Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TUMBUH KEMBANG PADA ANAK

Oleh :

KOMANG YUNITA PRAMANA PUTRI

P07120320061

KELAS B – PRODI NERS – SEMESTER I

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

DENPASAR

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TUMBUH KEMBANG PADA ANAK

A. Konsep Dasar Tumbuh Kembang


1. Definisi

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan berkembang sejak
saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal inilah yang membedakan anak dari
orang dewasa. Jadi anak tidak bisa diidentikkan dengan dewasa dalam bentuk kecil. llmu
Pertumbuhan (Growth) dan Perkembangan (Development) merupakan dasar Ilmu Kesehatan
Anak dan kedua istilah itu disatukan menjadi llmu Tumbuh-Kembang meskipun merupakan
proses yang berbeda, keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu sama lain.

Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan.
Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan
satuan panjang atau satuan berat.

Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran
pertumbuhan.

2. Tahapan Tumbuh-Kembang

Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan, dan


berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Walaupun terdapat beberapa
variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-
tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut :

a. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini dapat
dibagi menjadi dua periode :

b. Masa embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu. Ovum yang telah
dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung
cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
c. Masa fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini terdiri dari dua periode
:

1. Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan trimester kedua kehidupan intra
uterin, terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna dan
alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.

2. Masa fetus lanjut, pada trimester akhir pertumbuhan berlangsung pesat dan adanya
perkembangan fimgsi-fungsi. Pada masa ini terjadi transfer imunoglobulin G (IgG)
dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak essensial sen' omega 3
(Docosa Hexanic Acid) omega 6 (Arachidonic acid) pada otak dan retina.

d. Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari beberapa periode :
1. Masa neonatal (O 28 hari), terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ tubuh lainnya.

2. Masa bayi, dibagi menjadi dua bagian :

- Masa bayi dini (1 -12 bulan), pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara kontinyu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
- Masa bayi akhir (1-2 tahun), kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.
e. Masa prasekolah (2 -6 tahun): Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil,
terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya
keterampilan dan proses berpikir.

f. Masa sekolah atau masa prapubertas (Wanita : 6 -10 tahun, Laki-laki : 8-12 tahun):
Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan
intelektual makin berkembang, senang bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang
sama.

g. Masa adolesensi atau masa remaja (Wanita : 10-18 tahun, Laki-laki : 12-20 tahun) :
Anak wanita 2 tahun lebih cepat memasuki masa adolesensi dibanding anak laki-laki.
Masa ini merupakan transisi dari periode anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut
Adolescent Growth Spurt dan pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan
pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder.

3. Ciri-ciri Perkembangan

Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang


berkelanjutan, teratur dan saling berkait. Seperti pertumbuhan, perkembangan pun
mempunyai ciri-ciri tertentu sebagai suatu pola yang tetap walaupun variasinya sangat
luas. Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan sistem neuromuskuler, bicara, emosi
dan sosial. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang
utuh. Ciri-ciri perkembangan adalah :

a. Perkembangan melibatkan perubahan

Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka setiap


pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan sistem reproduksi
misalnya, disertai dengan perubahan pada oorgan kelamin, perkembangan intelegensia
menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi
perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri
lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu .

b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia


melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan
sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena
akan menentukan perkembangan selanjutnya.

c. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu :

1. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah


kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.
2. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan dalam
gerakan halus. Pola ini disebut proksimodistal.

d. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan :

Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat
lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan
sebagainya.

e. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-


beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian
tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.

f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi


peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang normal, dan
ini merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembanngan anak. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Faktor-faktor tadi kita bagi dalam 2 golongan, yaitu :

1. Faktor dalam (internal)

a. Perbedaan ras/etnik atau bangsa

Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang Eropa maka tidak mungkin ia
memiliki faktor herediter ras orang lndonesia atau sebaliknya. Tinggi badan tiap bangsa
berlainan, pada umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai yang lebih
panjang dari pada ras orang Mongol.
b.Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang gemuk-
gemuk.

c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.

d. Jenis kelamin
Wanita lebih cepat dewasa disbanding anak laki-laki. Pada masa pubertas wanita
umumnya tumbuh lebih cepat dari pada laki-laki dan kemudian setelah melewati masa
pubertas laki-laki akan lebih cepat.

e. Kelainan genetic

Sebagai salah satu contoh : Achondroplasfa yang menyebabkan dualisme,


sedangkan sindroma Marian terdapat pertumbuhan tinggi badan yang berlebihan.

f. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti


pada sindroma Down's dan sindroma Turner's.

2. Faktor luar (ethemal/lingkungan)


a. Faktor Pranatal :
1. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan janin.
2.Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club
foot.
3. Toksin/ zat kimia
Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti
palatoskisis.
4. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia
adrenal.
5. Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deiormitas anggota gerak, kelainan
kongenital mata, kelainan jantung.
b.Faktor Persalinan :

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat menyebabkan
kerusakan pada jaringan otak.

c. Pasca natal :
1. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
2. Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani.
3. Lingkungan fisis dan kimia

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar
radioaktif, zat kimia tertentu (Mercuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai dampak negatif
terhadap pertumbuhan anak.

4. Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitamya. Seorang anak yang tidak dikehendaki
oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

5. Endokrin
Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan. Defisisnesi hormon pertumbuhan akan menyebabkan
anak menjadi kerdil.

6. Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan


yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.

7. Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh


kembang anak.

8. Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga,


misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga
lain terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu terhadap perilaku anak.

9. Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian


halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf pusat yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

5.Teori Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Sigmund Freud ( Perkembangan Psychosexsual)


a. Fase oral (0-1 tahun) : Kepuasan pada mulutnya seperti menghisap jari tangan atau
benda-benda disekitarnya. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan
menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang
di kemudian hari.
b. Fase Anal ( 1-3 tahun) : pusat kenikmatan pada anus, anak sering menahan BAB dan
bermain-main dengan feces
c. Fase Falis ( 3-5 tahun) : Tahap ini sesuai dengan nama genital laki-laki (phalus),
sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak
wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga
terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap
ini anak akan mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk
menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi
dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya.
d. Fase latent (5-12 tahun) : fase ini anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik
dan kognitifnya dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif
dan menjadi laten. Menagani suatu masalah pada usia ini harus hati-hati, karena rasa
ego, ingin tahu, dan sifat dominasi pada dirinya sangat lah tinggi, karena pada masa
ini adalah masa tahap pencarian, termasuk figur guru, idola seseorang sedang
muncul-munculnya pada usia ini.
e. Tahap genital ( > 12 tahun ) : Tahap ini berlangsung antara kira-kira dari masa
pubertas dan seterusnya. Bersamaan dengan pertumbuhannya, alat-alat genital
menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini, sedangkan kecenderungan-
kecenderungan lain akan ditekan.

2. Jean Pieget (Perkembangan Kognitif) Jean Pieget menyatakan bahwa anak-anak memiliki
cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Sebagai bagian dari aspek
perkembangan anak usia dini
a. Tahap sensorimotor (0-2 tahun) : Pada masa ini, kemampuan bayi terbatas pada
gerak refleks dan panca inderanya. Bayi tidak dapat mempertimbangkan kebutuhan,
keinginan, atau kepentingan orang lain.
b. Tahap Pra Operasional (2-7 tahun) : pada masa ini anak mulai dapat menerima
rangsangan, tetapi sangat terbatas. Ia juga masih “egosentris” karena hanya mampu
mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang dirinya sendiri. Kemampuan
berbahasa dan kosakata anak juga sudah berkembang, meski masih jauh dari logis.
c. Tahap operasional konkret ( 7-11 tahun) : Pada masa ini, kemampuan mengingat dan
berpikir secara logis pada anak sudah meningkat. Anak juga sudah mengerti konsep
sebab akibat secara rasional dan sistematis. Kemampuan belajar konsep meningkat.
d. Tahap operasional- formal ( mulai usia 11 tahun) : Pada masa ini, anak sudah mampu
berpikir secara abstrak dan menguasai penalaran. Kemampuan ini akan membantu
anak melewati masa peralihan dari masa remaja menuju fase dewasa atau dunia
nyata.
3. Erikson ( Perkembangan Psikososial)
a. Trust vs mistrust (0-1 tahun) : Bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan
mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya
b. Initiative vs Guilty (3-6 tahun)
Perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap
sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu maka ia tidak berani
mengambil tindakan
c. Autonomy vs shame and dougt (2-3 tahun)
Anak perlu memperoleh dukungan dan pujian untuk mengembangkan rasa percaya
diri
d. Industry vs Inferiority (6-11 tahun)
Logika anak sudah mulai sekolah bila lingkungan ekstern lebih menghargainya maka
akan muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya anak akan rendah diri
e. Identifity vs Role Confusion (12 tahun)
Mulai berfikir mengenai masa depan, mulai mencari identitas diri dan perannya jika
berhasil melewati tahap ini tidak akan bingung menghadapi perannya
f. Intimacy vs Isolation
Kesiapan membina hubungan dengan orang lain, sedangkan yang tidak mampu
melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil. Pada tahap ini individu mulai
mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan orang lain.
g. Generating vs Self absorbtion
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain diluar keluarganya, pengabdian
masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman masa lalu menyebabkan
individu mampu berbuat banyak bagi kemanusiaan
h. Ego integrity vs Depait ( Dewasa lanjut)
Kepuasan yang timbul akibat pengalaman dan tindakan serta prestasi masa lalu.

6.Kebutuhan Dasar untuk Tumbuh Kembang


Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi
antara faktor genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor lingkungan. Agar faktor
lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang anak, maka diperlukan
pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu. Menurut Soetjiningsih (2000), kebutuhan dasar ini
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih, dan asah.

1. Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis) yang termasuk kebutuhan asuh adalah:

a. Nutrisi yang mencukupi dan seimbang

Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak
dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu
hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu
pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur enam bulan,
sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI.
Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik
dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa bayi dan
prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah
sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.

b. Perawatan kesehatan dasar

Untuk mencapai keadaan kesehatan anak yang optimal diperlukan beberapa


Upaya, misalnya, imunisasi, kontrol ke Puskesmas/ Posyandu secara berkala,
diperiksakan segera bila sakit. Dengan upaya tersebut, keadaan kesehatan anak dapat
dipantau secara dini, sehingga bila ada kelainan maka anak segera mendapatkan
penanganan yang benar.

c. Pakaian
Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai. Karena
aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat.

d. Perumahan

Dengan memberikan tempat tinggal yang layak maka hal tersebut akan
membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tempat
tinggalyang layak tidak berarti rumah yang berukuran besar, tetapi bagaimana upaya
kita untuk mengatur rumah menjadi sehat, cukup ventilasiserta terjaga kebersihan dan
kerapiannya, tanpa mempedulikan berapapun ukurannya.

e. Higiene diri dan lingkungan

Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi


risiko ternilarnya berbagai penyakit infeksi. Selain itu, lingkungan yang bersih akan
memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain secara
aman.

f. Kesegaran jasmani (olah raga dan rekreasi)

Aktivitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih kekuatan otot-otot


tubuh dan membuang sisa metabolisme, selain itu juga membantu meningkatkan
motorik , anak, dan aspek perkembangan lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi
bagi anak balita merupakan aktivitas bermain yang menyenangkan.

2. Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang )

Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulai sedini mungkin.
Bahkan, sejak anak berada dalam kandungan, perlu diupayakan kontak psikologis antara
ibu dan anak, misalnya, dengan mengajak berbicara / mengelusnya. Setelah lahir, upaya
tersebut dapat dilakukan dengan mendekapkan bayi ke dada ibu segera setelah lahir.
Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu / orang tua dengan anak sangatlah
penting, karena berguna untuk menentukan perilaku anak di kemudian hari, merangsang
perkembangan otak anak, serta merangsang perhatian anak terhadap dunia luar. Oleh
karena itu, kebutuhan asih ini meliputi:

a. Kasih sayang orang tua

Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan
penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak pernah
memarahi, tetapi bagaimana orang tua menciptakan hubungan yang hangat dengan
anak, sehingga anak merasa aman dan senang.

b. Rasa aman

Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak memberikan rasa
aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.

c. Harga diri

Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak


diacuhkan, maka hal ini dapat menyebabkan frustrasi.

d. Dukungan/dorongan

Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari


lingkungannya. Apabila orang tua sering melarang aktivitas yang akan dilakukan,
maka hal tersebut dapat menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan setiap
aktivitasnya. Selain itu, orang tua perlu memberikan dukungan agar anak dapat
mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi.

e. Mandiri

Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih
untuk tidak selalu tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak untuk mandiri
tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak.

f. Rasa memiliki
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-barang
yang dipunyainya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggung jawab
untuk memelihara barangnya.

g. Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman

Anak perlu diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan


kemampuan dan sifat-sifat bawaannya. Tidak pada tempatnya jika orang tua
memaksakan keinginannya untuk dilakukan oleh anak tanpa memperhatikan kemauan
anak.

3. Asah (Kebutuhan Stimulasi)

Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa
latihan atau bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang
terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan
stimulasi.

Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan sejak masa pranatal, dan setelah
lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan
kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat dilakukan dengan
pendidikan dan pelatihan.

7.Deteksi Pertumbuhan dan Standar Normalnya

Parameter untuk pertumbuhan yang sering digunakan, sebagaimana terdapat dalam


pedoman deteksi tumbuh kembang anak balita, adalah BB terhadap TB dan lingkar kepala
anak. Parameter tersebut mencakup ukuran antropometri dan paling mudah dilakukan di
lapangan. Selain ukuran antropometri, parameter lain yang dapat digunakan apabila ukuran
antropometri meragukan adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan radiologis.
Berikut ini akan dibahas mengenai parameter yang dapat dipakai untuk mengetahui keadaan
perkembangan anak :

1. Ukuran Antropometri
Pengukuran antropometri ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik
seorang anak dengan menggunakan alat ukurtertentu, seperti timbangan dan pita
pengukur (meteran). Ukuran antropometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Misalnya, BB


terhadap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah
ukuran yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.

b. Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran


lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur. Misalnya, BB terhadap
TB. Ukuran ini digunakan untuk mengetahui apakah Proporsi anak tergolong normal.

Dari. beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan Untuk menentukan
keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah:

1. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena
dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada usia
beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar
10% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya meconium dan air seni
yang belum diimbangi asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI yang belum
lancar. Umumnya, berat badan akan kembali mencapai berat lahir pada hari kesepuluh.

Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700-
1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500-600 gram/ bulan, pada triwulan III sekitar
350-450 gram/ bulan, dan pada triwulan IV sekitar 250-350 gram/ bulan.

Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat
badan akan bertambah sekitar 1 kg/ bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya hanya +
0,5 kg/ bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/ bulan. Setelah 2 tahun,
kenaikan berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/ tahun. Pada tahap adolesensia
(masa remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat (growth spurt). Selain
dengan perkiraan tersebut, BB juga dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau
pedoman dari Behrman (1992), yaitu:
a. Berat badan lahir rata-rata: 3,25 kg

b. Berat badan usia 3-12 bulan, menggunakan rumus:

Umur (bulan) + 9 n+9

2 = 2

c. Berat badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus:

(Umur (tahun) x 2) + 8 = 2n + 8

Keterangan: n adalah usia anak

Untuk menentukan umur anak dalam bulan, bila lebih 15 hari dibulatkan ke atas,
sementara bila kurang atau sama dengan 15 hari, dihilangkan. Misalnya, saat ini seorang bayi
berumur 5 bulan 25 hari, maka bayi tersebut dianggap berumur 6 bulan. Dengan demikian,
bila menggunakan rumus Behrman, BB bayi diperkirakan sebesar 7,5 kg. Sedangkan anak
yang berumur di atas satu tahun.

Bila kelebihannya di atas 6 bulan dibulatkan 1 tahun, sedangkan kelebihan 6 bulan


atau kurang dihilangkan. Misalnya, bayi yang saat ini berumur 2 tahun 6 bulan dianggap
berusia 2 tahun, sehingga perkiraan berat badannya adalah 12 kg.

Berat badan merupakan indikator sederhana yang digunakan di lapangan atau


Puskesmas untuk menentukan status gizi anak, yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS). Pada KMS dapat diketahui apakah keadaan status gizi anak tergolong normal,
kurang, atau buruk.

2. Tinggi badan

Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang
badan. Pada bayi yang baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar :50 cm. Pada
tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/ bulan (1,5 x panjang badan lahir).
Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya
sekitar 5 cm/ tahun. Baru pada masa pubertas ada peningkatan pertumbu an tinggi badan
yang cukup pesat, yaitu 5-25 cm/ tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki
peningkatannya sekitar 10-30 cm / tahun. Pertambahan tinggi badan akanberhenti pada
usia 18-20 tahun. Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan
berdasarkan rumus dari Behrman (1992), yaitu:

a. Perkiraan panjang lahir: 50 cm

b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun : 1,5 x Panjang Badan Lahir

c. Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun : (Umur x 6) + 77 : 6n + 77

Keterangan: n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas,
bila 6 bulan atau kurang, dihilangkan.

Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting kedua. Keuntungan


dari pengukuran tinggi badan ini adalah alatnya yang murah, mudah dibuat, dan dibawa
sesuai keinginan. Selain itu, tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk
pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap
perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas.

3. Lingkar Kepala

Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan
tidak dipengaruhi oleh faktor ras, bangsa, dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar
kepala normalnya adalah 34-35 cm. kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm / bulan
pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala
paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama
lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm / tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun
lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm.

4. Lingkar Lengan Atas (LLA, lila)

Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas
sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya
ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas
mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh oleh
keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak
prasekolah. Keuntungan dari pengukuran lingkar lengan atas adalah murah, mudah,
alatnya bisa dibuat sendiri, dan siapa saja dapat melakukannya. Namun, kadang-kadang
hasil pengukuran kurang akurat karena sukar untuk mengukur lila tanpa menekan
jaringan. Pada praktiknya, pengukuran lila jarang digunakan kecuali ada gangguan
pertumbuhan atau gangguan gizi yang berat, sehingga pengukuran lila hanya efektif pada
usia di bawah 3 tahun (usia prasekolah).

5. Lipatan Kulit

Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subskapular merupakan refleksi
pertumbuhan jaringan lemak di bawah kulit yang mencerminkan kecukupan energi.
Apabila anak mengalami defisiensi kalori, maka lipatan kulit menipis, lipatan tersebut
akan menebal bila anak kelebihan energi.

2. Pemeriksaan Fisik

Hal yang dapat diamati dari pemeriksaan fisik adalah keseluruhan fisik, jaringan
otot, jaringan lemak, rambut dan gigi

3. Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi

Pemeriksaan baru dilakukan jika terdapat tanda dan gejala yang menunjukkan
adanya penyakit, misalnya anemia atau pertumbuhan fisik yang tidak normal.

8. Deteksi Perkembangan

Penilaian perkembangan anak memiliki banyak model dan macamnya. Meskipun


demikian, perlu ada parameter-parameter atau patokan-patokan tertentu sehingga dapat
dilakukan perbandingan secara konsisten. Ada banyak parameter atau tes untuk perkembangan
anak, misalnya, tes IQ, tes psikomotorik, tes prestasi, dan lain-lain. Masing-masing tes tersebut
disesuaikan dengan fungsi dan usia anak.

Terkait dengan upaya memberikan asuhan kesehatan pada balita, supaya dapat
melakukan deteksi perkembangan anak, seseorang lebih dahulu harus memahami aspek-aspek
dalam perkembangan anak. Menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih,
terdapat empat aspek perkembangan anak balita, yaitu:
1. Kepribadian/ tingkah laku sosial (personal social), yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungan.

2. Motorik halus (fine motor adaptive), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu dan melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan otot-otot kecil, memerlukan koordinaSi yang cermat, serta tidak
memerlukan banyak tenaga, misalnya, memasukkan manik-manik ke dalam botol,
menempel, dan menggunting.

3. Motorik kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena dilakukan dilakukan oleh
otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga, misalnya, berjalan dan
berlari.

4. Bahasa (language), yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk


memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara secara spontan.
Pada masa bayi, kemampuan bahasa bersifat pasif, sehingga pernyataan akan perasaan
atau keinginan dilakukan melalui tangisan dan gerakan. Semakin bertambahnya usia,
anak akan menggunakan bahasa aktif, yaitu dengan berbicara.

a. Kuesioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP)

KPAP adalah sekumpulan perilaku yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi
secara dini kelainan-kelainan perilaku pada anak prasekolah (usia. 3-6 tahun). Kuesioner
ini berisi 30 perilaku yang perlu ditanyakan satu per satu pada orang tua.

Setiap perilaku perlu ditanyakan apakah 'sering terdapat,' kadang-kadang


terdapat,' atau 'tidak terdapat.' Apabila jawaban yang diperoleh adalah ‘sering terdapat'
maka jawaban tersebut diberi nilai 2, kadang-kadang terdapat' diberi nilai 1, dan 'tidak
terdapat' diberi nilai 0. Apabila jumlah nilai seluruhnya kurang dari sebelas, maka anak
perlu dirujuk, sedangkan jika jumlah nilai 11 atau lebih maka anak tidak perlu dirujuk.
Pengisian kuesioner dapat dilakukan oleh petugas dilapangan, kader, guru atau orang tua
anak itu sendiri.

b. Tes Daya Lihat dan Tes Kesehatan Mata Anak Prasekolah


Tes ini merupakan alat untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata
pada anak berusia 3-6 tahun. Sebagaimana alat deteksi lainnya, tes ini juga digunakan
untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak usia prasekolah secara dini,
sehingga bila ada penyimpangan dapat segera ditangani. Untuk melakukan tes daya lihat
diperlukan ruangan dengan penyinaran yang baik dan alat 'kartu E’ yang digantungkan
setinggi anak duduk. 'Kartu E' ini berisi huruf E yang terdiri dari 4 baris. Baris pertama
huruf E berukuran paling besar kemudian berangsur-angsur mengecil pada baris keempat.
Secara normal, anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga. Apabila anak tidak dapat
melihat ' huruf E pada baris ketiga, makaperlu dirujuk untuk mendapatkan pemeriksaan
lebih lanjut. Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan kesehatan matanya. Perlu
ditanyakan dan diperiksa adakah:

1. keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur, atau pusing.

2. perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, atau sering mengkedip-
kedipkan mata.

3. kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah, dan keluar air.

Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak, maka anak tersebut perlu
dirujuk.

c. Tes Daya Dengar Anak (TDD)

Tanpa pendengaran yang baik, anak tidak dapat belajar berbicara atau mengikuti
pelajaran di sekolah dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan deteksi secara dini atas
fungsi pendengaran anak, sehingga kemampuan pendengaran dan bicara anak dapat
berkembang dengan baik. Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang
disesuaikan dengan usia anak, yaitu kelompok usia 0-6 bulan, lebih dari 6 bulan, lebih
dari 9 bulan, lebih dari 12 bulan, lebih dari 24 bulan, dan lebih dari 36 bulan. Setiap
pertanyaan perlu dijawab ‘Ya' Atau 'tidak Apabila ada jawabannya adalah tidak, berarti
pendengaran anak tidak normal, sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

4. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


KPSP adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua. Tes
ini dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk
pekembangan anak usia 0-72 bulan. Tujuannya adalah untuk pemeriksaan perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan.Pada penilaian perkembangan yang menggunakan
KPSP dilakukan saat anak berumur 3 bulan. Dilakukan minimal tiap 3 bulan – 5 tahun.
Tes ini untuk mengetahui perkembangan anak sesuai umurnya atau terjadi keterlambatan.

Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan adalah formulir KPSP sesuai umur anak
dan alat untuk pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola besar, bola tennis, kerincingan,
kubus berukuran 2,5 cm sebanyak 8 buah, kismis, dan kacang tanah.

Cara menghitung umur anak:

Usia ditetapkan menurut tahun dan bulan. Kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1
bulan. Contoh: anak usia 9 bulan 16 hari dibulatkan 10 bulan, usia 9 bulan 15 hari
dibulatkan menjadi 9 bulan.Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan
adalah yang lebih kecil dari usia anak.

Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan.
Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan.

Daftar pertanyaan KPSP berjumlah 10 nomor, yang menjadi 2 yaitu pertanyaan


yang harus dijawab oleh orang tua/pengasuh dan perintah yang harus dilakukan sesuai
dengan pertanyaan pada KPSP. Pertanyaan dala KPSP harus dijawab ya atau tidak oleh
orang tua. Interpretasi hasil KPSP adalah sebagai berikut:

a. Bila jawaban “ya” berjumlah 9-10 berarti anak normal sesuai tahap
perkembangan. Jawaban “ya” berarti anak bisa, pernah, sering, atau kadang-
kadang melakukan.
b. Bila jawaban “ya” kurang dari 9 maka perlu diteliti tentang:
 Cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya apakah sudah sesuai
 Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan.
 Apabila ada kesalahan, maka pemeriksaan harus diulang
c. Bila setelah diteliti jawaban “ya” berjumlah 7-8 berarti meragukan dan perlu
diperiksa ulang 2 minggu kemudian dengan pertanyaan yang sama. Jika jumlah
jawaban tetap sama kemunginan ada penyimpangan.
d. Bila jawaban “ya” berjumlah 6 atau kurang berarti ada penyimpangan. Anak perlu
dirujuk ke rumah sakit untuk memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Kuisioner KPSP Usia 24 bulan

Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah Sosialisasi & Ya Tidak
anak meniru apa yang anda lakukan? kemandirian
Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus di atas kubus Gerak halus Ya Tidak
yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu ? kubus yang
digunakan ukuran 2,5-5 cm
Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang Bicara & Ya Tidak
mempunyai arti selain “papa” dan “mama”? bahasa
Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih Gerak kasar Ya Tidak
tanpa kehilangan keseimbangan ?
(anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik
mainannya)
Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti : baju, rok, atau Gerak halus, Ya Tidak
celananya ? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai ) sosialisasi &
kemandirian
Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri ? Jawab Ya jika ia Gerak kasar Ya Tidak
naik tangga dengan posisi tegak atau berpegangan pada
dinding atau pegangan tangga jawab TIDAK jika ia naik
tangga atau anak harus berpegangan pada seseorang
Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak Bicara & Ya Tidak
menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya bahasa
(rambut, mata, hidung , mulut atau bagian badan yang lain )?
Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah Sosialisasi & Ya Tidak
kemandirian
Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau Bicara & Ya Tidak
membantu mengangkat piring jika diminta ? bahasa
Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) ke Gerak kasar Ya Tidak
depan tanpa berpegangan pada apapun ? Mendorong tidak
ikut dinilai

Kuisioner KPSP umur 42 bulan

Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri ? Sosialisasi & Ya Tidak


kemandirian
Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 Gerak halus Ya Tidak
meter ?
Setelah makan, apakah anak mencuci dan mengeringkan Sosialisasi & Ya Tidak
tangannya dengan baik sehingga anda tidak perlu kemandirian
mengulanginya ?
Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu Gerak kasar Ya Tidak
tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan 3 kali.
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 2 detik
atau lebih ?
Letakkan selembar kertas seukuran buku di lantai. Apakah anak Gerak Kasar Ya Tidak
dapat melompati panjang kertas ini dengan mengangkat kedua
kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari ?
Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Suruh Gerak halus Ya Tidak
menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia.
Dapatkah anak menggambar lingkaran ?
Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang Gerak halus Ya Tidak
lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut ? kubus yang digunakan
ukuran 2,5-5 cm
Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau Sosialisasi & Ya Tidak
permainan lain dimana ia ikut bermain dan mengikuti aturan kemandirian
bermain ?
Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau Sosialisasi & Ya Tidak
kaos kaki tanpa dibantu ? ( tidak termasuk memasang kancing, kemandirian
gesper atau ikat pinggang

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas Anak dan/atau Orang Tua
b. Keluhan Utama (KU)

Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmanidan
rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu fungsi
imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari
lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada
dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan
kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat
sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus
dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.

c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika
saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi
acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih
lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan
imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan
lebih lanjut mengenai penyakitnya.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)


Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang berarti
dalam pemberian imunisasi.

e. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).


f. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang
pernah didapat sebelumnya.
g. Riwayat pengobatan keluarga

Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki


kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap penyakit
menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi
kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat
kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit.

h. Riwayat Psikososial

Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada
riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan
kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini
diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya
bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta
diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya
sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.

i. Riwayat Keluarga       

Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai


anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga
memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi,
alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat
membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting
yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang
belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan
pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.
j. Pertumbuhan Fisik

Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan


pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan
sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk
memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar
lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak.
Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup
mengukur BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri
digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing ukuran
antropometri:

 Berat Badan (BB)


 Tinggi Badan (TB)
 Lingkar Kepala
 Lingkar Lengan Atas (lila)
 Lingkar Dada

k. Pemeriksaan fisik

Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun petugas


perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan anak dapat
diketahui secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher,
dada, perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu
dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti
cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.

l. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, mengenai keadaan perkembangan
anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal, meragukan, atau
memerlukan rujukan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
b. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan ditandai dengan mengekspresikan
keinginan untuk mengelola masalah kesehatan dan pencegahannya
c. Resiko gangguan perkembangan ditandai dengan ketidakadekuatan nutrisi
d. Ansietas berhubungan dengan faktor keturunan ditandai dengan tampak gelisah,tampak
tegang,sulit tidur
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ditandai dengan berat badan
menurun 10% dibawah rentang ideal
f. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakampuan fisik ditandai
dengan tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia, dan
pertumbuhan fisik terganggu

3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan Indonesia (SLKI) Indonesia (SIKI)
1 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan
keperawatan ..x.. diharapkan Observasi
Definisi orang tua mampu mengetahui  Identifikasi kesiapan dan
Ketiadaan atau Tingkat Pengetahuan kemampuan menerima
kurangnnya informasi Membaik tumbuh kembang infomasi
kognitif yang berkaitan pada anak dengan kriteria hasil  Identifikasi faktor-faktor
dengan topic tertentu : yang dapat meningkatkan
Tingkat Pengetahuan dan menurunkan motivasi
Penyebab perilaku hidup bersih dan
 Perilaku sesuai anjuran
 Keterbatasan meningkat (5) sehat
 Verbalisasi minat
kognitif Terapeutik
dalam belajar
 Gangguan meningkat (5)  Sediakan materi dan
 Kemampuan
fungsi kognitif media pendidikan
menjelaskan
 Kekeliruan pengetahuan tentang kesehatan
suatu topic meningkat
mengikuti
(5)  Jadwalkan pendidikan
anjuran  Kemampuan kesehatan sesuai
 Kurang terpapar menggambarkan kesepakatan
pengalaman
informasi  Berikan kesempatan untuk
sebelumnya yang
 Kurang minat sesuai dengan topic bertanya
meningkat (5)
dalam belajar Edukasi
 Perilaku sesuai dengan
 Kurang mampu pengetahuan meningkat  Jelaskan faktor risiko
(5)
mengingat yang dapat mempengaruhi
 Pertanyaan tentang
 Ketidaktauan masalah yang dihadapi kesehatan
menurun (5)
menemukan  Ajarkan perilaku hidup
 Persepsi yang keliru
sumber terhadap masalah bersih dan sehat
menurun (5)
informasi  Ajarkan strategi yang
 Menjalani pemeriksaan
Gejala dan Tanda yang tidak tepat dapat digunakan untuk
menurun(5)
Mayor meningkatkan perilaku
 Perilaku membaik (5)
Subjektif hidup bersih dan sehat
 Menanyakan
masalah yang
dihadapi
Objektif
 Menunjukan
perilaku tidak
sesuai anjuran
 Menunjukan
persepsi yang
keliru terhadap
masalah
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif
-
Objektif
 Menjalani
pemeriksaan
yang tidak tepat
 Menunjukan
perilaku yang
berlebihan
Kondisi Klinis Terkait
 Kondisi klinis
yang baru
dihadapi klien
 Penyakit akut
 Penyakit kronis
2 Kesiapan Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan
Peningkatkan keperawatan …x… jam Observasi
manajemen diharapkan kesiapan keluarga  Identifikasi kesiapan dan
kesehatan dapat optimal dalam kesiapan kemampuan menerima
meningkatkan manajeman infomasi
Definisi kesehatan anak dengan  Identifikasi faktor-faktor
Pola pengaturan dan kriteria hasil : yang dapat meningkatkan
pengintegrasian Manajemen kesehatan dan menurunkan motivasi
program kesehatan ke  Melakukan tindakan perilaku hidup bersih dan
dalam kehidupan untuk mengurangi sehat
sehari-hari yang cukup faktor resiko meningkat Terapeutik
untuk memenuhi tujuan (5)  Sediakan materi dan
kesehatan dan dapat  Menerapkan program media pendidikan
ditingkatkan perawatan meningkat kesehatan
(5)  Jadwalkan pendidikan
Gejala dan Tanda  Aktivitas hidup sehari- kesehatan sesuai
Mayor hari efektif memenuhi kesepakatan
Subjektif tujuan kesehatan  Berikan kesempatan untuk
 Mengekspresika meningkat (5) bertanya
n keinginan  Verbalisasi kesulitan Edukasi
untuk mengelola dalam menjalani  Jelaskan faktor risiko
masalah program yang dapat mempengaruhi
kesehatan dan perawatan/pengobatan kesehatan
pencegahannya menurun (5)  Ajarkan perilaku hidup
Objektif bersih dan sehat
 Pilihan hidup  Ajarkan strategi yang
sehari-hari tepat dapat digunakan untuk
untk memenuhi meningkatkan perilaku
tujuan program hidup bersih dan sehat
kesehatan
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif
 Mengekspresika
n tidak adannya
hambatan yang
berarti dalam
mengintegrasi
program yang
ditetapkan untuk
mengatasi
masalah
kesehatan
 Menggambarka
n berkurangnya
faktor risiko
terjadinya
masalah
kesehatan
Objektif
 Tidak
ditemukan
adanya gejala
masalah
kesehatan atau
penyakit yang
tidak terduga
Kondisi klinis terkait
 Diabetes militus
 Penyakit jantung
kongestif
 Penyakit paru
obstruktif kronis
 Asma
 Sklerosis
multiple
 Lupus sistemik
 HIV positif
 AIDS
 Prematuritas

3 Resiko gangguan Setelah dilakukan asuhan Promosi perkembangan anak


perkembangan keperawatan …x… jam Observasi
diharapkan status  Identifikasi kebutuhan
Definisi perkembangan membaik khusus dan kemampuan
Berisiko mengalami terhadap anak dengan kriteria adaptasi anak
gangguan untuk hasil : Terapeutik
berkembang sesuai Status perkembangan  Fasilitasi hubungan anak
dengan kelompok  Keterampilan/perilaku dengan teman sebaya
usiannya. sesuai usia meningkat  Dukung anak berinteraksi
(5) dengan anak lain
Faktor resiko  Kemampuan  Dukung anak
 Ketidakadekuata melakukan perawatan mengekspresikan
n nutrisi diri meningkat (5) perasaannyasecara positif
 Ketidakadekuata  Respon social  Dukung anak dalam
n perawatan meningkat (5) bermimpi atau berfantasi
prenatal  Kontak mata sewajarnya
 Keterlambatan meningkat (5)  Dukung partisipasi anak
perawatan  Kemarahan menurun disekolah,ekstrakulikurer
prenatal (5) dan aktivitas komunikasi
 Usia hamil  Regresi menurun (5)  Berikan mainan yang
dibawah 15  Afek membaik (5) sesuai dengan usia anak
tahun  Pola tidur membaik (5)  Bernyanyi bersama anak
 Usia hamil lagu-lagu yang disukai
diatas 35 tahun anak
 Kehamilan tidak  Bacakan cerita/dongeng
terencana untuk anak
 Kehamilan tidak  Diskusikan bersama
diinginkan remaja tujuan dan
 Gangguan harapannya
endokrin  Sediakan kesempatan dan
 Prematuritas alat-alat untuk
 Kelainan bergambar,melukis, dan
genetic/kongenit mewarnai
al  Sediakan mainan berupa
 Kerusakan otak puzzle dan maze
(mis. Edukasi
Pendarahan  Jelaskan nama-nama
selama periode objek yang ada di
pascanatal,peng lingkungan sekitar
aniayaan,kecela  Ajarkan pengasuh
kaan) milestones perkembangan
 Penyakit kronis dan perilaku yang
 Infeksi dibentuk

 Efek samping  Ajarkan sikap


terapi kooperatif,bukan
(mis.kemoterapi kompetisi diantara anak
,terapi  Ajarkan anak cara
radiasi,agen meminta bantuan dari
farmakologis) anak lain,jika perlu
 Penganiayaan  Ajarkan teknik asertif
(mis.fisik,psikol pada anak dan remaja
ogis,seksual)  Demonstrasikan kegiatan
 Gangguan yang meningkatkan
pendengaran perkembangan pada
 Gangguan pengasuh
pengelihatan Kolaborasi

 Penyalagunaan  Rujuk untuk konseling,


zat jika perlu

 Ketidakmampua
n belajar
 Anak adopsi
 Kejadian
bencana
 Ekonomi lemah

Kondisi klinis terkait

 Hipotiroidisme
 Sindrom gagal
tumbuh (failure
to thrive
syndrome)
 Leukemia
 Defisiensi
hormone
pertumbuhan
 Demensia
 Delirium
 Kelainan
jantung bawaan
 Penyakit kronis
 Gangguan
kepribadian
(personality
disorder)
4 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
keperawatan selama .... X .... Observasi
Definisi: jam diharapkan Tingkat  Identifikasi saat tingkat
Kondisi emosional dan Ansietas Menurun dengan ansietas berubah (mis.
pengalaman subyektif kriteria hasil : Kondisi, waktu, stressor)
individu terhadap objek Tingkat Ansietas  Identifikasi kemampuan
yang tidak jelas dan  Verbalisasi kebingungan mengambil keputusan
spesifik akibat menurun (5)  Monitor tanda-tanda ansietas
antisipasi bahaya yang  Verbalisasi khawatir akibat (verbal dan nonverbal)
memungkinkan kondisi yang dihadapi
Terapeutik
individu melakukan menurun (5)
 Ciptakan suasana
tindakan untuk  Perilaku gelisah menurun
terapeutik umtuk
menghadapi ancaman. (5)
menumbuhkan
Penyebab:  Perilaku tegang menurun
kepercayaan
 Krisis (5)
 Temani pasien untuk
situasional  Keluhan pusing menurun
mengurangi kecemasan,
 Kebutuhan tidak (5)
jika memungkinkan
terpenuhi  Anoreksia menurun (5)  Pahami situasi yang
 Krisis  Palpitasi menurun (5) membuat ansietas
maturasional  Diaphoresis menurun (5)  Dengarkan dengan penuh
 Ancaman  Tremor menurun (5) perhatian
terhadap konsep  Pucat menurun (5)  Gunakan pendekatan yang
diri  Konsentrasi membaik (5) tenang dan meyakinkan
 Ancaman  Tempatkan barang pribadi
 Pola tidur membaik (5)
terhadap yang memberikan
 Frekuensi pernafasan
kematian kenyamanan
membaik (5)
 Kekhawatiran  Motivasi mengidentifikasi
 Frekuensi nadi membaik
mengalami situasi yang memicu
(5)
kegagalan kecemasan
 Tekanan darah membaik
 Disfungsi sistem  Diskusikan perencanaan
(5)
keluarga realistis tentang peristiwa
 Kontak mata membaik (5)
 Hubungan orang yang akan datang
 Pola berkemih membaik
tua-anak tidak
(5) Edukasi
memuaskan
 Orientasi membaik (5)  Jelaskan prosedur,
 Faktor
termasuk sensasi yang
keturunan
mungkin dialami
(temperamen
 Informasikan secara
mudah teragitasi
faktual mengenai
sejak lahir)
diagnosis, pengobatan,
 Penyalahgunaan
dan prognosis
zat
 Anjurkan keluarga untuk
 Terpapar bahaya
tetap bersama pasien, jika
lingkungan
perlu
(mis. Toksin,
 Anjurkan melakukan
polutan, dan
kegiatan yang tidak
lain-lain)
kompetitif, sesuai
 Kurang terpapar
kebutuhan
informasi  Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Gejala Dan Tanda
 Latih kegiatan pengalihan
Mayor
untuk mengurangi
Subjektif :
ketegangan
 Merasa bingung
 Latih penggunaan
 Merasa khawatir
mekanisme pertahanan
dengan akibat
diri yang tepat
dari kondisi
 Latih teknik relaksasi
yang dihadapi
 Sulit Kolaborasi
berkonsentrasi  Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
Objektif :
perlu
 Tampak gelisah
 Tampak tegang
 Sulit tidur

Gejala Dan Tanda


Minor
Subjektif :
 Mengeluh
pusing
 Anoreksia
 Palpitasi
 Merasa tidak
berdaya

Objektif :
 Frekuensi napas
meningkat
 Frekuensi nadi
meningkat
 Tekanan darah
meningkat
 Diaphoresis
 Tremor
 Muka tampak
pucat
 Suara bergetar
 Kontak mata
buruk
 Sering berkemih
 Berorientasi
pada masa lalu

Kondisi Klinis Terkait


:
 Penyebab
kronis progresif
(mis. Kanker,
penyakit
autoimun)
 Penyakit akut
 Hospitalisasi
 Rencana
operasi
 Kondisi
diagnosis
penyakit belum
jelas
 Penyakit
neurologis
 Tahap tumbuh
kembang

5 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi


keperawatan selama Observasi
Definisi : Asupan ...x... jam maka status nutrisi  Identifikasi status nutrisi
nutrisi tidak cukup membaik, dengan kriteria  Identifikasi alergi dan
untuk memenuhi hasil : intoleransi makanan
kebutuhan metabolism.  Porsi makan yang  Identifikasi makanan yang
dihabiskan meningkat (5) disukai
Penyebab :  Kekuatan otot pengunyah  Identifikasi kebutuhan kalori
meningkat (5) dan jenis nutrient
 Ketidakmampuan
 Kekuatan otot menelan  Identifikasi perlunya
menelan makanan
meningkat (5) pemasangan selang
 Ketidakmampuan
 Frekuensi makan membaik nasogastric
mencerna makanan
(5)  Monitor asupan makanan
 Ketidakmampuan
 Nafsu makan membaik (5)  Monitor berat badan
mengabsorbsi
nutrient  Monitor hasil pemeriksaan

 Peningkatan laboratorium

kebutuhan Terapeutik
metabolism  Lakukan oral hygiene,
 Faktor ekonomi sebelum makan, bila perlu
(mis. finansial tidak  Fasilitasi menentukan
mencukupi) pedoman diet (mis. piramida
 Faktor psikologis makanan)
(mis. stress,  Sajikan makanan secara
keengannan untuk menarik dan suhu yang sesuai
makan)
 Berikan makanan yang tinggi

Gejala dan Tanda serat untuk mencegah


Mayor konstipasi
Subjektif  Berikan makanan tinggi kalori
(Tidak tersedia) dan tinggi protein
Objektif  Berikan suplemen makanan,
 Berat badan jika perlu
menurun minimal  Hentikan pemberian makan
10% dibawah melalui selang nasogastric,
rentang ideal jika asupan oral dapat
terpenuhi
Gejala dan Tanda
Minor Edukasi
Subjektif  Anjurkan posisi duduk, jika
 Cepat kenyang mampu
setelah makan  Anjurkan diet yang
 Kram/nyeri diprogramkan
abdomen
Kolaborasi
 Nafsu makan
 Kolaborasi pemberian
menurun
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
Objektif antlemetik), jika perlu
 Bising usus  Kolaborasi dengan ahli gizi
hiperaktif untuk menentukan jumlah
 Otot pengunyah kalori dan jenis nutrient yang
lemah dibutuhkan, jika perlu
 Otot menelan lemah
 Membran mukosa
pucat
 Sariawan
 Serum albumin
turun
 Rambut rontok
berlebihan
 Diare

Kondisi Klinis Terkait


 Stroke
 Parkinson
 Mobius syndrome
 Cerebral palsy
 Cleft lip
 Cleft palate
 Amyotropic leateral
sclerosis
 Kerusakan
neuromuskular
 Luka bakar
 Kanker
 Infeksi
 AIDS
 Penyakit Crohn’s
 Enterkolitis
 Fibriosis kistik

6 Gangguan tumbuh Setelah dilakukan asuhan Perawatan perkembangan


kembang keperawatan …x… jam Observasi

Definisi diharapkan status  Identifikasi perncapaian


perkembangan membaik tugas perkembangan anak
Kondisi individu
terhadap anak dengan kriteria  Identifikasi isyarat perilaku
mengalami gangguan
hasil : dan fisiologis yang
kemampuan bertumbuh
Status perkembangan ditunjukan bayi
dan berkembang sesuai
 Keterampilan/perilaku (mis.lapar,tidak nyaman)
dengan kelompok usia
Penyebab sesuai usia meningkat Terapeutik
(5)  Pertahankan sentuhan
 Efek
 Kemampuan seminimal mungkin pada
ketidakmampua
melakukan perawatan bayi premature
n fisik
diri meningkat (5)  Berikan sentuhan yang
 Keterbatasan
 Respon social bersifat gentle dan tidak
lingkungan
meningkat (5) ragu-ragu
 Inkonsistensi
 Kontak mata  Minimalkan nyeri
respon
 Pengabaian
meningkat (5)  Minimilakan kebisingan
 Kemarahan menurun ruangan
 Terpisah dari
(5)  Pertahankan lingkungan
orang tua
 Regresi menurun (5) yang mendukung
dan/atau orang
terdekat  Afek membaik (5) perkembangan optimal
 Pola tidur membaik (5)  Motivasi anak berinteraksi
 Defiesiensi
dengan anak lain
stimulus
 Sediakan aktivitas yang
Gejala dan Tanda
memotivasi anak
Mayor
berinteraksi dengan anak
Subjektif lainnya
(tidak tersedia)  Fasilitasi anak berbagi dan
bergantian/bergilir
Objektif
 Dukung anak,
 Tidak mampu
mengekspresikan diri
melakukan
melalui penghargaan
keterampilan
positif atau umpan balik
atau perilaku
atas usahanya
khas sesuai usia
 Pertahankan kenyamanan
(fisik,bahasa,mo
anak
torik,psikosiosia
 Fasilitasi anak melatih
l)
keterampilan pemenuhan
 Pertumbuhan
kebutuhan secara mandiri
fisik terganggu (mis. Makan,sikat gigi,
cuci tangan, memakai
Gejala dan Tanda
baju)
Minor
 Bernyanyi bersama anak
Subjektif
lagu-lagu yang disukai
(tidak tersedia)  Bacakan cerita atau
Objektif dongeng
 Dukung partisipasi anak
 Tidak mampu
disekolah, ekstrakulikuler
melakukan
dan aktivitas komunikasi
perawatan
Edukasi
sendiri sesuai
 Jelaskan orang tua dan/atau
usia
pengasuh tentang
 Afek datar
milestones perkembangan
 Respon social
anak dan perilaku anak
lambat
 Anjurkan orang tua
 Kontak mata
menyentuh dan
terbatas
mengendong bayinya
 Nafsu makan
 Anjurkan orang tua
menurun
berinteraksi dengan
 Lesu
anaknya
 Mudah marah
 Ajarkan anak keterampilan
 Regresi
berinteraksi
 Pola tidur
 Ajarkan anak teknik asertif
terganggu (pada
Kolaborasi
bayi)
 Rujuk untuk konseling,jika
Kondisi klinis terkait perlu
 Hipoteroidisme
 Sindrom gagal Promosi perkembangan anak

tumbuh Observasi
 Identifikasi kebutuhan
 Leukemia khusus dan kemampuan
 Defisiensi adaptasi anak
hormone Terapeutik
pertumbuhan  Fasilitasi hubungan anak
 Demensia dengan teman sebaya

 Delirium  Dukung anak berinteraksi

 Kelainan dengan anak lain

jantung bawaan  Dukung anak


mengekspresikan
perasaannyasecara positif
 Dukung anak dalam
bermimpi atau berfantasi
sewajarnya
 Dukung partisipasi anak
disekolah,ekstrakulikurer
dan aktivitas komunikasi
 Berikan mainan yang
sesuai dengan usia anak
 Bernyanyi bersama anak
lagu-lagu yang disukai
anak
 Bacakan cerita/dongeng
untuk anak
 Diskusikan bersama
remaja tujuan dan
harapannya
 Sediakan kesempatan dan
alat-alat untuk
bergambar,melukis, dan
mewarnai
 Sediakan mainan berupa
puzzle dan maze
Edukasi
 Jelaskan nama-nama
objek yang ada di
lingkungan sekitar
 Ajarkan pengasuh
milestones perkembangan
dan perilaku yang
dibentuk
 Ajarkan sikap
kooperatif,bukan
kompetisi diantara anak
 Ajarkan anak cara
meminta bantuan dari
anak lain,jika perlu
 Ajarkan teknik asertif
pada anak dan remaja
 Demonstrasikan kegiatan
yang meningkatkan
perkembangan pada
pengasuh
Kolaborasi
 Rujuk untuk konseling,
jika perlu
1. Implementasi

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan yang
telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent, interdependent. Pada pelaksanaan
terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan.

2. Evaluasi
a. Evaluasi Formaatif (Mereflesikan observasi perawat dan analisi terhadap pasien
terhadap respon langsung pada ntervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Mereflesikan rekapiyulasi dan synopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan pasien terhadap waktu)
Daftar pustaka

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC).Singapore : Elsevier Global Rights.

Herman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan:


definisi&klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.
Moersintowarti B. Narendra, Titi S.Sularyo, Soetjiningsih, dkk. 2002. Buku Ajar Tumbuh
Kembang Anak dan Remaja. Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto

Nursalam, Susilaningrum Rekawati, Utami Sri. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
(untuk Perawat dan Bidan). Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai