Anda di halaman 1dari 19

PENGEDUKASIAN PELECEHAN SEKSUAL DALAM

FILM PENDEK DI IMPLEMENTASIKAN TERHADAP


ADOLESCENCE

ANDINI PEBRIANTI (211510072)


SHENDY MORGEN ICHUAN DELODO (211510082)
KRISTINA MARCI MARYODI NAOMI (211510085)
MUHAMMAD AJI IHRAM (211510089)
ROBIATUL ADAUWIYAH (211510096)
SITA (211510111)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas

limpahan Rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian

ini yang diberikan kepada kami. Sholawat bersamaan dengan salam juga mari kita

berikan kepada baginda nabi kita Muhammad SAW. Semoga kita, orang tua kita,

keluarga kita, teman-teman kita, serta para dosen kita mendapat syafaat Beliau di

Yaumil Mahsyar kelak. Amin ya Rabbal ‘Alamin. Adapun tujuan utama penulisan

makalah ini adalah untuk memenuhi mata kuliah Metodologi penelitian dan judul

penelitian ini adalah “Pengedukasian pelecehan seksual dalam film pendek di

implementasikan terhadap adolescence”. Kami ucapkan terima kasih kepada ibu

Dr. LINDA SUWARNI, S.KM,M.Kes dan ibu LINDA SEPTIAWATI, S.KM

selaku dosen dan asisten dosen pembimbing, dan kepada semua pihak yang sudah

membantu dalam penulisan penelitian ini dari awal hingga selesai. Kami mohon

maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan penelitian ini, dan kami juga

sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan

pertimbangan perbaikan penelitian ini.

Pontianak, 19 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalimantan barat salah satunya di kota Pontianak masih sangat minim
dalam pengetahuan pelecehan seksual. Pelecehan seksual merupakan segala
macam bentuk perilaku yang dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh
korban. Dampak dari sikap negatif pada remaja yang merugikan korban sehingga
mereka merasa direndahkan oleh perbuatan tersebut. Masa pubertas pada remaja
di mulai dari perubahan secara biologis, psikologis, dan sosial. Perubahan biologis
mengarah kepada perkembangan fisik, seperti perubahan pada organ seks dan
perubahan suara. Perubahan pandangan terhadap citra tubuh, pencarian identitas
dan jati diri, serta mulai tertarik dengan hubungan romantis adalah perubahan
psikologis pada masa pubertas remaja. Salah satunya lebih suka bergaul dengan
temannya daripada di rumah adalah ciri utama dari perubahan sosial (Sulistyany
and Tianingrum, 2019). Dampak dari pelecehan seksual seperti perubahan
psikologis, perilaku, dan fisik. Perubahan psikologis mencakup depresi dan
kecemasan. Gangguan tidur, gangguan asupan makan, dan keinginan bunuh diri
termasuk kedalam perubahan perilaku. Sedangkan fisik, meliputi sakit kepala,
gangguan pencernaan, menurun atau bertambahnya berat badan, dan nyeri pada
tulang belakang (Novrianza, 2022).
Pelecehan seksual pada remaja sangat rawan terjadi jika pemberian
edukasi masih sangat minim baik dari orang tua maupun lingkungan sekolah.
Pengetahuan tersebut seharusnya sudah diterapkan sejak dini agar bisa
meminimalisir tindakan yang memicu terjadinya pelecehan seksual. Pada remaja
seusia 13-15 sangat rentan terhadap perlakuan yang mengundang tindakan
tersebut karena ketidaktahuan apa saja yang menyebabkan pelecehan. Tindakan
tersebut bisa berupa, candaan atau perkataan yang mengarah ke hal-hal seksual.
Sedangkan perlakuan ke arah fisik yaitu dengan menyentuh, memeluk, atau
mencium tanpa izin. Pelecehan seksual biasanya terjadi karena adanya keinginan
dan kesempatan untuk melakukan pelecehan serta adanya stimulus dari korban
yang memancing terdorongnya perilaku melecehkan (Hidayatulloh, 2019).
Berdasarkan data pada tahun 2021, menurut Komnas Perlindungan Anak
Indonesia menunjukkan bahwa kasus pelecehan seksual terhadap remaja terjadi
2.726 kasus pelecehan seksual. Sejak Maret 2020 hingga 20 Juli 2021, 52%
didominasi oleh pelecehan seksual. Perlindungan hukum yang dapat diberikan
terhadap perempuan yang menjadi korban tindak pelecehan seksual dapat
diberikan melalui Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang PKDRT dan
KUHP yang menyangkut perkosaan Pasal 285 KUHP merupakan tindak
kekerasan seksual yang sangat mengerikan dan merupakan tindakan pelanggaran
hak asasi yang paling kejam terhadap perempuan (Perempuan, 2013). Menteri
Pendidikan Republik Indonesia bergerak cepat dengan mengeluarkan peraturan
permendikbud nomor 30 Tahun 2021 tentang pencegahan dan pengendalian
kekerasan seksual. Faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual karena
Minimnya edukasi tentang pendidikan seks dan kekerasan seksual, rendahnya
kesadaran masyarakat akan hak anak, rendahnya pendidikan, kepribadian
keluarga, lemahnya sistem hukum, dan tingginya tingkat kriminalitas bisa memicu
banyaknya korban. Anak-anak beresiko menjadi korban kekerasan seksual lebih
besar jika tidak dibekali edukasi yang cukup (Kemendikbudristek, 2021).
Kasus kekerasan terhadap anak cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Laporan Global 2017 menunjukkan bahwa 73,7% anak Indonesia usia 1-14
tahun mengalami kekerasan fisik dan psikis di rumah terhadap pendisiplinan
(violent disiplin) (Mengakhiri kekerasan di masa kecil, 2017). Jumlah kekerasan
terhadap anak yang tercatat dari Januari hingga Juni 2020 sebanyak 3.928 kasus,
terdiri dari kasus kekerasan seksual, fisik, dan emosional, dan hampir 55%
diantaranya mengalami kekerasan seksual. (Medistiara, 2020) Dari data diatas
dapat dilihat bahwa terjadinya peningkatan kasus pelecehan seksual yang
signifikan dari tahun ke tahun. (Zifadlin, Suwarni and Lestari, 2021) Pemberian
edukasi yang tepat sangat diperlukan untuk mencegah dan mengendalikan
peningkatan kasus tersebut. Edukasi yang diberikan yaitu menggunakan media
sebagai bahan pembelajaran pada siswa atau siswi sekolah menengah pertama
sebagai bentuk tindakan preventif dalam pelecehan seksual. Pendidikan seks
diberikan agar mereka tahu tentang fungsi tubuhnya terkhususnya alat kelamin
dan hubungan dengan lawan jenis. Tujuan pemberian edukasi seks untuk
menyadarkan pentingnya kesehatan reproduksi sehingga tindakan pelecehan
seksual dapat dicegah. Pengetahuan yang harus diberikan sedini mungkin
mengenai perilaku seksual untuk menghadapi hal-hal yang akan terjadi di masa
depan seiring bertambahnya usia serta membentuk karakter dan pola perilaku agar
mampu terhindar dari tindakan yang beresiko terhadap pelecehan seksual.
Dengan adanya kasus pelecehan seksual yang pernah terjadi di SMP Bina
Utama kami memberikan edukasi berupa audio visual yaitu film pendek.
Pemberian edukasi melalui audio visual diharapkan remaja sekolah SMP Bina
Utama bisa mengurangi tindakan yang mengarah ke perilaku pelecehan seksual.
Ditemukan kasus pelecehan seksual di kota Pontianak sebesar 12% remaja,
diantaranya mereka yang memasuki sekolah menengah pertama sudah berperilaku
seksual aktif (Soebagjo, 2013).
Berdasarkan penjelasan diatas kami terdorong melakukan penelitian
mengenai dampak pelecehan seksual yang pernah terjadi di SMP Bina Utama oleh
karena itu kami termotivasi untuk memberikan edukasi berupa audio visual yakni
film pendek supaya siswa di sekolah tersebut bisa memperoleh pengetahuan,
sikap, dan perilaku tentang pelecehan seksual.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah edukasi melalui film pendek efektif dalam peningkatan pengetahuan
siswa SMP Bina Utama Pontianak tentang pelecehan seksual ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas film pendek dalam peningkatan pengetahuan siswa tentang
perilaku, pengetahuan, dan sikap terhadap pelecehan seksual
Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbedaan pengetahuan anak sekolah menengah pertama sebelum
dan sesudah di berikan edukasi
2. Mengetahui gambaran pengetahuan siswa sebelum dan setelah diberikan
edukasi media audio visual berupa film pendek
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan dalam mengedukasi para
remaja agar selalu cermat dalam bertindak supaya tidak terjerumus dalam
pelecehan seksual.

2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi peneliti:
1) Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian terhadap
pelecehan seksual pada remaja.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman maupun
sebagai masukkan bagi peneliti lain

b. Manfaat bagi masyarakat:


1) Menjadi bahan referensi dalam pemberian edukasi pelecehan seksual
pada remaja.
2) Menambah pengetahuan tentang dampak dari pelecehan seksual pada
remaja.
3) Mampu menerapkan pengetahuan tentang edukasi pelecehan seksual
pada remaja.

1.5 Keaslian Penelitian

Nama, Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan


Tahun
Hubungan Metode Hasil penelitian Sama-sama Subjek
Pendidikan kuantitatif ini menunakan penelitian
Seksual dengan dengan menunjukkan metode adalah remaja
Pelecehan pendekatan tidak ada kuantitatif SMA di Medan
Seksual pada cross sectional hubungan yang dengan dan Binjai,
Siswa Sekolah signifikan pendekatan sedangkan
di Wilayah antara cross sectional penelitian ini
Puskesmas pendidikan subjek
Harapan Baru seksual dengan penelitianya
Tahun pelecehan adalah remaja
2019 ,Yenny seksual SMP di
Eka Sulistyany Pontianak.
(2019)
Dampak dari Jurnal ini Hasil penelitian Variabel terikat Subjek
Pelecehan menggunakan ini menemukan adalah penelitian
Seksual jenis metode faktor dan pelecehan adalah anak di
Terhadap Anak penelitian dampak seksual bawah umur,
di Bawah kualitatif pelecehan sedangkan
Umur, seksual penelitian ini
Novrianza Dan terhadap anak subjek
Imam Santoso penelitianya
(2022) adalah remaja
SMP di
Pontianak.
Faktor-faktor Jurnal ini Hasil dari Variabel terikat Subjek
Penyebab menggunakan penelitian ini adalah penelitian
Terjadinya jenis metode menunjukan pelecehan berfokus hanya
Pelecehan penelitian bahwa seksual kepada
Terhadap kualitatif penyebab utama perempuan,
Perempuan, Nur alasan sedangkan
Hidayatulloh perempuan penelitian ini
(2019) korban mencakup
kekerasan semua jenis
seksual tidak kelamin.
melapor yaitu
stigma buruk
masyarakat
akan korban
kekerasan
seksual.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelecehan seksual
1. Pengertian pelecehan seksual

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Immanuel (2016),


menjelaskan bahwa pelecehan seksual merupakan bentuk pembedaan dari kata
kerja melecehkan yang berarti menghinakan, memandang rendah, mengabaikan.
Sedangkan seksual memiliki arti hal yang berkenaan dengan seks atau jenis
kelamin, hal yang berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan
perempuan.

Menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia pelecehan seksual adalah


tindakan atau perilaku atau gerak gerik seksual yang tidak dikehendaki dalam
bentuk verbal (kata-kata) atau tulisan, fisik, tidak verbal, dan visual untuk
kepentingan seksual, memiliki muatan seksual, sehingga terhina, malu, tidak
nyaman, dan tidak aman bagi orang lain. Susiana (2015) menambahkan bahwa
pelecahan seksual merupakan bentuk pelecehan terhadap perempuan berbasis
gender. Pelecehan dapat terjadi dimanapun selama ada pencampuran laki-laki dan
perempuan. Berdasarkan aspek perilaku, pelecehan seksual merupakan rayuan
seksual yang tidak dikehendaki penerimanya, di mana rayuan tersebut muncul
dalam beragam bentuk baik yang halus, kasar, terbuka, fisik maupun verbal dan
bersifat searah.

Menurut Komisioner Subkom Pemantauan Komnas Perempuan, Siti


Aminah Tardi pelecehan seksual merupakan salah satu bentuk kekerasan seksual,
Pelecehan seksual adalah perbuatan yang dilakukan dalam bentuk fisik atau
nonfisik yang tidak dikehendaki dengan cara mengambil gambar, mengintip,
memberikan isyarat bermuatan seksual, meminta seseorang melakukan perbuatan
yang demikian pada dirinya, memperlihatkan organ seksual baik secara langsung
atau menggunakan teknologi, melakukan transmisi yang bermuatan seksual dan
melakukan sentuhan fisik.
Pelecehan seksual adalah perilaku atau perhatian yang bersifat seksual
yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki dan berakibat mengganggu diri
penerima pelecehan. Pelecehan seksual mencakup, tetapi tidak terbatas pada
bayaran seksual bila ia menghendaki sesuatu, pemaksaan melakukan kegiatan
seksual, pernyataan merendahkan tentang orientasi seksual atau seksualitas,
permintaan melakukan tindakan seksual yang disukai pelaku, ucapan atau perilaku
yang berkonotasi seksual, semua dapat digolongkan menjadi pelecehan seksual.

Kejahatan terhadap perempuan sering mengalami perlakuan tidak adil dan


pelanggaran hak-hakya. Perkosaan, pelecehan seksual dan kekerasan lain yang
dimotivasi nafsu seks yang menjadi bahaya nyata yang mengancam pihak
perempuan, hingga kejahatan kesusilaan terhadap perempuan terjadi. Tindakan
pelecehan seksual yang terjadi merupakan suatu masalah yang memerlukan
perhatian khusus pemerintah karna berkaitan dengan moralitas para generasi
bangsa. Dalam hal ini pengadilan yang merupakan instansi atau lembaga yang
menangani masalah hukum perlu memberikan sanksi pada seseorang yang
melakukan pidana terutama pelaku kejahatan seksual untuk itu pengadilan perlu
memberikan sanksi terhadap pelaku pelecehan seksual dengan seadil-adilnya
(Ramdhani, 2017).

Dengan demikian, pelecehan seksual adalah perilaku menyimpang atau


perbuatan yang tidak senonoh mengarah kepada hal-hal yang bersifat seksual
secara paksa sehingga yang menjadi objek pelecehan seksual merasa keberatan
atas perlakuan tersebut akhirnya menimbulkan perasaan sedih, marah, benci,
dendam, takut dan trauma.

2. Bentuk-bentuk pelecehan seksual

Secara umum, pelecehan seksual ada 5 bentuk, yaitu :

a. Pelecehan fisik, yaitu :

Sentuhan yang tidak diinginkan mengarah keperbuatan seksual seperti


mencium, menepuk, memeluk, mencubit, mengelus, memijat tengkuk,
menempelkan tubuh atau sentuhan fisik lainnya.
b. Pelecehan lisan, yaitu :

Ucapan verbal/komentar yang tidak diinginkan tentang kehidupan pribadi


atau bagian tubuh atau penampilan seseorang, termasuk lelucon dan
komentar bermuatan seksual.

c. Pelecehan non-verbal/isyarat, yaitu :

Bahasa tubuh dan atau gerakan tubuh bernada seksual, kerlingan yang
dilakukan berulang-ulang, menatap tubuh penuh nafsu, isyarat dengan jari
tangan, menjilat bibir, atau lainnya.

d. Pelecehan visual, yaitu :

Memperlihatkan materi pornografi berupa foto, poster, gambar kartun,


screensaver atau lainnya, atau pelecehan melalui e-mail, SMS dan media
lainnya.

e. Pelecehan psikologis/emosional, yaitu :

Permintaan-permintaan dan ajakan-ajakan yang terus menerus dan tidak


diinginkan, ajakan kencan yang tidak diharapkan, penghinaan atau celaan
yang bersifat seksual.

Pelecehan seksual yang dihadapi laki-laki maupun perempuan dalam


berbagai bentuknya, mulai dari komentar yang berkonotasi seksual dan
kontak fisik secara tersembunyi (memegang, sentuhan ke bagian tubuh
tertentu) hingga ajakan yang dilakukan secara terang-terangan dan
serangan seksual.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk


pelecehan seksual adalah pelecehan fisik, pelecehan lisan, pelecehan non-
verbal/isyarat, pelecehan visual, dan pelecehan psikologis/emosional.
3. Dampak Pelecehan Seksual Terhadap Korban

Pelecehan seksual menimbulkan beberapa dampak terhadap korban. Adapun


dampak tersebut sebagai berikut.

a. Dampak psikologis, antara lain menurunnya harga diri, menurunnya


kepercayaan diri, depresi, kecemasan, ketakutan terhadap perkosaan,
meningkatkan ketakutan terhadap tindakan-tindakan kriminal lainnya, rasa
tidak percaya, merasa terasing, mudah marah, penyalahgunaan zat adiktif,
merasa marah pada pelaku, namun merasa ragu untuk melaporkan pelaku,
adanya bayangan masa lalu, hilangnya rasa emosi yang mempengaruhi
hubungan wanita dengan pria lain, perasaan terhina, terancam dan tidak
berdaya , menurunnya motivasi dan produktifitas kerja dan mudah marah.
b. Dampak perilaku, antara lain gangguan tidur, gangguan makan, dan
kecenderungan bunuh diri.
c. Dampak fisik, antara lain: sakit kepala, gangguan pencemaran (perut), rasa
mual, menurun atau bertambahnya berat badan, mengigil tanpa sebab yang
jelas dan nyeri tulang belakang (Hidayatullah, 2019).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian


kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya sistematis,
terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan
desain penelitianya. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak
menuntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Sandu Siyoto &
M.Ali Sodik ( 2015:10). Menurut Arifin dalam Mufidati (2018:25)
menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan teknik-teknik pengumpulan data serta jenis data yang
bersifat kuantitatif.

Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang


berlandaskan filsafat positivisme, Positivisme adalah aliran filsafat yang
menyatakan bahwa pengetahuan yang benar hanya berasal dari ilmu alam
dan tidak berkaitan dengan metafisika. Pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono,
2017).

Menurut Noor dalam Mufidati (2018:25) penelitian kuantitatif


merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara
hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini diukur (biasanya dengan
instrumen penelitian) sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat
dianalisis berdasarkan prosedur statistik.

B. GEJALA PENELITIAN
Pelecehan seksual anak merupakan terlibatnya seorang anak pada
segala bentuk kegiatan seksual sebelum mencapai batasan umur yang telah
ditetapkan hukum pada negara bersangkutan dimana seseorang yang lebih
dewasa atau anak yang lebih tua dan atau orang yang memiliki
pengetahuan lebih memanfaatkan anak untuk kesenangan atau aktivitas
seksual (Maslihah 2013).

C. Identifikasi Variabel Penelitian


Menurut Sugiyono (2015:40) variabel penelitian merupakan suatu
atribut atau sifat atau nilai atau orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Variabel juga
merupakan titik fokus penelitian dan dapat diketahui dari setiap judul
penelitian. Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu variabel terikat dan
variabel bebas.
1. Variabel terikat yaitu pelecehan seksual
Pelecehan seksual merupakan suatu perilaku pemaksaan seksual
yang dilakukan untuk pemuas kebutuhan seksual pelaku, yang di mana
perilaku tersebut tidak diinginkan atau tidak diterima dan
menyinggung perasaan korban. Pelecehan seksual dapat berbentuk
secara fisik dan verbal. Pelecehan seksual secara fisik merupakan
tindakan-tindakan fisik yang mengarah ke seksual, sedangkan
pelecehan seksual secara verbal mengarah ke kata-kata atau
perbincangan yang mengarah ke seksual.Pelecehan seksual diukur
menggunakan skala pelecehan seksual, dengan karakteristik pelecehan
seksual secara fisik dan verbal. Semakin tinggi skor yang didapatkan
pada skala pelecehan seksual, maka semakin tinggi perilaku pelecehan
seksual, dan sebaliknya semakin rendah skor yang didapatkan, maka
semakin rendah perilaku pelecehan seksual.
2. Variabel bebas yaitu metode edukasi audio visual berupa film pendek
Menurut Wibowo, bahwa film merupakan alat untuk menyampaikan
beragam pesan kepada khalayak umum melalui sebuah media cerita.
Film pendek memiliki durasi kurang dari 30 menit, meskipun banyak
batasan lain yang muncul dari berbagai pihak lain di dunia, akan tetapi
batasan teknis ini lebih banyak. Pemberian film pendek dengan tema
pelecehan seksual terhadap siswa SMP Bina Utama Pontianak
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman yang
berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang pelecehan
seksual.
3. Definisi operasional

no variabel Definisi Cara Alat Hasil ukur Skala


operasional ukur ukur ukur
1 pengetahu Pemahama Kuesione Angke Pernah Ordina
an n respon r t dan tidak l
tentang pernah
pelecehan
seksual
meliputi
tujuan,
manfaat,
dampak,
dan jenis
pelecehan
seksual
2 Sikap Cara Kuesione Angke 1. Kuran interval
pandang r t g (1-15)
dan reaksi 2. Sedang
tentang (16-31)
pelecehan 3. Baik
seksual (32-45)
meliputi
tujuan,
manfaat,
dampak,
dan jenis
pelecehan
seksual
3 Perilaku Tindakan Kuesione Angke 1. Kuran Interva
dalam r t g (1- l
melakukan 15)
respon 2. Sedang
terhadap (16-31)
sesuatu dan 3. Baik
dijadikan (32-45)
kebiasaan

4. Hipotesis
a. Adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan pengetahuan
melalui media audio visual berupa film pendek.
b. Adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan sikap melalui
media audio visual berupa film pendek.
c. Adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan perilaku melalui
media audio visual berupa film pendek.
BAB IV

Telah diketahui bahwa pelecehan seksual termasuk ke dalam bentuk


kekerasan seksual karena pelecehan seksual merupakan pemberian perhatian
secara seksual baik secara lisan, fisik maupun tulisan terhadap perempuan dimana
hal tersebut tidak diinginkan oleh perempuan yang bersangkutan, namun harus
diterimanya sebagai sesuatu yang seolah-olah wajar. Sebagaimana halnya
pelacuran, perkosaan, pornografi, dan penganiayaan terhadap pasangan, maka
berdasarkan studi tentang perempuan yang berkembang secara pesat, pelecehan
seksual ditempatkan sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan khususnya
kekerasan seksual.156 Tindakan pelecehan seksual merupakan pelanggaran
terhadap hak atas rasa aman seseorang yang terdapat dalam Pasal 29 Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan
bahwa, “setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan hak miliknya”.157 Selanjutnya ditegaskan dalam Pasal 30 yang
menyatakan bahwa, “setiap orang berhak atas rasa aman dan tentram serta
perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu.”158

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dipilih untuk penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini merupakan penelitian ilmiah
yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial
secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang
mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah,
2012).

Data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif deskriptif


mengambil bentuk kata-kata dan perbuatan untuk dikuantifikasikan
data kualitatif yang diperoleh dengan memeriksa, mengusut,
menelaah dan mempelajari secara cermat serta menginformasikan
hipotesis sehingga diperoleh sesuatu seperti mencapai kebenaran dan
memperoleh jawaban atas masalah ataupun pengembangan ilmu
pengetahuan (Siregar, 2013).
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yang berarti suatu penelitian
yang mendeskripsikan fenomena atau peristiwa yang sesuai dengan
fakta. Data yang terdapat dalam penelitian kualitatif disajikan dalam
bentuk deskriptif yang berupa rekaman, wawancara dan foto tentang
objek penelitian yang dilaporkan yang sesuai dengan keadaan
sebenarnya (Yusuf, 2014).

Dalam penelitian kali ini jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian deskriptif kualitatif. “Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain-lain; secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata – kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah” (Moleong, 2012)

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Menurut Yin


(2014:18) studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki
fenomena-fenomena di dalam kontek kehidaupan nyata bilamana
batas-batas antara fenomena dan koneksi tak tampak dengan tegas
dan dimana multisumber bukti dimanfaatkan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Dikarenakan adanya informasi mengenai kasus pelecehan seksual
di SMP Bina Utama, oleh karena itu penelitian ini akan dilakukan
di sekolah tersebut. Adapun teknik wawancara yang dilakukan
adalah dengan cara responden mengisi kuesioner dan angket di
dalam kelas.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilakukan dalam periode pengamatan
selama 1 bulan, yang dimulai dari Maret-April 2023.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah objek atau subjek yang berada
pada topik penelitian dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dapat juga
diartikan sebagai sekelompok individu, lembaga, objek, dan lain
sebagainya yang memiliki kesamaan karakteristik yang menjadi
kepentingan peneliti. Sedangkan, sampel penelitian adalah bagian
kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur
tertentu sehingga dapat mewakili populasinya secara representatif.
Populasi dalam penelitian kuantitatif yaitu memiliki subjek ataupun
objek melalui kualitas dan karakteristik tertentu yang bisa diambil
kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian populasi tersebut.
Populasi dalam penelitian ini tertuju pada SMP Bina Utama
Pontianak. Sampel dalam penelitian ini tertuju pada siswa/i kelas 7.

Anda mungkin juga menyukai