Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat Ke – 2

Jakarta, 23 November 2022

DOI http://dx.doi.org/10.36722/psn.v2i1.1577

[SN 29]
Upaya Peningkatan Pengetahuan tentang Perilaku Seksual Berisiko
dengan Kombinasi Focus Group Discussion dan Studi Kasus pada
Kelompok Remaja Laki-Laki di Pondok Pesantren Fajar Cendekia
Lukman Handoyo1*, T. Widya Naralia2, Diksi Hera Berliana3
Tegar Aco Ismail2, Fadhlurrohman Siroj2
1
Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang, Tangerang
Selatan, Banten, 15417
2
Akademi Keperawatan PELNI,
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, 10610
3
Lembaga Swadaya Masyarakat Rufaidah Humanity Care,
Tangerang, Banten, 15116
Email Penulis Korespodensi: lukmanhandoyo@wdh.ac.id

Abstrak

Perilaku seksual berisiko merupakan perilaku destruktif yang dapat mengganggu dan berdampak
negatif pada sistem kesehatan remaja secara menyeluruh. Perilaku seksual berisiko cenderung lebih
banyak diterapkan oleh laki-laki daripada perempuan. Guna mencegah hal tersebut, remaja laki-laki
perlu meningkatkan pengetahuannya sebagai dasar dalam memproteksi diri dari perilaku seksual
berisiko. Di Pondok Pesantren Fajar Cendekia, Bekasi, sebagian besar remaja laki-lakinya memiliki
tingkat pengetahuan tentang perilaku seksual berisiko yang rendah. Tujuan program ini adalah untuk
memberikan pengetahuan pada kelompok remaja laki-laki di Pondok Pesantren Fajar Cendekia.
Metode yang digunakan adalah kombinasi focus group discussion dengan studi kasus. Setelah
kegiatan dilakukan, terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan sebesar 14 poin. Hal ini
memberikan makna bahwa metode kombinasi focus group discussion dengan studi kasus dapat
berperan dalam meningkatkan pengetahuan remaja laki-laki tentang perilaku seksual berisiko.
Diharapkan tenaga kesehatan yang memiliki peran khusus dan kuat sebagai edukator (seperti
perawat komunitas) dapat mempertimbangkan pendekatan gender ketika ingin memberikan paparan
pengetahuan pada sasaran agar metode dan strateginya tepat dan sesuai.

Kata kunci: Edukasi, Focus Group Discussion, Perilaku Seksual Berisiko, Remaja Laki-Laki,
Studi Kasus

1. PENDAHULUAN konten pornografi. Penelitian lain dari Alpiani


et al. (2021) mengungkap fakta, yakni sebesar
Kasus remaja yang berperilaku seksual 49.1% remaja yang berasal dari beberapa SMA
berisiko di Indonesia saat ini semakin di Provinsi Jawa Barat memiliki persepsi yang
mengkhawatirkan. Kondisi mengkhawatirkan negatif terhadap perilaku seks pranikah.
tersebut didukung dengan banyak studi yang Artinya, remaja tersebut tidak setuju untuk
menggambarkan ragam problematika remaja. menghindari seks pranikah. Padahal, ketika
Studi yang dilakukan oleh Maisya & Masitoh diidentifikasi lebih lanjut ternyata 70.9%
(2020) menunjukkan, sebesar 94.5% siswa remaja dalam studi ini pernah mendapatkan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan penyuluhan tentang perilaku seks berisiko. Hal
Sekolah Menengah Atas (SMA) di wilayah itu memberikan makna, bahwa pernah terpapar
DKI Jakarta dan Banten sudah pernah terpapar edukasi atau penyuluhan tidak selalu

76
Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat Ke – 2
Jakarta, 23 November 2022

berbanding lurus dengan sikap dan perilaku pesantren menunjukkan bahwa selama ini
yang positif. Berdasarkan ilustrasi dari studi kegiatan edukasi tentang kesehatan reproduksi
yang telah dijelaskan, ada indikasi masih hanya terbatas di dalam kelas (integrasi
diperlukannya variasi strategi intervensi guna materi pelajaran biologi atau ilmu pengetahuan
meningkatkan dan mempertahankan alam). Belum pernah ada kegiatan edukasi
pengetahuan remaja serta mencegah dan kesehatan reproduksi, khususnya pada remaja
mengendalikan perilaku seksual berisiko. laki-laki secara spesifik. Wawancara secara
Perilaku seksual berisiko dapat didefinisikan acak pada dua orang remaja laki-laki yang
sebagai praktik seksual tidak sehat dan tidak diambil dengan teknik accidental sampling di
aman yang menyebabkan penurunan status lokasi tersebut memberikan informasi: 1)
kesehatan (Senn, 2013). Beberapa contoh Remaja Pertama (Kelas VIII SMP) dan Remaja
praktik dari perilaku seksual berisiko pada Kedua (Kelas X SMA) belum mengetahui
remaja adalah berciuman, berhubungan seksual strategi mencegah perilaku seksual berisiko; 2)
dengan atau tanpa pengaman, masturbasi, Remaja Pertama dan Remaja Kedua
menonton konten pornografi, dan meraba area menganggap wajar ketika laki-laki melakukan
sensitif pasangan. Praktik perilaku seksual perilaku seksual berisiko karena menurutnya
berisiko ini disebut oleh banyak riset lebih merupakan bagian dari perjalanan hidup. Hasil
berpotensi diinisiasi remaja laki-laki (Hasanah observasi juga menunjukkan belum tersedianya
et al., 2020; Rahyani et al., 2012; Suparmi & Pos Kesehatan Pesantren yang mendukung
Isfandari, 2016). Salah satu alasannya adalah pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja.
karena adanya perbedaan dinamika norma Metode focus group discussion (FGD)
sosial antara remaja laki-laki dengan dengan studi kasus merupakan dua metode
perempuan (Suparmi & Isfandari, 2016). yang telah terbukti memberikan dampak positif
Pengetahuan yang adekuat sangat dibutuhkan bagi peningkatan pengetahuan seseorang,
oleh remaja sebagai basis terbentuknya perilaku bahkan dapat menjadi fondasi dalam
proteksi terhadap aktivitas seksual berisiko. membentuk sikap dan perilaku yang lebih sehat
Saat ini, intervensi khusus yang meningkatkan (Elfi & Fitrianingsih, 2017; Harun, 2020;
pengetahuan dan mencegah perilaku seksual Rasumawati & Azriani, 2017). Kedua metode
berisiko pada kelompok remaja laki-laki di tersebut cocok dengan karakteristik remaja
tatanan sekolah belum banyak dilakukan. yang ditunjukkan oleh kekritisan dalam
Selain setting sekolah umum, tempat berpikir. Namun, kombinasi keduanya untuk
berkumpulnya kelompok remaja laki-laki diterapkan guna meningkatkan pengetahuan
adalah di setting pondok pesantren. Pondok belum pernah dilakukan, khususnya dengan
pesantren merupakan unit pendidikan yang juga sasaran remaja laki-laki di Pondok Pesantren
perlu penguatan pada aspek kesehatan Fajar Cendekia.
reproduksi. Meski pondok pesantren memiliki Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan,
struktur pembelajaran yang didominasi dengan maka penulis memutuskan untuk melaksanakan
agama, tetapi tidak berarti remaja di dalamnya pengabdian kepada masyarakat dengan judul
pasti aman dari perilaku seksual berisiko. “Upaya Peningkatan Pengetahuan tentang
Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Masni Perilaku Seksual Berisiko dengan Kombinasi
(2018) menyebutkan, tidak ada hubungan Focus Group Discussion dan Studi Kasus pada
antara pemahaman agama dengan perilaku Kelompok Remaja Laki-Laki di Pondok
seksual berisiko pada santri. Pesantren Fajar Cendekia”. Tujuan kegiatan ini
Pondok Pesantren Fajar Cendekia adalah untuk memberikan pengetahuan tentang
merupakan salah satu pondok pesantren yang perilaku seksual berisiko pada kelompok
berada di Bekasi, Jawa Barat. Pondok remaja laki-laki di Pondok Pesantren Fajar
Pesantren ini memiliki jumlah santri laki-laki Cendekia.
lebih sedikit daripada santri perempuan. Jumlah
santri laki-laki secara keseluruhan adalah 26
orang, sedangkan jumlah santri perempuan 2. METODE
adalah 33 orang. Rata-rata jumlah santri dalam
setiap kelas, baik jenjang SMP maupun SMA Waktu dan Tempat Pelaksanaan
adalah 10 orang. Survei awal dengan metode Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
wawancara yang penulis lakukan pada Kamis, ini dilakukan pada Minggu, 16 Oktober 2022
6 Oktober 2022 dengan salah seorang pengurus pukul 13.00 – 16.30 WIB di Aula Pondok

77
Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat Ke – 2
Jakarta, 23 November 2022

Pesantren Fajar Cendekia, Bekasi, Jawa Barat, berisiko, maka akan dirahasiakan dari pihak
Indonesia. yang tidak berkepentingan.
(2) Menyampaikan materi inti dengan metode
Alat Bantu dan Media: brainstorming, ceramah, dan tanya jawab
Media yang digunakan dalam kegiatan ini (pengantar tentang perilaku seksual
adalah: 1) Slide presentasi yang diproyeksikan berisiko).
melalui LCD-Proyektor; 2) Lembar kasus yang (3) Membentuk kelompok kecil untuk
berisi berita tentang dampak dari perilaku melakukan FGD dan studi kasus dengan
seksual berisiko; 3) Booklet yang berisi gambar bahan yang telah disediakan. Jumlah
dan teks rangkuman seluruh materi tentang kelompok kecil adalah 3 yang dibentuk
perilaku seksual berisiko; dan 4) Alat Tulis berdasarkan kelompok usia. Kelompok 1
Kantor (ATK) sesuai kebutuhan seperti kertas berusia antara 11 sampai 14, kelompok 2
kosong dan pulpen. Sedangkan alat bantunya berusia antara 14 sampai 15, dan kelompok
adalah: 1) Microphone; dan 2) Pengeras suara 3 berusia antara 15 hingga 18. Fasilitator
(speaker). berpencar ke masing-masing kelompok.
(4) Melakukan proses kombinasi FGD dan studi
Langkah Pelaksanaan kasus dalam masing-masing kelompok
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kecil.
kegiatan ini, yaitu:

Sebelum Kegiatan Inti

Sebelum Hari Pelaksanaan:


(1) Melakukan survei pendahuluan untuk
menganalisis masalah yang terjadi.
(2) Melakukan perijinan kepada pihak Pondok
Pesantren Fajar Cendekia.
(3) Menyiapkan media dan alat bantu yang
diperlukan saat kegiatan inti.
(4) Melakukan pembagian tugas: pemateri
utama, fasilitator, notulen, dan observer.

Saat Hari Pelaksanaan:


(1) Melakukan pendataan/registrasi peserta
yang hadir.
(2) Menyebar kuesioner pengetahuan tentang
perilaku seksual berisiko (pre-test). Gambar 1. Proses FGD dan Studi Kasus
Kuesioner terdiri dari 15 soal Multiple
Choice Question. Sistem penilaian dari Kegiatan FGD
angka 0-100 (jumlah benar dibagi 0.15).
Dimensi yang ditanyakan dalam kuesioner a. Fasilitator menyampaikan dua topik utama
yaitu: 1) pengertian pubertas; 2) ciri-ciri untuk masing-masing remaja berbicara
pubertas; 3) fakta tentang tanda pubertas; 4) tentang pengalamannya: 1) pengalaman
perubahan emosi remaja; 5) kebersihan menyukai terhadap lawan jenis; 2)
organ reproduksi; 6) jenis perilaku seksual pengalaman perilaku seksual berisiko
berisiko; 7) pencegahan perilaku seksual lainnya: misal menonton pornografi atau
berisiko; dan 8) pencegahan kejahatan masturbasi.
seksual. b. Fasilitator mempersilahkan remaja untuk
berbicara. Pada sesi ini, terdapat remaja
Kegiatan Inti yang bercerita tentang pengalaman pernah
masturbasi dan upayanya untuk menahan
(1) Tim pengabdi memperkenalkan diri, hasrat seksual. Ada pula remaja yang
menjelaskan tujuan, dan menjelaskan bahwa bercerita tentang rasa takjub dan tertariknya
jika remaja berbicara tentang pada lawan jenis. Fasilitator menjamin
pengalamannya tentang perilaku seksual kerahasiaan remaja. Jika remaja malu, maka

78
Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat Ke – 2
Jakarta, 23 November 2022

fasilitator mempersilahkan remaja untuk dan yang paling tua berusia 18 tahun. Rata-rata
menuliskannya dalam selembar kertas tanpa usia peserta adalah 14 tahun. Data lebih
nama. lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
c. Fasilitator meminta masing-masing remaja Rata-rata skor tingkat pengetahuan sebelum
saling menanggapi pengalaman yang dilakukan kegiatan adalah 52. Kemudian, rata-
diceritakan atau dibacakan. Tanggapan ratanya meningkat 14 poin menjadi 66 setelah
dapat berupa solusi mengontrol perilaku kegiatan dilaksanakan. Data tingkat
seksual berisiko atau dampak yang dapat pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 2 dan
terjadi. Salah seorang remaja menanggapi Gambar 2.
remaja lain yang bingung tentang mencegah
kebiasaan masturbasi dengan mengatakan Tabel 1. Usia peserta kegiatan
bahwa upayanya dalam mencegah Usia
Peserta Min. Max Rata-Rata
(tahun)
masturbasi adalah dengan memperbanyak
Remaja 1 11
kegiatan olahraga, ibadah serta Remaja 2 12
menyibukkan diri dengan hobi. Remaja Remaja 3 12
lainnya ada pula yang menanggapi dengan Remaja 4 14
bercerita bahwa ketika banyak perilaku Remaja 5 14
seksual berisiko yang dilakukannya maka Remaja 6 14
Remaja 7 15
akan membuat ketenangan jiwa menjadi
Remaja 8 14
berkurang. Remaja 9 14
d. Setelah itu, Fasilitator membagikan Lembar 11 18 14
Remaja 10 14
kasus kepada masing-masing remaja. Remaja 11 14
Fasilitator menceritakan secara singkat Remaja 12 16
tentang kasus yang tertera. Remaja 13 15
Remaja 14 14
e. Remaja diminta untuk berbicara secara
Remaja 15 15
terstruktur menanggapi kasus yang Remaja 16 15
disajikan. Hal-hal yang harus ditanggapi: Remaja 17 17
apa kira-kira akar masalah dari kasus yang Remaja 18 18
disajikan? Bagaimana solusinya untuk
mencegah perilaku dalam kasus tersebut? Tabel 2. Tingkat pengetahuan peserta sebelum dan
Apa dampak yang dapat terjadi dari kasus sesudah kegiatan (n=18)
tersebut? Jika, anda sebagai teman dalam Rata-
Variabel Min. Max. Perbedaan
Rata
kasus tersebut, apa yang anda lakukan?
Pengetahuan
f. Setiap tanggapan, fasilitator tidak langsung 20 80 52
(Pre-Test)
menjustifikasi benar atau salah, namun Pengetahuan 14
meminta remaja lain untuk memberikan Sesudah 27 93 66
pendapatnya. (Post-Test)
g. Fasilitator memberikan pandangan dan
simpulan setelah tidak ada lagi remaja yang 80
menyampaikan pendapatnya.
60
Stelah Kegiatan Inti
40
(1) Menyebar kuesioner pengetahuan tentang
perilaku seksual berisiko (post-test) yang 20
sama seperti pre-test.
(2) Melakukan evaluasi kualitatif dengan 0
metode wawancara. Pre-Test Post-Test

Gambar 2. Grafik peningkatan pengetahuan peserta


sebelum dan sesudah kegiatan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengabdian menunjukkan bahwa
Jumlah peserta dalam kegiatan ini sebesar terjadi peningkatan pengetahuan pada
18 remaja laki-laki yang duduk di bangku kelompok remaja laki-laki di Pondok Pesantren
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Fajar Cendekia setelah dilaksanakan kegiatan
Menangah Atas. Usia termuda adalah 11 tahun

79
Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat Ke – 2
Jakarta, 23 November 2022

kombinasi focus group discussion dan studi pengetahuannya, remaja laki-laki memang
kasus. Hasil tersebut sejalan dengan studi Riaty perlu adanya hal-hal yang menantang dan
et al. (2016) yang mengungkapkan bahwa cukup kompleks, salah satunya adalah melalui
metode yang menggunakan kasus sebagai metode kombinasi focus group discussion dan
bahan diskusi terbukti dapat meningkatkan skor studi kasus.
pengetahuan seseorang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode ceramah klasikal.
Studi lain dari Harun (2020) menjabarkan, 4. SIMPULAN DAN SARAN
metode focus group discussion juga
berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan Metode kombinasi focus group discussion
seseorang. dan studi kasus dapat meningkatkan
Metode studi kasus merupakan metode yang pengetahuan tentang perilaku seksual berisiko
memicu daya nalar dan proses berpikir kritis. pada remaja laki-laki. Program pengabdian ini
Melalui metode studi kasus, seseorang dapat memberikan implikasi bahwa untuk
mengintegrasikan kumpulan pengetahuan yang meningkatkan pengetahuan ke deviasi yang
dimilikinya guna menyelesaikan satu masalah lebih baik atau positif, maka tenaga kesehatan
(Mahdi et al., 2020). Pada konteks kegiatan perlu mempertimbangkan adanya pendekatan
pengabdian ini, sebelum masuk ke sesi gender dan kompleksitas suatu metode. Dengan
kombinasi focus group discussion-studi kasus, pendekatan gender yang dilakukan, diharapkan
remaja telah mendapat pengetahuan dasar tenaga kesehatan yang berperan sebagai
tentang perilaku seksual berisiko dengan edukator dapat menyesuaikan strategi, metode,
metode brainstorming-ceramah-tanya jawab. dan konten yang diberikan pada sasaran
Berbekal dari pengetahuan dasar tersebut, saat sehingga tujuan dapat tercapai dengan optimal.
masuk sesi kombinasi, remaja distimulasi untuk Disarankan bagi pengelola yayasan/pesantren
mengingat dan mencoba menerapkan ilmu yang agar dapat melakukan permintaan secara
baru didapatnya dan kemudian memikirkan berkala kepada pihak Puskesmas setempat
solusi dari kasus yang disajikan. Oleh karena untuk dikirimkan tenaga kesehatan yang dapat
itu, peningkatan pengetahuan dapat terjadi. memberikan layanan kesehatan reproduksi bagi
Studi kasus juga tidak berdiri sendiri. remaja. Selain itu, pihak pesantren juga perlu
Metode focus group discussion turut membentuk kader kesehatan reproduksi remaja,
mendukung dan saling melengkapi dengan baik bagi laki-laki maupun perempuan agar
studi kasus dalam pengabdian ini. Focus group pengetahuan dapat dipertahankan dan seruan
discussion memungkinkan seseorang untuk promosi kesehatan reproduksi dapat
dapat melengkapi pengetahuan orang lain berkelanjutan.
dalam satu kelompok ketika sedang membahas
satu kasus atau topik tertentu (Waluyati, 2020).
Pada pengabdian ini, saat satu remaja sedang UCAPAN TERIMA KASIH
berbicara tentang sudut pandangnya mengenai
kasus atau pengalamannya mengenai perilaku Ucapan terima kasih ditujukan kepada
seksual berisiko, maka remaja lainnya dapat Yayasan Baitul Maal (YBM) PLN yang telah
turut memberikan saran atau masukan. memberikan pendanaan dalam program
Dampaknya, pengetahuan remaja menjadi pengabdian ini serta tidak lupa pihak Rufaidah
semakin adekuat. Humanity Care (RHC) yang juga telah
Jika melihat dari perspektif gender, menurut memfasilitasi segala aspek teknis saat sebelum
Hammerslag & Gulley (2016), ada perbedaan dan selama kegiatan dilaksanakan.
perkembangan sistem kortikolimbik pada otak
remaja perempuan dengan laki-laki yang DAFTAR PUSTAKA
membuat remaja laki-laki lebih gemar pada
aktivitas yang berisiko atau penuh tantangan. Alpiani, D., Widianti, E., & Kosim. (2021).
Selain itu, remaja laki-laki yang sedang Persepsi Remaja Tentang Seks Pranikah di
pubertas dan kemudian hormon testosteronnya Sekolah Menengah Atas. Jurnal
sedang bergejolak membuat mereka cenderung Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan
suka berargumen gagasan atau konsep (Amin, Perawat Nasional Indonesia, 9(1), 161–170.
2018). Berdasarkan hal tersebut, https://doi.org/10.26714/jkj.9.1.2021.161-
mengindikasikan bahwa untuk meningkatkan 170

80
Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat Ke – 2
Jakarta, 23 November 2022

Amin, M. S. (2018). Perbedaan Struktur Otak (Studi Kasus Santri Darul Arqam Gombara
dan Perilaku Belajar Antara Pria dan dan SMAN 6). Jurnal MKMI, 14(1).
Wanita; Eksplanasi dalam Sudut Pandang https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.3699
Neuro Sains dan Filsafat. Jurnal Filsafat Rahyani, K. Y., Utarini, A., Wilopo, S. A., &
Indonesia, 1(1). Hakimi, M. (2012). Perilaku Seks Pranikah
Elfi, & Fitrianingsih, Y. (2017). Effectiveness Remaja. Kesmas: Jurnal Kesehatan
of Methods Focus Group Discussion (FGD) Masyarakat Nasional, 7(4).
Parental Communication in the Role of Rasumawati, & Azriani, D. (2017). Efektivitas
Adolescent Sexual Behavior in SMAN 3 Metode Studi Kasus Dalam Meningkatkan
Kota Cirebon Year 2016. Jurnal Care, 5(3). Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang
Hammerslag, L. R., & Gulley, J. M. (2016). PMS Dan HIV/AIDS.
Sex differences in behavior and neural https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/wp-
development and their role in adolescent content/uploads/legacy/jurnal/dokumen/11E
vulnerability to substance use. Behavioural fektivitas Metode Studi Kasus Dalam
Brain Research, 298(Pt A), 15–26. Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap
https://doi.org/10.1016/j.bbr.2015.04.008 Remaja Tentang Pms Dan HIV-AIDS.pdf
Harun, L. (2020). Pendidikan Kesehatan Riaty, Z., Masrul, & Hardisman. (2016). Studi
dengan Metode Focus Group Discussion Perbedaan Metode Diskusi Kasus dengan
(FGD) terhadap Tingkat Pengetahuan Metode Ceramah dalam Meningkatkan
tentang Menarche. Dinamika Kesehatan: Pengetahuan Remaja Tentang HIV/AIDS di
Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 11(2). SMAN 5 Padang. Jurnal FK Universitas
https://doi.org/10.33859/dksm.v11i2.663 Andalas.
Hasanah, D. N., Utari, D. M., Chairunnisa, C., http://s2kesmas.fk.unand.ac.id/images/editor
& Purnamawati, D. (2020). Faktor Internal s/tinymce/skins/Jurnal Mhs/zufrias riaty s
dan Eksternal yang Mempengaruhi Perilaku jurnal ok.pdf
Seksual Pranikah Remaja Pria di Indonesia Senn, T. (2013). Sexual Risk Behavior BT -
(Analisis SDKI 2017). Muhammadiyah Encyclopedia of Behavioral Medicine (M.
Public Health Journal, 1(1). D. Gellman & J. R. Turner (eds.); pp. 1779–
https://doi.org/10.24853/mphj.v1i1.7018 1782). Springer New York.
Mahdi, O. R., Nassar, I. A., & Almuslamani, H. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-1005-
A. I. (2020). The Role of Using Case 9_670
Studies Method in Improving Students’ Suparmi, & Isfandari, S. (2016). Peran Teman
Critical Thinking Skills in Higher Sebaya terhadap Perilaku Seksual Pranikah
Education. International Journal of Higher pada Remaja Laki-Laki dan Perempuan di
Education, 9(2). Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan,
https://doi.org/10.5430/ijhe.v9n2p2 44(2), 139–146.
Maisya, I., & Masitoh, S. (2020). Derajat Waluyati, M. (2020). Penerapan Fokus Group
Keterpaparan Konten Pornografi pada Siswa Discussian (FGD) Untuk Meningkatkan
SMP dan SMA di DKI Jakarta dan Banten Kemampuan Memanfaatkan Lingkungan
Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi, Sebagai Sumber Belajar. Jurnal EDUTECH
10(2 SE-Articles). Universitas Pendidikan Ganesha, 8(1), 80–
https://doi.org/10.22435/kespro.v10i2.2463 91.
Masni, S. F. H. (2018). Determinan Perilaku
Seksual Berisiko pada Remaja Makassar

81

Anda mungkin juga menyukai