KEPERAWATAN BENCANA
HEALTY EDUCATION BANJIR
Disusun Oleh
Afrida Sari 16035569001
Alex 16035869301
Dinda Andini 16036469901
Fakhrur Razi Aini 16037170601
Irma Pebrianti 16038071501
Melinda Dwi Irawati 16038572001
Muhammad Handeriana 16039072501
Muja Asmara 16039272701
Murniati Mappeabang 16039472901
Shinta Puspita Sari 16041775201
Shintya Dewi Viramitha 16042075501
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga makalah healty education ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada ibu Ns. Kiki Hardiansyah M.Kep., Sp.KMB selaku dosen
Mata Kuliah Keperawatan Bencana yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah
ini dan tak lupa lupa kami haturkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
berkontribusi dalam kelancaran usaha kami.
Makalah Healty Education ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawatan Bencana juga sebagai wujud dokumen tertulis dari tugas kami.
Kami sadari masih banyak terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini untuk itu kami
mohon kritik dan saran yang membangun guna membuat kami jauh lebih baik lagi dalam
menyusun makalah ke depan. Harapannya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penyusun
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut (Hidayati, 2005) bencana adalah keadaan yang mengangu kehidupan
sosial ekonomi masyarakat yang disebabkan oleh gejala alam atau perbuatan manusia.
Bencana dapat terjadi melalui suatu proses yang panjang atau situasi tertentu dalam
waktu yang sangat cepat tanpa adanya tanda-tanda. Dampak dari bencana dapat
bervariasi, tergantung pada kondisi dan kerentaan lingkungan dan masyarakat.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penyebab bencana dapat dibagi
menjadi dua, yakni : alam dan manusia. Secara alami bencana akan selalu terjadi di
muka bumi, misal tsunami, gempa bumi, gunung meletus, jatuhnya benda-benda dari
langit ke bumi (misalkan meteor), tidak adanya hujan pada suatu lokasi dalam waktu
yang relatif lama sehingga menimbulkan bencana kekeringan, atau sebaliknya curah
hujan yang sangat tinggi di suatu lokasi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor
(Sjarief, 2010).
Salah satu bencana yang hampir terjadi setiap tahun di Indonesia adalah Banjir.
Menurut (Yulaelawati, 2008) banjir adalah peristiwa meluapnya aliran sungai akibat air
melebihi kapasitas tampungan sungai sehingga meluap dan menggenangi dataran atau
daerah yang lebih rendah di sekitarnya. Menurut data statistik yang diambil dari situs
(http://dibi.bnpb.go.id/), mengenai distribusi tipe bencana dan korban jiwa pada tahun
1815 hingga tahun 2015, banjir menempati urutan pertama dengan 5.600 peristiwa dan
jumlah korban jiwa dibawah 34.000 orang. Selain itu, banjir juga merupakan bencana
alam yang mempunyai tingkat frekuensi terjadinya bencana sebesar 34 % disusul oleh
bencana angin kencang.
Karena banjir termasuk bencana yang hampir setiap tahun melanda Indonesia,
maka dari itu diperlukan suatu langkah untuk penanggulangan dan mitigasi
bencananya. Hal tersebut diperlukan untuk menngurangi resiko dan dampak dari
bencana ini. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai apa saja jenis banjir, bagaimana
penanggulangan bencana banjir , bagaimana mitigasi yang harus dilakukan serta healty
education didalamnya ketika terjadi banjir.
1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana healty education keperawatan pada bencana alam banjir?
C. Tujuan
Mahasiswa dapat memahami dan menjalankan peran healty education pada bencana
alam banjir
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
a. Bimbingan atau konseling,
Metode ini berisi informasi yang berkenaan dengan pendidikan, pekerjaan,
pribadi dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Cara ini
membuat kontak antara individu dan petugas kesehatan lebih intensif. Setiap
msalah yang dihadapi oleh individu dapat diteliti dan dapat dibantu
penyelesaiannya sehingga individu tersebut dengan sukarela, berdasarkan
kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (merubah
perilaku).
b. Wawancara (interview)
Bertujuan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar
pengertian dan kesadaran yang kuat.
2) Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok
sasaran dan tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok besar akan
berbeda metodenya dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode besar akan
berbeda metodenya dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan
bergantung pada besarnya sasaran pendidikan, kelompok besar adalah peserta atau
sasaran berjumlah lebih dari 25 orang. Berikut yang termasuk dalam metode
promosi kesehatan kelompok:
a. Ceramah, adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara yang
dilakukan di depan sekelompok pendengar. Kelebihan metode ini adalah dapat
digunakan pada orang dewasa, menghabiskan waktu dengan baik, digunakan
pada kelompok besar, dapat digunakan untuk mengulang atau member
pengantar pada pelajaran atau aktivitas. Kekurangan metode ini yakni
menghalangi respons dari pendengar, hanya sedikit pengajar yang dapat
menjadi pembicara yang baik, pembicara harus menguasai semua pokok
bahasan, kurang menarik, daya ingat terbatas serta sulit digunakan pada anak-
anak.
b. Seminar, adalah suatu penyajian dari satu atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat. Metode ini
hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan tinggi.
c. Diskusi kelompok, adalah percakapan yan direncanakan atau dipersiapkan
diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dan salah seorang
4
diantaranya memimpin diskusi tersebut. Kelebihan metode ini adalah
memungkinkan saling mengemukakan pendapat, memperluas pandangan, serta
membantu mengembangkan kepemimpinan. Kekurang metode ini adalah tidak
dapat digunakan dalam kelompok besar, peserta memperoleh informasi terbatas
serta membutuhkan pemimpin yang terampil.
d. Curah pendapat (brain storming), adalah pemecahan masalah ketika setiap
anggota mengusulkan dengan cepat sehingga memungkinkan adanya
pemecahan maslah yang dibahas. Kelebihan metode ini adalah membangkitkan
pendapat barum menghasilkan reaksi rantai dalam pendapat serta tidak menyita
banyak waktu. Kekurangan metode ini adalah mudah lepas kontrol dan mungkin
membuat peserta sulit mengerti bahwa segala pendapat dapat diterima.
e. Bermain peran (role play), Beberapa anggota kelompok memainkan suatu
peran, kemudian mereka memperagakan, misalnya bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam menjalankan tugas tertentu.
f. Bola Salju, Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang dan dua
orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Kemudian tiap 2
pasang bergabung, mediskusikan masalah yang sama dan menarik kesimpulan.
Begitupun seterusnya sampai terjadi suatu diskusi seluruh peserta.
3) Metode Pendidikan Massa
a. Ceramah umum
Penyajian materi di depan khalayak publik yang berjumlah besar dan terutama
disampaikan secara lisan
b. Siaran Radio
Metodanya sama dengan ceramah, tetapi anak didik tidak berada di dalam
ruangan yang sama
c. Siaran TV
Sama dengan radio, tetapi ditambah dengan gerakan
d. Media cetak
Penyajian materi disampaikan secara tulisan
5
a. Pembuatan bendungan untuk menghindari terjadinya banjir, biopori,
penanaman tanaman keras di lereng bukit untuk menghindari banjir dan
sebagainya.
b. Penataan kembali lahan desa agar terjadinya banjir tidak menimbulkan kerugian
besar.
c. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap kebutuhan-kebutuhan dalam
keadaan darurat dan identifikasi atas sumber daya yang ada untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu
ancaman.
Ada beberapa cara yang dapat di lakukan masyarakat untuk menghindari korban
jiwa dan harta akibat banjir, diantaranya :
1) Membangun pemukiman jauh dari daerah yang rawan.
2) Tidak membuang sampah sembarangan
3) Membuat selokan di sekitar rumah.
4) Melakukan deteksi dini.
6
3. Kesiapsiagaan pasca bencana
Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan masyarakat setelah tanah banjir
terjadi, diantaranya :
1) Hindari daerah yang masih terendam banjir.
2) Periksa korban luka dan korban yang terjebak banjir dengan langsung
memasuki daerah banjir.
3) Bantu arahkan SAR ke lokasi banjir.
4) Bantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus anak-anak, orang tua, dan
orang cacat.
5) Dengarkan siaran radiolokal atau telivisi untuk informasi keadaan terkini.
6) Waspada akan adanya banjir susulan.
7) Laporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak untuk
berwenang.
8) Periksa kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinyaa banjir.
9) Mintalah nasehat pada ahlinya untuk mengevaluasi ancaman dan teknik untuk
mengurangi resisko terjadinya banjir.
7
e. Lintas program, lintas sektor, NGO, Universitas dan mitra lainnya yang
memiliki kegiatan promkes dan pemberdayaan masyarakat
f. Regulasi pemerintah setempat dalam hal melakukan upaya promotif dan
preventif.
g. Dilanjutkan dengan analisis data berdasarkan potensi dan sumberdaya yang ada
diwilayah terdampak bencana.
3. Perencanaan
Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai program dan
kegiatan, dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada.
4. Implementasi kegiatan, yang mencakup:
Rapat koordinasi klaster kesehatan termasuk dengan pemerintah setempat, NGOs,
dan mitra potensial lainnya untuk memetakan programdan kegiatan yang dapat
diintegrasikan /kolaborasikan.
5. Pemasangan media promosi kesehatan berupa spanduk, poster, stiker
6. Pemutaran film kesehatan, religi, pendidikan, hiburan dan diselingi pesan
kesehatan,
7. Senam bersama (masyarakat umum)termasuk senam lansia
8. Konseling, penyuluhan kelompok, keluarga dan lingkungan dengan berbagai pesan
kesehatan (PHBS di pengungsian)
9. Penyelenggaraan Posyandu (darurat) integrasi termasuk Posyandu Lansia di
pengungsian atau di tempat hunian sementara.
10. Advokasi pelaksanaan gerakan hidup sehat kepada pemerintah setempat.
11. Pendekatan kepada tokoh agama/tokoh masyarakatuntuk menyebarluaskan
informasi kesehatan.
12. Penguatan kapasitas tenaga promkes daerah melalui kegiatan orientasi promosi
kesehatan paska bencana.
13. Kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha melalui program CSR,
LSM kesehatan, kelompok peduli kesehatan, donor agency
14. Monitoring dan evaluasi program
15. Sasaran promosi kesehatan adalah: Petugas kesehatan, Relawan, Tokoh
masyarakat, tokoh agama, Guru, Lintas sector, Kader, Elompok rentan: ibu hamil,
anak-anak, lanjut usia, Masyarakat, Organisasi masyarakat, Dunia usaha
8
Promosi kesehatan dalam kondisi darurat untuk meningkatkan pemahaman keluarga
dan masyarakat untuk melakukan PHBS di pengungsian , yaitu:
1) ASI terus diberikan pada bayi
2) Biasakan cuci tangan pakai sabun
3) Menggunakan air bersih
4) Buang air besar dan kecil di jamban
5) Buang sampah pada tempatnya
6) Makan makanan bergizi
7) Tidak merokok
8) Memanfaatkan layanan kesehatan
9) Mengelola strees
10) Melindungi anak
11) Bermain sambil belajar
9
pada bulan suro. Tradisi tersebut diawali dengan selamatan (tasyakuran), berdoa
Bersama, nyekar (tawassul dan mendoakan para leluhur setempat), kemudian
dilanjutkan dengan gotong-royong membersihkan lingkungan desa.
Kearifan lokal diatas merupakan sarana yang dapat dgunakan untuk
membangun keharmonisan sosial. Peserta dan pelaku upacara tidak menonjolkan latar
belakang keyakinan yang dipeluknya, artinya upacara ini tidak memberi peluang akan
tumbuhnya sekat-sekat sosial dalam pelaksanaannya, karena mereka memiliki tujuan
yang sama yakni membangun harmoni, keselarasan, dan kesei,bangan, baik dengan
Tuhan, kekuatan ghaib yang lain, maupun dengan sesame. Dalam upacara tradisional,
kepentingan hanya satu, yakni memohon keselamatan dan perlindungan.
Sebagaimana diungkapkan oleh Rapparot, bahwa upacara tradisional
menghadirkan serangkaian tindakan dan tuturan yang tidak dirahasiakan oleh para
pelakunya. Semua pelaku upacara dapat mengungkapkan tujuannya secara terbuka.
bentuk pusaka budaya ini bukan semata-mata salah satu cara berkomunikasi yang
dikukuhkan oleh para pelaku dan pendukungnya melainkan melalui tradisi ini
diharapkan juga terjadinya hubungan lain, yang terbangun dari Bahasa dan tindakan
yang dijadikan mediumnya.
Selain upaya mitigasi bencana, masyarakat kecamatan Panti Kabupaten Jember
juga mempunyai kearifan lokal terkait dengan sistem peringatan dini. Sistem peringatan
dini itu dilakukan masyarakat di Kabupaten Jamber dalam membaca tanda-tanda
bencana banjir dan tanah longsor dengan beberapa cara tradisional berikut:
1. Membaca karakteristik pegunungan Argopuro dan kondisi air sungai
2. Memperhatikan isyarat hewan Capung dan Burung
3. Memperhatikan munculnya mata air baru secara tiba-tiba
4. Memprediksi melalui intensitas dan lamanya curah hujan
5. Memantau debit aliran di hulu sungai
Kearifan lokal sesungguhnya merupakan bagian dari etika dan moralitas yang
membantu manusia untuk menjawab pertanyaan moral apa yang harus dilakukan,
bagaimana harus bertindak khususnya dibidang pengelolaan lingkungan dan
sumberdaya alam. bahasan ini sangat membantu kita dalam hal mengembangkan
perilaku, baik secara individu maupun secara kelompok dalam kaitan dengan
lingkungan dan upaya pengelolaan sumber daya alam. Selain itu membantu kita untuk
mengembangkan sistem sosial politik yang ramah terhadap lingkungan serta
10
mengambil keputusan dan kebijakan yang berdampak terhadap lingkungan atau
sumberdaya alam.
Penanggulangan umumnya dilakukan dalam kondisi tanggap darurat, reaktif
ketika ben-cana terjadi, dan pasca bencana saja, dengan data dan informasi sangat
minim, belum dilakukan secara proaktif untuk pengurangan resiko bencana.
Kearifan lokal yang masih berlaku dan diterapkan oleh masyarakat Membaca
karakteristik daerah masing masing dan kondisi air sungai di sekitar, Memprediksi
banjir melalui itensitas dan lamanya curah hujan dan Memantau debit aliran di hulu
sungai.
Terdapat tiga dampak/aspek kearifan lokal yang dapat digunakan da-lam
penanggulangan bencana di Kecamatan Panti yaitu:
a. Praktek dan strategi kearifan lokal dapat membantu mitigasi.
b. Peng-gabungan strategi dan praktek kearifan lokal dapat mendorong parti-sipasi
masyarakat dan memberdayakan anggotanya.
c. Kearifan lokal dapat meningkatkan implementasi proyek, memberikan informasi
tentang konteks lokal.
F. Materi edukasi
1. Kenali Penyebab Banjir
a. Curah hujan tinggi
b. Permukaan tanah lebih rendah dibanding permukaan air laut.
c. Terletak disuatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air
keluar sempit.
d. Banyak permukiman yang dibangun di dataran sepanjang sungai.
e. Aliran sungai tidak lancar karena banyaknya sampah serta bangunan di
pinggir sungai.
f. Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
11
d. Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin mengadakan program
pengerukan sungai.
e. Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
f. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan,
dibarengi pengurangan aktivitas di bagian sungai rawan banjir.
12
d. Jika air terus meninggi, hubungi instansi terkait.
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jenis-jenis banjir yang ada saat ini menurut beberapa ahli mungkin dapat terjadi
perbedaan dalam menggolongkannya. Akan tetapi, secara garis besarnya jenis banjir
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni: Banjir Kilat, Banjir Luapan Sungai, dan Banjir
Pantai. Ketiga jenis banjir tersebut dapat mewakili beberapa jenis banjir yang lain,
seperti: Banjir Bandang dan Banjir Lahar Merapi yang dapat dikategorikan sebagai
jenis banjir kilat. Karena terjadinya dapat sangat cepat sekali.
Penanggulangan banjir dapat dibagi kedalam tiga tahapan utama, yakni: Pencegahan
(prevention) sebelum banjir, Penanganan (response) ketika banjir melanda, dan
Pemulihan (recovery) setelah banjir. Hal-hal ini wajib dilaksanakan agar masyarakat
mampu menghadapi keadaan yang ada ketika bencana banjir melanda
Mitigasi yang harus dilaksanakan ketika banjir melanda dapat dilakukan dengan
beberapa cara yang mudah, seperti: memutus setiap aliran listrik, menyelamatkan
barang berharga, dan segera melakukan pengungsian ketika sudah terlihat ada potensi
terjadi banjir. Hal tersebut harus dilaksanakan agar meminimalisir jatuhnya korban jiwa
yang berjatuhan dan kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana banjir.
14
DAFTAR PUSTAKA
15