Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT


PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEKERASAN SEKSUAL

DI SMPN 1 SAKRA TIMUR

Disusun Oleh:

HAURA INAS ANISA

019 STYC20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN JENJANG S1 KEPERAWATAN
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekerasan seksual adalah masalah kesehatan di seluruh dunia yang dapat terja

di pada setiap tahap kehidupan. Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan seksual y

ang ditujukan kepada seseorang secara seksual, dengan paksaan, oleh siapa saja dala

m keadaan apapun, tanpa memandang hubungan dengan korban. Ini termasuk pemer

kosaan, yang didefinisikan sebagai penetrasi vulva atau anus yang dipaksakan secara

fisik atau dengan cara lain dengan penis, bagian tubuh atau benda lain (WHO, 202

2).

Kekerasan seksual merupakan masalah serius yang dihadapi dunia begitu juga

Indonesia. Kekerasan seksual adalah semua aktivitas seksual yang dilakukan dengan

paksaan atau ancaman oleh orang dewasa atau teman sebayanya (Finkelhor, 2010).

Berdasarkan data dari Catatan Tahunan Komnas Kekerasan Terhadap Perempuan ta

hun 2021 terdapat sebesar 338.496 kasus kekerasan. Pada ranah komunitas terdapat

sebesar 1.731 kasus dengan 962 kasus kekerasan seksual. Berdasarkan hasil koalisi

Ruang Publik Aman (KRPA) terhadap 62.224 responden, 1 dari 10 laki-laki pernah

mengalami pelecehan di ruang public. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

menyatakan bahwa korban kekerasan seksual di tahun 2018 lebih banyak dialami an

ak laki-laki (Miranti & Sudiana, 2021)

Kekerasan seksual menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh

segenap masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dipahami karena kekerasan seksual

dapat terjadi di mana pun, bahkan di tempat yang sejatinya aman terhadap tindakan
kekerasan seksual. Sebagai contoh misalnya adanya kekerasan seksual di lingkungan

sekolahan, pesantren, bahkan hingga perguruan tinggi.Hal ini sangat disayangkan

karena korban justru mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan di lingkungan

yang seharusnya memfasilitasi keamanan dan kenyamanan bagi diri mereka.

Berdasakan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

usia remaja merupakan usia yang paling banyak menjadi korban kasus kekerasan

seksual, karena remaja yang harusnya mendapatkan dukungan dan fasilitas yang

cukup untuk mengembangkan potensinya, akan terganggu proses perkembangannya

ketika mereka malah menjadi salah satu korban kekerasan seksual. (Angkasa et al.,

2021).

Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil survei dari Survei Nasional Pengalaman

Hidup Anak dan Remaja 2021 menegaskan bahwa 4 dari 100 laki-laki dan 8 dari

100 perempuan usia 13-17 tahun di perkotaan pernah mengalami kekerasan seksual

dalam bentuk apa pun (Direktorat Sekolah Dasar, 2022). Lebih lanjut, 3 dari 100

laki-laki dan 8 dari 100 perempuan usia 13-17 tahun di pedesaan pernah mengalami

kekerasan seksual dalam bentuk apa pun sepanjang hidupnya (POLRI, 2022). Hal

ini juga dipertegas oleh survei dari Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional

2021 yang dilakukan Kementerian PPPA, Badan Pusat Statistik dan Lembaga

Demografi Universitas Indonesia menemukan, 1 dari 19 perempuan (usia 15-64

tahun) pernah mengalami kekerasan seksual selain pasangan (Kementerian PPPA,

2022).
Berdasarkan United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2020 sela

ma beberapa dekade, peringatan telah dikeluarkan tentang kekerasan terhadap anak

dan remaja, yang merupakan masalah universal dan efek fisik dan psikososial jangka

pendek, menengah dan panjang pada korban dan masyarakat. Paparan mengenai kek

erasan seksual terutama pada tahun pertama kehidupan sangat mempengaruhi strukt

ur otak dan mengakibatkan gangguan seumur hidup dalam kapasitas kognitif dan em

osional, selain berkontribusi pada perilaku juga berisiko tinggi dan antisosial. Ini ber

arti bahwa aspek-aspek tertentu dari kehidupan anak-anak dan remaja yang mengala

mi kekerasan seksual dapat mempengaruhi kinerja akademis mereka yang lebih buru

k, berkurangnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan membentuk i

katan emosional yang sehat, dan kecenderungan terhadap penyakit mental kronis (C

uartas, 2019).

Kekerasan seksual termasuk pelecehan seksual sering terjadi di institusi yang d

ianggap 'aman' seperti sekolah, universitas, tempat kerja di mana pelakunya termasu

k teman sebaya, guru atau dosen (WHO, 2012). Isu kekerasan seksual di kalangan m

ahasiswa telah menjadi perhatian dunia. Kekerasan seksual berdampak pada penyint

as mahasiswa dan komunitas kampus secara keseluruhan. Prevalensi kekerasan seks

ual di kalangan mahasiswa sangat tinggi. Orang yang selamat seringkali mengalami

hasil negatif, misalnya konsekuensi terkait kesehatan dan dampak pada pendidikan

mahasiswa (Halstead, 2017).

Data dari Indonesia (KPAI) mencatat, 2014 silam dari 2.726 kekerasan terhadap a

nak, 56% di antaranya berupa pelecehan seksual. Di tahun 2017 dari bulan Januari hi
ngga bulan Juli, terjadi peningkatan pengaduan sangat tajam, ada 2.898 kasus di man

a 59,30% kekerasan seksual dan sisanya kekerasan lainnya (KPAI, 2017). Di Sumat

era Barat khususnya didaerah Padang, didominasikan kekerasan seksual terhadap an

ak. Kepala bidang pemberdayaan perempuan dan anak (PPA) menyebutkan selama 2

016 terdapat 425 kasus pelecehan seksual terhadap anak (Yanhelmi, 2016).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 30 oktober 2023 melalui

metode wawancara dan quesioner di dapatkan hasil bahwa mereka masih banyak

yang belum mengetahui tentang kekerasan seksual.Dari hasil wawancara tentang

resiko kekerasan seksual di dapatkan hasil bahwa dari 21 siswa di kelas IXA di

SMPN 1 Sakra Timur 16 siswa tidak memiliki pengetahuan tentang kekerasan

seksual dan hanya 5 siswa memiliki pengetahuan tentang kekerasan seksual.Dan dari

hasil quesioner didapatkan tingkat pengetahuannya kurang tentang apa itu resiko

kekerasan seksual dari 21 siswa di SMPN 1 Sakra Timur hanya 7 orang yang

menjawab benar dan tahu tentang kekerasan seksual.

Peningkatan pengetahuan mengenai kekerasan seksual yang salah satunya

dengan meningkatkan informasi dan pengetahuan kepada siswa SMP mengenai

kekerasan seksual beserta dampak negatif yang bisa terjadi karena perilaku

tersebut.Peningkatan informasi dan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara

pemberian informasi dan penyuluhan mengenai bentuk-bentuk kekerasan seksual,

serta penanganan dari kekerasan seksual. Pendidikan kesehatan tidak terlepas dari

media,karena melalui media informasi yang ingin disampaikan lebih mudah dicerna

dan lebih menarik, sehingga sasaran dapat mempelajari informasi tersebut,


memahami informasi tersebut dan memutuskan untuk mengambil tindakan positif

(Susilowati, 2016).

Berdasarkan Latar Belakang yang telah di uraikan bahwa kurangnya

pengetahuan remaja terhadap kekerasan seksual serta bentuk-bentuk dari kekerasan

seksual membuat remaja saat ini rentan mengalami kekerasan seksual tanpa mereka

sadari.Sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat masalah dengan judul”Pengaruh

Pendidikan Kesehatan Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Resiko

kekerasan Seksual Di SMPN 1 Sakra Timur”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan,maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut,”Apakah Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Denga

n Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Resiko Kekerasan Seksual Di SMPN 1 Sakr

a Timur?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Tingkat

Pengetahuan Remaja Tentang Resiko Kekerasan Seksual Di SMPN 1 Sakra

Timur.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. .Mengidentifikasi karakteristik Remaja di SMPN 1 Sakra Timur

2. Mengidentifikasi Kekerasan Seksual yang pernah dialami oleh Remaja

di SMPN 1 Sakra Timur .


3. Mengidentifikasi Pengetahuan Remaja Tentang Kekerasan Seksual Pada

Remaja di SMPN 1 Sakra Timur

4. Menganalisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Tingkat

Pengetahun Remaja Tentang Resiko Kekerasan Seksual DI SMPN 1

Sakra Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan penalaran ilmiah dalam

menganalisis permasalahan tentang kekerasan seksual yang ada di SMPN 1

Sakra Timur

2. Bagi Responden

Untuk penambah informasi dan pengetahuan sebagai masukan kepada siswa

siswi untuk menghindari kekerasan seksual

3. Manfaat bagi institusi terkait

Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan bagi profesi keperawatan

sebagai dasar untuk asuhan keperawatan terutama dalam ranah keperawatan

anak terkait masalah pengaruh pendidikan kesehatan dengan tingkat

pengetahuan remaja pada resiko kekerasan seksual di SMPN 1 Sakra Timur.

1.5 Keaslian Penelitian


Nama peneliti & Metedologi Penelitian Hasil Persamaan
Judul & Perbedaan

1). Rina Desain penelitian ini Hasil menunjukkan Persamaan:

Delfina,Nurmukaro merupakan penelitian a.Variabel


bahwa dari 223 responden
matis saleha, kuantitatif dengan dependent
yang berpengetahuan
sardaniah,nurlaili.Hu Pendekatan Cross kekerasan
kurang terdapat 73
bungan Pengetahuan Sectional. instrumen seksual
(32,3%) responden
Tentang Seksual penelitian b.Metode
memiliki
Dengan Antisipasi menggunakan penelitian

kuesioner antisipasi buruk dan 150 Perbedaan:


Terhadap Resiko

yang disebarkan (67,2%) responden dan 90


Kekrasan Seksual a.tempat
melalui google form (93,7%) responden
Pada Remaja penelitian dan
yang langsung memiliki antisipasi
waktu penelitian
dikirimkan ke baik terhadap risiko
b.sampel
responden. Analisis kekerasan seksual. Hasil
penelitian
data ujistatistik menunjukkan P

pada penelitian ini


value = 0,000 < α (0,05)

menggunakan uji
dapat disimpulkan bahwa
statistik chi-square.
ada hubungan yang

bermakna antara
pengetahuan tentang

seksualdengan antisipasi

terhadap risiko kekerasan

seksual pada remaja di

Kota Bengkulu.

Ni komag ayu Desain penelitian ini Hasil yang diperoleh pada Persamaan:

sudiartini,I komang menggunakan jenis penelitian ini pengetahuan a.Variabel

indayani,Ni wayan penelitian deskriptif remaja putri tentang dependent

suarniti ,Analisa dengan pendekatan pengertian dan penyebab kekerasan

Pengetahuan Remaja cross sectional,teknik kekerasan seksual seksual seksual,

Putri Tentang pengumpilan data dengan kategori nilai baik b.Metode

Kekerasan Seksual berupa probelity sebanyak 31 (81,6%) penelitian

Di SMP Harapan sampling,instrument responden, sedangkan perbedaan:

a tempat&waktu
Nusantara Denpasar menggunakan dengan kategori nilai
penelitian
quesioner. cukup sebanyak 7 (18,4%)
b.sampel
responden, dan dengan
penelitian
kategori nilai kurang

sebanyak 0 (0%)

responden. Selanjutnya

pada kuesioner

pengetahuan tentang
intimidasi seksual dengan

kategori nilai baik

sebanyak 28 (73,7%)

responden, sedangkan

dengan kategori nilai

cukup sebanyak 9 (23,7%)

responden,

Baiq Desain penelitian ini m Hasil penelitian terdapat Persamaan: :a.Va

Lastri,Ririnnissahaw enggunakan Quasi Expe selisih rata –rata antara riabel dependen

aitun,Apriani rimental.Desain yang pretes 1 dengan postes 1 pengaruh

susmita digunakan dalam selisih 2,71,pretes 1 pendidikan

sari.Pengaruh penelitian ini adalah denggan postes 2 selisih kesehatan

Pendidikan time series design. 2,84b,pretes 2 dengan b.Metode

Kesehatan Terhadap postes 1 selisih 2,59 dan penelitian

Pengetahuan Dan pretes 2 dengan postes 2 Perbedaan:

Sikap remaja selisih 2,72.Berdasarkan a.waktu

Terhadap Kekerasan uji menggunakan paired T- penelitian

Seksual Di SMPN 1 test diperoleh P

Sakra value=0,000< 0,05,maka

dapat di simpulkan bahwa

terdapat pengaruh

pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan

remaja tentang kekerasan

seksual.

Anda mungkin juga menyukai