Anda di halaman 1dari 7

161

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL


UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG SEKS

Dwi Sri Rahayu 1], Chaterina Yeni Susilaningsih 2]


Universitas Katolik Widya Mandala
1]
E-mail: dwirahayu.gp@gmail.com
2]
E-mail: susilaningsihchaterina@yahoo.co.id

Abstrak
Jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit dalam benak sebagian besar
orang adalah hubungan seks. Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan
pria dan wanita secara biologis. Dengan adanya pemahaman yang salah terkait dengan
seks maka orang tua pun enggan untuk membicarakannya dengan alasan tabu dan tidak
layak diperbincangkan. Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya
perilaku seks bebas di kalangan remaja. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah
(1) Mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang seks setelah dilaksanakan layanan
bimbingan klasikal, (2) Mengetahui keefektifan penerapan bimbingan klasikal untuk
meningkatkan pengetahuan siswa tentang seks. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah One-Group Pretest-Posttest Design, dengan cara membandingkan
pengetahuan siswa tentang pendidikan seks sebelum dan sesudah diberi bimbingan
klasikal. Penelitian ini menghasilkan rumusan bahwa pelaksanaan penerapan layanan
bimbingan klasikal efektif untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang seks karena
terjadi peningkatan dalam rata-rata pengetahuan siswa tetang seks. Skor mean sebelum
diberikan layanan bimbingan klasikal mencapai 75,03 dan skor mean setelah diberikan
layanan bimbingan klasikal mencapai 94,09.

Kata Kunci: Bimbingan klasikal, Pendidikan seks, Remaja

EFFECTIVENESS OF CLASSICAL MENTORING SERVICES


TO INCREASE STUDENT KNOWLEDGE OF SEX

Abstract
If we talk about sex, then the most in the minds of most people is sex. In fact, sex is the
sex that distinguishes men and women biologically. Given the wrong understanding
associated with sex, parents are also reluctant to talk about it for taboo reasons and not
worth talking about. This is one of the factors driving the occurrence of free sex
behavior among adolescents. The objectives of this study are (1) to know the level of
students 'knowledge about sex after the implementation of classical guidance services,
(2) to know the effectiveness of the application of classical guidance to increase the
students' knowledge about sex. The method used in this research is One-Group Pretest-
Posttest Design, by comparing the students' knowledge about sex education before and
after being given classical guidance. This study resulted in the formulation that the
implementation of the application of classical guidance services is effective to increase
students' knowledge about sex because there is an increase in the average knowledge of
the students of sex. The mean score before being given a classical counseling service
reached 75.03 and the mean score after being given a classical guidance service reached
94.09.
Keywords: Classical guidance, Sex education, Adolescence

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.9 No.2 Agustus 2018


162

1. PENDAHULUAN memprihatinkan. Tercatat hingga bulan


a. Latar Belakang Juni 2016 setidaknya ada 47 siswi SMA
Masa remaja memiliki makna dan SMP yang hamil akibat seks bebas
tersendiri bagi setiap individu. Masa yang mereka lakukan. Kasus pelajar
yang paling indah, masa penuh gejolak, hamil di Ponorogo, mengalami
dan masa penuh warna mungkin peningkatan dibanding tahun
beberapa frase kata inilah yang bisa sebelumnya atau sepanjang tahun 2015.
menggambarkan betapa masa remaja itu Ada 56 kasus sementara sampai Juni
sungguh dimaknai sebagai masa yang tahun 2016 atau 7 bulan sudah ada 47
fenomenal dalam sepanjang rentang kasus. Lain lagi di Manado, dengan
kehidupan manusia. Akan tetapi masa modus akan dinikahi siswi SMP
penuh makna ini terkadang diwarnai menyerahkan keperawanannya kepada
dengan adanya perilaku remaja itu kekasihnya
sendiri yang tergolong mall adjusted (http://daerah.sindonews.com/topic).
atau salah suai. Berbagai kenakalan Dengan adanya berbagai kasus
yang dilakukan oleh para remaja di tanah air terkait dengan perilaku seks
mengundang perhatian dari berbagai bebas yang semakin memprihatinkan,
pihak baik dari pendidikan formal para pemerhati pendidikan termasuk
maupun non formal. salah satunya adalah guru BK/Konselor
Gejala-gejala kenakalan remaja seyogyanya melakukan kegiatan riil
akhir-akhir ini semakin menjadi, tidak sebagai upaya preventif maupun kuratif
hanya di kota besar, di kota kecil pun untuk menanggulanginya. Salah satu
terjadi kenakalan remaja. Bentuk alternatif yang bisa ditawarkan adalah
kenakalan remaja yang muncul sangat dengan melaksanakan layanan
variatif, misalnya tawuran, narkoba, bimbingan klasikal untuk mendukung
sampai pada seks bebas. Sesuai dengan pelaksanaan pendidikan seks tersebut.
tugas perkembanganya, secara fisik Bimbingan klasikal diberikan
remaja dikenal sebagai suatu tahap dengan setting klasikal, artinya bahwa
dimana perkembangan fisik seperti alat- bimbingan klasikal ditujukan pada
alat kelamin manusia mencapai seluruh siswa secara komprehensif
kematangannya (Sarwono, 2005). tanpa membedakan siswa tersebut
Secara ilmiah, alat-alat kelamin tersebut memiliki permasalahan tentang seks
telah berfungsi secara sempurna. Masa atau tidak. Maka dari itu, layanan
ini disebut dengan masa pubertas yang bimbingan klasikal lebih bersifat
bisa dimaknai bahwa individu ini siap preventif (Supriyo, 2010). Layanan
untuk bereproduksi. Oleh karena itu bimbingan klasikal berbentuk layanan
dirasa sangat perlu bagi remaja informasi, sehingga kegiatan ini sesuai
memiliki pengetahuan yang luas terkait dengan tujuan pendidikan seks yaitu
dengan pendidikan seks supaya tidak memberikan pengetahuan dan
terjadi pergaulan bebas. pemahaman siswa tentang seks secara
Seperti yang terekam dalam tepat, sehingga siswa mampu memfilter
surat kabar Sindo terdapat gadis berusia informasi, kegiatan, serta keingintahuan
17 Tahun di Palembang yang hamil di siswa terhadap seks itu sendiri. Oleh
luar nikah dan pelakunya tak lain adalah karena hal tersebut di atas maka peneliti
kekasihnya sendiri. Kasus serupa juga tertarik untuk meneliti penerapan
terjadi di kota kecil seperti Ponorogo. bimbingan klasikal berfokus pendidikan
Kasus seks bebas dikalangan pelajar di seks untuk meningkatkan pengetahuan
Ponorogo, Jawa Timur sangat siswa tentang seks.

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.9 No.2 Agustus 2018


163

b. Kajian Pustaka Berdasarkan pemaparan di atas,


1) Layanan Bimbingan Klasikal bisa dismpulkan bahwa bimbingan
Bimbingan klasikal merupakan klasikal adalah suatu layanan bimbingan
salah satu layanan bimbingan dan dan konseling yang bersifat preventif
konseling di dalam kelas/dalam setting dan ditujukan pada seluruh siswa yang
kelas, diberikan kepada semua peserta dilaksakan dalam seting kelas.
didik, dalam bentuk tatap muka 2) Pendidikan Seks
terjadwal dan rutin setiap kelas/minggu. Menurut Geldard (2012)
Volume kegiatan tatap muka secara pendidikan seks meliputi bagaimana
klaiskal adalah 2 (dua) jam per kelas membuat orang tua siswa memiliki
(rombongan belajar) perminggu dan keterampilan komunikasi tentang
dilaksanakan secara terjadwal di kelas. seksualitas secara tepat dengan
Materi layanan bimbingan klasikal anaknya, informasi kontrasepsi,
meliputi empat bidang yang diberikan pencegahan kehamilan, serta perawatan
secara proporsional sesuai kebutuhan kesehatan reproduksi.
peserta didik/konseli yang meliputi Sarwono (2005) mendefinisikan
aspek perkembangan pribadi, belajar, pendidikan seks adalah salah satu cara
sosial, dan karir dalam kerangka untuk mengurangi atau mencegah
pencapaian perkembangan optimal penyalahgunaan seks, khususnya untuk
peserta didik dan tujuan nasional. mencegah dampak-dampak negatif yang
Materi layanan bimbingan tidak diharapkan, seperti kehamilan
klasikal disusun dalam bentuk rencana yang tidak direncankan, penyakit
pelaksanaan layanan bimbingan klasikal menular seksual, depresi dan perasaan
(RPLBK). Bimbingan klasikal diberikan berdosa. Pendidikan seks bukan hanya
secara runtut dan terjadwal di kelas dan penerangan seks semata, akan tetapi
dilakukan oleh konselor yaitu pendidik mengandung pengalihan akan nilai-nilai
profesional yang berkualifikasi dari pendidik ke subjek didik. Dengan
akademik Sarjana Pendidikan (S-1) begitu informasi tentang seks tidak
dalam bidang Bimbingan dan Konseling diberikan secara “telanjang”, akan tetapi
dan lulus pendidikan profesi guru diberikan secara kontekstual yaitu
BK/Konselor atau guru BK yang dalam kaitannya dengan norma-norma
berkualifikasi minimal Sarjana yang berlaku dalam masyarakat: apa
Pendidikan (S-1) dalam bidang yang terlarang, apa yang lazim dan
bimbingan dan konseling dan bagaimana cara melakukannya tanpa
bersertifikat pendidik (Permendikbud melanggar aturan.
No.111 Tahun 2014). Materi yang bisa disampaikan di
Supriyo (2010) mendeskripsikan sekolah terkait dengan pendidikan seks
bimbingan klasikal sebagai layanan adalah tentang AIDS, kehamilan tidak
yang sasarannya pada seluruh siswa diinginkan, Aborsi, Perkembangan
dalam kelas atau gabungan beberapa Seksualitas, menstruasi dan mimpi
kelas. Layanan ini bersifat pereventif basah, orientasi seksual, pacaran sehat,
dengan tujuan agar tidak muncul alat kontrasepsi, dll.
masalah atau menekan munculnya Tukan (1992) menyebutkan
masalah siswa. Di samping menjaga bahwa pendidikan seks dapat
agar tidak muncul masalah bimbingan dibedakan antara sex instruction dan
klasikal ini juga merupakan usaha untuk education in sexuality.
menjaga agar keadaan yang sudah baik a) Sex Instruction ialah penerangan
agar tetap baik (preventif). mengenai anatomi seperti

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.9 No.2 Agustus 2018


164

pertumbuhan rambut ketiak,dan Selanjutnya jika jumlah subjeknya


mengenai biologi reproduksi yaitu besar, dapat diambil antara 10-15% atau
proses berkembang biak melalui 20-25% atau lebih. Dalam penelitian
hubungan untuk mempertahankan menggunakan sampel sejumlah 13%
jenisnya termasuk di dalamnya yakni 32 Siswa yang seluruhnya dari
pembinaan keluarga dan metode kelas VIIIF.
kontrasepsi dalam mencegah Teknik sampling adalah
terjadinya kehamilan. pengambilan sampel atau pemilihan
b) Education in sexuality meliputi sejumlah subyek dari suatu populasi
bidang-bidang etika, moral, yang menjadi representasi populasi
fisiologi, ekonomi, dan (Purwanto, 2013). Dalam penelitian ini
pengetahuan lainnya yang teknik sampling yang digunakan adalah
dibutuhkan agar seseorang dapat teknik purposive sampling. Menurut
memahami dirinya sebagai individu Arikunto (2010) sampel bertujuan
sexual serta mengadakan dilakukan dengan cara mengambil
interpersonal yang baik. subjek bukan didasarkan atas strata,
Bisa disimpulkan bahwa pendidikan random, atau daerah tetapi didasarkan
seks memiliki peranan sebagai berikut: atas dasar adanya tujuan tertentu.
a) Untuk mengetahui informasi Berdasarkan hasil penyebaran angket
seksual bagi remaja diketahui kelas VIIIF memiliki rata-rata
b) Memiliki kesadaran akan skor paling rendah di antara kelas
pentingnya memahami masalah lainnya. Sehingga peneliti memilih
seksualitas. kelas VIIIF yang memiliki kategori
c) Memiliki kesadaran akan fungsi- terendah dalam pengetahuan tentang
fungsi seksualnya. Memahami seks sebagai subjek penelitian.
masalah-masalah seksualitas
remaja. c. Instrumen Pengumpul Data
d) Memahami faktor-faktor yang Metode pengumpulan data
menyebabkan timbulnya masalah- dalam penelitian ini disesuaikan
masalah seksualitas. dengan kedua variabel, yaitu :
1) Bimbingan klasikal
2. Metode Penelitian Instrumen pengumpulan data
a. Jenis Penelitian untuk variabel bimbingan
Jenis penelitian ini klasikal menggunakan teknik
menggunakan One-Group Pretest- wawancara yang mengacu pada
Posttest Design, dengan cara rambu-rambu pelaksanaan
membandingkan pengetahuan siswa bimbingan klasikal sesuai
tentang pendidikan seks sebelum dan pendapat Supriyo (2010).
sesudah diberi bimbingan klasikal. Bahan perlakuan disusun untuk
tiga kali tatap muka dengan
b. Sampel dan Teknik Sampling topik 1) Apa itu Sex
Besarnya sampel dalam Education? 2) Pacaran Boleh
penelitian ini ditentukan dengan Gak Sih?, 3) Dampak
memperhatikan kaidah ukuran sampel Pergaulan Bebas. Pelaksanaan
yang disampaikan oleh Arikunto (2010) bimbingan klasikal meliputi 4
bahwa apabila subjeknya kurang dari tahap, yaitu 1) pelaksanaan
100, lebih baik diambil semua sehingga identifikasi masalah/need
merupakan penelitian populasi. asessment siswa, 2) tahap awal;

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.9 No.2 Agustus 2018


165

pembinaan raport, 3) tahap Kapan dan 5 4


proses; fokus topik, dan 4) seberapa
tahap akhir; simpulan dan penting
evaluasi. Diperoleh data bahwa pendidikan
belum pernah dilaksanakan seks diberikan
layanan bimbingan klasikal Jumlah 15 12
dengan tema pendidikan sex Total Item 27
(sex education) karena
pendidikan seks sudah masuk d. Metode Analisis Data
dalam mata pelajaran biologi. 1) Analisis Deskriptif
2) Pendidikan Seks Pada penelitian ini untuk
Instrumen pengumpulan data mengetahui tingkat pengetahuan
untuk variabel pendidikan seks siswa tentang pendidikan seks
mengacu pada skala likert yang digunakan alat pengumpul data
kemudian dikembangkan oleh berupa angket. Setiap itemnya
peneliti. Setiap aspek di dalam diberi skor Sangat tahu = 4, tahu =
skala dikembangkan dalam 3; tidak tahu = 2; dan sangat tidak
bentuk pernyataan mengikuti tahu = 1. Dengan demikian setiap
skala likert yang terdiri dari satuan deviasi standarnya adalah
empat kemungkinan jawaban, skor maksimal teoritis - skor
yaitu Sangat Setuju (SS), minimal teoritis)/6 = (4-1)/6 =
Setuju (S), Tidak Setuju (TS) 3/6=0,5, dan mean teoritisnya
dan Sangat Tidak Setuju (STS). adalah (skor maksimal+skor
Untuk pernyataan positif skor minimal)/2 = (1+4)/2= 2,5. Maka
tertinggi diberikan pada SS=4, penggolongan subjek dimasukkan
S=3, TS=2, STS=1, sebaliknya ke dalam 5 kategori diagnosis
untuk pernyataan negatif skor pengetahuan tentang pendidikan
tertinggi diberikan pada seks, maka keenam satuan deviasi
STS=4, TS=3, S=2, SS=1. standar itu kita bagi ke dalam 5
Berikut kisi-kisi skala bagian.
pendidikan seks yang
digunakan dalam pre-test dan Tabel 2. Kategori Tingkat
pos-test: Pengetahuan Siswa tentang
Pendidikan Seks
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen No Formula Kriteria Rerata Kategori
Skor
INDIKATOR PERNYATAAN 1. X < [x-1,5(sd)] 1,00- Sangat
1,75 Tidak
POSITIF NEGATIF
Tahu
Cara yang 5 4
2. [x-1,5(sd)]<X≤[x- 1,76- Tidak
dilakukan oleh
1,5(sd)] 2,25 Tahu
orang tua
dalam 3. [x- 2,26- Cukup
memberikan 1,5(sd)]≤X<[x+1,5 2.75 Tahu
pendidikan (sd)]
seks 4. [x+1,5(sd)]≤ 2,76- Tahu
Materi tentang 5 4 X[x+1,5(sd)] 3,25
pendidikan 5. [x+1,5(sd)] < X 3,26- Sangat
seks 4,00 Tahu

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.9 No.2 Agustus 2018


166

Keterangan : Tabel 4. Hasil Frekuensi Post-test


X : Rata-rata skor Total Butir dan
Subjek No Rerata Kategori Jumlah Mahasiswa
Skor
x : Mean Teoretis
sd : Standar Deviasi 1. 1,00- Sangat -
1,75 Tidak
2) Analisis Kuantitatif Tahu
Analisis data kuantitatif dalam 2. 1,76- Tidak -
penelitian ini menggunakan analisis 2,25 Tahu
statistik dengan rumus bangun t-test. 3. 2,26- Cukup 1 Orang
Penggunaaan rumus t-test tersebut 2.75 Tahu
mengacu pendapat Hadi (2001) yang 4. 2,76- Tahu 5 Orang
mengatakan bahwa hakikat t-test adalah 3,25
sarana untuk mencari perbedaan mean 5. 3,26- Sangat 26 Orang
antara sebelum dan sesudah diberi 4,00 Tahu
treatment. Jumlah 32 orang

3. Hasil dan Pembahasan 2) Hasil Analisis Kuantitaif


a. Hasil Berikut disajikan tabel hasil uji-t:
1) Hasil Analisis Deskriptif
Berikut disajikan hasil Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis
kategorisasi tingkat pengetahuan siswa
tentang seks sebelum diberikan layanan Paired Samples Statistics
bimbingan klasikal. Std.
Std. Error
Tabel 3. Hasil Frekuensi Pre-Test Mean N Deviation Mean
Pair Post 94.09 32 8.038 1.421
No Rerata Kategori Jumlah 1
Skor Mahasiswa Pre 75.0312 32 9.14924 1.61737
1. 1,00- Sangat -
1,75 Tidak
Tahu Paired Samples Test
2. 1,76- Tidak 2 orang Paired Differences
2,25 Tahu 95% Confidence
Interval of the
3. 2,26- Cukup 14 Orang Std.
Difference
Sig.
Std. Error (2-
2.75 Tahu Mean Deviation Mean Lower Upper T Df tailed)
4. 2,76- Tahu 13 Orang Pair post
3,25 1 – 1.90625E1 11.04810 1.95305 15.07924 23.04576 9.760 31 .000
pre
5. 3,26- Sangat 3 Orang
4,00 Tahu
Jumlah 32 Orang b. Pembahasan
Pengetahuan siswa tentang seks
Berikut disajikan hasil kategorisasi diasumsikan sebagai rambu-rambu
tingkat pengetahuan siswa tentang seks untuk siswa dalam menentukan pola
setelah diberikan layanan bimbingan pergaulan sehingga mampu
klasikal. mengantisipasi terjadinya pergaulan
bebas. Siswa dalam memperoleh
pengetahuan tentang seks bisa dari

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.9 No.2 Agustus 2018


167

berbagai sumber, mulai dari orang tua, DAFTAR PUSTAKA


guru, teman, majalah, koran, televisi,
internet dan lain sebagainya. Apabila Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
siswa memeperoleh pengetahuan seks suatu Pendekatan Praktik Edisi
dari sumber yang tidak tepat Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.
dikhawatirkan akan memilih keputusan
yang salah dalam kehidupannya. Oleh Azwar, Z. 2001. Metodologi Penelitian.
kerena itu diperlukan adanya Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
pendidikan seks yang terkenal dengan
sebutan “Sex Education”. Geldard, Kathryn. 2010. Konseling
Berdasarkan hasil penelitian Remaja (Intervensi Praktis bagi
diketahui tingkat pengetahuan siswa Remaja Beresiko). Yogyakarta :
tentang seks setelah diberikan layanan Pustaka Pelajar.
bimbingan klasikal meningkat sejumlah
57,6%. Berdasarkan tabel hasil uji t, Hadi, S. 2002. Metodologi Research.
ditemukan bahwa skor mean antara Yogyakarta: Fakultas Psikologi
sebelum dan sesudah diberi perlakuan Universitas Gadjah Mada.
terjadi perubahan. Skor mean sebelum
diberikan layanan bimbingan klasikal http://daerah.sindonews.com/topic/5444
mencapai 75,03 dan skor mean setelah /seks-bebas. Diunduh pada
diberikan layanan bimbingan klasikal tanggal 5 November 2016. Jam
mencapai 94,09. Sehingga dapat 9.25
disimpulkan bahwa penerapan layanan
bimbingan klasikal efektif untuk http://www.cnnindonesia.com/nasional/
meningkatkan pengetahuan siswa 20160521083036-20-
tentang seks karena terjadi peningkatan 132374/kemdikbud-pendidikan-
dalam rata-rata pengetahuan siswa seks-sudah-masuk-kurikulum/.
tetang seks. Diunduh pada tanggal 5
November 2016. Jam 9.25
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data Permendikbud Nomor 111. 2014.
penelitian dapat disimpulkan sebagai Tentang Pendidikan dan
berikut : Konseling pada Pendidikan
a. Terjadi peningkatan pengetahuan Dasar dan Pendidikan
siswa tentang seks sejumlah 57,6%. Menengah.
Pengetahuan siswa tentang seks
masuk dalam kategori cukup tahu Purwanto, Edi. 2013. Metode Penelitian
sejumlah 3,13%, tahu 15,63%, dan Kuantitatif. Fakultas Ilmu
sangat tahu 81,25%. Pendidikan Universitas Negeri
b. Penerapan bimbingan layanan Semarang.
bimbingan klasikal efektif dalam
meningkatkan pengetahuan siswa Supriyo. 2010. Teknik Bimbingan
tentang seks. Klasikal. Semarang: Swadaya
Publishing.

Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol.9 No.2 Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai