Anda di halaman 1dari 5

1

PENDAHULUAN
1

Latar Belakang
Siswa SMP/MTS, SMA/MAN dan SMK sesuai dengan usia perkembangannya berada
pada masa remaja. Pada masa ini, ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap
teman sebaya menjadi sangat kuat. Hal ini antara lain karena remaja merasa bahwa
orang dewasa tidak dapat memahami mereka. Keadaan ini sering menjadikan remaja
sebagai suatu kelompok yang eksklusif karena hanya sesama merekalah dapat saling
memahami. Sebagian (besar) siswa lebih sering membicarakan masalah-masalah serius
mereka dengan teman sebaya, dibandingkan dengan orang tua dan guru pembimbing.
Untuk masalah yang sangat serius pun (misalnya, hubungan seksual dan kehamilan di
luar nikah, dan keinginan melakukan aborsi) mereka bicarakan dengan teman, bukan
dengan orang tua atau guru mereka. Kalaupun terdapat beberapa siswa yang akhirnya
menceritakan kehamilan atau hubungan seksual mereka kepada orang tua atau guru
pembimbing, biasanya karena sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya pemecahan
masalah bersama teman sebaya mengalami jalan buntu). Remaja juga membutuhkan
afeksi dari remaja lainnya, dan membutuhkan kontak fisik yang penuh rasa hormat.
Remaja juga membutuhkan perhatian dan rasa nyaman ketika mereka menghadapi
masalah, butuh orang yang mau mendengarkan dengan penuh simpati, serius, dan
memberikan kesempatan untuk berbagi kesulitan dan perasaan seperti rasa marah,
takut, cemas, dan keraguan (Cowie and Wallace, 2000).
Kelompok teman sebaya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi
remaja, kelompok sebaya banyak memberikan informasi tentang dunia di luar keluarga.
Dengan bergaul bersama kelompok sebaya, remaja belajar untuk menerima umpan
balik tentang kemampuan mereka, belajar tentang prinsip-prinsip keadilan, mengamati
minat teman-teman sebayanya dan memahami hubungan yang erat dengan temanteman tertentu. Lebih lanjut Santrock menyebutkan bahwa penolakan dari teman sebaya
dapat menimbulkan perasaan kesepian dan dimusuhi, sehingga dapat mempengaruhi
kesehatan mental dan menimbulkan masalah kriminal. Teman sebaya juga dapat
mengenalkan kepada alkohol, kenakalan, dan perilaku abnormal. Dengan demikian,
teman sebaya, memang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan remaja,
sehingga remaja selalu berusaha untuk tetap diterima dan berada diantara kelompok
sebaya (Santrock, 2003).

Konformitas terhadap pengaruh teman sebaya dapat berdampak positif dan negatif.
Beberapa tingkah laku konformitas negatif antara lain menggunakan kata-kata jorok,
mencuri, tindakan perusakan (vandalize), serta mempermainkan orang tua dan guru.
Namun demikian, tidak semua konformitas terhadap kelompok sebaya berisi tingkah
laku negatif. Konformitas terhadap teman sebaya mengandung keinginan untuk terlibat
dalam dunia kelompok sebaya seperti berpakaian sama dengan teman, dan
menghabiskan sebagian waktunya bersama anggota kelompok. Tingkah laku
konformitas yang positif terhadap teman sebaya antara lain bersama-sama teman
sebaya mengumpulkan dana untuk kepentingan kemanusiaan (Santrock, 2004). Teman
sebaya juga memiliki peran yang sangat penting bagi pencegahan penyalahgunaan
Napza dikalangan remaja. Hubungan yang positif antara remaja dengan orang tua dan
juga dengan teman sebayanya merupakan hal yang sangat penting dalam mengurangi
penyalahgunaan Napza (Santrock, 2004).
Penelitian yang dilakukan Buhrmester (Santrock, 2004) menunjukkan bahwa pada
masa remaja kedekatan hubungan dengan teman sebaya meningkat secara drastis, dan
pada saat yang bersamaan kedekatan hubungan remaja dengan orang tua menurun
secara drastis. Hasil penelitian Buhrmester dikuatkan oleh temuan Nickerson & Nagle
(2005) bahwa pada masa remaja komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua
berkurang, dan beralih kepada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan
kelekatan (attachment). Penelitian lain menemukan remaja yang memiliki hubungan
dekat dan berinteraksi dengan pemuda yang lebih tua akan terdorong untuk terlibat
dalam kekerasan, termasuk juga melakukan hubungan seksual secara dini (Santrock,
2004). Sementara itu, remaja alkoholik tidak memiliki hubungan yang baik dengan
teman sebayanya dan memiliki kesulitan dalam membangun kepercayaan pada orang
lain (Muro & Kottman, 1995).

WHO menyebutkan kekerasan terhadap anak merupakan masalah kesehatan global


dengan tingkat epidemi.melalui penggunaan data tingkat negara yang terbatas sifatnya,
hampir 53.000 anak di dunia pada tahun 2002 karena pembunuhan. Laporan mengenai
berbagai negara-negara berkembang, the global school-based health survey baru-baru
ini menemukan bahwa 65% anak-anak usia sekolah telah melaporkan telah di takut-

takuti secara verbal atau secara fisik dilingkungan sekolahnya sendiri (World Health
Organization,2004).
Berdasarkan data yang didapatkan diatas peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
teman sebaya terhadap perilaku kekerasan remaja di SMA Banjarmasin Tahun 2016.
2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dinyatakan pengaruh teman sebaya
meningkat secara drastis dapat menimbulkan kekerasan pada remaja seperti melakukan
hubungan, aborsi, alkohol dan kata-kata jorok, mencuri, tindakan perusakan
(vandalize), tindakan kriminal, penyalahgunaan napza.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui pengaruh teman sebaya terhadap perilaku kekerasan
remaja di SMA Banjarmasin Tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Identifikasi perilaku kekerasan remaja di SMA Banjarmasin tahun
2016.
1.3.2.2 Identifikasi teman sebaya di SMA Banjarmasin Tahun 2016.
1.3.2.3 Menganalisa pengaruh teman sebaya terhadap perilaku kekerasan
remaja di SMA Banjarmasin Tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa UNISKA Fakultas kesehatan masyarakat, penelitian
ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan tentang
pengaruh teman sebaya dengan perilaku kekerasan remaja.
1.4.2 Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai dasar dari
penelitian selanjutnya, khususnya penelitian perilaku kekerasan pada remaja.
1.4.3 Responden
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi siswa bahwa teman
sebaya dapat mempengaruhi Perilaku kekerasan.

1.5

Penelitian Terkait
Sepengetahuan penulis, belum pernah dilakukannya penelitian yang seperti yang
dilakukan penulis saat ini, ada beberapa penelitian yang mirip yang akan diteliti
selanjutnya, yaitu sebagai berkut:
1.5.1 Rabiyatul Fauziah (2013) dengan judul pengaruh menonton tayangan
kriminalitas dan kekerasan ditelevisi terhadap perilaku kekerasan terhadap anak
usia 9-10 tahun di SDN-1 Samba Bakumpai Kecamatan Katingan Tengah
2013. Perbedaannya pada variabel bebas yaitu pengaruh menonton tayangan
kriminalitas dan kekerasan ditelevisi dan variabel terikatnya perilaku kekerasan
terhadap anak. Kemudian desain penelitian yang digunakan adalah case control.
Penelitian ini dianalisis menggunakan statistik regression leniear dengan a <
0,05. hasil dari penelitian menunujukan sebagian besar kebiasaan menonton
pada kelompok case adalah dengan perilaku kekerasan adah 14 orang (38,9%),
sedangkan pada kelompok control kebasaan menonton televisi yang jarang
dengan tidak berperilaku kekerasan adalah (41,7%). Ada makna secara
signifikan antara menonton tayangan kriminalitas dan kekerasan

terhadap

perilaku kekerasan anak diamana (0,001 < 0,05) dengan besarnya pengaruh
dapat dlihat R Squer = 29,3%. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan
dengan Rabiyatul Fauziah adalah : variabel bebas, penelitian ini variabel
bebasnya pengaruh menonton tayangan kriminalitas dan kekerasan ditelevisi,
variabel terikat perilaku kekerasan terhadap anak. selain itu penelitian penelitian
berbeda tempat dan waktu, dimana penelitian yang akan peneliti lakukan
bertempat di SMA Banjarmasin Kalimantan Selatan Tahun 2016. sedangkan
peneliti dari Rabiyatul Fauziah di SDN 1 Samba Bakumpai Kecamatan
Katingan Tengah 2013.
1.5.2 Ria Purnawati (2011) dengan judul Hubungan Media televisi Tayangan
Kekerasan dengan Pembentukan Perilaku Agresif Anak di TK Mawaddah
Cempaka IV Banjaramsin. Hasil penelitian dari 130 responden dari Hubungan
Media Televisi Tayangan Kekerasan dengan Pembentukan Perilaku Agresif
Anak terdapat nilai = 0,001 < 0,05 yang menunujukan bahwa ada Hubungan
Media Televisi Tentang Tayangan Kekerasan denga Pembentukan Perilaku

Agresif dengan kekuatan hubungan sedang. Perbedaanya terdapat pada varibel


bebas dimana peneliti akan meneliti tentang Pengaruh Teman Sebaya dan
variabel terikat Perilaku Kekerasan Remaja sedangkan Ria Purnawati variabel
bebas Hubungan Media Televisi Tayangan Kekerasan dan variabel terikatnya
Pembentukan Perilaku Agresif Anak. Kemudian juga terletak pada waktu dan
tempat penelitian, dimana peneliti akan meneliti di SMA Banjarmasin,
sedangkan penelitian Ria Purnawati di TK Mawaddah Cempaka

IV

Banjarmasin, waktu penelitian juga berbeda dimana peneliti akan meneliti akan
meneliti di Tahun 2016 sedangkan Ria Purnawati penelitian di Tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai