Anda di halaman 1dari 29

KEDARURATAN PSIKIATRI

PENATALAKSANAAN SEGERA

Ns. Siti Kholifah, M.Kep


GANGGUAN PIKIRAN, PERASAAN,
PERILAKU

PENATALAKSANAAN SEGERA
EVALUASI

UGD UMUM UGD PSIKIATRI

KEAMANAN KENYAMANAN
SETTING PENATALAKSANAAN

KEKERASAN DI RUANG GAWAT DARURAT


BUKAN MERUPAKAN HAL YANG DIBENARKAN

kedaruratan psikiatri di Indonesia sering disebut


dengan unit perawatan intensif psikiatri (UPIP)
atau psychiatric intensive care unit (PICU).
SETTING PENATALAKSANAANNYA

• Keamanan harus dipersiapkan oleh staf medis, bukan oleh tenaga keamanan
• Apabila perlu, pasien gaduh gelisah dan menunjukan perilaku kekerasan harus diperlakukan
seperti pasien yang tidak gaduh gelisah
• Staf medik di ruang gawat darurat harus memahami bahwa pasien sedang berada dalam
keadaan disstres secara fisik maupun emosional dan mempunyai harapan fantasi yang
bermacam-macam yang seringkali tidak realistis  mempengaruhi penatalaksanaan
• Contoh :
 Pasien terganggu  tidak memahami bahwa staf medik di IGD mempunyai tujuan untuk
membantu
 Pasien mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan selama perawatan
sebelumnya  perilaku kekerasan kepada staf medik di IGD
 Pasien  tidak menyadari bahwa dirinya sakit
Evaluasi

Tujuan utama  penilaian apakah pasien berada dalam keadaan krisis.


o Membuat diagnosis awal
o Mengidentifikasi faktor presipitasi dan kebutuhan yang diperlukan segera
o Memberikan terapi atau merujuk pasien ke tempatpelayanan yang sesuai untuk pasien
Kondisi pasien kadang –kadang sulit diperkirakan  harus selalu siap dengan
penataksanaan segera.
TRIAGE

Tim triage  psikiater/perawat, perawat dan pekerja sosial psikiatrik


Identifikasi 
 Kondisi gawat darurat,
 Pasien yang memerlukan penangan segera,
 Pasien yang tidak memerlukan penanganan segera,
 Menentukan yang mana yang bukan prioritas
Strategi umum dalam
mengevaluasi pasien
Perlindungan Diri
01
 Mengetahui sebanyak
mungkin informasi tentang
keadaan pasien sebelum
bertemu
 Menyiapkan tim yang terlatih
untuk melakukan peningkatan
(fiksasi)
 Waspada terhadap resiko
kekerasan yang mungkin
dilakukan pasien
Perlindungan Diri

 Usahakan tidak ada penghalang ke


01 tempat yang aman (mis. Akses ke pintu)
 Dalam melakukan pemeriksaan
sebaiknya tidak sendiri.
 Usahakan selalu ada orang di sekitar
pemeriksa
 Usahakan untuk membina rapport
dengan pasien (mis. Jangan
mengkonfrontasi atau menakut-nakuti
pasien psikosis paranoid)
Strategi umum dalam
mengevaluasi pasien
Pencegahan terhadap
02 Bahaya

 cegah perilaku melukai diri


sendiri dan bunuh diri
 cegah kekerasan terhadap
orang lain.
 Selama penilaian, lakukan
penilaian cepat apakah
pasien menunjukan
kecenderungan untuk
melukai orang lain
Pencegahan terhadap Bahaya

 Jika ditemukan resiko perilaku


02 kekerasan, pertimbangkan
pilihan – pilihan berikut:
 Informasikan kepada
pasien bahwa perilaku
kekerasan merupakan hal
yang tidak dapat
dibenarkan (tidak
diperbolehkan)
 Lakukan pendekatan
kepada pasien dengan
cara yang tidak
menakutkan.
Pencegahan terhadap Bahaya

 Tenangkan pasien dan bantu


02 pasien untuk memahami
keadaan dirinya
 Siapkan medikasi
 Informasikan kepada pasien
bahwa kemungkinan akan
dilakukan fiksasi atau isolasi
jika diperlukan
 Siapkan tim yang terlatih untuk
melakukan fiksasi
Pencegahan terhadap Bahaya

 Jika pasien difiksasi, selalu lakukan


02 observasi ketat, dan lakukan
pemeriksaan tanda – tanda vital
sesering mungkin.
tempatkan pasien yang difiksasi di
tempat yang tenang dan tidak ada
gangguan
 Segera lakukan tindakan selanjutnya :
medikasi, menenangkan pasien dan
evaluasi medik
Penilaian awal Apakah pasien aman berada
di ruang gawat darurat ?

A. Apakah pasien mengalami masalah organik, fungsional atau gabungan keduanya ?


B. Apakah pasien mengalami gangguan psikotik ?
C. Apakah pasien menunjukan perilaku kekerasan/bunuh diri ?
D. Bagaimana kemampuan pasien untuk merawat diri?
Gaduh gelisah dan tindakan
kekerasan
Definisi
Gaduh gelisah atau agitasi = peningkatan aktivitas mental dan motorik
seseorang  sukar dikendalikan.
Tindak kekerasan = agresi fisik terhadap prang lain berat (pembunuhan.
Tindak kekerasan terhadap diri sendiri + mutilasi  berat (bunuh diri)

Dapat terjadi pada : orang dengan latar belakang gangguan jiwa atau tidak
ada gangguan jiwa manakala orang itu mengalami stres berat.
GMO : Delirium, Intoksikasi/Putus Zat, Gangguan Metabolik, Infeksi

Psikotik fungsional : skizofrenia paranoid/katatonik, gangguan afektif berat (depresi/mania)


gangguan paranoid, psikotik akut, post partum dll.

Problem situasional : perselisihan keluarga, panik homoseksual dll.

Gaduh gelisah : ledakan agresi verbal dan psikomotor  segera diatasi  kelelahan fisik

Tindak kekerasan perlu diwaspadai tindak pembunuhan dan bunuh diri

Ciri pasien tindak kekerasan, sering mengeluarkan kata ancaman, dengan intoksikasi alkohol /
zat psikoaktif, dengan waham curiga

Kondisi medis  DM, penyakit tiroid, intoksikasi akut, kondisi putuszat, AIDS, trauma kepala 
dapat menunjukan gejala perubahan status mental yang menyerupai gangguan jiwa

Penatalaksanaan kondisi medis yang sesuai  prognosis lebih baik dibandingkan dengan
gangguan psikiatrik fungsional
Medis atau psikiatrik?
 Penting
 menentukan
 Keduanya
Gambaran yang menunjukan
penyebab medik dari gangguan jiwa
 Onset yang akut (selama beberapa jam atau menit)

 Episode pertama

 Usia lanjut

 Adanya penyakit medis atau trauma

 Adanya penyalahgunaan zat yang bermakna

 Halusinasi selain halusinasi auditorik


DELIRIUM

GEJALA DAN TANDA :


 Gangguan atau penurunan kesadaran (berkabut spi koma ) disertai gejala berkurangnya
kemampuan memusatkan mempertahankan dan mengalihkan perhatian
 Gangguan daya kognitif (memori), orientasi
 Terbukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, lab disebabkan gangguan fisik
Psikosis
(psikosis akut, skizofrenia bipolar dengan ciri psikotik)
Gaduh gelisah, karena :
• Halusinasi
• Waham
• Peningkatan mood
• Depresi agitatif
Psikosis
(psikosis akut, skizofrenia bipolar dengan ciri psikotik)
Pasien yang paranoid dan gelisah  mempersepsikan bantuan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sebagai
serangan terhadap dia sehingga dia melakukan tindakan pembelaan diri

Halusinasi auditorik commanding  mengingkari gejalanya dan menolak minum obat

Petugas harus memahami masalah – masalah terbut dan melakukan pendekatan yang tidak membuat pasien
merasa terancam

Psikosis Komunikasi kepada pasien  langsung

Semua intervensi yang akan dilakukan  dijelaskan kepada pasien dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Petugas tidak boleh berasumsi bahwa pasien mempercayainya atau ingin mmendapatkan pertolongan tenaga
kesehatan.

Wawancara  singkat dan terstruktur  mencegah potensi gaduh gelisah dan perilaku kekerasan.
Pasien depresi dan potensial bunuh diri
 Tanya  ide – ide bunuh diri sebagai bagian dari setiap pemeriksaan status mental, khususnya
pada pasien depresi

 Pertanyaan harus ditanyakan secara langsung

 8 dari 10 pasien yang mempunyai keinginan untuk bunuh diri memberikan tanda – tanda
sebelumnya.

 Riwayat, tanda dan gejala resiko bunuh diri


 Adanya usaha bunuh diri sebelumnya atau membayangkan bunuh diri
 Kecemasan, depresi, kelelahan
 Adanya kesempatan untuk melakukan bunuh diri
 Perhatian akan efek bunuh diri pada anggota kelompok.
 Pasien yang tampak sangat tenang setelah mengalami kegelisahan (depresi dengan agitasi)
 Adanya krisis kehidupan
 Riwayat bunuh diri dalam keluarga
 Adanya pesimisme yang berat atau perasaan putus asa
Perkosaan dan pelecehan seksual
 Perilaku pemaksaan untuk melakukan hubungan seksual pada korban yang tidak menginginkan
 Merupakan keadaan gawat darurat psikiatri yang memerlukan penangan segera dan tepat
 Korbal perkosaan dapat menderita gejala sisa yang menetap seumur hidup.

 Pengalaman yang menakutkan


o Ketakutasn terhadap kekerasan fisik
o Sebagian besar pemerkosa adalah laki – laki
o Hampir semua korban adalah wanita
o Wanita usia 16-24 tahun  resiko tertinggi
o Lebih dari sepertiga pemerkosa mengenal korbannya,7% mempunyai hubungan dekat
o Seperlima dari pemerkosa melakukan perkosaan secara berkelompok (geng pemerkosa)
Perkosaan dan pelecehan seksual
 Reaksi yang biasa terjadi pada korban :
 Malu, rendah diri
 Cemas
 Kebingungan,Perasaan hina
 Sebagian korban membayangkan bahwa merekalah penyebab terjadinya pemerkosaan tersebut
 Klinis
 Menenangkan,
 Memberikan dukungan,
 Tidak menghakimi,
 Memberikan informasi kepada pasien tentang pelayanan medis dan hukum dan pusat krisis yang
memberikan bantuan kepada mereka
 Pemeriksaan  petugas perempuan > mudah
Pemeriksaan/penilaian  di ruang tersendiri
 Perkosaan  tidak diceritakan secara terbuka
 Jika pasien tampak cemas saat ditanya mengenai masalah tersebut dan menghindar untuk
membicarakannya  pahami.
Penatalaksanaan
kegawatdaruratan
 Farmakoterapi
 Indikasi utama penggunaan obat psikotropik di
ruang gawat darurat
 Perilaku kekerasan
 Kecemasan yang massif dan panik
 Reaksi ekstrapiramidal, seperti distonia dan
akatisia karena efek samping obat psikiatri
PENATALAKSANAAN
KEGAWATDARURATAN

o Rapid tranqualization  injeksi haloperidol (bisa + diazepam)


o Perilaku kekerasan berespon baik dengan haloperidol, karbamazepin dan lithium
o Kejang  pemeriksaan akan kemungkinan penyebabnya
o Intoksikasi zat psikoaktif dapat diberikan injeksi haloperidol
o Selama pemberian obat tahap awal, harus selalu dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan
tanda – tanda vital lain.
o Pengikatan (fiksasi)Pasien sangat berbahaya terhadap dirinya atau orang lain karena mereka
melakukan ancaman yang serius (berat) dan tidak bisa dikontrol dengan cara lain
PENGGUNAAN FIKSASI

 Penggunaan fiksasi Pengikatan sebaiknya dilakukan oleh 4-5 orang


 Gunakan fiksasi yang aman dan tidak melukai pasien,
 Berikan penjelasan kepada pasien tentang alasan dilakukan fiksasi terhadap pasien
 Petugas harus selalu mengawasi dan menenangkan pasien yang sedang difiksasi
 Menenangkan pasien dapat membantu mengurangi ketakutan pasien akan perasaan tidak ada
bantuan, ketidak mampuan dan hilangnya kontrol.

 Walaupun sedang dalam keadaan fiksasi, pengobatan harus tetap diberikan, bisa dalam bentuk
cair.
Setelah perilaku pasien terkontrol, salah satu ikatan dilepaskan pada setiap 5 menit sampai hanya 2
ekstremitas yang difiksasi. Kedua fiksasi yang tersisa harus dilepaskan pada saat bersamaan, karena
tidak disarankan melakukan fiksasi hanya pada 1 ekstremitas
Kesimpulan

 Kedaruratan pasikiatri : harus ditangani dengan cepat, tepat

 Utamakan keselamatan dan keamanan diri

 Petugas harus melakukan pendektan dengan cara yang tidak menakutkan dan tidak mengancam

 Harus selalu memberikan informasi kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

 Dengan pendekatan yang tepat  penanganan tepat  prognosisi lebih baik bagi pasien.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai