PROPOSAL
DISUSUN OLEH :
DIAR DEBITA SARI
NIM : 16.0363.689.01
A. Latar Belakang
Perilaku seksual pranikah merupakan kegiatan seksual yang
melibatkan dua orang yang saling menyukai atau saling mencintai, yang
dilakukan sebelum perkawinan.Seks bebas atau dalam bahasa populernya
disebut extra-martial intercourse atau kinky-seks merupakan bentuk
pembebasan seks yang dipandang tidak wajar (Mandria Yunndelfa, 2019).
Remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual berisiko yang terdiri
atas tahapan-tahapan tertentu, yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium
kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitive,
petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse) (Sastria, Andi, 2019).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2013,
tercatat perilaku seksual di Afrika, Bangladesh, India, Nepal, Yaman,
Amerika Latin dan Karibia, perempuan telah aktif dalam seksualitas pada usia
18 tahun sebanyak 40%-80%, begitu juga di Uganda, remaja laki-laki
mengatakan mereka sudah pernah melakukan hubungan seksual, pada usia 10
tahun sebanyak 4%, pada usia 12 tahun sebanyak 10%, pada usia 14 tahun
sebanyak 22%, dan pada usia 18 tahun sebanyak 64% (Sastria, Andi, 2019).
Berdasarkan Survai Demografi kesehatan Indonesia (SDKI)
Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2017, menunjukkan bahwa persenatase
umur pertama kali berhubungan seksual pada pria dan wanita meningkat
sebesar 15% dari 59% pada 2012 menjadi 74% pada tahun 2017 yang banyak
terjadi pada umur 15-19 tahun. Persentase penggunaan kondom saat
berhubungan seksual remaja usia 15-24 tahun mengalami peningkatan yang
cukup tinggi khususnya pada wanita sebesar 31% dari 18% pada tahun 2012
menjadi 49% pada 2017, sedangkan pada pria tidak banyak berubah.
Kehamilan tidak diinginkan yang dilaporkan oleh wanita kelompok umur 15-
19 tahun mengalami peningkatan sebesar 7,4% dari 9% pada 2012 menjadi
16,4% pada 2017 (Kesehatan, 2017).
Hasil penelitian di Kalimantan Timur menunjukkan terjadinya
perilaku seks pranikah pada remaja sangat tinggi, kasus perilaku seks
pranikah pada remaja di Samarinda sebesar 15.115 kasus yang
mengakibatkan 90 orang terinfeksi HIV/AIDS, sedangkan penderita
HIV/AIDS di Balikpapan 130 orang. Tarakan 86 orang, Kutai Kartanegara 4
Orang, Nunukan 24 orang, Malinau 24 orang, Kutai Timur 6 orang, Bontang
5 orang dan Penajam Pasir Utara 2 orang (Dinkes Kaltim, 2008) dalam (Sri
Hazanah, Dwi Hendriani, 2019).
Penyebab perilaku seksual pranikah pada remaja antara lain: 1) faktor
personal: pengetahuan, sikap terhadap layanan kesehatan, gaya hidup,
pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri dan variable demografi
seperti, usia, agama; 2) karakteristik lingkungan, antara lain akses dan kontak
dengan sumber informasi, social budaya, nilai dan norma sebagai pendukung
social untuk perilaku tertentu, 3) karakteristik keluarga: status orang tua dan
pendidikan orang tua; 4) karakteristik teman sebaya antara lain perilaku
seksual teman sebaya (Tri nurwati, Andi Parellangi, 2019).
Perilaku seksual pranikah pada remaja dapat memberikan beberapa
dampak negatif. Dampak negatif secara psikologis dapat berupa perasaan
marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, merasa bersalah dan berdosa.
Dampak secara sosial antara lain dikucilkan oleh masyarakat, putus sekolah
pada remaja perempuan yang hamil dan perubahan peran menjadi ibu serta
tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Secara
fisiologis dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan sehingga
melakukan tindakan aborsi. Selain itu, dampak negatif dapat pula dilihat dari
segi fisik yaitu berkembangnya penyakit menular seksual (PMS), HIV atau
AIDS (Ayu Khairunnisa, 2013).
Menurut Green dan Kreuter, perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu predisposisi (pengetahuan, sikap, jenis kelamin dan usia), faktor
penguat (teman sebaya dan peran teman sebaya), dan faktor pemungkin
(sarana prasarana, keterjangkauan fasilitas dan media massa) (Wijayanti &
H.R, 2017).
Sikap remaja terhadap perilaku seksual adalah respon tertutup yang
tidak dapat dilihat langsung, sehingga remaja yang mempunyai sikap positif
terhadap perilaku seks maka berpotensi untuk berperilaku positif cukup besar
pula. Remaja yang berperilaku menyimpang dipengaruhi oleh sikap dan peran
teman sebaya terkait seksual, yang berarti niat remaja untuk melakukan
perilaku seksual yang menyimpang atau beresiko disesuaikan dengan sikap
dan perubahan remaja tersebut (Mariani & Murtadho, 2018).
Teman sebaya merupakan lingkungan pergaul seorang remaja. Melalui
interaksi dengan teman sebaya, individu akan berkenalan dan mulai pergaul
dengan teman-temannya untuk kemudian membentuk kelompok-kelompok
jika perilaku temannya tersebut telah dirasa cocok. Teman sebaya adalah
kelompok orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok sosial yang
sama, seperti teman sekolah atau teman sekerja. Pergaulan teman sebaya
dapat mempengaruhi perilaku baik positif maupun negatif. Pengaruh positif
yang dimaksud adalah ketika individu bersama teman-teman sebayanya
melakukan aktifitas yang bermanfaat seperti membentuk kelompok belajar
dan patuh pada lorma-norma dalam masyarakat. Sedangkan pengaruh
negative dapat berupa pelanggaran terhadap norma-norma sosial termasuk
perilaku seksual pranikah (Darmayanti. Y, 2011).
Sikap dan peran teman sebaya yang baik akan mempengaruhi perilaku
seksual yang tidak menyimpang dan dukungan sosial teman sebaya
mempunyai peranan yang cukup penting dalam perilaku pencegahan seks
pranikah bagi remaja. Bentuk dukungan yang diberikan teman sebaya
sebagian besar yaitu saling memberikan nasihat, sharing tentang masa depan
dan mengajak ke arah pergaulan yang lebih baik. Sedangkan teman sebaya
yang lain menyatakan bentuk dukungannya dengan saling mengingatkan
dalam berperilaku dan memilih teman. Adanya peranan teman sebaya dalam
dukungan sosial kepada remaja, tentunya akan mempengaruhi pemikiran dan
perilaku remaja dalam perilaku pencegahan seks pranikah (Rahmawati &
Devy, 2018).
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Rusmiati dan
Hastono (2015) yang menyatakan bahwa pengaruh teman sebaya memiliki
kontribusi yang besar dalam membentuk perilaku seksual remaja. Penelitian
lainnya oleh Setitit (2017) terkait hubungan antara interaksi teman sebaya
dengan perilaku seksual didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara
interaksi teman sebaya yaitu semakin positif arah hubungan interaksi teman
sebaya maka semakin tinggi pula tingkat perilaku seksual pranikah (Sri
Wulandari & Kusuma, 2019).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penliti pada
16 april 2020 dengan melakukan wawancara terhadap guru bimbingan
konseling dan 10 remaja di SMK 14 Samarinda, yang di dapat hasil
wawancara dari guru bimbingan konseling mengatakan bahwa kasus
terbanyak berkaitan tentang perilaku seksual yang mengarah ke pacaran
terdapat di jurusan garmen, akutansi dan perkantoran guru bimbingan
konseling juga mngatakan bahwa terkadang terdapat anak murid yang masih
suka berpacaran dilingkungan sekolah adapun terdapat 1 murid yang
bermasalah kasus chat seksual. Dan untuk hasil wawancara dari berbagai
kelas secara acak, di dapatkan data 7 remaja mengatakan melakukan pacaran
karena didasarin suka sama suka dan 1 remaja didasarin karena saling
mencintai. dari pengalaman pacaran mereka lebih senang menceritakan ke
teman sebayanya dari pada orangtua alasannya karena takut di marahin
orangtua seusia mereka sudah tau terkait pacaran dari teman sebayanya juga
sering sekali menceritakan pengalaman terkait seksualnya ke 7 murid yang
sama-sama mempunyai pasangan ini. Dari 7 murid juga mengatakan pernah
berpegangan tangan ketika berpacaran dilingkungan sekolah maupun dikelas
dan 1 orang sudah pernah merangkul pacarnya. Siswa mendapatkan
pengetahuan terkait sistem reproduksi manusia saat duduk di bangku sekolah
mengengah pertama. Dari penjabaran permasalah tersebut, penelitian akan
meneliti Hubungan sikap dan Peran Teman Sebaya Terhadap Perilaku seksual
Di SMK 14 samarinda pemilihan sekolah tersebut dilatar belakangi juga
dengan pergaulan kelompok sebaya yang tidak terbatas memilliki
kecenderungan mengarah pada perilaku seksual.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut “Bagaimana Hubungan Sikap dan Peran Teman
Sebaya dengan Perilaku Seksual Pada Remaja Di SMK 14 Samarinda?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui Hubungan Sikap dan Peran Teman Sebaya dengan Perilaku
Seksual Pada Remaja Di SMK 14 Samarinda.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasis Sikap seksual pada remaja di SMK 14 Samarinda
b. Mengidentifikasi peran teman sebaya pada remaja di SMK 14
Samarinda
c. Mengidentifikasi perilaku seksual pada remaja di SMK 14 Samarinda
d. Menganalisa Hubungan Sikap dan Peran Teman Sebaya dengan
Perilaku Seksual Pada Remaja Di SMK 14 Samarinda.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, terutama bagi peneliti selanjutnya
untuk mengembangkan dan menemukan temuan-temuan yang baru.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi sekolah
tentang sikap dan peran teman sebaya dengan perilaku seksual agar
kedepan bisa menurunkan angka kejadian perilaku seksual dikalangan
remaja.
b. Bagi Peneliti
Memberikan informasi, pengalaman dan menambah pengetahuan serta
dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah,
sehingga dapat menghasilkan sesuatu informasi baru dan dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
c. Bagi instansi
1) Sebagai penambah referensi yang dapat digunakan untuk
penelitian berikutnya.
2) Sebagai wacana ilmiah dan acuan untuk melaksanakan penelitian
lebih lanjut, khususnya yang menyangkut tentang hubungan sikap
dan peran teman sebaya dengan perilaku seksual.
E. Penelitian Terkait
1. Penelitian oleh (Sri Wulandari & Kusuma, 2019) meneliti “Peran Teman
Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja Laki-Laki dan Perempuan.
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian analitik
komparatif dengan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Denpasar mulai bulan April hingga bulan Juli 2018.
Populasi penelitian ini adalah semua siswa dan siswi kelas X, XI, dan XII
yang masih aktif mengikuti pembelajaran di sekolah, dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan metode non-probability sampling
jenis purposive sampling. Penghitungan dengan menggunakan estimasi
besar sampel yang bertujuan menguji hipotesis beda 2 proporsi kelompok
independen, maka sampel yang akan digunakan untuk tiap kelompok
masing-masing sebanyak 34 orang, sehingga total sampel yang digunakan
adalah 68 orang. Persamaan sama sama meneliti peran teman sebaya dan
perilaku seksual remaja. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan adalah
hubungan sikap dan peran teman sebaya dengan perilaku seksual remaja.
Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Wulandari & Kusuma
adalah peran teman sebaya terhadap perilaku seksual remaja laki-laki dan
perempuan.
2. Penelitian oleh Mariani & Murtadho (2018) meneliti “Peran Orangtua,
Pengaruh Teman Sebaya, dan Sikap Berhubungan Dengan Perilaku
Seksual Pranikah Pada Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Jamblang Kabupaten
Cirebon”. Metode penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross
sectional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara peran orang tua,
pengaruh teman sebaya, dan sikap dengan perilaku seksual pra nikah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh siswa-siswi SMA
Negeri 1 Jamblang kelas X, XI, dan XII yang berjumlah 1.135 siswa.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling, yaitu kelas X dan XI berjumlah 812 siswa..Adapun
besaran sampel sampelnya yaitu sebanyak 268 siswa, dengan cara
pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling.
Persamaan sama sama meneliti sikap, peran teman sebaya dengan
perilaku seksual. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh calon
peneliti adalah hubungan sikap dan peran teman sebaya dengan perilaku
seksual remaja. Sedangkan yang telah dilakukan oleh Mariani &
Murtadho Peran Orangtua, Pengaruh Teman Sebaya, dan Sikap
Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa-Siswi SMA
Negeri 1 Jamblang Kabupaten Cirebon.
3. Penelitian oleh Sri Hazanah, Dwi Hendriani (2019) meneliti “Hubungan
Peran Orangtua Terhadap Sikap Remaja Dalam Pencegahan Seks
Pranikah”. Metode penelitian ini bersifat Kuantitatif dengan
menggunakan desain penelitian survey analitik dan pendekatan cross
sectional yaitu: dimana variabel bebas dan variabel terikat diambil pada
satu waktu /tidak melihat hubungan antara variabel berdasarkan
perjalanan waktu (Nursalam, 2008). Populasi penelitian adalah semua
pelajar SMK Kesehatan Balikpapan usia 14-18 tahun. Tekhnik
pengambilan sampel acak bertingkat (Random Sampling) berjumlah 119
responden. Persamaan penelitian sama sama meneliti Sikap seksual pada
remaja. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh calon peneliti
adalah hubungan sikap dan peran teman sebaya dengan perilaku seksual.
Sedangkan yang dilakukan oleh Sri Hazanah, Dwi Hendriani Hubungan
Peran Orangtua Terhadap Sikap Remaja Dalam Pencegahan Seks
Pranikah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Sikap
a. Definisi Sikap
Menurut (Notoatmodjo, 2010a), sikap merupakan respons tertutup
dari seseeorang stimulus atau obyek tertentu, yang sudah melibatkan
faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang,
setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap merupakan
reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang yang merupakan
kombinasi antara kognitif afektif terhadap suatu objek atau stimulus
(Azwar, 2002).
Sikap dinyatakan timbul secara sadar oleh proses evaluasi diri
individu terhadap stimulus dalam bentuk baik, buruk, positif, negatif
menyenangkan tidak menyenangkan dan kemudian mengkristalkan
sebagai potensi bereaksi terhadap obyek sikap. Sikap timbul dari
interaksi yang dialami oleh individu yang satu dengan individu yang
lain sehingga terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi
pola perilaku individu dengan lingkungan fisik maupun psikologis
disekelilingnya (Azwar, 2002).
b. Tingkatan Sikap
(Notoatmodjo, 2007) membagi sikap dalam berbagai tingkat
sebagai berikut :
1) Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan.
3) Menghargai (valuing)
Diartikan mengajak orang lain untuk mengajarkan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap.
4) Bertanggung Jawab (responsible)
Diartikan sebagai sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
3) Hubungan Seksual
Pada masa remaja ternyata tidak sedikit para remaja yang
melakukan hubungan seksual. Di Amerika Serikat hubungan
seksual yang dilakukan oleh para remaja ternyata mengalami
penignkatan sekitar 1 % pertahunnya. Empat puluh persen dari
remaja perempuan hamil sebelum tamat sekolah menengah, 50 %
di antaranya melakukan abortus dan sisanya melahirkan bayinya.
Dampak lain yang perlu diwaspadai ialah bahaya penularan
penyakit kelamin terutama HIV/AIDS yang sudah menyebar
kemana-mana (Prof.dr.Soetjiningsih, 2004).
6) Administrasi
Guru sebagai administrator, Seorang guru tidak hanya sebagai
pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada
bidang pendidikan dan pengajaran.Oleh karena itu seorang guru
dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan
dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan
secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat
rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya
merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan
tugasnya dengan baik (Taruna, 2009).
7) Lembaga Pendidikan
Peran guru sebagai dalam lembaga pendidikan. Seorang guru
diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan
dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara
langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan
insidental.
B. Teori Keperawatan
Lawrencen Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari
tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh
dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar
lingkungan (nonbehavior causes). Untuk mewujudkan suatu perilaku
kesehatan, diperlukan pengelolaan manajemen program melalui tahap
pengkajian, perencanaan, intervensi sampai dengan penilaian dan evaluasi.
Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model
pengkajian dan penindaklanjutan (precede-Proceed model) yang
diadaptasi dari konsep Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah
perilaku manusia dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta cara
menindaklanjutnya dengan berusaha mengubah, memelihara, atau
meningkatkan perilaku tersebut ke arah yang lebih positif. Proses
pengkajian atau pada tahap precede dan proses penindaklanjutan pada
tahap proceed. Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki
perilaku kesehatan adalah penerapan keempat proses pada umumnya ke
dalam model pengkajian dan penindaklanjutan.
Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang
pembanguan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sejahtera.
Semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. Kualitas hidup ini
salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat
kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.
1. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang
kesehatan, dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan
masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Perngaruh yang paling besar
terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor
lingkungan.
2. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis, dan sosial budaya yang
langsung/tidak memengaruhi derajat kesehatan.
Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul
karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap
lingkungannya. Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan,
sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau
sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti
tren yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk
meniru dari tokoh idolanya.
Phase 5 P 4
Phase Phase 3 Phase 2 Phase 1
Administrarive and Educational and Behavioral and Epidemological Social diagnosis
policy diagnosis organizational environmental diagnosis
diagnosis diagnosis
HEALTH Predisposing
PROMOTION factors
Behavior
Health Reinforcing and
Education factors
livestyle Quality
Health of life
C. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini dibuat berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah, serta diolah dari beberapa konsep dan teori Sugiono,
(2005), Kerangka teori adalah merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah penting. Kerangka teori menjelaskan secara
teoritis pertautan antara variabel-variabel yang akan diteliti. Pengetahuan
remaja terhadap reproduksi sehat sangat tergantung pada informasi yang
diterima baik dari penyuluhan maupun dari media massa serta kemampuan
untuk menyerap dan menginterpretasikan informasi tersebut. Pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk mencegah dan melindungi
remaja dari perilaku seksual berisiko dan perilaku berisiko lainnya yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi WHO, (2014).
Faktor
predisposisi
Sikap
Faktor pendorong
Perilaku
Teman sebaya
Seksual
Peran Teman Kualitas
Sebaya Hidup
Faktor pendukung
Sekolah Lingkungan
Skema 2.2 Memodifikasi Kerangka Teori dari Lawrance Green (Nursalam, 2016).
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara kaitan konsep satu dengan
konsep yang lain masalah yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini
kerangka konsep yang digunakan pada skema sebagai berikut :
Sikap
Perilaku Seksual
Peran Teman Sebaya
Keterangan :
: Hubungan
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam suatu penelitian adalah jawaban sementara
penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan melalui penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2005). Jawaban ini dikatakan sementara karena jawaban
yang diberikan baru berdasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta
atau data Riyanto, (2011).
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
1. Ha1 : Terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku seksual remaja
2. Ha2 : terdapat hubungan antara peran teman sebaya dengan perilaku
seksual remaja
A. Rancangan Penelitian
Desain penelitian adalah rancangan yang digunakan dalam melakukan
prosedur penelitian. Jenis penelitian ini adalah korelasional yaitu penilaian antara
dua atau lebih fenomena, untuk mengetahui hubungan sikap dan peran teman
sebaya dengan perilaku seksual. Sedangkan rancangan yang digunakan adalah
cross sectional, yaitu untuk peneliti mempelajari dinamika korelasi antara sikap
dan peran teman sebaya dengan perilaku seksual dengan cara pendekatan,
observasi atau pengumpulan data pada satu waktu (Notoatmodjo, 2010a).
B. Populasi Dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan di duga
(Sumantri,2013). Berdasarkan (Notoatmodjo, 2012) mengatakan populasi
adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut. Adapun
populasi dalam penelitian ini berjumlah 191 siswa kelas XI yang memiliki 6
kelas di SMK Negeri 14 Samarinda.
2. Sampel penelitian
Sampel merupakan suatu unit yang lebih kecil lagi dimana sekelompok
individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau dan dimana peneliti
langsung mengumpulkan data atau melakukan pengamatan/pengukuran pada
unit ini Dharma, (2011).
Berdasarkan hasil perhitungan, besar sampel yang dibutuhkan pada penelitian
ini sebanyak 191 orang untuk menjadi responden besar sampel (sampling
size) digunakan menggunakan rumus sampel Slovin, dengan tingkat
kesalahan pengambilan sampel sebesar 10 %.
Pemilihan sampel, terdapat dua kriteria yaitu :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah syarat-syarat seseorang bisa masuk dalam penelitian
Dhalan, (2016). Kriteria inklusi bagi responden dalam penelitian ini adalah :
1) Siswa dan Siswi yang ada pada saat penelitian terutama kelas XI.
2) Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah syarat-syarat seseorang tidak dapat diikutsertakan
dalam penelitian Dhalan, (2016). Kriteria eklusi bagi responden dalam
penelitian ini adalah :
1) Remaja yang tidak hadir pada saat penelitian.
2) Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
C. Teknik Sampling
Tekhnik pengambilan data atau tekhnik sampling merupakan sampel atau subjek
penelitian yang mewakili keseluruhan populasi (Notoatmodjo, 2012) Tekhnik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling
dimana pengambilan sampel yang memberikan kesempatan/peluang yang sama
kepada setiap individu dalam populasi tersebut untuk menjadi sampel penelitian
Dharma, (2011). Teknik penelitian ini dengan menggunakan stratified random
sampling adalah peneliti mempertimbangkan stratifikasi atau strata yang terdapat
dalam populasi sehingga setiap strata terwakili dalam penelitian sampel Dharma,
(2011). Pengambilan sampel dilakukan pada kelas XI, yang terdiri dari kelas XI-
TB, XI-AK, XI-PM, XI-AP,XI-TKJ, dan XI-MM.
TOTAL : 66
D. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehinga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyona, 2015). Berikut adalah
variabel-variabel dalam penelitian ini :
1. Variabel Independent (variabel bebas)
Variable Independent atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (variabel terikat). Variabel independen didalam penelitian ini
adalah “sikap dan peran teman sebaya”
2. Variabel Dependent (variabel terikat)
Variabel Dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel dalam penelitian ini
adalah “perilaku seksual”
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Alat ukur
yang dalam penelitian ini menggunkan kuesioner skala likert (Hidayat, 2007).
1.
2. Dependen Respon atau Positif apabila a. Kuesioner Ordinal
tanggapan responden setuju pertanyaan
Perilaku pada remaja tentang dengan perilaku mengenai
remaja perilaku seksual seksual ≥ 50% perilaku
Negative apabila seksual.
responden tidak
setuju dengan
perilaku seksual ≤
50%
(Likert, 2012).
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang akan dilakukan
penelitian (Arif, 2013). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner.
1. Kuesioner A
Menjelaskan sikap remaja terhadap perilaku seksual di SMK Negeri 14
Samarinda. Skala ini merupakan jenis pertanyaan tertutup yang terdiri dari 4
katagori penilaian sebagai berikut: sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2, sangat
tidak setuju 1. Sebaliknya jika pertanyaan berbentuk negatif akan diberi skor
jawaban sangat setuju 1, setuju 3, tidak setuju 2, sangat tidak setuju.
Tabel 3.3 kisi-kisi Kuesioner Tentang Sikap Seksual Remaja
Jumlah 15
1. Kuesioner B
Menjelaskan peran teman sebaya terhadap perilaku seksual di SMK Negeri
14 Samarinda. Skala ini merupakan jenis pertanyaan tertutup yang terdiri
dari 4 katagori penilaian sebagai berikut: sangat setuju 4, setuju 3, tidak
setuju 2, sangat tidak setuju 1. Sebaliknya jika pertanyaan berbentuk
negatif akan diberi skor jawaban sangat setuju 1, setuju 3, tidak setuju 2,
sangat tidak setuju.
Sikap
4, 6, 8 3
individu
Jumlah 10
Kuesioner C
Menjelaskan perilaku seksual remaja di SMK Negeri 14 Samarinda.
Skala ini merupakan jenis pertanyaan tertutup yang terdiri dari 4
katagori penilaian sebagai berikut: sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju
2, sangat tidak setuju 1. Sebaliknya jika pertanyaan berbentuk negatif
akan diberi skor jawaban sangat setuju 1, setuju 3, tidak setuju 2, sangat
tidak setuju.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Seksual Remaja
Variabel Indikator Nomor item pertanyaan Jumla
h item
Favourab Unafavourab
le le
berpacaran 4,8 3, 6, 13 5
Perilaku
seksual masturbasi/onani 2, 12 2
remaja di
SMK N menyimpan/menont 5 14, 9 3
14 on video porno
Samarin
da hubungan seksual 7, 10 11 3
Jumlah 13
H. Uji Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Notoatmodjo, 2010).
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang diadaptasi dan dimodifikasi dari
teori Badaki dan Adeola (2017), dimana kuesioner ini bertujuan untuk meneliti sikap
remaja dalam mengambil keputusan karena dorongan dari teman sebaya. Kuesioner
milik Badaki dan Adeola (2017) memiliki 6 pertanyaan yang dapat menjadi
parameter, namun peneliti hanya mengambil parameter yang berfokus pada peran
teman sebaya, sebagai berikut:
a) Tekanan yang saya dapatkan dari teman membuat saya
terlibat dalam perilaku seksual pranikah
b) Siswa yang mencari informasi seksual dari teman-teman
hanya terlibat dalam perilaku seksual pranikah
c) Teman-teman saya mendorong saya untuk terlibat dalam
perilaku seksual pranikah
d) Teman-teman saya menolak saya karena tidak terlibat dalam
perilaku seksual pranikah
Pertanyaan tersebut kemudian dikembangkan dan dimodifikasi sesuai dengan
budaya di Indonesia, kuesioner berisi 10 pertanyaan dan diukur berdasarkan skoring
likert 1-4 dengan keterangan Tidak Setuju (STS) = 1, Tidak Setuju (TS) = 2, Setuju (S) =
3, Sangat Setuju (SS) = 4.
N ( ∑ XY −( ∑ X ) ∑ Y )
r=
√{∑ X 2−¿ ¿ ¿
Keterangan :
r hitung = koefisien korelasi
X = skor item
Y = skor total
N = jumlah subyek
2. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran
dapat dipercaya. Hal ini menunjukkan berarti sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali bahkan berulang-ulang kali terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).
Reabilitas Instrumen kuesioner dengan rumus yang dipakai Rumus Alpha Cronbach
(Arikunto, 2012).
∑ Si2
r=
k
(k −1)
1− {
st 2 }
Keterangan :
r = Koefisien alpha croncbach
k = Banyaknya pertanyaan
n = Jumlah subyek
∑ Si 2
= Varians belahan
St = Varians total
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data (Ridwan, 2009). Dalam penelitian ini peneliti
mengumpulkan data dengan menggunakan metode kuesioner.
1. Sumber data primer
Sumber data penelitian ini menggunakan sumber data primer yaitu sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data Sugiyono, (2012). Data
primer dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas XI SMK 14 Samarinda.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang dikumpulkan oleh orang lain
bukan subjek penelitian itu sendiri (Sugiyono, 2012). Data sekunder dalam
penelitian ini adalah guru dan pihak sekolah SMK 14 Samarinda.
J. Analisis Data
Dalam tahap analisis data, data-data dianalisis dengan teknik tertentu. Teknik
analisa data menurut (Notoatmodjo, 2012). adalah sebagai berikut :
1. Teknik Pengolahan Data
Menurut (Notoatmodjo, 2012) data yang telah terkumpul dalam tahap
pengelompokkan data perlu diolah dahulu. Tujuannya adalah untuk
menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikannya dalam
susunan yang baik dan rapi. Pengolahan data dalam penelitian dilakukan
melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Editing (memeriksa)
Kuesioner dari penelitian harus dilakukan pemeriksaan (editing) terlebih
dahulu yaitu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir
atau kuesioner penelitian.
b. Coding (memberi kode)
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
peng”kodean” atau “Coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangin. Coding dalam penelitian ini
berbentuk skala likert. Adapaun kode yang diberikan yaitu :
1) Untuk Sikap dan peran teman sebaya dengan Perilaku Seksual
menggunakan skala Likert dengan nilai jika Sangat Setuju (SS) : 4,
Setuju (S) : 3, Tidak Setuju (TS) : 2, dan Sangat tidak Setuju (STS) :
1.
x 2= ∑ ¿¿ ¿
Keterangan :
x 2 = chi-square yang diberi (hubungan antara variabel dependen dengan
independen)
0 = frekuensi observasi
E = frekuensi yang diharapkan
Syarat-syarat uji Chi-Square :
1) Skala berupa kategorik dengan kategorik
2) Satu kali pengukuran
3) Kategorik mencari hubungan variabel kategorik dan kategorik
4) Kategorik tidak berpasangan tabel 2x2 & 2x3
5) Tidak berpasangan karena tidak memenuhi kriteria variabel
yang sama diambil dari subjek yang sama atau dianggap sama.
Apabila ditemukan suatu masalah, tehnik yang dianggap dapat menaggulangi nilai dari
sel yang kecil dengan sel lainnya (mangellaps). Artinya kategori dari variabel dikurangi
sehingga kategori yang nilai harapanya kecil dapat digabung ke kategorik lain, maka
solusinya adalah uji “fisher Exact”.
K. Etika Penelitian
Melakukan penelitian, peneliti mengajukaan permohonan izin kepada
kepala sekolah di SMK 14 Samarinda untuk mendapatkan persetujuan kemudian
kuesioner dikirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan kepada masalah
etika yang meliputi :
1. Informed Consent (Persetujuan)
Tujuannya adalah agar responden mengetahui maksud dan tujuan
penelitian selama dalam pengumpulan data. Jika subyek bersedia untuk
diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati
hak responden.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjadi kerahasiaan identitas, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden. Pada lembar tersebut hanya diberi nomor
kode tertentu.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Peneliti akan senantiasa akan menjaga kerahasiaan dari data yang
diperoleh, dan hanya akan disajikan kepada kelompok tertentu yang
berhubungan dengan penelitian, sehingga rahasia subyek penelitian benar-
benar terjamin.
4. Non-maleficence
Prinsip ini mengutamakan untuk menghindari atau tidak menimbulkan
bahaya baik berupa cidera fisik maupun psikologis, sehingga penelitian yang
dilakukan tidak menimbulkan kerugian fisik maupun psikologis bagi
responden.
5. Beneficience
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan kepada responden
bahwa penelitian ini hanya menggunakan metode survei dan tidak ada
perlakukan sehingga tidak akan menyebabkan kerugian bagi responden.
6. Justice (Keadilan)
Prinsip ini mengutamakan keadilan, dalam penelitian ini akan
membedakan intervensi pada seluruh responden dengan responden lainnya,
tidak ada diskriminasi dan membeda-bedakan, semua diperlakukan sama dan
adil.
L. Pengolahan Data
Menurut (Dahlan, 2014) etika penelitian menjelaskan masalah etika
penelitian yang merupakan hal penting dalam suatu penelitian, mengingat
penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi
etika penelitian harus di perhatikan :
1. Informed consent
Sebelum melakukan penelitian responden diberikan informasi tentang
hubungan sikap dan peran teman sebaya dengan perilaku seksual
remaja di SMK Negeri 14 Samarinda. Jika responden bersedia diteliti
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika
responden menolak untuk diteliti oleh peneliti tidak akan memaksa dan
tetap menghormati haknya. Responden yang bersedia diteliti
menandatangani lembar persetujuan, pada penelitian ini tidak ada
responden yang menolak untuk diteliti.
2. Anonimity(tanpa nama)
Kerahasiaan responden akan tetap terjaga, maka peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data.
Lembar tersebut hanya berupa inisial dari nama responden.
3. Confidentiality(kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan
hasil peneliti baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset (Hidayat, 2010).
Adapun status hubungan dalam antara peneliti dan orang yang diteliti
masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang harus diakui
dan dihargai. Hak dan kewajiban bagi peneliti dan orang yang diteliti
adalah :
a) Hak kewajiban responden
Hak-hak responden antara lain : hak untuk dihargai privacy,
hak merahasiakan informasi yang diberikan, hak memperoleh
jaminan keamanan dan keselamatan akibat dari informasi yang
diberikan. Kewajiban bagi responden adalah memberikan informasi
yang diperlukan oleh peneliti setelah adanya persetujuan inform
consent.
b) Hak kewajiban peneliti
Peneliti banyak memperoleh informasi yang diperlukan
sejujur-jujurnya dan selengkap-lengkapnya dari responden.
Kewajiban peneliti adalah menjaga privacy responden.
M. Alur Penelitian
Alur dalam penelitian hubungan sikap dan peran teman sebaya dengan
perilaku seksual remaja adalah sebagai berikut:
Skema 3.6 Alur Penelitian
Informed consent
Analisa univariat
Analisa data
Analisa bivariat
Pembahasan dan kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA