Anda di halaman 1dari 5

PERSEPSI SEKS PRANIKAH DIKALANGAN REMAJA

DI SMA NEGERI 3 PURWAKARTA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

DESTRA NOVALYA
1119041

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa transisi dari anak ke dewasa,
menghadapi dewasa memang bukan pekerjaan yang mudah, untuk
memahami jiwa remaja dan mencari solusi yang tepat bagi permasalahanya,
maka penting bagi kita memahami remaja dan perkembangan psikologinya,
yaitu konsep diri, intelegensi, emosi, seksual, motif sosial, moral, dan religi.
(Sarwono, 2018).
Menurut WHO 2015, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10
hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Sementara
itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesepakatan
universal mengenai batasan kelompok usia remaja. Namun begitu, masa
remaja itu diasosiasikan dengan masa transisi dari anakanak menuju dewasa.
(Rina Andriani, 2020). Permasalahan utama yang sering dialami oleh remaja
Indonesia yaitu ketidaktahuan terhadap tindakan yang harus dilakukan
sehhubungan dengan perkembangan yang sedang dialami, khususnya
masalah seputar seksualitas, terutama seks pranikah.
Masalah seks pada remaja sering kali mencemaskan para orang tua,
juga pendidik, pejabat pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Perkawinan
pada usia awal remaja pun pada akhirnya menimbulkan masalah juga yang
tidak kalah peliknya. Jadi, dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada
remaja tidak menguntungkan tampaknya. Padahal remaja adalah periode
peralihan ke masa dewasa, dimana mereka seyogiyanya mulai
mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa, termasuk dalam aspek
seksualnya. Dengan demikian, memang dibutuhkan sikap yang sangat bijak
sana dari para orang tua, pendidik, dan masyarakat pada umumnya serta
tentunya dari para remaja itu sendiri, agar mereka dapat melewati masa
transisi itu dengan selamat. (Sarwono, 2018).
Berdasarkan data WHO yang melakukan penelitian dibeberapa
Negara berkembang Berdasarkan menunjukkan 40% remaja pria umur 18
tahun dan remaja putri umur 18 tahun sekitar 40% telah melakukan
hubungan seks meskipun tanpa ada ikatan pernikahan. Akibat dari
hubungan seksual pranikah, sekitar 12% telah positif terkena Penyakit
Menular Seksual, sekitar 27% positif HIV, dan 30% remaja putri telah
hamil, setengah dari mereka melahirkan namun setengahnya lagi melakukan
aborsi (Silvia Mona, 2019).
Di Indonesia, ada sekitar 4,5% remaja laki-laki dan 0,7% remaja
perempuan usia 15- 19 tahun yang mengaku pernah melakukan seksual
pranikah. Pada remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar berpacaran
pertama kali pada usia 15-17 tahun. Sekitar 33,3% remaja perempuan dan
34,5% remaja laki-laki yang berusia 15-19 tahun mulai berpacaran pada saat
mereka belum berusia 15 tahun. Pada usia tersebut dikhawatirkan belum
memiliki keterampilan hidup (life skills) yang memadai, sehingga mereka
beresiko memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat antara lain melakukan
hubungan seksual pra nikah (Rina Andriani, 2018).
Menurut hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti
di salah satu sekolah terhadap guru Bimbingan Konselng (BK), bahwa sejak
tahun 2021 lalu terdapat beberapa kasus kenakalan remaja, terutama seks
pranikah. Guru BK mengemukakan bahwa kasus tersebut terjadi pada sejak
tahun 2021 lalu, dan dari kasus tersebut siswa mengaku telah melakukan
hubungan seks di luar nikah, dan di ketahui diantaranya mengalami
kehamilan diluar nikah, guru BK mengungkapkan hal tersebut disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya kurangnya informasi pengetahuan tentang
seks, menonton vidio pornografi, hubungan orang tua dengan anaknya,
pengaruh rayuan pasangan laki-laki, pergaulan bebas dengan teman-
temannya. Beberapa faktor penyebab tersebut diketahui saat guru BK
melakukan Konseling kepada siswa bersangkutan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk
mengetahui pendapat, persepsi remaja di SMA NEGERI 3 PURWAKARTA
terkait persepsi seks pranikah dari sudut pandang remaja itu sendiri lewat
suatu penelitian ilmiah tentang “PERSEPSI SEKS PRANIKAH
DIKALANGAN REMAJA DI SMA NEGRI 3 PURWAKARTA”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan dalam latar belakang, maka
dapat diidentifikasi bahwa salah satu masalah yang dialami oleh remaja
adalah seks pranikah, disalah satu sekolah di purwakarta terdapat beberapa
kasus kenakalan remaja, terutama seks pranikah. hal tersebut disebabkan
oleh banyak faktor diantaranya kurangnya informasi pengetahuan tentang
seks, menonton vidio pornografi, hubungan orang tua dengan anaknya,
pengaruh rayuan pasangan laki-laki, pergaulan bebas dengan teman-
temannya. Maka perlunya pemahaman tentang persepsi.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana persepsi seks pranikah
dikalangan remaja di SMA Negeri 3 Purwakarta?”.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi seks
pranikah dikalangan remaja di SMA Negeri 3 Purwakarta.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui persepsi seks pranikah dikalangan remaja ditinjau dari
sudut pandang aspek biologis pada siswa SMA Negeri 3 Purwakarta.
b. Mengetahui persepsi seks pranikah dikalangan remaja ditinjau dari
sudut pandang aspek psikologis pada siswa di SMA Negeri 3
Purwakarta.
c. Mengetahui persepsi seks pranikah dikalangan remaja ditinjau dari
sudut pandang aspek psikososial pada siswa di SMA Negeri 3
Purwakarta.
d. Mengetahui faktor yang mempengaruhi persepsi siswa tentang seks
pranikah di di SMA Negeri 3 Purwakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memacu penelitian lanjutan yang berhubungan
dengan pencegahan perilaku seks pranikah kepada remaja.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi profesi kesehatan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
komunitas dalam pencegahan serta penangan perilaku seksual bebas
pada remaja.
b. Bagi remaja penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
terhadap masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi terutama
mengenai pengetahuan tentang persepsi seks pranikah.
c. Bagi keluarga penelitian ini dapat pelajaran bagi orang tua untuk lebih
mengawasi dan mendidik anak-anak agar terihindar dari pergaulan bebas
seperti seks pranikah
d. Bagi peneliti lain

Anda mungkin juga menyukai