Disusun Oleh:
019 STYC20
Kekerasan seksual adalah masalah kesehatan di seluruh dunia yang dapat terja
di pada setiap tahap kehidupan. Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan seksual y
ang ditujukan kepada seseorang secara seksual, dengan paksaan, oleh siapa saja dala
m keadaan apapun, tanpa memandang hubungan dengan korban. Ini termasuk pemer
kosaan, yang didefinisikan sebagai penetrasi vulva atau anus yang dipaksakan secara
fisik atau dengan cara lain dengan penis, bagian tubuh atau benda lain (WHO, 202
2).
Kekerasan seksual merupakan masalah serius yang dihadapi dunia begitu juga
Indonesia. Kekerasan seksual adalah semua aktivitas seksual yang dilakukan dengan
paksaan atau ancaman oleh orang dewasa atau teman sebayanya (Finkelhor, 2010).
hun 2021 terdapat sebesar 338.496 kasus kekerasan. Pada ranah komunitas terdapat
sebesar 1.731 kasus dengan 962 kasus kekerasan seksual. Berdasarkan hasil koalisi
Ruang Publik Aman (KRPA) terhadap 62.224 responden, 1 dari 10 laki-laki pernah
menyatakan bahwa korban kekerasan seksual di tahun 2018 lebih banyak dialami an
segenap masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dipahami karena kekerasan seksual
dapat terjadi di mana pun, bahkan di tempat yang sejatinya aman terhadap tindakan
kekerasan seksual. Sebagai contoh misalnya adanya kekerasan seksual di lingkungan
usia remaja merupakan usia yang paling banyak menjadi korban kasus kekerasan
seksual, karena remaja yang harusnya mendapatkan dukungan dan fasilitas yang
ketika mereka malah menjadi salah satu korban kekerasan seksual. (Angkasa et al.,
2021).
Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil survei dari Survei Nasional Pengalaman
Hidup Anak dan Remaja 2021 menegaskan bahwa 4 dari 100 laki-laki dan 8 dari
100 perempuan usia 13-17 tahun di perkotaan pernah mengalami kekerasan seksual
dalam bentuk apa pun (Direktorat Sekolah Dasar, 2022). Lebih lanjut, 3 dari 100
laki-laki dan 8 dari 100 perempuan usia 13-17 tahun di pedesaan pernah mengalami
kekerasan seksual dalam bentuk apa pun sepanjang hidupnya (POLRI, 2022). Hal
ini juga dipertegas oleh survei dari Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional
2021 yang dilakukan Kementerian PPPA, Badan Pusat Statistik dan Lembaga
2022).
Berdasarkan United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2020 sela
dan remaja, yang merupakan masalah universal dan efek fisik dan psikososial jangka
pendek, menengah dan panjang pada korban dan masyarakat. Paparan mengenai kek
erasan seksual terutama pada tahun pertama kehidupan sangat mempengaruhi strukt
ur otak dan mengakibatkan gangguan seumur hidup dalam kapasitas kognitif dan em
osional, selain berkontribusi pada perilaku juga berisiko tinggi dan antisosial. Ini ber
arti bahwa aspek-aspek tertentu dari kehidupan anak-anak dan remaja yang mengala
mi kekerasan seksual dapat mempengaruhi kinerja akademis mereka yang lebih buru
katan emosional yang sehat, dan kecenderungan terhadap penyakit mental kronis (C
uartas, 2019).
ianggap 'aman' seperti sekolah, universitas, tempat kerja di mana pelakunya termasu
k teman sebaya, guru atau dosen (WHO, 2012). Isu kekerasan seksual di kalangan m
ahasiswa telah menjadi perhatian dunia. Kekerasan seksual berdampak pada penyint
ual di kalangan mahasiswa sangat tinggi. Orang yang selamat seringkali mengalami
hasil negatif, misalnya konsekuensi terkait kesehatan dan dampak pada pendidikan
Data dari Indonesia (KPAI) mencatat, 2014 silam dari 2.726 kekerasan terhadap a
nak, 56% di antaranya berupa pelecehan seksual. Di tahun 2017 dari bulan Januari hi
ngga bulan Juli, terjadi peningkatan pengaduan sangat tajam, ada 2.898 kasus di man
a 59,30% kekerasan seksual dan sisanya kekerasan lainnya (KPAI, 2017). Di Sumat
ak. Kepala bidang pemberdayaan perempuan dan anak (PPA) menyebutkan selama 2
016 terdapat 425 kasus pelecehan seksual terhadap anak (Yanhelmi, 2016).
metode wawancara dan quesioner di dapatkan hasil bahwa mereka masih banyak
resiko kekerasan seksual di dapatkan hasil bahwa dari 21 siswa di kelas IXA di
seksual dan hanya 5 siswa memiliki pengetahuan tentang kekerasan seksual.Dan dari
hasil quesioner didapatkan tingkat pengetahuannya kurang tentang apa itu resiko
kekerasan seksual dari 21 siswa di SMPN 1 Sakra Timur hanya 7 orang yang
kekerasan seksual beserta dampak negatif yang bisa terjadi karena perilaku
serta penanganan dari kekerasan seksual. Pendidikan kesehatan tidak terlepas dari
media,karena melalui media informasi yang ingin disampaikan lebih mudah dicerna
(Susilowati, 2016).
seksual membuat remaja saat ini rentan mengalami kekerasan seksual tanpa mereka
a Timur?”
Timur.
Sakra Timur.
Sakra Timur
2. Bagi Responden
menggunakan uji
dapat disimpulkan bahwa
statistik chi-square.
ada hubungan yang
bermakna antara
pengetahuan tentang
seksualdengan antisipasi
Kota Bengkulu.
Ni komag ayu Desain penelitian ini Hasil yang diperoleh pada Persamaan:
a tempat&waktu
Nusantara Denpasar menggunakan dengan kategori nilai
penelitian
quesioner. cukup sebanyak 7 (18,4%)
b.sampel
responden, dan dengan
penelitian
kategori nilai kurang
sebanyak 0 (0%)
responden. Selanjutnya
pada kuesioner
pengetahuan tentang
intimidasi seksual dengan
sebanyak 28 (73,7%)
responden, sedangkan
responden,
Lastri,Ririnnissahaw enggunakan Quasi Expe selisih rata –rata antara riabel dependen
terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan
seksual.