Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN

PERILAKU PACARAN YANG BERESIKO PADA SISWA


KELAS XII SMA NEGERI 3 KOTA BIMA

MANUSKRIP

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Derajat Sarjana Terapan Kebidanan Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram

Disusun Oleh :
RAMDHANI FITRI
020.03.0069

Kepada

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

MANUSKRIP

HUBUNGAN PENGETAHUAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN


PERILAKU PACARAN YANG BERESIKO PADA SISWA
KELAS XII SMA NEGERI 3 KOTA BIMA

Disusun Oleh:

Ramdhani Fitri
020.03.0069

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(SRI HARDIANI S.Tr.Keb.,M.Kes) (ETI SUMIATI M.Sc)

Mengetahui

Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat


Ketua

(Ny Nyoman Santi Tri Ulandari, S.Si.,M.Kes)


NIDN.0830038401
HUBUNGAN PENGETAHUAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN
PERILAKU PACARAN YANG BERESIKO PADA SISWA KELAS XII
SMA NEGERI 3 KOTA BIMA

Ramdhani fitri1, Sri Hardiani2, Eti Sumiati3


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram
Email :hanburhan070@gmail.com

Intisari

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut


system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Perilaku pacaran yang
beresiko adalah Semua kegiatan atau aktivitas remaja pada saat berpacaran yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung. Jika pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi tinggi maka perilaku pacaran tidak beresiko. Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menilai, perkembangan isu remaja
khususnya perilaku pacaran remaja akhir-akhir ini sudah mengindikasi kearah perilaku
beresiko.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan reproduksi
remaja dengan perilaku pacaran yang beresiko pada siswa SMA kelas XII SMA Negeri 3
Kota Bima.
Desain penelitian menggunakan rancangan observasionel analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja kelas XII
di SMAN 3 Kota Bima yang memiliki usia antara umur 14-19 tahun sebanyak 144
remaja. sample dalam penelitian menggunakan Total sampling yaitu sebanyak 144
remaja. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisis data
menggunakan uji Spearman Rank dengan taraf signifikan 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswa sebagian besar berpengetahuan
baik yaitu sebanyak 63 (43,8%), perilaku pacaran tidak beresiko 82 reponden (56,9%),
ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku
pacaran yang beresiko melalui uji Spearman Rank dengan nilai Pvalue 0,000 <0,05.

Kata Kunci : Remaja, Pengetahuan kesehatan reproduksi, Perilaku pacaran yang


beresiko
THE RELATIONSHIP OF ADOLESCENT REPRODUCTIVE
KNOWLEDGE WITH RISK DATING BEHAVIOR IN CLASS XII
STUDENTS OF SMA NEGERI 3 KOTA BIMA

Ramdhani fitri1, Sri Hardiani2, Eti Sumiati3


Mataram College of Health Sciences
Email: hanburhan070@gmail.com

Abstract

Adolescent reproductive health is a healthy condition concerning the


reproductive system, function and process possessed by adolescents. Risky dating
behavior is all activities or activities of teenagers during dating that can be observed
directly or indirectly. If the knowledge of adolescents about reproductive health is high,
then courtship behavior is not risky. The National Population and Family Planning
Agency (BKKBN) assesses that recent developments in adolescent issues, especially
adolescent dating behavior, have indicated risky behavior. This study aims to determine
the relationship between adolescent reproductive knowledge and risky dating behavior in
high school students of class XII SMA Negeri 3 Bima City.
The research design used an analytic observational design with a cross
sectional approach. The population in this study were all XII graders at SMAN 3 Kota
Bima who were between the ages of 14-19 years as many as 144 teenagers. The sample in
this study used a total sampling of 144 teenagers. The instrument in this study used a
questionnaire. Data analysis used the Spearman Rank test with a significant level of 0.05.
The results showed that most of the students had good knowledge, namely 63
(43.8%), courtship behavior was not risky 82 respondents (56.9%), there was a
relationship between adolescent knowledge about reproductive health and risky dating
behavior through the Spearman Rank test with P value 0.000 <0.05.

Keywords: Adolescents, Knowledge of reproductive health, risky dating behavior


PENDAHULUAN Pengetahuan yang kurang disertai dengan

Terjadinya peningkatan perhatian remaja kuatnya pengaruh teman sebaya pada usia remaja

terhadap kehidupan seksual sangat dipengaruhi oleh menjadikan remaja untuk mempunyai sikap dan perilaku

factor perubahan-perubahan fisik selama periode seksual yang tidak sehat(Pawestri dan Setyowati, 2012).

pubertas. Terutama kematangan organ-organ seksual dan Tercatat 80% Wanita dan 84% pria pernah

perubahan-perubahan hormonal, mengakibatkan mengaku pernah berpacaran. Kelompok umur 15-17

munculnya dorongan-dorongan seksual dalam diri tahun merupakan kelompok umur mulai pacaran pertama

remaja. Sebagai anak muda yang memiliki pengalaman kali terdapat 45% waita dan 75% pria, berpelukan 17%

tentang seksual, tidak jarang dorongan-dorongan seksual Wanita dan 33% pria, cium bibir 30% Wanita dan 50%

ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis. Untuk pria dan meraba/diraba 5% Wanita dan 22% pria. Selain

melepaskan diri dari ketegangan seksual tersebut, remaja itu dilaporkan 8% pria dan 2% Wanita telah melakukan

mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam hubungan seksual pertama kali pada umur 15-19 tahun

berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari (BKKBN, 2013).

melakukan aktivitas berpacaran (dating), berkencan, Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada

bercumbu sampai dengan melakukan kontak tanggal 29 April 2021 berupa wawancara terhadap

seksual(Desmita, 2013). Kepala Sekolah maupun Guru Bimbingan dan konseling

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BK) yang ada disekolah menunjukkan, bahwa angka

Nasional (BKKBN) menilai, perkembangan isu remaja kehamilan yang terjadi karena seks pranikah dari 3 tahun

khususnya perilaku pacaran remaja akhir-akhir ini sudah terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Data

mengindikasi kearah perilaku beresiko. Yang mana hal 2018 yaitu 4 orang remaja melakukan seks pranikah dan

ini bisa mengarahkan ke pergaulan yang menyimpang mengalami kehamilan. Data tahun 2019 terdapat 6 orang

seperti seks diluar nikah yang seharusnya para remaja ini remaja yang mengalami kehamilan. Sedangkan tahun

belum boleh melakukannya. Ini terlihat berdasarkan 2020 meningkat menjadi 16 orang mengalami kehamilan.

survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRR) 2012 yang Berdasarkan informasi tersebut maka perlu

dilakukan oleh BKKBN. Dalam survei tersebut dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan

terungkap banyak remaja yang tidak mengetahui stuasi Kesehatan reproduksi remaja dengan perilaku pacaran

masalah kesuburan sedangkan 30% remaja sudah pernah yang beresiko pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Kota

meraba-raba dalam berpacaran (BKKBN,2013). Status Bima.

berpacaran berpengaruh terhadap perilaku berpacaran BAHAN DAN METODE

beresiko (Ohee & Purnomo, 2018). 1. Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3
Kota Bima. Waktunya bulan September s/d Oktober b. Data sekunder yaitu data yang sumbernya tidak

2021 berasal dari responden, dimana data tersebut

2. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII diperoleh dari petugas tata usaha atau guru BK di

SMA Negeri 3 Kota Bima. SMAN 3 Kota Bima tentang profil sekolah serta

3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja berupa jumlah seluruh siswa kelas XII SMA 3

kelas XII di SMAN 3 Kota Bima yang memiliki usia Kota Bima.

antara umur 14-19 tahun sebanyak 144 remaja. HASIL

4. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini Tabel 1Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
1. Jenis kelamin Frekuensi Persentase
adalah Total Sampling. Menurut Sugiyono (2014) Laki 61 42,4%
Perempuan 83 57,6%
mengatakan bahwa Total Samplingadalah tehnik Total 144 100%
2. Pengetahuan Frekuensi Persentase
penentuan sampel bila semua anggota populasi remaja
Baik 63 43,8%
digunakan sebagai sampel. Cukup 44 30,6%
Kurang 37 25,7%
5. Pada penelitian ini menggunakan rancangan Total 144 100%

observasional analitik dengan pendekatan cross


Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa
sectional.
responden terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu
6. Proses pengumpulan data dalam sebuah penelitian
83 responden (57,6%).
bergantung pada jenis penelitian yang dipilih. Tehnik
Untuk pengetahuan remaja paling banyak yaitu
pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
dalam kategori Baik sebanyak 63 reponden (43,8%).
menggunakan kuisioner.
Tabel 2 Distribusi Perilaku Pacaran Yang Beresiko
7. Instrument penelitian adalah suatu alat yang Pada Siswa kelasXII SMANegeri3 Kota
Bima
digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo, Perilaku Pacaran Frekuensi Persentase
Beresiko 62 43,1%
2012). Pada penelitian ini, instrument yang Tidak beresiko 82 56,9%
Total 144 100%
digunakan adalah format kuisioner mengadop dari Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa

Cahya Indra Lukmana 2017. Sebagian besar responden mempunyai perilaku pacaran

8. Teknik pengumpulan data menggunakan yang tidak beresiko yaitu sebanyak 82 reponden (56,9%).

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung Tabel 3 Analisis Hubungan pengetahuan Remaja
dengan perilaku pacaran yang beresiko
dari objek sekoleh peneliti di lokasi penelitian. Pada Siswa Kelas XII SMA 3 Kota Bima.
Pengetah Perilaku pacaran
P (value)
uan Tidak beresiko Beresiko total
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari Kurang 23 %1 16,0% 14 99,7% N3 37 225,7% 0,000
Cukup 22 20 15,3%352 22 15,3% 45 44 9 30,6%
hasil pengisian lembar kuesioner yang diisi oleh Baik 17 1,8% 444 468,3 1,9%
566 63104 43,8%
Total 62 2 43,1%398 8278 56,9% 501 144
10 100%

responden. nilai r(Rho)= 0,299


Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan salah satunya adalah umur. Sebagian

pengetahuan responden Sebagian besar tidak beresiko responden termasuk dalam remaja menengah dan akhir

yaitu sebanyak 23 responden sedangankan yang beresiko sehingga lebih matang dalam berpikir.

Sebagian besar dengan pengetahuan baik sebanyak 63 Berdasarkan informasi bahwa responden ini

responden (43,8%). Hasil uji statistic (spearman rank) mendapatkan pengarahan kesehatan reproduksi melalui

menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan anatara sekolah, dimana sekolah melakukan program PIk-R

penegtahuan reproduksi remaja dengan perilaku pacarana (Pusat Informasi Dan Konseling Remaja) yang bekerja

yang beresiko dengan nilai P=0,000 (P<0.05). sama dengan puskesmas maupun pihak terkait dalam

Tabel 4 Hasil Uji Spearman Rank memeberikan informasi Kesehatan reproduksi, dimana
Hasil Uji Nilai
Nilai Signifikan (α) 0,000 semua siswa wajib mengikuti program tersebut saat MOS
Nilai Koefisien 0,299
Korelasi (r) maupun rutin dilakukan setiap 3 bulan sekali. Dengan
Berdasarkan uji Spearman Rankpada Tabel 4
demikian semua siswa mendapatkan informasi yang baik
menunjukkan nilai korelasi 0,299 kategorinya lemah dan
dan benar dari pihak sekolah. Seseorang yang
arah korelasi positif. Nilai (N) yaitu 144 dengan nilai
mendapatkan informasi Kesehatan tersebut akan bisa
signifikansi (α)= 0,05 dan diperoleh nilai Pvalue sebesar
menentukan hal yang baik dan yang tidak baik dalam
0,000 <0,05 maka artinyaada hubungan yang signifikan
bersosialisasi sehingga meminimalisis terjadinya
(berarti) antara variable pengetahuan kesehatan
penyimpangan social. Menurut Notoatmojo (2010),
reproduksi remaja dengan perilaku pacaran yang
pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor
beresiko.
yang sangat berperan dalam menginterpretasikan
PEMBAHASAN
stimulus yang kita peroleh.
Pengetahuan Reproduksi Remaja Siswa SMA Negeri
Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan
3 Kota Bima
adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa SMA
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek.
Negeri 3 Kota Bima sebagian besar berpengetahuan baik
Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung
yaitu sebanyak 63 (43,8%)responden, berpengetahuan
dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
cukup 44 (30,6%), dan 37 responden (25,7%)
aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin
berpengetahuan kurang. Hasil ini menunjukkan baiknya
banyak sifat positif pada obyek yang diketahui, maka
respon dari jawaban siswa yang menjadi responden
akan menimbulkan sikap positif.
dalam penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang

yang mempunyai pengetahuan baik akan mempunyai

sikap yang baik pula. Faktor yang mempengaruhi


Perilaku Pacaran Yang Beresiko Pada Remaja Kelas Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan

XII di SMAN Negeri 3 KotaBima Tahun 2021 Reproduksi Dengan Perilaku Pacaran yang Beresiko

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar Kelas XII Di SMAN 3 Kota Bmia Tahun 2021

siswa SMA Negeri 3 Kota Bima memiliki perilaku Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

pacaran yang tidak beresiko yaitu sejumlah 82 reponden hubungan antara pengetahuan remaja dengan perilaku

(56,9%), dan beresiko 62 responden (43,1%). Penyebab pacaran yang beresiko pada siswa kelas XII SMA Negeri

perilaku pacaran yang tidak beresiko yaitu karena 3 Kota Bima. Hal ini berdasarkan hasil analisis data

sebagian besar remaja melakukan pacaran yang sehat dengan spearman rank diperoleh nilai signifikansi yaitu

seperti hanya menggandeng tangan pasangan dan 0,000 (<0,005). Hubungan ini menunjukkan pada

merangkul pacar saja, bahkan ada yang tidak melakukan kategori lemah berdasarkan koofisien korelasi 0,299.

kedua hal tersebut.Perilaku pacaran remaja yang tidak Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan

beresiko juga disebabkan oleh didikan dan kontrol orang adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

tua yang agamais serta lingkungan teman sebaya yang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek.

banyak melakukan hal- hal yang positif. Saputri (2017) Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nasution

bahwa sebagian besar responden dengan perilaku pacaran (2012) terdapat ada pengaruh pengetahuan kesehatan

yang tidak beresiko sebanyak 29 responden (58,0%)serta reproduksi remaja terhadap pengalaman berpacaran.

peran orang tua yang baik dan teman sebaya yang positif Penelitian Wibowo (2013) didapatkan hasil bahwa ada

berhubungan dengan perilaku pacaran yang tidak hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi

beresiko. dengan perilaku seks bebas.

Menurut Wahyudi (2002) untuk mencapai Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan

pacaran yang sehat, dibutuhkan peran serta orang tua, merupakan domain yang sangat penting dalam

sekolah, lingkungan, dan penyuluhan-penyuluhan pada membentuk perilaku atau tindakan seseorang. Perilaku

semua lapisan masyarakat. yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

Menurut teori Lawrence Green, mengemukakan pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

bahwa perilaku manusia dari tingkat kesehatan seseorang Anggraeni dan julian (2007) bahwa remaja memiliki

atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu pengetahuan tentang Kesehatan reproduksi dan cara

faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar untuk melindungi diri terhadap masalah seksual dan

perilaku (non behavior causes). Menurut Penelitian yang reproduksi, maka sikap dan perilaku remaja akan

dilakukan Wijayanti(2018), ada hubungan antara sikap mengarah kepada perilaku yang bertanggung jawab.

dan peran teman sebaya dengan perilaku pacaran remaja.


KESIMPULAN Ohee Cristine, Purnomo Windhu (2018). Pengaruh
Status Hubungan Terhadap Perilaku Pacaran
Terdapat hubungan antara pengetahuan reproduksi Yang Beresiko Pada Mahasiswa Perantau Asal
Papua di Kota Surabaya. Surabaya: Fakultas
remaja dengan perilaku pacaran yang beresiko di SMA Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga.

Negeri 3 Kota Bima Tahun 2021 dengan hasil uji PKBI. (2015). Macam-macam Perilaku Seksual.
Yogyakarta: Perhimpunan Keluarga Berencana
spearman diperoleh nilai P value = 0,000. Indonesia

DAFTAR PUSTAKA Pawetri dan Setyowati, D (2012). Gambaran Perilaku


Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Pelaku Seks
BKKBN (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Pranikah di Universitas X Semarang.
Reproduksi Remaja 2012. Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Widyastuti. (2009). Kesehatan Reproduksi
Nasional Wanita.Jakarta: Rineka Cipta.

Depkes RI (2007). Memberikan Pendidikan Kesehatan


Reproduksi Sejak Dini, http: www.depkes.go.id/
pada hari kamis tgl 25 juni 2021 pkl : 15.30
WIB.

Desmita (2013). Psikologi Perkembangan Cetakan ke-8.


Bandung: PT. Remaja Rosdakrya.

Dinas Kesehatan Kota Bima (2020). Laporan Pelayanan


Kesehatan Remaja.

Junita Sri (2017). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap


Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku
Seks Pra Nikah Pada Siswa Yang Mengikuti
Kegiatan Pik-R di SMA Kab. Bantul. Skripsi.
Jurusan kebidanan. Politekhnik Kesehatan
Yogyakarta.

Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTB. (2020). Data


Kekerasan dan Perkawinan Anak.
https://dp3ap2kb.ntbprov.go.id (diakses: 16
Agustus 2021, 20:13 WITA)

Lukmana, Cahaya Indra (2017). Gambaran tingkat


pengetahuanTentang Kesehaatan Reproduksi
Pada Siswa SMPMuhammdiyah 3 Yogyakarta.
Yogyakarta. Ilmu Keperawatan. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu


perilaku. Jakarta: Rineka cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai