Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANG TUA

DAN ANAK TENTANG SEKS DENGAN PERILAKU


SEKS REMAJA DI SMA N 1 SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
DIAN PRAMITA
070201027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANG TUA
DAN ANAK TENTANG SEKS DENGAN PERILAKU
SEKS REMAJA DI SMA N 1 SEYEGAN SLEMAN
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh :
DIAN PRAMITA
070201027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillahhirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan hidayah-Nya sehingga iman dan islam tetap terjaga. Sholawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat yang senantiasa
istiqomah di jalan-Nya. Berkah dan rahmat Allah serta pertolongan-Nyalah sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Komunikasi
Orang Tua Dan Anak Tentang Seks Dengan Perilaku Seks Remaja Di SMA N 1
Seyegan Sleman Yogyakarta”.
Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Atas bantuan, bimbingan dan arahan, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Warsiti, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat., selaku Ketua STIKES „Aisyiyah Yogyakarta.
2. Ery Khusnal, MNS., selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan STIKES „Aisyiyah
Yogyakarta.
3. Tenti Kurniawati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing skripsi yang telah
bersedia membagi waktu, pengalaman, bantuan pemikiran, bimbingan dan
dorongan yang sangat berguna bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Lutfi Nurdian Asnindari, S.Kep., Ns., selaku penguji skripsi yang telah
memberikan masukan, kritik dan saran yang sangat berharga.
5. Kepala Sekolah SMA N 1 Seyegan Sleman Yogyakarta yang telah memberi izin
untuk melakukan penelitian.
6. Siswa-siswi SMA N 1 Seyegan serta semua pihak yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Masih banyak
kekurangan baik dalam isi maupun penulisanya, untuk itu penulis mohon maaf dan
demi kebaikan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
seperti yang diharapkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuh.

Yogyakarta , 03 Maret 2011

Dian Pramita
Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua Dan Anak Tentang Seks Dengan
Perilaku Seks Remaja Di SMA N 1 Seyegan Sleman

Intisari

Latar belakang: Pembicaraan seputar seks masih dianggap tabu untuk dibicarakan
antara orang tua dan anak remajanya. Remaja yang berharap mendapatkan informasi
mengenai seks dari orangtuanya justru tidak mendapatkannya karena terbatasnya
komunikasi antara orang tua dan anak tentang seks. Tujuan: untuk mengetahui
hubungan antara komunikasi orang tua dan anak tentang seks dengan perilaku seks
remaja di SMA N 1 Seyegan Sleman Yogyakarta Tahun 2011. Metodologi:
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif dengan metode pendekatan
waktu cross-sectional. Variabel bebas adalah komunikasi orang tua dan anak tentang
seks. Dan variabel terikatnya adalah perilaku seks remaja. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa SMA N I Seyegan Sleman Yogyakarta Tahun 2011 yang tinggal
bersama orangtuanya dan memiliki usia 15-18 tahun sebanyak 616 siswa dengan
jumlah sampel sebanyak 68 siswa dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
simple random sampling secara undian. Pengambilan data dengan menggunakan
kuesioner tertutup. Analisis data menggunakan korelasi Kendall Tau. Hasil: Hasil
pengujian korelasi Kendall Tau menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,023
yang berarti ada hubungan antara komunikasi orang tua dan anak tentang seks
dengan perilaku seks remaja di SMA N 1 Seyegan Sleman Yogyakarta Tahun 2011.
Kesimpulan: Komunikasi orang tua dan anak tentang seks dalam kategori kurang
(87%), perilaku seks remaja dalam kategori cukup (57%), ada hubungan positif
signifikansi antara komunikasi orang tua dan anak tentang seks dengan perilaku seks
remaja di SMA N 1 Seyegan Sleman Yogyakarta tahun 2011.

Kata kunci : Komunikasi, perilaku seks, remaja


Daftar pustaka : 15 buku (tahun 2001-2009), 9 web, 1 jurnal
Halaman : xii, 71 halaman, 5 buah tabel, 9 buah gambar

1. Judul Skripsi
2. Mahasiswa PPN-STIKES „Aisyiyah Yogyakarta
3. Dosen PPN-STIKES „Aisyiyah Yogyakarta
The Correlation Between Parent-Child Communication About Sex and the
Adolescent Sexual Behaviour at State High School 1 Seyegan Sleman

Abstrack

The background of the problem: Sex is still considered as a taboo subject to be


discussed between parents and their adolescences. Adolescences, who wish to get
information about sex from their parents, do not, in fact, get it because of the limited
parent-child communication about sex. Objective: To reveal the correlation between
parent-child communication about sex and the adolescent sexual behaviour at State
High School 1 Seyegan Sleman Yogyakarta in the year 2011. Methodology: The
study employs descriptive correlative approach using cross-sectional time. The
independent variables are the parent-child communication about sex and the
dependent variables are adolescent sexual behaviour. The population of study is the
students of State High School in year 2011, who live with their parents, aged 15-18
years. There are as many as 616 students with a total sample of 68 students. The
sampling technique employed is a simple random sampling using lottery. The data
collection technique employed is a closed questionnaire and the data analysis
technique employed is Kendall Tau correlation. Result: The result of Kendall Tau
correlation test show the significant value is 0,023 which means that there is a
correlation between parent-child communication about sex and the adolescent sexual
behaviour at State High School 1 Seyegan Sleman Yogyakarta in the year 2011.
Conclusion: The parent-child communication about sex is in the category of poor
(87%), adolescent sexual behaviour in the category of moderate (57%), and there is a
significant positive correlation between parent-child communication about sex and
the adolescent sexual behaviour at State High School 1 Seyegan Sleman Yogyakarta
in the year 2011.

Key words : Communication, sexual behaviour, adolescences


References : 15 books (year 2001-2009), 9 website, 1 journal
Pages : xiii, 71 pages, 5 tables, 9 figures

1. The title of the thesis


2. The PPN student of „Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
3. The lecturer of „Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
PENDAHULUAN DIY sebesar 3.207.385 orang terdiri dari
laki-laki 1.595.186 orang dan perempuan
Masa remaja atau masa adolesens 1.612.199 orang, sebanyak 17% dari
adalah suatu fase tumbuh kembang yang keseluruhan jumlah penduduk di DIY
dinamis dalam kehidupan seorang adalah remaja (Purwatiningsih, 2004).
individu. Masa ini merupakan periode Banyak faktor yang mempengaruhi
transisi dari masa kanak-kanak ke masa timbulnya masalah perilaku seks di
dewasa. Pada masa remaja ditandai kalangan remaja selain komunikasi
dengan percepatan perkembangan fisik, orang tua dan anak tentang seks. Faktor-
mental, emosional, dan sosial (IDAI, faktor tersebut antara lain: perubahan
2010). Alat-alat reproduksi mulai hormonal, penundaan usia perkawinan,
berfungsi, libido mulai muncul, norma-norma yang berlaku di
intelegensi mencapai puncak masyarakat, penyebaran informasi
perkembangan, dan emosi yang sangat melalui media massa, tabu larangan dan
labil. Kematangan seksual atau alat-alat pergaulan bebas (Santrock, 2003).
reproduksi yang berkaitan dengan sistem Disamping itu, lingkungan, pengalaman,
reproduksi merupakan suatu bagian serta sosial ekonomi juga menyebabkan
penting dalam kehidupan remaja timbulnya masalah perilaku seks pada
sehingga diperlukan perhatian khusus, remaja. Didukung oleh data dari
karena apabila timbul dorongan- BKKBN (2007), remaja memperoleh
dorongan seksual yang tidak sehat akan informasi tentang seks dari membaca
menimbulkan perilaku seks yang tidak buku atau majalah porno 63,2%,
bertanggung jawab (Widyastuti, et al., menonton film porno 46,7% dan
2009). masturbasi 30,2%.
Perilaku seks yang tidak Pusat Study Seksualitas (PSS) PKBI
bertanggung jawab pada remaja dapat DIY tahun 2005 di Yogyakarta
menyebabkan masalah yang dapat menunjukkan bahwa remaja melakukan
mengganggu kehidupan remaja. Masalah perilaku seksual berpelukan dalam
yang sering mengganggu remaja adalah pacaran 62,1%, bergandengan tangan
masalah-masalah yang berkaitan dengan 60,5%, berciuman bibir 59,1%, dan
organ reproduksi. Di satu sisi mereka saling raba 60%. Remaja yang
sudah mencapai kematangan seksual melakukan perilaku seks sangat rentan
yang menyebabkan mereka memiliki terhadap resiko kesehatan. Mereka
dorongan untuk pemuasan, tetapi disisi sangat beresiko mengalami penularan
lain kebudayaan dan norma sosial penyakit menular seksual termasuk
melarang pemuasan kebutuhan seksual HIV/AIDS, serta penyakit lainnya.
di luar pernikahan. Sehingga remaja Didukung oleh data Badan Koordinasi
harus mampu mengontrol perilaku dalam Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
pergaulannya (Hidayat, 2009). menyebutkan 52% dari sekitar 19.000
Berdasarkan data Departemen orang yang hidup dengan HIV/AIDS
Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia, adalah remaja. Salah satu penyebabnya
jumlah penduduk remaja di Indonesia yaitu perilaku seks yang meningkat di
setiap tahunnya mengalami peningkatan. kalangan remaja (Suaramerdeka, 2008).
Pada tahun 2006, remaja Indonesia (usia Perilaku seks remaja pada masa sekolah
10-19 tahun) berjumlah sekitar 43 juta juga dapat menimbulkan masalah
jiwa atau 19,61% dari jumlah penduduk. psikologis dan rasa tidak percaya diri
Pada tahun 2008, jumlah remaja di pada siswa. Dampak dari perilaku seks
Indonesia diperkirakan sudah mencapai dapat mengakibatkan terjadinya
62 juta jiwa (IDAI, 2010). Menurut kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi,
Susenas tahun 2003 jumlah penduduk
putus sekolah, serta penyakit menular untuk lebih memperhatikan pendidikan
seksual (Anjarwati, et al., 2009). seks kepada anak-anaknya agar anaknya
Remaja dalam menghadapi masalah tidak sampai melakukan perilaku seks
perilaku seks remaja, sebenarnya tidak yang tidak baik (Oktavia, 2008).
sendirian karena orang tua mempunyai Kebanyakan orang tua memang
peran untuk memberikan informasi tidak termotivasi untuk memberikan
tentang seks kepada anaknya. Orang tua informasi mengenai seks dan kesehatan
harus menjalin komunikasi yang baik reproduksi kepada remaja sebab mereka
dan efektif dengan anaknya supaya takut hal itu justru akan meningkatkan
mereka merasa nyaman untuk terjadinya hubungan seks pra-nikah.
membicarakan segala sesuatu termasuk Keengganan para orang tua untuk
hal-hal yang berkaitan dengan masalah memberikan informasi kesehatan
seks. Suasana harmonis dan saling reproduksi dan seks juga disebabkan
memahami antara orang tua dan remaja oleh rasa rendah diri karena rendahnya
dapat menciptakan komunikasi yang pengetahuan mereka mengenai
baik. Peran orang tua yang baik akan kesehatan reproduksi. Orang tua sendiri,
mempengaruhi kepribadian remaja baik karena ketidaktahuan maupun
menjadi baik, oleh karena itu orang tua karena sikapnya yang masih mentabukan
perlu membicarakan segala topik secara pembicaraan mengenai seks dengan
terbuka kepada anaknya agar kelak anak. Padahal, anak yang mendapatkan
menjadi remaja yang mandiri, disiplin informasi maupun pendidikan seks dari
dan bertanggung jawab (BKKBN, 2008). orang tua atau sekolah cenderung
Pengetahuan anak mengenai seks berperilaku seks yang lebih baik
dari orang tua prosentasenya masih kecil daripada anak yang mendapatkannya
apabila dibandingkan dengan informasi dari luar. Peran orang tua yang kurang
seks yang mereka dapatkan dari luar. dalam berkomunikasi tentang seks
Minimnya pengetahuan seks dari orang kepada anaknya membuat banyak anak
tuanya membuat remaja mencari sumber memilih untuk mencari informasi dari
informasi di luar rumah karena remaja luar rumah yang bisa jadi justru
biasanya banyak belajar dari internet, menjerumuskan mereka ke dalam
atau buku yang belum tentu bisa pergaulan yang membawanya ke dalam
memberi informasi yang baik dan benar perilaku yang dapat merugikan diri
tentang seks. Media yang diakses justru mereka sendiri (Djiwandono, 2008).
hanya mengarah pada pornografi dan Upaya pemerintah dalam mengatasi
bukan pendidikan seks yang perilaku seks pada remaja, pemerintah
bertanggung jawab. Didukung oleh bekerjasama dengan BKKBN untuk
penelitian Purnama (2010), handphone memberikan informasi tentang kesehatan
merupakan favorit remaja untuk bertukar reproduksi remaja. Pendekatan yang bisa
gambar porno (26%), internet juga dilakukan diantaranya melalui institusi
menjadi media yang cukup banyak keluarga, teman sebaya (peer group),
diakses oleh responden (20%), peredaran institusi sekolah, kelompok kegiatan
blue film yang longgar juga remaja, dan LSM peduli remaja.
menyebabkan responden bisa dengan Informasi tentang kesehatan reproduksi
bebas mengaksesnya (13%). Komunikasi remaja diberikan dengan cara
yang tidak terjalin dengan baik antara mengadakan penyuluhan-penyuluhan,
orang tua dan anak tentang seks dapat seminar-seminar serta diskusi tentang
memicu perilaku seks yang tidak baik kesehatan reproduksi remaja (BKKBN,
seperti berhubungan badan dan hamil 2008).
diluar nikah. Seluruh orang tua yang Berdasarkan studi pendahuluan yang
memiliki anak usia remaja dihimbau dilakukan di SMA N 1 Seyegan Sleman
Yogyakarta pada tanggal 22 Oktober tuanya berupa informasi, bimbingan,
2010 dengan wawancara terhadap guru maupun penjelasan kepada anaknya
BP di SMA tersebut dari total siswa 635 meliputi pengertian seks, tanda-tanda
terdapat 4 siswa keluar dari bangku kedewasaan pada laki-laki dan
sekolah yang diantaranya karena terkait perempuan, perubahan-perubahan yang
dengan masalah perilaku seks remaja terjadi selama masa remaja, bagaimana
dan di SMA tersebut pernah diadakan orang tua menjelaskan hal-hal tentang
razia telepon genggam untuk mengetahui seks kepada anaknya, informasi tentang
apakah para siswa memiliki video porno seks dan akibat dari perilaku seks
atau tidak di dalam telepon genggamnya, remaja. Data diperoleh dengan cara
tetapi hasilnya tidak satupun siswa yang pengisian kuesioner. Skala datanya
memiliki bahkan menyimpan video berupa ordinal, dengan kategori baik,
porno di dalam telepon genggamnya. cukup dan kurang.
Hasil wawancara terhadap 15 siswa, 12 Perilaku seks remaja adalah
siswa mengaku tidak pernah tingkah laku yang dapat menyalurkan
berkomunikasi tentang seks dengan dorongan seks responden laki-laki atau
orang tua mereka dan hanya 3 siswa perempuan yang telah berusia 15-18
yang mengaku pernah berkomunikasi tahun di SMA N 1 Seyegan meliputi
tentang seks dengan orang tua mereka. bentuk-bentuk perilaku seks remaja,
Berdasarkan latar belakang di atas, sumber informasi seks, dan faktor-faktor
maka peneliti tertarik untuk meneliti yang mempengaruhi perilaku seks
tentang hubungan antara komunikasi remaja. Data diperoleh dengan cara
orang tua dan anak tentang seks dengan pengisian kuesioner. Skala datanya
perilaku seks remaja di SMA N 1 berupa ordinal, dengan kategori baik,
Seyegan Sleman Yogyakarta. cukup dan kurang.
Populasi yang digunakan dalam
METODE PENELITIAN penelitian ini adalah seluruh siswa SMA
Jenis penelitian ini adalah N 1 Seyegan Sleman Yogyakarta yang
kuantitatif dengan menggunakan desain tinggal bersama dengan orangtuanya dan
penelitian deskriptif korelatif, yaitu berumur 15-18 tahun dengan jumlah
penelitian yang diarahkan untuk populasi 616 siswa. Pengambilan sampel
mendeskripsikan atau menggambarkan dilakukan dengan teknik simple random
hubungan antara komunikasi orang tua sampling. Dalam penelitian ini, peneliti
dan anak tentang seks dengan perilaku mengambil 11% dari seluruh populasi
seks remaja di SMA N 1 Seyegan, yaitu 68 siswa, dengan cara undian.
Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini Alat pengumpulan data dengan
menggunakan pendekatan waktu cross menggunakan kuesioner tertutup yang
sectional, yaitu metode pengambilan dibagikan kepada responden. Kuesioner
data yang dilakukan dalam waktu yang terdiri dari dua kuesioner meliputi
bersamaan (Arikunto, 2006). kuesioner untuk mengukur komunikasi
Dengan menggunakan variabel orang tua dan anak tentang seks
bebas komunikasi orang tua dan anak sebanyak 16 item pertanyaan dan
tentang seks dan variabel terikat perilaku kuesioner untuk mengukur perilaku seks
seks remaja. Dan enam variabel remaja sebanyak 18 item pertanyaan
pengganggu dalam penelitian ini tidak dengan lima alternatif pilihan jawaban:
dikendalikan. pernah, tidak pernah, kadang-kadang dan
Komunikasi orang tua dan anak jarang. Pengukuran uji validitas dan uji
tentang seks adalah hasil jawaban reliabilitas kuesioner dilakukan pada
pertanyaan dari anak mengenai tanggal 17 Januari 2011 di SMA N 1
pengetahuan yang berasal dari orang Mlati Sleman Yogyakarta sebanyak 20
siswa dan didapatkan tujuh item responden yang sedikit adalah
pertanyaan yang gugur pada kuesioner responden laki-laki yaitu 31 orang
komunikasi orang tua dan anak tentang (46%).
seks dan lima item pertanyaan gugur b. Karakteristik responden
pada kuesioner perilaku seks remaja berdasarkan usia
karena nilai r hitung kurang dari r tabel Usia responden yang paling
(0,444). Dan angka reliabilitas 0,874 banyak berusia 16 tahun yaitu 35
pada kuesioner komunikasi orang tua orang (52%) dan responden yang
dan anak tentang seks serta angka paling sedikit berusia 18 tahun
reliabilitas pada kuesioner perilaku seks yaitu ada 3 orang (4%).
remaja 0,896. c. Karakteristik responden
Untuk mengetahui hubungan dua berdasarkan pendidikan ayah
variabel, menggunakan korelasi Kendall Responden dalam penelitian
Tau. Teknik korelasi ini digunakan ini paling banyak dengan ayah
untuk mencari hubungan antara dua yang berpendidikan SLTA yaitu
variabel atau lebih bila datanya sebanyak 38 orang (56%).
berbentuk ordinal (Sugiyono, 2006). Sedangkan responden yang
paling sedikit dengan ayah yang
HASIL DAN PEMBAHASAN berpendidikan SLTP, Diploma
1. Deskripsi lokasi penelitian dan pendidikan lainnya yaitu 2
SMA N 1 Seyegan merupakan orang (3%).
salah satu SMA yang terletak di d. Karakteristik responden
Kabupaten Sleman Provisnsi DIY berdasarkan pendidikan ibu
yang beralamat di jalan Margoagung Responden dalam penelitian
Seyegan Sleman Yogyakarta. Areal ini paling banyak dengan ibu
tanah seluas 3,05 hektar dengan yang berpendidikan SLTA yaitu
berbagai fasilitas yang cukup baik sebanyak 36 orang (53%).
dan didukung oleh pendidik serta Sedangkan responden yang
tenaga kependidikan yang paling sedikit dengan ibu yang
terkualifikasi. Sekolah ini letaknya berpendidikan SLTP yaitu 4
sangat strategis karena selain terletak orang (6%).
di pinggir jalan, tidak jauh dari e. Karakteristik responden
sekolah juga terdapat warnet yang berdasarkan pekerjaan ayah
memungkinkan para siswa untuk Responden paling banyak
mengakses segala informasi yang ayahnya bekerja di bidang swasta
diinginkan oleh mereka. SMA ini yaitu sebanyak 23 responden
terdiri dari 18 kelas dengan rincian, (34%). Sedangkan responden
2. Deskripsi waktu penelitian yang paling sedikit ayahnya
Penelitian ini dilaksanakan bulan bekerja sebagai guru yaitu ada 1
Oktober 2010 sampai bulan Maret responden (2%).
2011. f. Karakteristik responden
3. Karakteristik responden penelitian berdasarkan pekerjaan ibu
Dari hasil penelitian diketahui Responden paling banyak
karakteristik responden sebagai dengan ibu tidak bekerja yaitu
berikut: sebanyak 39 responden (57%).
a. Karakteristik responden Sedangkan responden yang
berdasarkan jenis kelamin paling sedikit dengan ibu yang
Jenis kelamin responden paling memiliki pekerjaan tidak tetap
banyak adalah perempuan yaitu yaitu ada 1 responden (2%).
sebanyak 37 orang (54%) dan
4. Deskripsi data penelitian c. Deskripsi data komunikasi orang
a. Deskripsi data komunikasi orang tua dan anak tentang seks dan
tua dan anak tentang seks data perilaku seks remaja
Tabel 4.1 Tabel 4.3
Kategori tingkat komunikasi Deskripsi data komunikasi orang
orang tua dan anak tentang seks tua dan anak tentang seks
di SMA N 1 Seyegan Sleman dan perilaku seks remaja
di SMA di SMA N 1 Seyegan Sleman
Frekuensi Perilaku seks
SNo Kategori Frekuensi relatif Remaja
Total
u1. Baik 4 6% Baik Cukup
Kura
m ng
2. Cukup 5 7%
Komun 1 3 0 4
b3. Kurang 59 87% Baik
ikasi 1.5% 4.4% 0% 5.9%
e Jumlah 68 100% orang 2 3 0 5
r Cukup
tua dan 2.9% 4.4% 0% 7.4%
Sumber: Data Primer anak 9 33 17 59
Berdasarkan tabel di atas, tentang Kurang 13.2 25.0 86.8
48.5%
seks % % %
dapat diketahui paling banyak 12 39 17 68
responden dengan kategori Total 17.6
kurang sebanyak 59 responden 57.4% 25.% 100%
%
(87%) dan paling sedikit dengan
kategori baik sebanyak 4 Sumber: Data Primer
responden (6%) pada kategori
tingkat komunikasi orang tua dan Berdasarkan tabel 4.3
anak tentang seks. diketahui paling banyak responden
memiliki komunikasi orang tua
b. Deskripsi data perilaku seks dan anak tentang seks dalam
remaja kategori kurang sebanyak 33
Tabel 4.2 responden (48,5%) dengan
Kategori tingkat perilaku seks perilaku seks dalam kategori
remaja di SMA N 1 Seyegan cukup. Dan paling sedikit
Sleman responden memiliki komunikasi
Frekuensi orang tua dan anak tentang seks
No Kategori Frekuensi dalam kategori baik sebanyak 1
relatif
1. Baik 12 18% responden (1,5%) dengan perilaku
2. Cukup 39 57% seks dalam kategori baik.
3. Kurang 17 25%
Jumlah 68 100% ANALISA DATA
Analisa data yang digunakan
Sumber: Data Primer untuk mengetahui hubungan antara
Dari tabel di atas, dapat komunikasi orang tua dan anak tentang
diketahui paling banyak seks dengan perilaku seks remaja
responden dengan kategori cukup menggunakan uji korelasi Kendall Tau.
sebanyak 39 responden (57%) Korelasi Kendall Tau digunakan untuk
dan paling sedikit responden mengetahui ada tidaknya hubungan
dengan kategori baik sebanyak antara variabel bebas dengan variabel
12 responden (18%) pada terikat yang berdata ordinal. Variabel
kategori tingkat perilaku seks bebas yang digunakan dalam penelitian
remaja. ini hanya satu yaitu variabel
komunikasi orang tua dan anak tentang
seks saja, maka dalam penelitian ini Dari hasil penelitian juga diketahui
analisis data hanya menggunakan bahwa responden penelitian paling
korelasi sederhana saja. Korelasi banyak berusia 16 tahun yaitu
sederhana adalah hubungan antara sebanyak 39 responden (57%). Hal ini
salah satu variabel bebas terhadap terjadi karena remaja pada usia 15-18
variabel terikat secara apa adanya, tahun mulai mencari identitas diri,
tanpa mempertimbangkan keberadaan mengembangkan kemampuan berfikir
variabel bebas yang lainnya. abstrak dan berkhayal tentang
Dalam uji ini akan menguji aktivitas seksual sehingga mereka
hipotesis nol (Ho) bahwa tidak ada senang untuk mencoba hal-hal baru
hubungan antara komunikasi orang tua terutama yang berbau dengan seks
dan anak tentang seks dengan perilaku (Desmita, 2005).
seks remaja di SMA N 1 Seyegan. Berdasarkan tingkat pendidikan
Untuk menerima atau menolak ayah responden diketahui rata-rata
hipotesis, dengan membandingkan berpendidikan SLTA yaitu sebanyak
harga signifikan hitung (probability) 38 responden (56%) dan tingkat
dengan 0,05. Kriterianya adalah pendidikan ibu responden paling
menerima Ho jika signifikan yang banyak berpendidikan SLTA yaitu
diperoleh lebih besar dari 0,05 sebanyak 36 responden (53%).
(p>0,05). Jika tidak memenuhi kriteria Seseorang dengan tingkat pendidikan
tersebut, maka Ho ditolak dan Ha yang yang semakin tinggi, maka akan
diterima. semakin tinggi pula ilmu yang
Dari hasil perhitungan uji mereka miliki sehingga mampu
korelasi Kendall Tau antara memberikan pemahaman yang lebih
komunikasi orang tua dan anak tentang mendalam tentang informasi seks
seks dengan perilaku seks remaja dapat kepada anaknya (Benny, 2010).
diketahui nilai signifikan (p) yang Dari hasil penelitian diketahui
diperoleh adalah 0,023. Berdasarkan pekerjaan orang tua responden.
hasil perhitungan diperoleh signifikan Pekerjaan ayah responden paling
perhitungan yang lebih kecil dari 0,05 banyak bekerja di bidang swasta
(p<0,05), maka Ho yang menyatakan sebanyak 23 responden (34%).
tidak ada hubungan antara komunikasi Sedangkan dari pekerjaan ibu
orang tua dan anak tentang seks dengan responden paling banyak adalah ibu
perilaku seks remaja ditolak dan Ha yang tidak bekerja sebanyak 39
yang menyatakan ada hubungan antara responden (57%). Seseorang yang
komunikasi orang tua dan anak tentang bekerja di bidang swasta umumnya
seks dengan perilaku seks remaja mereka terlalu disibukkan oleh
diterima. Jadi, dapat disimpulkan pekerjaannya sendiri, sehingga
bahwa ada hubungan antara mereka kurang memperhatikan
komunikasi orang tua dan anak tentang keluarganya terutama kurang
seks dengan perilaku seks remaja di perhatian terhadap apa yang sedang
SMA N 1 Seyegan Sleman dihadapi oleh anaknya. Pada ibu yang
Yogyakarta. tidak bekerja, pengetahuan ibu sendiri
biasanya masih kurang sehingga tidak
PEMBAHASAN mampu memberikan informasi
1. Karakteristik responden penelitian tentang seks secara mendetail kepada
Berdasarkan hasil penelitian anaknya. Hal ini dapat memicu
didapatkan jenis kelamin responden seorang remaja mencari informasi
paling banyak adalah perempuan tentang seks dari sumber lain yang
yaitu sebanyak 37 responden (54%).
belum tentu benar seperti mengakses pemahaman seputar seks kepada
dari internet (Benny, 2010). remaja (Benny, 2010).
Berlangsungnya komunikasi
2. Hubungan antara komunikasi orang antara orang tua dan anak tentang
tua dan anak tentang seks dengan seks yang paling efektif yaitu
perilaku seks remaja dengan cara tatap muka
a. Komunikasi orang tua dan anak dikarenakan orang tua dan anak
tentang seks secara langsung dapat bertukar
Berdasarkan hasil penelitian pendapat dan saling berbagi ilmu
ini, komunikasi orang tua dan anak secara seksama. Selain itu, dalam
tentang seks berada pada kategori berkomunikasi tentang seks
kurang. Hal ini dikarenakan orang sebaiknya orang tua bersikap
tua yang sibuk dengan sebagai sahabat anak, lemah
pekerjaannya, mereka tidak terlalu lembut, sabar dan bijaksana
memperhatikan apa yang sedang kepada remaja (Sari, 2010).
dialami oleh remaja. Kurangnya b. Perilaku seks remaja
perhatian dan kasih sayang inilah Berdasarkan hasil penelitian ini,
yang menyebabkan putusnya perilaku seks remaja berada pada
komunikasi antar mereka dan kategori cukup. Menurut Desmita
memperburuk hubungan antara (2005), remaja pada umur 15-18
orang tua dengan anaknya. Selain tahun mulai mencari identitas diri,
itu, pemahaman orang tua yang mengembangkan kemampuan
kurang mengenai topik seputar berfikir abstrak dan berkhayal
seks merupakan salah satu faktor tentang aktivitas seksual.
mengapa orang tua tidak Berdasarkan hasil penelitian ini,
memberikan informasi tentang responden paling banyak adalah
seks kepada remaja. Padahal, remaja dengan usia 16 tahun. Pada
remaja sangat membutuhkan usia ini mereka baru saja
informasi tentang seks yang benar mengalami transisi dari masa
dari orangtuanya tetapi mereka kanak-kanak menuju masa remaja
justru tidak mendapatkan yang membuat mereka senang
informasi tentang seks dari untuk mencoba-coba segala hal
orangtuanya. Hal ini yang memicu yang baru terutama yang berbau
remaja mencari informasi tentang dengan seks. Tetapi, remaja
seks dari sumber lain. Mudahnya tersebut masih takut untuk
akses pornografi yang tidak menerima kemungkinan resiko
dibarengi dengan pengetahuan yang akan terjadi apabila mereka
tentang seks dan seks dapat melakukan hal-hal diluar batas
berdampak pada pemahaman yang seperti berhubungan badan dengan
salah tentang seks pada remaja. lawan jenis yang dapat berakibat
Minimnya pengetahuan tentang hamil diluar nikah.
seks yang diikuti kemudahan akses Orang tua sebagai penanggung
pronografi justru mendorong jawab utama terhadap perilaku
remaja untuk mencoba-coba anak harus menciptakan
pengalaman baru. Oleh karena itu, lingkungan keluarga yang
sebaiknya orang tua memberikan harmonis, karena remaja akan
informasi tentang seks kepada merasa damai di rumah yang
remaja karena orang tua adalah terbangun dari keterbukaan, cinta
sumber yang paling baik untuk kasih, saling memahami di antara
memberikan penjelasan dan sesama keluarga. Orang tua sangat
menentukan perilaku remaja, seks bagi remaja di sekolah, peran
sehingga orang tua harus guru perlu ditingkatkan, khususnya
memberikan informasi yang guru bimbingan dan konseling.
sejelas-jelasnya mengenai seks Diharapkan guru bimbingan dan
kepada remaja dikarenakan remaja konseling nantinya dapat berperan
yang masih duduk di bangku sebagai nara sumber di sekolah
sekolah menengah atas (SMA) dan memberikan informasi yang
pemahaman mereka mengenai seks benar mengenai hal-hal tersebut
dirasa masih belum cukup. Hal ini serta diadakan konseling seks
bisa saja karena di sekolah mereka remaja. Dengan demikian,
tidak mendapatkan pendidikan diharapkan Depdiknas
seks dari gurunya, sehingga memasukkan pendidikan seks ke
mereka hanya memiliki kurikulum nasional agar remaja
pemahaman mengenai seks sebatas terhindar dari pergaulan bebas
informasi yang mereka ketahui yang dapat merugikan dirinya
yang menjadikan remaja berusaha sendiri.
untuk memperoleh informasi dari c. Hubungan antara komunikasi orang
sumber lain yang justru dapat tua dan anak tentang seks dengan
membawa mereka terjerumus perilaku seks remaja
kedalam perilaku yang dapat Hipotesis awal pada
merugikan dirinya sendiri penelitian ini berbunyi ”Ada
(Djiwandono, 2008). hubungan antara komunikasi orang
Menurut Purnama (2010), tua dan anak tentang seks dengan
sumber terpercaya selain orang tua perilaku seks remaja di SMA N 1
untuk menghindarkan remaja dari Seyegan Sleman Yogyakarta tahun
pergaulan yang salah juga dapat 2011”. Setelah dilakukan uji
dilakukan oleh para guru. Di hipotesis ternyata hasilnya adalah
sekolahan, para guru dapat bahwa hubungan kedua variabel
memberikan pendidikan seks tersebut mempunyai hubungan
kepada para siswanya karena yang signifikan. Dengan demikian
jarang sekali remaja melibatkan dapat ditarik kesimpulan bahwa
guru untuk mendiskusikan masalah ada hubungan yang signifikan
seks yang lebih mendalam. antara komunikasi orang tua dan
Disinilah pentingnya pendidikan anak tentang seks dengan perilaku
seks bagi para remaja. Hal ini seks remaja di SMA N 1 Seyegan
untuk membantu mengurangi Sleman Yogyakarta tahun 2011.
kecemasan remaja ketika Hal ini berarti, seperti apa
menghadapi kematangan seks serta komunikasi orang tua dan anak
sebagai penyalur pengetahuan seks tentang seks akan mempengaruhi
bagi mereka. Peran orang tua dan perilaku seks remaja. Remaja yang
guru diharapkan lebih menonjol memiliki komunikasi orang tua
karena bagaimanapun juga mereka dan anak tentang seks yang baik
juga berperan sebagai filter atau akan memiliki perilaku seks yang
penyaring bagi informasi yang baik, begitu pula sebaliknya
akan diberikan kepada remaja, remaja yang memiliki komunikasi
berbeda apabila informasi orang tua dan anak tentang seks
diperoleh dari media massa yang yang kurang, akan memiliki
sering kali tanpa penyaringan perilaku seks yang kurang.
terlebih dahulu. Dalam upaya Berdasarkan hasil penelitian
pemberian informasi mengenai ini dapat diketahui komunikasi
orang tua dan anak tentang seks di dan efektif dengan anaknya supaya
SMA N 1 Seyegan pada kategori mereka merasa nyaman untuk
kurang dan perilaku seks remaja di membicarakan segala sesuatu
SMA N 1 Seyegan pada kategori termasuk hal-hal yang berkaitan
cukup. Menurut Djiwandono dengan seks. Suasana harmonis
(2008), orang tua harus memulai dan saling memahami antara orang
diskusi tentang seks dengan anak tua dan remaja dapat
remajanya. Pada kenyataannya, mempengaruhi komunikasi
seks merupakan materi yang paling diantara mereka menjadi baik.
sulit untuk dibicarakan antara Peran orang tua dalam
orang tua dan anak remajanya berkomunikasi tentang seks yang
terutama ketika humor dihilangkan baik dengan anaknya akan
dan nilai-nilai serta tanggung mempengaruhi perilaku maupun
jawab dimasukkan saat kepribadian remaja menjadi baik,
komunikasi tentang seks sedang begitu pula sebaliknya. Oleh
berlangsung. Hal ini dapat dilihat karena itu, orang tua perlu
dari hasil penelitian dimana membicarakan segala topik
komunikasi orangtua dan anak mengenai seks secara terbuka
tentang seks berada pada kategori kepada anaknya agar kelak
kurang padahal seharusnya orang menjadi remaja yang mandiri,
tua dapat memahami bahwa anak disiplin dan bertanggung jawab.
remajanya mengalami konflik dan
harus membuka pintu percakapan KETERBATASAN PENELITIAN
agar berkembang perasaan bebas Penelitian mundur dari jam
dan terbuka diantara keduanya 07.00 baru bisa dimulai jam 07.10
dalam berkomunikasi tentang seks. karena harus menunggu siswa yang
Orang tua sendiri baik karena datangnya terlambat. Selain itu,
ketidaktahuannya maupun karena pengumpulan data responden yang
sikapnya yang masih mentabukan tinggal bersama dengan orang tua dan
pembicaraan mengenai seks memiliki usia 15-18 tahun yang
dengan anak serta komunikasi tadinya peneliti akan meminta data
yang tidak terbuka terhadap tersebut kepada petugas TU, tetapi
anaknya mengenai seks, sehingga karena ada suatu halangan akhirnya
cenderung membuat jarak dengan peneliti mengumpulkan data tersebut
anaknya dalam berkomunikasi secara manual dengan cara peneliti
seputar masalah seks. Remaja yang mengumpulkan data dari masing-
berharap mendapatkan informasi masing kelas secara bergantian pada
tentang seks dari orangtuanya waktu istirahat.
justru tidak mendapatkannya
dikarenakan terbatasnya
komunikasi antara orang tua dan KESIMPULAN DAN SARAN
anak tentang seks. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian 1. Komunikasi orang tua dengan anak
Maryani (2007), semakin baik tentang seks dalam kategori kurang
fungsi keluarga dalam memberikan (87%).
informasi seks kepada remaja 2. Perilaku seks remaja dalam
maka sikap menolak perilaku seks kategori cukup (57%).
juga semakin baik, begitu pula 3. Ada hubungan yang signifikan
sebaliknya. Orang tua harus antara komunikasi orang tua dan
manjalin komunikasi yang baik anak tentang seks dengan perilaku
seks remaja di SMA N 1 Seyegan yang dilakukan peneliti saat ini
Sleman Yogyakarta. Berdasarkan untuk meneliti variabel lain yang
hasil perhitungan diperoleh terkait dengan komunikasi orang
koefisien korelasi Kendall Tau tua dan anak tentang seks dengan
didapatkan nilai signifikan (p) perilaku seks remaja atau variabel
sebesar 0,023. lain yang belum diteliti.

Saran
1. Bagi orang tua DAFTAR PUSTAKA
Orang tua sebaiknya
memberikan pendidikan seks Anonim, (2010). Indonesian Pediatrick
kepada remaja melalui komunikasi Society, (http://www.idai.or.id
yang terbuka tentang seks dengan diakses pada tanggal 21
anaknya, karena orang tua sangat oktober 2010).
berperan penting dalam
menumbuhkan nilai-nilai positif Anonim, (2007). Kamus Besar Bahasa
remaja tentang kehidupan seks Indonesia. Balai Pustaka;
seperti bahaya PMS, HIV/AIDS, Jakarta.
hubungan seks bebas, dan lain
sebagainya. Sehingga, diharapkan , (2008). Setengah Pengidap
para remaja dapat HIV/AIDS Adalah Remaja,
mengembangkan rasa percaya diri (http://www.suaramerdeka.co
dan sikap kontrol dalam m diakses pada tanggal 04
pergaulannya. Januari 2011).
2. Bagi remaja
Saran bagi remaja agar ada Anjarwati, D. D., dan Djauhar, I.,
keterbukaan dari remaja dalam (2009). Hubungan Status
berkomunikasi tentang seks Sosial Ekonomi Dengan
dengan orang tuanya mengingat Perilaku Seksual Remaja Pada
pentingnya berkomunikasi dengan Siswa SMA N Di Kabupaten
orang tua tentang perilaku seks Gunung Kidul, Jurnal
yang baik dan benar. Kebidanan dan Keperawatan
3. Bagi guru ‘Aisyiyah. 5 (1). 1-2.
Saran bagi guru agar
Arikunto, S., (2006). Prosedur
memberikan pendidikan seks
Penelitian, Suatu pendekatan
kepada siswanya supaya para
praktik, Edisi revisi VI,
siswa tersebut terhindar dari
Rineka Cipta; Jakarta.
informasi tentang seks yang salah.
4. Bagi Depdiknas Benny, (2010). Remaja Pernah
Saran bagi Depdiknas agar Berhubungan Seks
memasukkan pendidikan seks (http://berita.liputan6.com
terutama yang berhubungan diakses pada tanggal 8
dengan komunikasi orang tua dan Februari 2011).
anak tentang seks dengan perilaku
seks remaja ke kurikulum nasional. BKKBN, (2008). Peran Orang Tua
5. Peneliti selanjutnya Dalam Pembinaan Remaja,
Saran kepada peneliti (http://prov.bkkbn.go.id
selanjutnya agar mampu diakses pada tanggal 20 Mei
mengembangkan penelitian 2010).
selanjutnya berdasarkan penelitian
Dalami, E., Rochimah, Gustina, Rauf, A., (2008). Dampak Pergaulan
Roselina, E., dan Banon, E., Bebas Pada Remaja
(2009). Buku Saku (http://pergaulanbebas.com
Komunikasi Keperawatan. diakses pada tanggal 08
Trans Info Media; Jakarta. Februari 2011).

Desmita, (2005). Psikologi Radjah, (2001). Pendidikan Kesehatan


Perkembangan. Remaja Reproduksi. Wineka Media;
Rosdakarya; Bandung. Malang.

Djiwandono, S., (2008). Pendidikan Riswandi, (2006). Definisi Komunikasi


Seks Remaja. Indeks; Jakarta. Dan Tingkatan Proses
Komunikasi,
(http://bahasaindonesia.ac.id
Hidayat, (2009). Ilmu Perilaku diakses pada tanggal 21
Manusia Pengantar Psikologi Oktober 2010).
Untuk Tenaga Kesehatan.
Trans Info Media; Jakarta. Rumini, (2004). Perkembangan Anak
Dan Remaja. Rineka Cipta;
Mundakir, (2006). Komunikasi Jakarta.
Keperawatan Aplikasi Dalam
Pelayanan. Graha Ilmu; Sari, I., (2010). Relasi Komunikasi
Yogyakarta. Antara Orang Tua Dan Anak
Remajanya Mengenai
Notoatmodjo, S., (2002). Metodologi Seksualitas,
Penelitian Kesehatan. Rineka (http://eprints.undip.ac.id
Cipta; Jakarta. diakses pada tanggal 23
November 2010).
Oktavia, D., (2008). Peranan Orang
Tua Sangat Penting Dalam Sarwono, S., (2003). Psikologi Remaja.
Pendidikan Seks Anak, Raja Grafindo Persada;
(http://erabaru.net diakses Jakarta.
pada tanggal 27 Oktober
2010). Skripsiadi, E., (2005). Pendidikan Dasar
Seks Untuk Anak Sebagai
Purnama, N., (2010). Kesehatan Panduan Diskusi Dalam
Reproduksi Untuk Pelajar, Keluarga. Curiosita;
(http://www.smkn1trucuk.sch. Yogyakarta.
id diakses pada tanggal 01
November 2010). Sugiyono, (2006). Statistik Untuk
Penelitian, CV. Alfabeta;
Puspitalia, R, D., (2009). Hubungan Bandung.
Pendidikan Seks Dengan
Perilaku Seksual Remaja Widyastuti dan Sugiyanto, (2009).
Pada Siswa Kelas XI Di SMA Kesehatan Reproduksi.
Muhammadiyah 4 Fitramaya; Yogyakarta.
Yogyakarta, Skripsi Program
Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan ‘Aisyiyah Tidak
Dipublikasikan; Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai