Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI KASUS

SIKLUS X : REMAJA DAN PRANIKAH


ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DI SMPN 07 PADANG
RABU, 26 JULI 2023

Disusun Oleh :

Fatimah Azzahra
2240322004

Preseptor Akademik:
Henni Fitria, S.ST., M.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
LEMBAR PENGESAHAN

REFLEKSI KASUS
SIKLUS X : REMAJA DAN PRANIKAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DI SMPN 07 PADANG
RABU, 26 JULI 2023

Padang, 26 Juli 2023

Telah Disetujui Dan Disahkan

Oleh :

Pembimbing Akademik Preseptor Akademik

Hindun Mila Hudzaifah., M.Tr.Keb Henni Fitria, S.ST., M.Keb


NIP. 199409282020122012
1. DESKRIPSI

Siklus X merupakan siklus yang berkaitan dengan remaja dan pranikah. Pada siklus
ini saya di tempatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) Padang Utara untuk bagian
pranikah, dan di SMPN 07 Padang untuk bagian remaja. Kesehatan pada remaja
merupakan salah satu hal yang memiliki hubungan kesinambungan dengan kesehatan
pranikah (Wahyudi, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-18 tahun (Handayani, Sri, 2022).
Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan
dari anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan pertumbuhan,
perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya, remaja sangat
rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (Iskandarsyah, 2018).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan meningkatkan kesadaran
remaja Mengenai kesehatan reproduksi pada remaja, pentingnya pemenuhan nutrisi yang
baik pada remaja, pencegahan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, pentingnya
menghindari perilaku tidak sehat (merokok, kebiasaanmakan yang buruk, dan
penggunaan obat-obatan terlarang (NAPZA)).
Pada tanggal 26 Juli 2023 pukul 14.20 WIB saya dan kedua rekan saya mendapatkan
kesempatan untuk memberikan penyuluhan kepada remaja kelas 9.8 di SMPN 07 Padang.
Kelas 9.8 ini terdiri dari 31 orang siswa dengan rincian 12 orang laki-laki dan 19 siswi
perempuan dengan usia rata-rata 15 tahun. Pada kesempatan ini kami memberikan materi
terkait kesehatan reproduksi remaja, kekerasan dalam pacaran, perilaku tidak sehat yang
harus dihindari remaja, personal hygiene pada saat menstruasi termasuk juga segala hal
mengenai menstruasi (menarche, siklus menstruasi, premenstrual syndrome, gangguan
pada menstruasi), dan pola hidup bersih dan sehat.

2. FEELINGS
Pengalaman saya dalam memberikan penyuluhan kepada siswa dan siswi SMP
saat pertama kali terasa grogi dan sedikit cemas apabila siswa tidak tertarik, namun
dengan kerja sama tim bersama kedua teman saya, proses penyuluhan menjadi hidup dan
siswa juga sangat antusias. Dikarenakan kegiatan penyuluhan di kelas 9.8 bukan yang
pertama kali, maka perasaan takut dan cemas sudah bukan menjadi hambatan. Rasa
percaya diri sudah terbentuk dengan adanya kegiatan penyuluhan berulang yang sudah
dilakukan di beberapa kelas lain sebelumnya.
Keberlangsungan penyuluhan tidak akan berjalan dengan baik tanpa dukungan
dan sambutan hangat dari guru BK. Peran guru BK dalam kegiatan ini memberikan
dampak positif dalam proses penyuluhan. Sikap antusias, kritis, komunikatif, dan rasa
ingin tahu yang tinggi dari para siswa di kelas ini membuat suasana penyuluhan menjadi
hidup dan hangat. Hal ini tergambar dari peran aktif siswa dalam memberikan pendapat
dan menjawab pertanyaan yang kami ajukan mengenai topik yang akan disampaikan.
Siswa dapat memberikan pendapatnya dengan percaya diri, beberapa yang lainnya terlihat
malu-malu namun setelah diberi dukungan oleh kami dan teman sekelasnya, hal tersebut
berdampak pada peningkatkan kepercayaan diri siswa dalam berpendapat.
Kami menyiapkan materi dan juga media komunikasi untuk menyampaikan
penyuluhan kepada siswa. Selain itu, sebelum dimulainya penyuluhan kami melakukan
pretest dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui prior knowledge
siswa. Hasilnya, secara umum siswa bisa memahami materi apa yang akan disampaikan.
Sehingga setelahnya kami dapat lebih mudah menjelaskan secara detail dan terperinci
mengenai materi tersebut.
Di sela-sela kegiatan penyuluhan juga siswa aktif bertanya mengenai topik-topik
yang relevan terutama yang berkaitan dengan masa remaja. Kami merasa senang
dikarenakan siswa aktif berkontribusi dalam kegiatan. Setelah penyampaian materi kami
juga menanyakan kembali mengenai apa yang sudah dijelaskan untuk memastikan apakah
siswa benar-benar paham mengenai materi yang disampaikan. Hasilnya, siswa dapat
memahami apa yang sudah disampaikan secara baik.
Saya dan kedua rekan saya merasa senang dan bersyukur ditempatkan di lahan
praktik SMPN 07 Padang dikarenakan sekolah tersebut mempunyai sistem pendidikan
yang baik, guru-guru yang ramah, dan siswa yang berperan aktif.

3. EVALUATION
Selama menjalankan praktik lapangan terkait siklus X remaja dan pranikah di
SMPN 07 Padang saya mendapatkan banyak ilmu mulai dari bagaimana cara melakukan
komunikasi dengan remaja, membangun bounding dengan siswa siswi remaja,
bagaimana teknik penyampaian materi yang menarik bagi audience remaja.
Pada awalnya kami berniat untuk menayangkan video menggunakan proyektor,
namun ada kendala dari proyektor di kelas yang kurang baik, sehingga video tersebut
dijelaskan secara manual oleh kami. Media yang kami gunakan selain video ada berupa
leaflet dan poster yang dibagikan ke siswa.
Selain itu niat kami untuk memberikan hadiah pada siswa yang berani menjawab
pertanyaan pun belum terlaksana. Harapan kedepannya agar dapat membuat kegiatan
penyuluhan yang lebih menarik dan juga berkesan bagi siswa.

4. ANALYSIS
Sebagai sebuah tindakan praktis, penyuluhan merupakan upaya-upaya yang
dilakukan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada individu, kelompok,
komunitas, ataupun masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Tujuan penyuluhan adalah hidup dan kehidupan manusia
yang berkualitas dan bermartabat (Amanah, Siti, 2017).
Remaja, sebagai kelompok umur terbesar struktur penduduk Indonesia
merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi pembangunan sumber
daya manusia. Dalam masalah angka kematian dan kesakitan ibu, permasalahan berawal
sejak gadis remaja, dimana usia dini, harga diri dan status yang rendah, serta gizi buruk
mulai memberikan dampak akhir pada penderitaan perlahan-lahan dan kematian dini.
Pada kelompok usia remaja ini, tingkat kecelakaan dan luka yang disengaja paling tinggi
di antara semua kelompok. Selain itu, peningkatan angka HIV/AIDS, penggunaan
tembakau, obat terlarang, kekerasan, kenakalan, pelecehan, aborsi dan sebagainya, lazim
terjadi pada usia ini (Santoso, 2016).
Batasan usia remaja sendiri terdiri dari tiga fase, yaitu remaja awal (11-14 tahun),
remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-20 tahun). Pada periode ini
individu telah mencapai kedewasaan secara seksual dan fisik, dengan perkembangan
penalaran yang baik dan kemampuan membuat keputusan terkait pendidikan maupun
okupasi. Pada masing-masing tahapan, terdapat berbagai macam perubahan yang
berbeda antara satu tahap dengan tahap lainnya (Hockenberry, Wilson, & Rodgers 2019).
Terdapat berbagai hal yang sangat penting disampaikan kepada remaja untuk
mencegah terjadinya masalah pada remaja baik dari segi kesehatan maupun dari segi
perilaku yang tidak sehat yang berujung pada masalah kesehatan. Hal tersebut, yaitu :
1. Pubertas
Dalam masa pubertas ada peristiwa yang dapat dikatakan sebagai sebuah
tanda awal dari bekerjanya organ reproduksi. Hal tersebut adalah menarche
atau menstruasi yang terjadi pertama kali pada perempuan dan mimpi basah
pada laki-laki (Kusmiran, Eny, 2019).
Menstruasi merupakan peristiwa luruhnya lapisan dinding rahim yang banyak
mengandung pembuluh darah yang disebut dengan endometrium. Lapisan ini
terbentuk sebagai persiapan apabila sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma.
Apabila sel telur tidak dibuahi oleh sperma maka lapisan ini akan meluruh
(Sinaga dkk, 2017).
Sedangkan pada remaja laki-laki, hormon testosteron akan membantu
tumbuhnya bulu-bulu halus disekitar ketiak, kemaluan, wajah (janggut dan
kumis), terjadi perubahan suara pada remaja laki-laki dan mulai
diproduksinya sperma yang pada waktu-waktu tertentu keluar sebagai mimpi
basah. Mimpi basah secara alamiah sperma akan keluar saat tidur. Mimpi
basah merupakan salah satu cara tubuh laki-laki untuk ejakulasi karena
sperma yang terus menerus diproduksi, perlu dikeluarkan. Mimpi basah
pertama terjadi pada remaja laki-laki kira-kira usia 9-14 tahun. Mimpi basah
biasanya terjadi periodik berkisar setiap 2-3 minggu. Sedangkan pada laki-
laki hormon testosteron bersama hormon anak ginjal (androgen) pada anak
laki–laki menimbulkan ciri–ciri sekunder yaitu tumbuhnya rambut disekitar
kemaluan, kaki, dada, ketiak dan wajah sehingga tampak pada anak laki–laki
berkumis, berjambang dan berbulu ketiak, bersuara bariton atau suara
bertambah besar, badan lebih berotot terutama bahu dan dada, pertambahan
berat dan tinggi badan, penis bertambah besar dan kalau terangsang dapat
mengeluarkan sperma (ejakulasi), lebih cepat mengalami bau badan karena
kelenjar keringat lebih aktif.
2. Personal Hygiene pada remaja
Keputihan dapat terjadi baik menjelang menstruasi, sesudah menstruasi atau
ditengah-tengah siklus. Keputihan yang tidak normal atau patologis apabila
jumlahnya sangat banyak, berwarna kuning, hijau atau merah coklat, putih
seperti susu, berbau amis atau busuk dan ada keluhan lain seperti gatal,
bengkak pada alat kemaluan, panas atau pedih ketika buang air kecil dan
nyeri perut bagian bawah. Gejala keputihan berlebihan juga terkait dengan
cara kita merawat organ reproduksi misalnya mencuci vagina dengan air
kotor, pemakaian pembilas vagina berlebihan, penggunaan celana yang tidak
menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, dan menggunaan
pembalut pada saat menstruasi yang terlalu lama tidak diganti paling tidak 2-3
kali sehari (Umi Sa’adatun, Nikmah, 2018).
Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan remaja laki-laki maupun
perempuan untuk memelihara organ reproduksi:
a. Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari
b. Membersihkan kotoran yang keluar dari kemaluan (vagina atau penis) dan
anus. Cara membersihkannya bisa menggunakan air ataupun tisu. Bagi
perempuan teknik membersihkannya adalah dari atas ke bawah (dari
vagina kearah anus). Hal ini untuk mencegah kotoran masuk ke vagina.
c. Tidak menggunakan air kotor untuk membersihkan vagina/ penis.
d. Dianjurkan untuk mencukur/ merapikan rambut kemaluan karena rambut
dapat ditumbuhi kutu atau sejenis jamur sehingga dapat menimbulkan
rasa gatal.
e. Menghindari celana ketat baik pada laki-laki maupun perempuan.
Celana ketat bagi perempuan dapat menyebabkan keputihan sedangkan
pada laki-laki celana ketat mengganggu stabilitas suhu scrotum sehingga
dapat mengganggu fungsi testis dalam menghasilkan sperma.
3. Gizi pada remaja
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat
gizi dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip/ pilar gizi seimbang (Suryani D, Riska H. 2017).
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan besarnya
tubuh hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode pertumbuhan yang
cepat (grow spurt). Pada remaja putri grow spurt dimulai pada umur 10-12
tahun. Pada remaja putra grow spurt terjadi pada usia 12-14 tahun. Kebutuhan
gizi remaja relatif besar,karena mereka masih mengalami pertumbuhan.
Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding
usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Adriani dan
Wirjatmadi, 2019).
Zat-zat gizi yang dibutuhkan remaja diantaranya adalah :
a. Energi
Energi merupakan satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.

b. Protein
Protein terdiri dari asam-asam amino. Selain menyediakan asam amino
esensial, protein juga menyuplai energi jika energi yang dihasilkan
karbohidrat dan lemak terbatas. Kebutuhan protein meningkat pada masa
remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat.
Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki karena memasuki masa pertumbuhan cepat lebih
dulu. Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan
protein bagi remaja 13-15 tahun adalah 72 gram untuk laki-laki dan 69
gram untuk perempuan setiap hari.
c. Kalsium
Kebutuhan kalsium pada masa remaja relatif tinggi karena akselerasi
muskular skeletal (kerangka) dan perkembangan endokrin lebih besar
dibandingkan masa anak dan dewasa.
d. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya
pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat
karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin
(Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan,
kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi
selama menstruasi.
e. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,
terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng remaja 13-15 tahun adalah
17,4 mg per hari untuk laki-laki dan untuk perempuan.
f. Vitamin
Kebutuhan vitamin juga meningkat selama masa remaja karena
pertumbuhan dan perkembangan cepat terjadi. Karena kebutuhan energi
meningkat, maka kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat, antara lain
yang berperan dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti
vitamin B1, B2 dan Niacin. Untuk sintesa DNA dan RNA diperlukan
vitamin B6, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk pertumbuhan
tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E diperlukan
untuk pertumbuhan dan penggantian sel (Adriani & Wirjatmadi, 2019).
4. Kekerasan dalam pacaran
Menurut Sharma dalam Nughroho 2019, secara sosiologis, pacaran adalah
bentuk relasi sosial antarindividu yang memiripkan wujudnya dengan
hubungan persahabatan, hubungan antara orangtua dengan anak, hubungan
antara suami dengan istri, dan hubungan-hubungan sosial lainnya sejauh ia
sekadar melibatkan dua orang. Berdasarkan situs daring Komnas Perempuan
Indonesia, KDP atau Kekerasan dalam pacaran merupakan kekerasan
terbanyak kedua setelah kekerasan terhadap istri dalam ranah KDRT dan
Relasi Personal. Kekerasan dalam pacaran adalah ditemukannya pola perilaku
yang tidak menyenangkan, kasar, dan digunakan untuk mengerahkan
kekuasaan dan kontrol atas pasangan (Astari, 2019).
Bentuk kekerasan yang dialami korban berlapis, kekerasan fisik yaitu dengan
dipukul, didorong, digigit, dicekik, ditendang. Sedangkan kekerasan
psikologis yaitu dengan cara mengancam, menghina, merendahkan,
mengintimidasi dan mengisolasi. Korban juga dikontrol dalam beraktivitas
seperti dengan siapa bergaul, dengan siapa berbicara dan membatasi
keterlibatan korban dengan orang lain dengan menggunakan kecemburuan
untuk membenarkan tindakan pelaku. Kekerasan seksual paling banyak
dialami korban, pelaku melakukan ancaman untuk mendapatkan seks seperti
ancaman akan menyebarluaskan melalui media sosial seperti foto bugil
korban dan berulangkali memaksa korban untuk melakukan hubungan seksual
dan pemaksaan aborsi (Andayu, 2019).
5. Perilaku tidak sehat
a. Narkoba
Narkoba singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lain,
merupakan bahan atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga jika
disalahgunakan akan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial
(Kusmiyati dkk, 2018).
b. Psikotropika
Psikotropika adalah obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku (Sarjono, 2015).
c. Bahan adiktif lainnya
Golongan adiktif lainnya yaitu zat/bahan lain bukan narkotika dan
psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak. Yang sering
disalahgunakan adalah:
1) Alkohol, yang terdapat pada berbagai minuman keras.
2) Inhalansia/solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang
terdapat pada berbagai keperluan pabrik, kantor, dan rumah tangga.
3) Nikotin yang terdapat pada tembakau (Martono dan Joewana, 2016).

5. CONCLUSION
Selama praktek lapangan siklus X remaja dan pranikah ini, dapat dipahami bahwa
Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan dari
anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan pertumbuhan,
perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya, remaja sangat
rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (Iskandarsyah, 2018).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan meningkatkan kesadaran
remaja Mengenai kesehatan reproduksi pada remaja, pentingnya pemenuhan nutrisi yang
baik pada remaja, pencegahan terjadinya kekerasan dalam pacaran dan kehamilan yang
tidak diinginkan, pentingnya menghindari perilaku tidak sehat (merokok,
kebiasaanmakan yang buruk, dan penggunaan obat-obatan terlarang (NAPZA)).
Dengan diberikannya penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran siswa terkait pentingnya menjaga kesehatan dimasa remaja dan menjauhi
perilaku tidak sehat yang sangat merugikan bagi remaja.

6. ACTION PLAN
Berdasarkan kasus yang saya dapatkan ini, bidan tidak hanya dituntut untuk ahli
dalam memberikan pelayanan praktek saja tetapi juga harus ahli dalam berkomunikasi
kepada semua tingkat masyarakat, termasuk remaja.
Kita juga dituntut untuk kreatif dalam memberikan penyuluhan agar informasi
yang diberikan tidak menjadi sesuatu hal yang membosankan bagi audience.
Kedepannya dalam memberikan penyuluhan diharapkan untuk bisa memberikan materi
yang lebih interaktif dan dengan media yang lebih berinovatif sehingga dapat menjadi
hal yang menarik dan berkesan bagi siswa. Selain itu apabila antusias siswa meningkat,
maka harapannya materi yang disampaikan akan lebih dipahami dan diingat oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani dan Wirjatmadi. 2019. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Kencana :
Jakarta
Amanah, Siti. 2017. Makna Penyuluhan dan Transformasi Perilaku Manusia. Jurnal
Penyuluhan. Desember 2017, Vol. 4, No. 1
Andayu, A. A., Rizkyanti, C. A., & Kusumawardhani, S. J. (2019). Peran Insecure
Attachment Terhadap Kekerasan Psikologis Dalam Pacaran Pada Perempuan
Remaja Akhir. PSYMPATHIC: Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(2), 181-190.
Astari, C., & Santosa, H. P. (2019). Hubungan Antara Kualitas Komunikasi Keluarga
Dan Persepsi Tentang Abusive Relationship Dengan Perilaku Kekerasan Dalam
Pacaran Kelompok Usia Dewasa Muda. Interaksi Online, 7(2), 153-164
Handayani, Sri. 2022. Asuhan Kebidanan pada Remaja. Purbalingga : Eureka Media
Aksara
Hockenberry, Wilson, & Rodgers. 2019. Wong’s Nursing Care Of Infants and Children.
Elsevier: St. Louis.
Iskandarsyah, A. 2018. Remaja dan Permasalahannya, Jurnal Fakultas Psikologi
Universitas Padjajaran: Bandung
Kusmiati Y, Estiwidan D, Meilani N, Ismiyati A, Hendraswari CA. 2018. Modul
Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dan Pra Nikah. Yogyakarta:
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Kusmiran, Eny. 2019. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Nugroho, W. B., & Sushanti, S. (2019). Kekerasan dalam Pacaran: Anatomi Konflik
dan Penyelesaiannya. JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo), 3(2), 145–162. Romauli,
Suryati. 2018. Kesehatan Reproduksi. Nuhamedika: Yogyakarta
Santoso. 2016. Masalah Kesehatan Remaja. Sari Pediatri. Vol. 3, No. 3, Desember
2016.
Sarjono, 2015. Mengenal Narkoba dan Bahayanya. PT. Bengawan Ilmu, Semarang.
Sinaga E, dkk. 2017. Manajemen Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Universitas Nasional.
Siswati, T. Bukti Korespondensi: Posyandu Prakonsepsi: Pemberdayaan Remaja
Dalam Mencegah Stunting Sejak Dini. Forum Nasional Kebijakan Kesehatan
Nasional. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.2020.
Suryani D, Riska H. 2017. Analisis Pola Makan Dan Anemia Gizi Besi Pada Remaja
Putri Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
Umi Sa’adatun, Nikmah, 2018. Personal Hygiene Habits dan Kejadian Flour Albus
Patologis pada Santriwati PP AL-Munawwir, Yogyakarta. JURNAL MKMI, Vol. 14
No. 1, Maret 2018
Wahyudi,R. 2017. Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. MCR-PKBI.
World Health Organization. (2018). Guidance on ethical considerations in planning
and reviewing research studies on sexual and reproductive health in adolescents.

Anda mungkin juga menyukai