Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DAN BALITA

PKK II DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HARAPAN DAN DOA

KOTA BENGKULU

Disusun oleh:

Nama : Nurhamidah Octarya

NPM : F0G019030

Tk/Semester : III/V

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

NOVIANTI S.ST., M.Keb


NIP. 19781108

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TA. 2021/2022
I. Konsep Teori
A. Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
1. Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pengertian
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan
anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Pertumbuhan
adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan,
sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan
perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan,- perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan
sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia
yang utuh.
b. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan. Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak
tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan
bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait
dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbedabeda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.

4) Perkembangan berkore/asi dengan pertumbuhan.


Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-
lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya
serta bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu:
a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)
lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling


berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.


Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan
sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar
merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui
belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang
diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
2) Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan
berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi
berkesinambungan.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara
lain:
1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
a) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b) Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
c) Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
d) Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan
anak laki-laki akan lebih cepat.
e) Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
2) Faktor luar (ekstemal).
a) Faktor Prenatal
(1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
(2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
(3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
(4) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
(5) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan
pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan
jantung.
(6) lnfeksi
lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikros efali,
retardasi mental dan kelainanjantung kongenital.
(7) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kem icterus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
(8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu. i. Psikologi ibu Kehamilan
yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu
hamil dan lain-lain.
(9) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
(10) Faktor Pasca Persalinan
- Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
- Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia,
kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan
jasmani.
- Lingkungan fisis dan kimia.
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut
hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya
sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb,
Mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
- Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang
tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu
merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
- Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
- Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
- Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
- Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya
dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi
anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap
kegiatan anak.
- Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
b) Aspek-aspek perkembangan yang dipantau.
(1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh
yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan
sebagainya.
(2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
(3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
(4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain}, berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
d. Periode Tumbuh Kembang Anak.
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh
kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan beberapa
kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
1) Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
a) Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
b) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dlbuahi dengan cepat akan menjadl suatu organisme,
terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem
organ dalam tubuh.
c) Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
(1) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester kedua kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna.
Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
(2) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-
fungsi. Terjadi transfer lmunoglobin G (lg G) dari darah ibu melalui
plasenta. Akumulasi aasam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa
Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachldonlc Acid) pada otak dan
retina.

Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester


pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat
peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil,
infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat,
bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti
kekerasan terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi
pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan
untuk selalu memperhatikan gerakan janin setelah kehamilan 5 bulan.

Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak


sehat, maka selama masa intra uterin, seorang ibu diharapkan:

(1) Menjaga kesehatannya dengan baik.


(2) Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
(3) Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.
(4) Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
(5) Memberi stimulasi dini terhadap janin.
(6) Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan
keluarganya.
(7) Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
(8) Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi
kehamilannya.
2) Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan. Pada masa ini terjadi adaptasi
terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya
berfungsi organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
a) Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.
b) Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari. Hal yang paling penting agar
bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat adalah:
(1) Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana
kesehatan yang memadai.
(2) Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan
terlambat pergi kesarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya
untuk melahirkan.
(3) Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat
menenangkan perasaan ibu.
(4) Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan
penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu
jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.
(5) Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap
diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian
ASI.
c) Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses
pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya
fungsi sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan
keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang
mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang
terbaik untuk anak.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi,
mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada
makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai
jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana
kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini,
pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
3) Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta
fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada
masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah
lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan
serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan
syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubunganhubungan
antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai
dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan
moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini,
sehingga setiap kelalnan/penyimpangan sekecll apapun apablla tidak
dideteksl apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia dikemudian hari.
4) Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya
ketrampilan dan proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai
menunjukkan keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar
rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah.
Anak mulai berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan
sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah dengan cara membawa
anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-tempat
yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak. Sepatutnya lingkungan-
lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat untuk
anak (child friendly environment). Semakin banyak taman kota atau taman
bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan
anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan
sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap
sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses
belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain. Orang tua dan keluarga
diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar
dapat dllakukan intervensl dini bila anak mengalami kelainan atau
gangguan.

5) Tahapan perkembangan anak menurut umur


6) Beberapa gangguan tumbuh-kembang yang sering ditemukan.
a. Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh
perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap
keter1ambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan
kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar
anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara
dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
b. Cerebral palsy.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada
sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum
selesai pertumbuhannya.
c. Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal
dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi
akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya
lebih lambat dari anak yang normal.Beberapa faktor seperti kelainan
jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau
lingkungan lainnya dapat menyebabkan keter1ambatan perkembangan
motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
d. Perawakan Pendek.
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi
mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD
pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut.
Penyebabnya dapat karena varisasi normal,gangguan gizi, kelainan
kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
e. Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti
meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut
sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam.
Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup
bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
f. Retardasi Mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh
intelegensia yang rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan
individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat
atas kemampuan yang dianggap normal.
g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Merupakan
gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan
perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
(1) Berjalan lurus.
(2) Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.
(3) Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
(4) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan.
(5) Menggambar segi empat.
(6) Mengerti arti lawan kata.
(7) Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih.
(8) Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan
kegunaannya.
(9) Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
(10) Mengenal warna-warni
(11) Mengungkapkan simpati.
(12) Mengikuti aturan permainan.
(13) Berpakaian sendiri tanpa di bantu. Umur 60-72 bulan
2. Stimulasi Tumbuh Kembang Balita Dan Anak Prasekolah
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah - yang
merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-
masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa
serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi tumbuh
kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
b) Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah
laku orang-orang yang terdekat dengannya.
c) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
d) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
e) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
f) Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.
g) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
h) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Pada bagian sebelumnya sudah dijelaskan bahwa perkembangan kemampuan dasar


anak anak berkorelasi dengan pertumbuhan. Perkembangan kemampuan dasar anak
mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Dengan demikian
stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan pembaian
kelompok umur stimulasi anak berikut ini:
B. Denver Development Screening Test (DDST)
1. Pengertian DDST (Denver II)
Denver Development Screening Test (DDST) adalah sebuah metode
pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan
anak usia 0-6 tahun.
Denver II bukan merupakan tes diagnostik atau tes IQ; bukan peramal
kemampuan adaptif atau intelektual anak di 29 masa mendatang; tidak dibuat untuk
menghasilkan diagnosis seperti ketidakmampuan belajar (learning disability),
kesukaran belajar (learning disorder) atau gangguan emosional; dan tidak untuk
substitusi evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik. Denver II lebih ditujukan
untuk skrining, dengan cara membandingkan kemmapuan perkembangan seorang
anak dengan anak lain yang seumur.
Dalam lembar Denver II terdapat 125 gugus tugas (kemampuan)
perkembangan. Setiap tugas digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang
horizontal yang berurutan menurut umur.6 Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit)
dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian
yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan
antara 85-100% bayi dan anak–anak prasekolah yang mengalami keterlambatan
perkembangan, dan pada “follow-up” selanjutnya ternyata 89% dan kelompok
DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak dapat
mengidentifikasikan lebih separoh anak dengan kelainan bicara. Frankenburg
melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan juga tugas 30
perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST
tersebut dinamakan Denver II.
2. Manfaat Denver II
Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan DDST
bergantung pada usia anak. Pada bayi baru lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai
masalah neurologis, salah satunya serebral palsi. Pada bayi, tes ini sering kali dapat
memberikan jaminan kepada orang tua atau bermanfaat dalam mengidentifikasi
berbagai problema dini yang mengancam mereka. Pada anak, tes ini dapat
membantu meringankan permasalahan akademik dan sosial. Denver II dapat
digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain :
a) Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.
b) Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.
c) Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala,
kemungkinan adanya kelainan perkembangan.
d) Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.
e) Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.

Sebelum menerapkan Denver II, terlebih dahulu harus memahami apa yang
hendak diukur melalui tes tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
terakait tes Denver II :

a. Denver II bukan merupakan tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan adaptif
atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan datang.
b. Denver II tidak digunakan untuk menetapkan diagnosis, seperti kesukaran
belajar, gangguan bahasa, gangguan emosional dan sebagainya.
c. Denver II diarahkan untuk membandingkan kemampuan perkembangan anak
dengan anak lain yang seusia, bukan sebagai pengganti evaluasi diagnostik atau
pemeriksaan fisik.
3. Sektor Perkembangan Yang Dinilai
Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia
anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item tersebut terbagi menjadi 4 sektor, yaitu20 :
a. Sektor Personal Sosial, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan
pribadi.
b. Sektor Motorik Halus – Adaptif, yaitu koordinasi matatangan, kemampuan
memainkan dan menggunakan bendabenda kecil serta pemecahan masalah.
c. Sektor Bahasa, yaitu mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa.
d. Sektor Motorik Kasar, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum
otot besar lainnya.
4. Alat Yang Digunakan
a. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-
kuning-hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis,bel kecil, kertas, dan
pensil.
b. Lembar formulir DDST
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan caracara melakukan tes dan
cara penilaiannya.
5. Prosedur DDST/Denver II
Terdapat 2 prosedur dalam DDST, yaitu:
a. Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia (3-6
bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun).
b. Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
6. Proses Test DDST26
a. Persiapan alat
b. Benang wol
c. Icik-icik dengan gagang kecil
d. Boneka dengan botol susu
e. Kubus warna merah, kuning, hijau dan biru
f. Botol kecil berwarna bening
g. Manik-manik dan lonceng kecil
h. Bola tenis
i. Pensil merah dan kertas folio
j. Alat tambahan misalnya : meja, kursi kecil 3 buah
k. Formulir DDST
Formulir DDST berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas
perkembangan menurut usia pada halaman depan.
(1) Pada bagian belakang berisi dengan pedoman beberapa panduan untuk tes
tertentu
(2) Pada bagian depan formulir DDST terdapat garis horizontal teratas dan
terbawah untuk skala usia dari mulai lahir sampai dengan 6 tahun
(3) Pada usia 0-25 bulan, satu garis tegak kecil adalah 1 bulan
(4) Pada usia setalah 24 bulan, satu garis tegak adalah 3 bulan
(5) Pada bagian depan terdapat 125 item dalam bentuk persegi panjang yang
ditempatkan dalam neraca usia yang menunjukan 25%, 50%, 75%, 90%
yang menyatakan presentasi keberhasilan rata-rata seluruh anak

Menghitung Usia Anak

(1) Tulis tanggal, bulan di laksanakan tes


(2) Kurangi dengan cara bersusun antara tanggal dan bulan tahun kelahiran
anak
(3) Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang sesuai
dari angka bulan di depannya (mis, Agustus: 31 hari, september: 30 hari)
(4) Hasilnya adalah usia anak dalam tahun, bulan, dan hari
(5) Ubah usia anak ke dalam satuan bulan jika perlu
(6) Jika pada saat pemeriksaan usia anak di bawah 2 tahun, anak lahir kurang 2
minggu, atau lebih dari HPL, lakukan penyesuaian prematuritas dengan cara
mengurangi umur anak dengan jumlah minggu tersebut.
7) Cara Pengukuran
a) Mentukan umur anak pada saat pemeriksaan.
b) Tarik garis pada lembar DDST II sesuai dengan umur yang telah ditentukan.
c) Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang
ada mulai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus dan personal sosial.
d) Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan dan abnormal.
(1) Keterlambatan (abnormal) apabila terdapat 2 keterlambatan atau lebih
pada 2 sektor didapat 2 keterlambatan atau lebih ditambah 1 sektor atau
lebih terdapat 1 keterlambatan.
(2) Meragukan apabila 1 sektor terdapat 2 keterlambatan atau lebih atau 1
sektor lebih didapatkan 1 keterlambatan.
(3) Dapat juga dengan menentukan ada tidaknya keterlambatan pada
masing-masing sektor bila menilai tiap sektor atau tidak menyimpulkan
gangguan perkembangan keseluruhan.
8) Interpretasi Hasil
Pada setiap item perlu mencantumkan skor di area kotak yang
berwarna putih (dekat tanda 50%), dengan ketentuan sebagai berikut. L =
Lulus/Lewat (P=Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang
tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat
menyelesaikan item tersebut (item yang bertanda L). G = Gagal (F=Fail).
Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh
melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item
tersebut (item yang bertanda L). M = Menolak (R=Refusal). Anak menolak
untuk melakukan tes untuk item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan
mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya (khusus item tanpa
tanda L). Tak = Tak ada kesempatan (No=No Opportunity). Anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan
(khusus item yang bertanda L).
Penilaian Keseluruhan Tes
Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3
yaitu, Normal, Suspek, dan Tak dapat diuji. Berikut penjelasan dari
ketiganya :
a) Normal jika tidak ada skor “Terlambat” (0T) dan/ atau maksimal 1
“Peringatan” (1P). Jika hasil ini didapat, lakukan pemeriksaan ulang
pada kunjungan berikutnya.
b) Suspek jika terdapat satu atau lebih skor “Terlambat” (1T) dan/atau dua
atau lebih “Peringatan” (2P). Dalam hal ini, T dan P harus disebabkan
oleh kegagalan (G), bukan oleh penolakan (M). Jika hasil ini didapat,
dilakukan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang untuk menghilangkan
faktor-faktor sesaat, seperti rasa takut, sakit, atau kelelahan.
c) Tidak dapat diuji jika terdapat satu atau lebih skor “Terlambat” (1T)
dan/atau dua atau lebih “Peringatan” (2P). Dalam hal ini, T dan P harus
disebabkan oleh penolakan (M), bukan oleh kegagalan (G). Jika hasil ini
didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang.
Upaya identifikasi perkembangan dilakukan jika anak berisiko
mengalami kelainan perkembangan. Ini dilakukan melalui langkah-langkah
berikut. Pertama, pada setiap sektor, tes dilakukan sedikitnya pada 3 item
terdekat di sebelah kiri garis usia, juga pada semua item yang dilalui oleh
garis usia. Kedua, bila anak tidak mampu melakukan salah satu item (Gagal,
Menolak, Tak ada kesempatan), item tambahan dimasukkan ke sebelah kiri
garis usia (dalam sektor yang 38 sama) sampai anak dapat Lulus/Lewat dari
3 item secara berturut-turut.

Untuk menentukan kemampuan anak yang relatif lebih tinggi, dapat


dilakukan langkah-langkah berikut. Pertama, pada setiap sektor, dilakukan
tes minimal pada 3 item terdekat di sebelah kiri garis usia, juga pada semua
item yang dilalui oleh garis usia. Kedua, lanjutkan dengan melakukan tes
pada setiap item di sebelah kanan garis usia hingga akhirnya didapat skor
gagal tiga kali berturut-turut.

C. Manajemen Terpadu Balita Sakit


1. Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu
Integrated Management of ChildhoodIllness (IMCI) adalah suatu manajemen
melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalamtatalaksana balita sakit yang datang
di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi,
status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang
diberikan. Menurut Susilowati (2016), MTBS merupakan suatu manajemen melalui
pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di
pelayanan kesehatan, seperti pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga,
malnutrisi, status imunisasi serta peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan
penyakit (imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian ASI atau
makan). Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu
meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus Balita sakit,
memperbaiki sistem kesehatan, dan memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat
dalam perawatan di rumah dan upaya pertolongan kasus balita sakit. Manajemen
Terpadu Balita Sakit adalah manajemen untuk menangani Balita sakit yang bersifat
terpadu yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Terpadu dalam hal ini adalah
berarti mencari dan mengobati dengan dipandu buku bagan MTBS untuk beberapa
penyakit yang menyebabkan kematian bayi dan Balita seperti pneumonia, diare,
malaria, campak, gizi buruk dan masalah lainnya ke dalam suatu episode
pemeriksaan. Prosedur manajemen kasus disajikan dalam suatu bagan yang
memperlihatkan urutan langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Bagan 13
tersebut menjelaskan tentang menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2
bulan– 5 tahun, menentukan tindakan dan memberi pengobatan, memberi konseling
bagi ibu, manajemen terpadu balita muda umur kurang dari 2 bulan dan memberi
pelayanan tindak lanjut (Depkes RI, 2010).
Manajeman Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu formula yang
dikeluarkan oleh WHO dan UNICEF pada tahun 1996 dengan tujuan utama
memperbaiki kesehatan anak. Fokusnya untuk memperbaiki kualitas pelayanan
kesehatan pada fasilitas tingkat pelayanan dasar (balai pengobatan dan pelayanan
rawat jalan) dengan menggunakan standar serta pendekatan yang terintegrasi unuk
pelayanan kesehatan (WHO dan UNICEF 2005). Sementara itu menurut WHO
(2002) Manajeman Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu strategi yang
menggabungkan semua tindakan pencegahan penyakit dan masalah kesehatan
selama masa kanak- kanak, gunanya untuk mendeteksi dini penyakit dan terapi
yang efektif serta promosi kebiasaan hidup sehat dalam keluarga dan masyarakat.
2. Tujuan MTBS
Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah menurunkan
secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada
balita (M.Arifki, 2019). Tujuan dari mtbs ini adalah untuk menurunkan angka
kematian dan kesakitan yang terkait dengan penyakit tersering pada balita dan
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak,
meningkatkan ketrampilan petugas, menilai, mengklisifikasi dan mengetahui resiko
dari penyakit yang timbul, memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam
perawatan di rumah, sebagai pedoman kerja bagi petugas (MTBS, Modul 1, 2009).
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di
unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas. WHO telah mengakui bahwa
pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan Negara-Negara berkembang dalam
upaya menurunkan kematian, kesakitan, dan kecacatan pada bayi dan balita. MTBS
telah digunakan di lebih 100 negara dan terbukti dapat:
a. Menurunkan angka kematian balita
b. Memperbaiki status gizi
c. Meningkatkanpemanfaatan pelayanan kesehatan
d. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan
e. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah (Soenarto, 2009).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat ditatalaksana dengan
MTBS adalah yang menjadi penyebab utama kematian antara lain pneumonia,
diare, malaria, dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan
anemia). Langkah pendekatan MTBS adalah dengan menggunakan algoritma
sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah
kesakitan pada balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan
intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian kesakitan balita
yang disebabakan oleh infeksi pernafasan akut (ISPA), diare, campak, malaria,
kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut (MTBS,
Modul 1,2009).
3. Strategi MTBS
Strategi MTBS mencakup upaya kuratif dan preventif untuk meningkatkan
perbaikan dalam sistem kesehatan, manajemen kasus, dan praktik kesehatan oleh
keluarga dan masyarakat (Hill,dkk 2004). Tujuan utama dari strategi MTBS adalah
meningkatkan derajat kesehatan serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
anak mengurangi angka kematian, frekuensi, tingkat keparahan penyakit dan
kecacatan, dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak (Hidayat, 2008).
Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu
meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit,
memperbaiki sistem kesehatan, dan memperbaiki praktik dalam rumah tangga dan
masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pengobatan pada kasus
balita sakit (WHO, 2012).
Indonesia mengadopsi strategi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
pada tahun 1997, sebagai strategi utama untuk mengurangi angka kematian dan
kesakitan, serta berupaya mempromosikan kesehatan dan pengembangan anak
(Depkes, 2015).
a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus. MTBS
dapat meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam penatalaksanaan
kasus balita sakit. Dalam memberikan pelayanan terhadap balita sakit petugas
kesehatan harus benar-benar terampil dalam menilai tanda-tanda dan gejala
penyakit, status imunisasi dan pemberian vitamin A, kemudian menentukan
klasifikasi dan tindakan yang sesuai serta memberi tindakan pra rujukan yang
penting sesuai dengan Standar Operasional (SOP).
b. Memperbaiki sistem kesehatan agar penampungan penyakit-penyakit pada
balita dapat dilaksanakan secara efektif. MTBS akan meningkatkan akurasi
identifikasi penyakit anak pada unit rawat jalan, menjamin kombinasi
pengobatan yang tepat dari semua penyakit utama, menetapkan konseling bagi
ibu/pengasuh anak dan penyedia pelayanan pencegahan, serta mempercepat
rujukan bagi anak yang sakit parah, sehingga kualitas pelayanan terhadap anak
balita sakit lebih baik.
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
pada pencarian pertolongan .

MTBS mempromosikan perilaku pencarian pengobatan yang tepat,


memperbaiki gizi dan cara pencegahan serta penerapan secara benar pelayanan
yang dianjurkan.

Menurut Wijaya (2009), Strategi MTBS memiliki 3 komponen khas yang


menguntungkan, yaitu:
a. Komponen I: Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana
kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula
memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih)
b. Komponen II: Memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat
kabupaten/kota).
c. Komponen III: Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan
di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang dikenal sebagai MTBS berbasis
msyarakat.
4. Manfaat Pelayanan MTBS
Pelayanan MTBS yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakaian jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rat penduduk serta yang menyelenggarakan sesuai dengan standar
dan kode etik profesi. Meskipun diakui tidak mudah, namun masih dapat
diupayakan karena memang telah ada ukurannya yakni rumusan standar serta kode
etik profesi yang pada dasarnya merupakan kesepakatan antara warga profesi itu
sendiri. Karenanya wajib sifatnya untuk dipakai sebagai pedoman dalam
menyelenggarakan setiap kegiatan profesi, termasuk pelayanan kesehatan (Depkes
RI, 2015). Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan,
yaitu:
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita
sakit (selain dokter, petugas kesehatan non dokter dapat pula memeriksa dan
menangani pasien apabila sudah dilatih)
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS)
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan) (Depkes RI,2015).

MTBS apabila dapat diselenggarakan dengan baik, banyak sekali manfaat


yang diperoleh, secara umum manfaat yang dimaksud adalah:
a. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan pada rawat jalan.
Peningkatan efektifitas yang dimaksud erat hubungannya dengan dapat
diatasinya masalah kesehatan secara tepat terhadap balita, karena pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan telah sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi ataupun standar yang telah ditetapkan.
b. Dapat meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan rawat jalan.
Peningkatan efesiensi yang dimaksud erat hubunganya dengan dapat
dicegahnya standar pelayanan kesehatan yang dibawah standar, karena dalam
MTBS telah ditetapkan standar pelayanan yang tepat untuk balita sakit.
Demikian pula halnya untuk mencegah pemakaian sumber daya tidak pada
tempatnya yang ditemukan pada pelayanan yang berlebihan.
c. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Peningkatan penerimaan erat hubungannya dengan telah sesuainya
pelayanan kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan pemakaian jasa pelayanan.
Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan pada gilirannya pasti
akan berperan besar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
d. Dapat melindungi penyelenggaraan pelayanan dari kemungkinan timbulnya
gugatan hukum.
Pada saat ini sebagai akibat dari makin baiknya tingkat pendidikan
masyarakat, maka kesadaran hukum masyarakat juga telah semakin meningkat.
Untuk mencegah kemungkinan timbulnya gugatan hukum tehadap
penyelenggaraan pelayanan, antara lain karena ketidakpuasan terhadap
pelayanan kesehatan perlu dilaksanakan sebaik-baiknya.
5. Indikator Keberhasilan Program MTBS
Indikator yang harus diperhatikan dalam menentukan keberhasilan
pelaksanaan MTBS meliputi upaya preventif (pencegahan), perbaikan gizi, upaya
promotif (berupa konseling), upaya kuratif (pengobatan), sarana dan fasilitas yang
memadai meliputi keterampilan petugas kesehatan, dukungan sistem kesehatan
dalam menjalankan MTBS, kepuasan ibu balita atau pendamping balita dan akses
yang mudah bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang terpadu (Depkes RI, 2015).
Indikator prioritas MTBS yang digunakan dalam fasilitas pelayanan dasar
meliputi keterampilan petugas kesehatan, dukungan sistem kesehatan dalam
menjalankan MTBS dan kepuasan ibu balita atau pedamping balita. Sedangkan
indikator keberhasilan MTBS adalah angka mortalitas dan morbiditas anak balita
menurun, juga cakupan neonatal dalam kunjungan rumah meningkat.
6. Sasaran Manajemen Terpadu Balita Sakit
Menurut Kemenkes RI (2009), sasaran dari manajemen terpadu balita sakit
meliputi:
a. Bayi muda umur 1 minggu- 2 bulan
b. Anak umur 2 bulan – 5 tahun
c. Penyesuaian alur MTBS

Salah satu konseksuensi penerapan MTBS di puskesmas adalah waktu


pelayanan menjadi lebih lama. Untuk mengurangi waktu tunggu bagi balita sakit,
perlu dilakukan penyesuaian alur pelayanan. Khusus untuk pelayanan bayi muda
(sehat maupun sakit) dapat dilaksanakan di unit rawat jalan puskesmas ataupun
pustu, tetapi di utamakan dikerjakan pada saat kunjungan neonatal oleh para bidan
desa (MTBS, Modul 7,2009).

D. Manajemen Terpadu Balita Sakit


1. Pengertian Manajemen Terpadu Bayi Muda
Bayi muda adalah bayi dengan rentang usia kurang dari 2 bulan. Pada bayi sistem
fungsi tubuh belum sempurna sehingga bayi rawan mengalami masalah yang
memerlukan tatalaksana yang tepat. Tatalaksana yang kurang tepat diduga dapat
menyebabkan komplikasi dan kematian pada bayi (Kemenkes RI, 2010). MTBM
merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana bayi umur kurang dari
2 bulan, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat
jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal
(Kemenkes RI, 2019).
MTBM adalah strategi yang mengintegrasikan semua langkah yang tersedia untuk
promosi kesehatan, pencegahan dan manajemen terpadu penyakit anak melalui
deteksi dini dan pengobatan yang efektif (Seid & Sendo, 2018).
Pelaksanaan Manajemen Terpadu Bayi Muda Proses manajemen kasus disajikan
dalam bagan yang memperlihatkan urutan langkah-langkah dan penjelasan cara
pelaksanaannya, yaitu:
1) Penilaian dan Klasifikasi
Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke klinik,
petugas kesehatan menggunakan komunikasi yang baik untuk menanyakan
kepada ibu tentang masalah anaknya, memeriksa adakah tanda bahaya umum
yang menunjukkan kondisi yang mengancam jiwa dan memeriksa bayi muda
27  untuk tanda dan gejala, pemberian vitamin K1 dan imunisasi (Kemenkes
RI, 2017)
2) Menilai dan Mengklasifikasikan Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput
lender, kulit dan organ lain akibat penumpukan bilirubin (Marmi,dkk, 2012).
Rohani et al., (2017) mengatakan bahwa ikterus adalah suatu gejala
diskolorasi kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan
bilirubin. Menurut Kemenkes RI (2019), ikterus pada bayi baru lahir dapat
merupakan fisiologik dan patologik. Yang bersifat patologik dikenal sebagai
hiperbilirubinemia yang dapat mengakibatkan ganguan susunan saraf pusat
(kern icterus) atau kematian. Menurut Dewi (2011),
pembagian ikterus ada 2 yaitu
(1) Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus yang dialami oleh bayi baru lahir,
tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi
kern ikterus. Ikterus fisiologis memiliki tanda-tanda berikut
a) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir.
b) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% pada neonatus
cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per
hari.
d) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%.
e) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
f) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
(2) Patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis
dengan kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilrubinemia. Ikterus patologis memiliki tanda dan gejala:
a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama dan berdasarkan Kemenkes
RI (2017) juga dapat terjadi pada hari ke-14 atau lebih.
b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan
melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin melebihi 5 mg% per hari.
d) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e) Kadar bilirubin direct lebih dari 1 mg%.
f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik.
3) Menilai dan Mengklasifikasikan Diare
Menurut Dewi (2011), diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.Neonatus
dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.Mengeluarkan tinja
secara berulang dan lunak pada bayi yang minum ASI tidak disebut diare,
selama berat badan bayi meningkat normal. Hal ini merupakan intoleransi
laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.
Cara penilaian klinis diare adalah sebagai berikut:
(1) Tanyakan apakah bayi diare?
Jika ibu menjawab ya atau keluhan utama ibu adalah bayi diare,
tanyakan sudah berapa lama.
(2) Lihat keadaan umum bayi.
Apakah bayi letargis atau tidak sadar? Apakah bayi gelisah/rewel?
(3) Jika bayi bergerak hanya jika dirangsang dan kemudian berhenti
bergerak, atau sama sekali tidak bergerak, ini merupakan tanda
kondisi yang serius.
(4) Lihat apakah mata cekung? Mata bayi yang mengalami dehidrasi
terlihat cekung. Tentukan apakah mata bayi cekung. Tanyakan pada
ibu, apakah menurut ibu mata bayi kelihatan tidak seperti biasanya.
Pendapat ibu dapat membantu memastikan bahwa mata bayi cekung
atau tidak.
(5) Periksa cubit kulit perut untuk mengetahui turgor. Apakah
kembalinya sangat lambat (> 2 detik) atau lambat.
SOAP DDST

ASUHAN KEBIDANAN PADA An.N USIA 4 TAHUN 7 BULAN DENGAN


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN NORMAL

A. Pengkajian
Hari : Jum’at
Tanggal : 17 September 2021
Jam : 08.30 WIB
1. Data subyektif
a. Biodata
 Data anak
Nama anak : An.N
Tanggal lahir : 28 Februari 2017
Umur : 4 tahun 7 bulan
Jenis kelamin : laki - laki
Anak ke : 1 (pertama)
 Data orang tua
Nama ibu : Ny. P Nama Ayah :Tn. A
Umur : 29 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Tani
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : Bumi Ayu
b. Keluhan utama
Ibu mengatakan mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anaknya.
c. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang serius, terkadang hanya sakit pilek
dan batuk biasa.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan anaknya sekarang sehat.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita autis, hiperaktif, tidak ada
yang menderita penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan juga yang mendrita
penyakit asma, paru-paru, jantung.
f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
KEHAMILAN
 Trimester I
 Ibu mengatakan pada waktu hamil muda ibu mengalami mual dan muntah.
 Ibu mengatakan saat hamil tidak ada keluhan seperti nyeri perut dan pendarahan
saat hamil.
 Ibu mengatakan tiap bulan rutin periksa kebidan, oleh bidan diberi informasi
seputar kehamilannya dan mendapatkan vitamin dan tablet tambah darah.
 Trimester II
 Ibu mengatakan mendapatkan suntik TT 2 kali pada saat usia kehamilan 5 bulan
dan 6 bulan.
 Ibu mengatakan merasakan gerak janin pada usia kehamilan 4 bulan.
 Ibu mengatakan tiap bulan rutin periksa kebidan, oleh bidan diberi informasi
seputar kehamilannya dan mendapatkan vitamin dan tablet tambah darah.
 Trimester III
 Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya setiap minggu sekali dibidan, ibu
mendapat vitamin dan tablet tambah darah serta informasi seputar kehamilannya
dan persiapan persalinan.
PERSALINAN
Ibu mengatakan melahirkan anak pertamanya pada usia kehamilan 9 bulan secara
normal, ditolong oleh bidan pada tanggal 28 – 02 – 2017, pukul 01.00 WIB, jenis
kelamin Laki - laki, langsung menangis, BB lahir 3100 gram, TB 48 cm, ari-ari lahir
normal, pendarahan normal.
NIFAS
Ibu mengatakan nifasnya normal selama 40 hari, ibu menyusui anaknya mulai lahir
sampai umur 2 tahun.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
 Pertumbuhan
BB : 3100 gram PB sekarang : 103 cm
PB : 48 cm Lika : 53 cm
BB sekarang : 17 kg Lila : 18 cm
Lida : 53 cm
 Perkembangan
 Ibu mengatakan pada umur 1 bulan anaknya bila diajak bicara melihat dan
menatap wajah yang mengajak bicara.
 Ibu mengatakan anaknya mulai bisa tengkurap pada usia 3 bulan.
 Ibu mengatakan anaknya mulai bisa duduk pada usia 6 bulan.
 Ibu mengatakan anaknya mulai bisa merangkak pada pada usia 7 bulan
 Ibu mengatakan anaknya mulai bisa berdiri pada usia 9 bulan.
 Ibu mengatakan anaknya mulai dapat berjalan dengan dituntun pada usia 10
bulan.
 Ibu mengatakan anaknya bisa mengeluarkan beberapa kata tapi belum jelas pada
usia 13 bulan.
 Ibu mengatakan anaknya mulai bisa berjalan mundur pada usia 15 bulan.
 Ibu mengatakan anaknya mulai bisa berlari-lari dan makan minum sendiri pada
usia 24 bulan.
 Ibu mengatakan anaknya dapat mencorat-coret pada kertas pada usia 30 bulan.
 Ibu mengatakan anaknya bisa menyebut bila melihat benda atau gambar dengan
benar pada usia 36 bulan.
 Ibu mengatakan anaknya bisa mengayuh sepeda roda 3 sendiri pada usia 47 bulan.
 Ibu mengatakan anaknya bisa menggosok giginya sendiri tanpa bantuan dan
bicaranya mudah dimengerti pada usia 60 bulan.
h. Riwayat imunisasi dan reaksinya
 BCG : kali pada usia 1 minggu, reaksi yang ditimbulkan adanya lukapada
lengan kanan.
 Hepatitis : 3 kali pada usia 1 bulan, 7 bulan, dan 12 bulan, reaksi yang ditimbulkan
tidak ada.
 DPT : 3 kali pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 5 bulan, reaksi yang ditimbulkan
anak panas.
 Polio : 3 kali pada usia 3 bulan, 4 bulan, dan 5 bulan, reaksi yang ditimbulkan
tidak ada.
 Campak : 1 kali pada usia 9 bulan, reaksi yang ditimbulkan anak panas.

i. Pola kebiasaan sehari-hari


 Pola nutrisi : makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk, susu dan
terkadang buah.
 Pola eliminasi : BAB 1 kali sehari dengan konsisten lunak, BAK 4-6 kali sehari,
warna kuning jernih.
 Pola kebersihan : mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 hari
sekali, ganti baju setiap 1 hari sekali, celana dalam dan kaos
dalam setiap habis mandi.
 Pola istirahat : tidur siang 2 jam sehari mulai pukul 13.30 – 15.30 WIB, tidur
malam jam 9 sehari mulai pukul 20.30 – 05.30 WIB.
 Pola aktifitas : anak aktif bermain bersama teman-temannya atau saat dirumah.
 Pola rekreasi : melihat televisi di rumah.
j. Data Psikososial
Psikososial
 Anak sering mendekap ibunya saat tidur dibandingkan pada ayahnya.
 Anak tidak rewel.
Sosial
 Anaknya diasuh dan tinggal dirumahnya sendiri dengan orang tua dan neneknya,
kehidupannya sangat harmonis.
k. Data sosial budaya
 Ibu tidak percaya pada tahayul
 Saat anaknya umur 7 bulan ibu mengadakan acara piton-piton
 Ibu dan keluarga jika sakit berobat kebidan/petugas kesehatan.
l. Data spiritual
Ibu beragama islam dan saat menjalankan ibadah sholat 5 waktu.

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
K/U : baik BB sekarang : 17 kg
Kesadaran : composmentis BBL : 3100 gr
Suhu : 36o C PB sekarang : 103 cm
HR : 70x/menit Lika : 53 cm
RR : 32x/menit Lila : 18 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
 Kepala : simetris, tidak terdapat benjolan, tidak ada luka, bersih, penyebaran
merata, warna hitam, tidak rontok.
 Muka mata : tidak tampak pucat
 Hidung : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, terlihat.
 Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi bersih, tidak ada laries gigi,
lidah bersih warna merah.
 Telinga : simetris, bersih, tidak ada kelainan daun telinga, tidak tampak
serumen
 Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan
kelenjar limfe.
 Dada : simetris, tidak tampak adanya benjolan, pernafasan teratur.
 Abdomen : tidak ada benjolan abnormal, tidak buncit, tidak ada luka bekas
operasi.
 Genetalia : normal, tampak bersih, jenis kelamin perempuan.
 Anus : bersih, tidak tampak luka.
 Ekstremitas
Atas : simetris, tidak odema, tidak ada kelainan fungsi,pergerakan bebas.
Bawah : simetris, tidak odema, tidak ada kelainan fungsi, pergerakan bebas.
Palpasi
 Kepala : tidak teraba benjolan abnormal
 Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
 Abdomen : tidak ada benjolan, tidak kembung
 Integumen : turgor kulit normal
Auskultasi
 Dada : tidak terdengar whezing dan ronchi
 Bising usus : 1 laki/menit
Perkusi
Reflek patela positif

3. Data penunjang
Dilaksanakan pemeriksaan DDST
a. Personal social
 Mengambil makanan : (L) = N
 Gosok gigi tanpa bantuan : (L) = N
 Bermain ular tangga/kartu : (L) = N
 Berpakaian tanpa bantuan : (L) = N
b. Adaptif – motorik halus
 Mencontoh  : (L) = N
 Menggambar orang 6 bagian : (L) = N
 Mencontoh  ditunjukkan : (L) = N
 Memilih garis yang lebih panjang : (L) = N
 Mencontoh + : (L) = N
 Menggambar orang 3 bagian : (L) = N
 Mencontoh O : (L) = N
c. Bahasa
 Mengartikan 7 kata : (L) = N
 Berlawanan 2 : (L) = N
 Menghitung 5 kubus : (L) = N
 Mengetahui 3 kata sifat : (L) = N
 Mengartikan 5 kata : (L) = N
 Menyebut 4 warna : (L) = N
 Mengerti 4 kata depan : (L) = N
 Bicara semua dimengerti : (L) = N
d. Motorik kasar
 Berdiri 1 kaki 6 detik : (L) = N
 Berjalan tumit kejari kaki : (L) = N
 Berdiri 1 kaki 5 detik : (L) = N
 Berdiri 1 kaki 4 detik : (L) = N
 Berdiri 1 kaki 3 detik : (L) = N
 Melompat dengan 1 kaki : (L) = N
 Berdiri 1 kaki 2 detik : (L) = N
 Berdiri 1 kaki 4 detik : (L) = N
 Berdiri 1 kaki 3 detik : (L) = N
 Melompat dengan 1 kaki : (L) = N
 Berdiri 1 kaki 2 detik : (L) = N
KSP : jawaban ya dari 9 :N
TDD (Test Daya Dengar) :N
TDL (Test Daya Dengar) :N
GPPH : jumlah total nilai 1 :N
KMME : jawaban tidak dari 12 :N
Kesimpulan :
 DDST :
 Personal social : OP, OD :N
 Motorik halus : OP, OD :N
 Bahasa : OP, OD :N
 Motorik kasar : OP, OD :N
Tidak didapatkan delayed (D), tidak ada caution (P), anak dalam kategori normal.
 KSP : 10 pertanyaan dijawab ya 10 :N
 TDD (Test Daya Dengar) :N
 TDL (Test Daya Lihat) :N
 GPPH : jumlah total nilai 1 :N
 KMME : 12 pertanyaan dijawab tidak 12: N

ANALISA

Anak “N” usia 4 tahun 7 bulan, perempuan dengan pertumbuhan dan perkembangan normal.

PENATALAKSANAAN
Dx : Anak “N” usia 4 tahun 7 bulan, perempuan dengan pertumbuhan dan perkembangan
normal.
1. Menjelaskan pada ibu bahwa keadaan anaknya sehat, tumbuh kembangnya normal.
EV : Ibu mengerti
2. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan anak seperti kebutuhan nutrisi, eliminasi.
Istirahat/tidur, bermain, personal hygine yang dibutuhkan anaknya untuk tumbuh dan
berkembang.
Ev : Ibu mengerti
3. Menjelaskan pada ibu tentang tumbuh kembang pada anaknya sesuai tingkat umur
dengan bahsaa yang sederhana.
Ev : Ibu mengerti
4. Menganjurkan pada ibu untuk menyediakan mainan yang sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Ev : Ibu Mengerti
5. Menganjurkan pada ibu untuk terus memotivasi anaknya untuk bergaul dengan orang
lain.
Ev : Ibu mengerti
6. Mengajarkan pada ibu cara menstimulasi anak serta memberi ibu lembar Denver II untuk
digunakan dirumah.
Ev : Ibu Mengerti
7. Menganjurkan pada ibu untuk menstimulasi dan memantau tumbuh kembang anaknya
dirumah.
Ev : Ibu mengerti
8. Menganjurkan pada ibu untuk mencurahkan kasih sayang pada anaknya.
Ev : ibu mengerti dan akan lebih mencurahkan kasih saying pada anak
9. Menganjurkan pada ibu untuk membawa anaknya ke posyandu tiap bulan.
Ev : Ibu mengerti dan akan melakukanya

Anda mungkin juga menyukai