ROSIARDANI, Stefani Amanda, et al. HUBUNGAN STATUS GIZI DAN
GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN MENARCHE DINI PADA ANAK
SEKOLAH DASAR DI SURABAYA. 2018. PhD Thesis. Universitas Airlangga.
53. Ahn JH, Lim SW, Song BS, Seo J, Lee JA, Kim DH, et al. Age at menarche
in the Korean female: secular trends and relationship to adulthood body mass
index. Ann Pediatr Endocrinol Metab. 2013;18:60–64.
54. Pierce MB, Kuh D, Hardy R. The role of BMI across the life course in the
relationship between age at menarche and diabetes, in a British Birth
Cohort. Diabet Med. 2012;29:600–603.
55. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto; 2004.
56. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto; 2004.
57. Departeman Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Dipenogoro RSUP Dr. Kariadi Semarang. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.
Semarang : Departemen Penerbit Universitas Dipenogoro; 2011;65-68.
58. Kota AS, Ejaz S. Precocious Puberty. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544313/.
59. Chen M, Eugster EA. Central Precocious Puberty: Update on Diagnosis and
Treatment. Paediatr Drugs. 2015;17(4):273-281. doi:10.1007/s40272-015-
0130-8.
60. Hidayat, MT., Handayani,S., Munawaroh, S. (2018). Pengaruh Usia
Menarche terhadap Tinggi Badan Wanita di Daerah Endemis Gondok.
Program Studi Kedokteran Universitas Sebelas Maret. SMART MEDICAL
JOURNAL (2018) Vol. 1 No. 2. eISSN : 2621-0916

61. Dapus : Carel J-C, Lahlou N, Roger M, Chaussain JL. Precocious puberty and
statural growth. Hum Reprod Update. January 3, 2004;10(2):135–47

Anda mungkin juga menyukai