Anda di halaman 1dari 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Seks Pranikah Pada Remaja Putri Di SMAN 1

Pagai Utara Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai

Romauli Hasibuan1, Yulia Irvani Dewi2, Nurul Huda3

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau1


Departemen Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau2

Departemen Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau3

Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

Abstract
This aimsof this research is to determine the factors that influence of the incidence of premarital sex
among female adolescents. Methodology on this research was a descriptive correlative with cross
sectional approach. The sample in this research are 118female adolescents in Senior High School 1
South North Pagai Mentawai Islands with stratified sampling technique.Measuring instrumentwas useda
questionnaire. The analysis was usedunivariateandbivariateanalysisbyChi-squared test.The results
showedthat effect ofpressurefromfriendswith p-value0.025andpovertyinfluence onpremaritalsexwith
ap-value<0.05, namely 0.002, while the influenceof pressurefromboyfriends, parental attitudes,
shiftingcultural, moralandethicalas well asknowledgehas no effect onpremaritalsex. This
studysuggeststo theSenior High School 1 SouthNorthPagaiMentawai
islandstogiveeducationandinformationonreproductivehealthandsexualityeducation. so expecta
teenagerto knowthe effectsof premarital sexandraise awareness of theinfluence offree associationin
public life.

Keywords : Incidence of premarital sex, adolescents


References: 59 (2004-2013)

PENDAHULUAN bahwa perubahan ini juga akan berdampak pada


Masa remaja (Adolescence) sebagai perilaku remaja tersebut.
periode transisi perkembangan antara masa Remaja sangat peka terhadap pengaruh
kanak-kanak dengan masa dewasa, yang nilai baru, terutama bagi mereka yang tidak
melibatkan perubahan-perubahan biologis, punya pertahanan diri yang baik. Remaja
kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). cenderung lebih mudah melakukan penyesuaian
Perubahan-perubahan tersebut akan berdampak dengan arus globalisasi dan arus informasi yang
pada berbagai aspek kehidupan remaja, seperti bebas.Masa remaja adalah masa yang penuh
aspek fisik, psikologis dan sosial.Perubahan gejolak, masa yang penuh dengan berbagai
fisik yang dialami remaja berhubungan dengan pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal
produksi hormon seksual dalam tubuh yang untuk mengisi kehidupan mereka. Pada masa
mengakibatkan timbulnya dorongan emosi dan remaja cenderung terjadi perubahan perilaku
seksual. Hal ini menjadi titik rawan karena menyimpang karena adaptasi terhadap nilai-
remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu dan nilai yang datang dari luar sehingga jauh dari
mempunyai kecenderungan mencoba hal–hal norma-norma susila yang dianut masyarakat
baru (Heriana, dkk, 2008). Heriana mengatakan pada umumnya, seperti pergaulan seks bebas
708
yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak besar lainnya seperti Batam, Jakarta, Bandung,
dikehendaki (Aisyaroh, 2009). Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram dan
Perubahan ini mengakibatkan terjadinya Manado. Data secara nasional ditemukan
perubahan norma-norma, nilai-nilai dan gaya bahwa terdapat kasus aborsi sebanyak 2,5 juta
hidup mereka. Kesehatan remaja sebagian besar pertahun. Usia pelaku yang melakukan aborsi
ditentukan oleh perilaku mereka. Hal terpenting yakni usia 30 tahun sebesar 58%, 20-30 tahun
dan kompleks menyangkut perilaku kesehatan sebesar 39% dan usia dibawah 20 tahun sebesar
remaja adalah masalah seksual 3%.
(Suryoputro,dkk, 2006). Kegiatan seksual yang Tingginya kejadian hubungan seks
tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pranikah pada remaja menurut berbagai
pada tantangan risiko terhadap berbagai penelitian ada bermacam-macam faktor.Faktor-
masalah kesehatan reproduksi. Hasil penelitian faktor yang mempengaruhi remaja melakukan
yang dilakukan oleh Planned Parenthood hubungan seksual pranikah menurut Aryani
Federation of America Inc (2010) terhadap (2010) yaitu: adanya dorongan biologis,
1038 remaja berumur 13-17 tahun tentang pemberian fasilitas (termasuk uang) pada
hubungan seksual menunjukkan 16% remaja remaja secara berlebihan, pergeseran nilai-nilai
menyatakan setuju dengan hubungan seksual, moral dan etika di masyarakat, serta kemiskinan
43% menyatakan tidak setuju dengan hubungan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja
seksual, dan 41% menyatakan boleh-boleh saja khususnya wanita untuk melakukan hubungan
melakukan hubungan seksual. seks pranikah.Menurut Santrock dalam
Menurut data Riset Kesehatan Dasar Sarwono (2011), alasan-alasan mengapa remaja
tahun 2013, sebanyak 2,6% usia perkawinan berhubungan seks antara lain: dipaksa, merasa
pertama berada pada kelompok usia kurang sudah siap, butuh dicintai, dan takut diejek
dari15tahun, 23,9% berada pada kelompok usia teman karena masih gadis atau perjaka.
15-19 tahun. Kehamilan pada umur kurang 15 Menurut Seotjiningsih (2006) menunjukkan
tahun sebanyak 0,02% dan kehamilan pada bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1.97%. perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan
Jumlah remaja umur 10-24 tahun di Indonesia orangtua – remaja yang buruk, tekanan negatif
sekitar 64 juta atau 28,64% dari jumlah teman sebaya, pemahaman tingkat agama
penduduk. Sekitar 1 juta remaja pria (5%) dan (religiusitas), dan terpapar media pornografi.
200 ribu remaja wanita (1%) menyatakan Proses perkembangan pola tingkah laku remaja
secara terbuka bahwa mereka pernah secara tidak langsung berhubungan dengan
melakukan hubungan seksual (Sarwono, 2011). peran orangtua dalam memberikan dasar
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku seks pendidikan agama, budi pekerti/sopan santun,
beresiko terjadi pada usia remaja. kasih sayang, rasa aman dan membiasakan
Berdasarkan hasil survei Komnas remaja selalu mematuhi peraturan yang ada di
anak bekerja sama dengan Lembaga lingkungannya (Hurlock, 2007).
Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada Pada saat ini remaja mempunyai
tahun 2007 terungkap sebanyak 93,7% siswa pemahaman yang keliru mengenai seksualitas
SMP dan SMU yang disurvei mengaku pernah sehingga menjadikan mereka mencoba untuk
melakukan ciuman, petting, dan oral seks. bereksperimen mengenai masalah seks tanpa
Sebanyak 62,7% anak SMP yang diteliti menyadari bahaya yang timbul dari
mengaku sudah tidak perawan, serta 21,2% perbuatannya, dan ketika permasalahan yang
remaja SMA yang disurvei mengaku pernah ditimbulkan oleh perilaku seksnya mulai
melakukan aborsi (Eman, 2008). Menurut bermunculan, remaja takut untuk mengutarakan
survei lain yang dilakukan Yayasan Kesehatan permasalahan tersebut kepada orang tua.
Perempuan (2010) menemukan sebanyak 1.446 Remaja lebih senang menyimpan dan memilih
kasus aborsi di Kota Medan dan delapan kota jalannya sendiri tanpa berani mengungkapkan
709
kepada orang tua. Hal ini disebabkan karena memasuki kehidupan seksual yang sebenarnya
ketertutupan orang tua terhadap anak terutama dengan pasangannya (Amrillah, 2008).
masalah seks yang dianggap tabu untuk Sebaiknya pendidikan seks didapatkan dari
dibicarakan serta kurang terbukanya anak orangtua, sehingga remaja tidak
terhadap orang tua karena anak merasa takut mendapatkannya dari pendapat atau khayalan
untuk bertanya (Amrillah, 2008). sendiri, teman, buku-buku, ataupun film-film
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pagai porno yang kini dijual bebas.
Utara Selatan (SMAN 1 P.U.S) Kabupaten Berdasarkan fenomena diatas maka
Kepulauan Mentawai merupakan salah satu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini
sekolah menengah di kepulauan Mentawai yang dengan judul: “Faktor-faktor yang
merupakan satu-satunya sekolah rujukan dari mempengaruhi kejadian seks pra nikah pada
pulau-pulau kecil dikecamatan Sikakap. Di remaja putri di SMAN 1 Pagai Utara Selatan
sekitar SMA banyak terdapat rumah kontrakan Kabupaten Kepulauan Mentawai”.
atau rumah kos baik rumah kos tanpa induk
semang maupun rumah kos dengan induk METODOLOGI PENELITIAN
semang. Selain itu banyak terdapat kafe-kafe Penelitian ini menggunakan metode
yang sering dijadikan tempat berkumpul para deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
remaja sambil makan dan minum dilengkapi sectional (Nursalam, 2008). Penelitian
fasilitas karoke yang dibuka sampailarut dilaksanakan di SMAN 1 Pagai Utara Selatan
malam. Kabupaten Kepulauan Mentawai, penelitian
Dari observasi dan wawancara dilaksanakan dari bulan Agustus 2014 hingga
peneliti pada bulan Juli 2014 kepada Kepala Januari 2015.
Sekolah, Guru BP, SMAN 1 Pagai Utara Analisa data yang digunakan yaitu
Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, analisa univariat dan analisa bivariat
didapat bahwa di sekolah tersebut kasus menggunakan uji chi-squaredengan tingkat
kehamilan diluar nikah selalu terjadi setiap kemaknaan (α = 0.05) (Hastono, 2007).
tahun dan telah diberi sanksi seperti HASIL PENELITIAN
dikeluarkan dari sekolah. Kepala Sekolah Berdasarkan penelitian didapatkan hasil
mengatakan kemungkinan kejadian kasus sebagai berikut:
kehamilan diluar nikah disebabkan oleh Tabel 1
kurangnya pengawasan orang tua, lingkungan, Distribusi frekuensi responden berdasarkan
budaya dan kemiskinan. Kepala Sekolah karakteristikremaja
berharap ada pendidikan kesehatan tentang
perilaku seks yang sehat terhadap remaja.
Pola asuh orang tua juga memiliki
pengaruh penting terhadap perilaku seksual
remaja, terutama berkaitan dengan perilaku
seksual pranikah. Pola asuh yang cenderung
lebih longgar dapat memberikan kesempatan
bagi remaja untuk secara bebas menyalurkan
dorongan seksualnya, sehingga pada akhirnya Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 118
remaja melakukan hubungan seksual pranikah. responden yang diteliti, mayoritas responden
Remaja akan cenderung terjerumus kedalam berada pada umur 15-17 tahun dengan jumlah
perilaku seksual pranikah manakala adanya 87 orang (67.8%). Berdasarkan kelas responden
pengawasan yang kurang dari orang tua. diketahui remaja putri terbanyak berada di kelas
Ketidak jelasan pendidikan seks dari orangtua X dengan jumlah 44 orang (37.7%).
akan menimbulkan berbagai masalah yang Berdasarkan umur pertama kali melakukan
mengacu pada gangguan seksual ketika hubungan seksual, responden paling banyak
710
melakukan hubungan seksual pada umur 15-17 pengaruh positif dari tekanan dari teman
tahun dengan jumlah 53 orang (44.9%). terhadap seks pranikah yakni sebanyak 61
Tabel 2 responden (51.7%), 70 orang (59.3%)
Distribusi frekuensi responden berdasarkan responden mendapat tekanan positif dari pacar
perilaku seksual responden positif terhadap seks pranikah, 60 orang
(50.8%) responden mendapat sikap yang baik
orang tua tehadap seks pranikah, 66 orang
(55.9%) mendapat pengaruh positif dari
pergeseran nilai, moral dan etika terhadap
seks pranikah, 82 orang (69.5%) responden
mendapat pengaruh positif dari kemiskinan
terhadap seks pranikah, dan 105 responden
(89.0%) memiliki pengetahuan yang rendah
tentang seks pranikah.

Tabel 4
Berdasarkan tabel 2 diatas, diketahui Pengaruh Tekanan dari Teman terhadap
dari 118 responden terdapat 88 orang (74.6%) Kejadian Seks Pranikah
responden pernah berpegangan tangan, 90
orang (76.3%) pernah berciuman, 78 orang
(66.1%) pernah berpelukan, 18 orang (15.3%)
responden pernah melakukan oral seks, 57
orang (48.35%) pernah memegang/meraba
bagian sensitive, 27 orang (22.9%) pernah
melakukan hubungan intim, dan sebanyak 95 Hasil analisa didapatkan bahwa remaja
orang (81.9%) responden pernah melakukan putri yang mendapat tekanan negatif dari
perilaku seksual. teman pernah melakukan seks pranikah
Tabel 3 sebanyak 51 orang (91.1%), sedangkan
Distribusi frekuensi berdasarkan pengaruh responden yang mendapat tekanan negatif dari
tekanan dari teman, tekanan dari pacar, sikap teman tidak pernah melakukan seks pranikah
orang tua, pergeseran nilai, moran dan etika, ada 5 orang (8.9%). Berdasarkan hasil uji
kemiskinan dan pengetahuan terhadap seks statistik didapatkan p-value = 0.025< (0.05),
pranikah maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
tekanan dari teman terhadap kejadian seks
pranikah. Hasil analisis lanjut menunjukkan
remaja putri yang mendapat tekanan positif
dari teman berpeluang sebanyak 0.270 kali
untuk melakukan seks pranikah daripada
remaja putri yang mendapat tekanan negatif
dari temannya (OR: 0.270;0.091; 0.796).
Tabel 5
Pengaruh Tekanan dari Pacar terhadap
Kejadian Seks Pranikah

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa


dari 118 orang responden yang
diteliti,sebagian besar respondenmendapat
711
sedangkanpergeseran nilai, moral dan etika
yang positif ada sebanyak 9 orang (14.1%)
tidak pernah melakukan seks pranikah.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-
value = 0.312> (0.05), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh
Hasil analisa didapatkan bahwa remaja pergeseran nilai, moral dan etika terhadap
putri yang mendapat tekanan positif dari kejadian seks pranikah.
pacarpernah melakukan seks pranikah
sebanyak 58 orang (84.1%), sedangkan remaja
putri yang mendapat tekanan positif dari pacar
yang tidak pernah melakukan seks pranikah
ada 11 orang (15.9%). Berdasarkan hasil uji Tabel 8
statistik didapatkan p-value = 0.626> (0.05), Pengaruh kemiskinan terhadap Kejadian
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada Seks Pranikah
pengaruh tekanan dari pacar terhadap kejadian
seks pranikah.
Tabel 6
Pengaruh Sikap Orang Tua terhadap
Kejadian Seks Pranikah

Hasil analisa didapatkan bahwa


kemiskinan berpengaruh positif bagi remaja
putri yang pernah melakukan seks pranikah
Hasil analisa didapatkan bahwa sikap sebanyak 60 orang (74.1%),
orang tua yangbaik terhadap remaja putri, sedangkankemiskinan yang berpengaruh
sebanyak 49 orang (84.5%) pernah positif pada remaja putri sebanyak 21 orang
melakukan seks pranikah, sedangkansikap (25.9%) tidak pernah melakukan seks
orang tua yang baik terhadap remaja putri pranikah. Berdasarkan hasil uji statistik
sebanyak ada 9 orang (15.5%) tidak pernah didapatkan p-value = 0.002< (0.05), maka
melakukan seks pranikah. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
uji statistik didapatkan p-value = 0.630> kemiskinan terhadap kejadian seks pranikah.
(0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak Hasil analisis lanjut menunjukkan remaja putri
ada pengaruh sikap orang tua terhadap yang mendapat pengaruh positif dari
kejadian seks pranikah. kemiskinan berpeluang sebanyak 1.138 kali
Tabel 7 untuk melakukan seks pranikah daripada
Pengaruh Pergeseran Nilai, Moral dan Etika remaja putri yang mendapat pengaruh negatif
terhadap Kejadian Seks Pranikah dari kemiskinan (OR: 1.138;0.416; 3.115).
Tabel 9
Pengaruh Pengetahuan tentang Seks
Pranikah terhadap Kejadian Seks Pranikah

Hasil analisa didapatkan bahwa


pergeseran nilai, moral dan etika yang positif
terhadap remaja putri ada sebanyak 55 orang
(85.9%) pernah melakukan seks pranikah,
712
Hasil analisa didapatkan bahwa remaja pada remaja inilah yang meyebabkan remaja
putri yang memiliki pengetahuan rendah melakukan seks pranikah (Tukiran, dkk 2010)
tentang seks pranikah pernah melakukan seks Responden terbanyak berada di kelas
pranikah sebanyak 83 orang (80.6%), X dan paling banyak melakukan hubungan
sedangkan sebanyak 20 orang (19.4%) remaja seksual pertama kali pada usia 15-17 tahun
putri memiliki pengetahuan rendah tentang (44.9%). Namun demikian, juga diperoleh
seks pranikah tidak pernah melakukan seks sebanyak (32.2%) remaja putri melakukan
pranikah. Berdasarkan hasil uji statistik hubungan seksual pertama kali pada usia 11-
didapatkan p-value = 0.458> (0.05), maka 14 tahun. Menurut Hyde (2006) semakin
dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh muda umur seseorang saat mengalami
pengetahuan tentang seks pranikah terhadap pubertas maka semakin besar risiko terjadinya
kejadian seks pranikah. perilaku seks pranikah dikarenakan perubahan
pada hormon yang terjadi seiring dengan masa
PEMBAHASAN
Karakteristik responden berdasarkan pubertas berkontribusi pada meningkatnya
umur diperoleh responden terbanyak adalah keterlibatan seksual pada sikap dan hubungan
usia remaja pertengahan (67.8%). Hasil dengan lawan jenis.
penelitian ini didukung oleh penelitian 1. Pengaruh tekanna dari teman terhadap
Prawestri, Wardani dan Sonna (2013) tentang kejadian seks pranikah
pengetahuan, sikap dan perilaku seks pranikah Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
menyatakan bahwa mayoritas umur pada
antara pengaruh tekanan dari teman terhadap
remaja pertengahan(14-17 tahun) sebesar
kejadian seks pranikah pada remaja putri di
93,7%.Reiss dan Millermengungkapkan SMAN 1 Pagai Utara Selatan Kabupaten
adanya suatu kecenderunganbahwa Kepulauan Mentawai dengan p-value =
semakin meningkatnya usia 0.025, dengan nilai OR 0.270. Artinya
seseorangmaka tingkat perilaku seks remaja putri yang mendapat tekanan positif
pranikah semakinmeningkat (Sari, dari teman berpeluang untuk melakukan seks
2007). pranikah sebanyak 0.270 kali dibanding
Pada masa remaja pertengahan, remaja remaja putri yang mendapat tekanan
juga mengalami puncak gairah seksual negatif.Menurut Dianawati (2006)
sehinggaseringkali mereka mempergunakan lingkungan pergaulan yang telah dimasuki
kesempatan untuk melakukan sentuhan oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh
fisik.Namun demikian, perilaku seksual untuk menekan temannya yang belum
mereka masih secara alamiah.Mereka tidak melakukan hubungan seks. Bagi remaja
jarang melakukan pertemuan untuk bercumbu tersebut, tekanan dari teman-temannya itu
bahkan kadang-kadang mencari kesempatan dirasakan lebih kuat daripada tekanan yang
untuk melakukan hubungan seksual.Sebagian didapat dari pacarnya sendiri. Keinginan
besar dari mereka mempunyai sikap yang untuk dapat diterima oleh lingkungan
tidak bertangung jawab terhadap perilaku pergaulan remaja begitu besar, sehingga
seksual yang mereka lakukan (Pangkahila, dapat mengalahkan semua nilai yang
2004).)Bertambahnya umur remaja maka didapat, baik dari orang tua maupun dari
semakin mempengaruhi kematangan organ sekolahnya. Pada umumnya remaja tersebut
seks, emosi, rasa ingin tahu, dan pengetahuan melakuka hubungan sexual hanya sebatas
seksualnya.Tahap perkembangan seksual ingin membuktikan bahwa dirinya sama
itulah yang memberikan andil besar bagi dengan teman-temannya, sehingga dapat
remaja untuk menyalurkan dorongan seksual diterima menjadi bagian dari anggota
yang terjadi pada dirinya. Dorongan seksual kelompoknya seperti yang diinginkan.

713
2. Pengaruh tekanan dari pacar terhadap Kepulauan Mentawai dengan p-value =
seks pranikah 0.630. Hasil penelitian ini didukung oleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jufri dan Yakub (2011) yang menyatakan
tidak terdapat hubungan yang bermakna bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara pengaruh tekanan dari pacar terhadap antara peran orang tua dengan perilaku seks
kejadian seks pranikah pada remaja putri di pranikah (p–value = 0.132).Perilaku siswa
SMAN 1 Pagai Utara Selatan Kabupaten masih bisadikontrol oleh orang tuanya
Kepulauan Mentawai dengan p-value = melaluikomunikasi aktif antara orang tuadan
0.626.Hasil penelitian ini bertentang dengan siswa, selain itu meskipun saatini pergaulan
penelitian Setiawan (2008) menyatakan remaja sarat denganpergaulan bebas namun
bahwa ada hubungan positif antara pacaran denganadanya fungsi kontrol dari orang
dengan perilaku seksual pranikah. Hubungan tuamampu tentunya akan membatasicara
positif berarti bahwa pacaran yang dilakukan atau perilaku mereka kearahyang negatif.
remaja akan semakin mengarah pada Kasmiati (2011) menyatakan bahwa orang
perilaku/hubungan seksual pranikah. tua menganggap masa remaja sebagai
Sebaliknya remaja yang tidak berpacaran sebuah jembatan yang dilewatinya dan
akan semakin rendah mengarah pada perilaku buruk mereka merupakan bagian
perilaku/hubungan seksual pranikah. dari gejala yang akan segera hilang bila
Taufik (2010) menyatakan bahwa mereka telah lewat dewasa. Akibatnya,
pacaran tanpamelakukan hubungan seks itu mereka membiarkan perbuatan salah
tidak mengasyikkan dan tidak ada rasa dikalangan remaja, sehingga remaja
memilikibahkan jika kebutuhan biologis menafsirkan bahwa pendekatan orang tuanya
tersebut tidak dipenuhi oleh salah satu undangan terbuka untuk berbuat menurut
pasanganketika ada pasangan yang keinginan mereka.
menginginkan hal tersebut maka salah satu 4. Pengaruh Pergeseran Nilai, Moral dan
pasangan akanmarah dan hal ini secara tidak Etika terhadap Kejadian Seks Pranikah
langsung akan mempengaruhi kehidupan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
seksualitas mereka sebagai seorang remaja. tidak terdapat hubungan yang bermakna
Keinginan remaja untuk melakukan seks antara pengaruh pergeseran nilai, moral, dan
pranikah tergantungdari individu tersebut etika terhadap kejadian seks pranikah pada
dalam memegang teguh agamanya. remaja putri di SMAN 1 Pagai Utara Selatan
Soetjiningsih (2006) Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan p-
menjelaskanbahwa faktor-faktor yang value = 0.312. Penelitian Damanik (2006)
mempengaruhi perilaku seks pranikah tentang menguak makna keperawanan bagi
remaja adalahhubungan orangtua dengan siswi SMAmenyatakan bahwa sebagian
remaja, tekanannegatif teman sebaya, responden (85.4%) masih mempertahankan
pemahamantingkat agama (religiusitas), dan nilai moral mengenai konsep seksualitas
eksposurmedia pornografi yang memiliki yang wajar dan dapat diterima masyarakat,
pengaruhsignifikan, baik langsungmaupun sehingga responden dapat menolak
tidak langsung terhadap perilakuseksual pergaulan bebas dan seks pranikah.
pranikah remaja. Terdapat beberapa faktor yang
3. Pengaruh Sikap Orang Tua terhadap mempengaruhi seks pranikah remaja salah
kejadian seks pranikah satunya adalah kontrol diri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan teori yang dipaparkan
tidak terdapat hubungan yang bermakna oleh Goldfried dan Merbaum, kontrol diri
antara pengaruh sikap orang tua terhadap merupakan kemampuan untuk mengatur dan
kejadian seks pranikah pada remaja putri di mengarahkan bentuk perilaku seseorang ke
SMAN 1 Pagai Utara Selatan Kabupaten arah yang positif, termasuk mengatur dan
714
mengarahkan perilaku seksual remaja. pranikah pada remaja putri di SMAN 1
Kontrol diri memiliki keterkaitan dengan Pagai Utara Selatan Kabupaten Kepulauan
perilaku seksual remaja. Keterkaitan tersebut Mentawai dengan p-value = 0.458.
menunjukkan bahwa kemampuan Penelitian ini didukung oleh Pranoto (2010)
mengendalikan diri pada remaja berperan menyatakan bahwa tidak ada hubungan
penting dalam mengatur dan mengarahkan pengetahuan antara pengetahuan dengan
(menekan) perilaku seksualnya. Perilaku terhadap tindakan hubungan seksual
seksual remaja dapat ditekan apabila pranikah (p-value = 0.364).
terdapat kemampuan kontrol diri yang Penelitian ini bertentangan dengan
positif, sehingga remaja dapat menahan dan dengan penelitian Pawestri, Wardani, Sonna
mengendalikan dorongan-dorongan seksual (2013) menayatakan bahwa terdapat
dari dalam dirinya seperti mengalihkan hubungan pengetahuan dengan seks pranikah
pikiran dari hal-hal negatif yang dapat (p-value = 0.000). Pranoto (2010)
mendorong perilaku atau gairah seksualnya. menyatakan tidak hanya pengetahuan yang
5. Pengaruh Kemiskinan terhadap Kejadian mempengaruhi terjadinya suatu tindakan,
Seks Pranikah tetapi dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu fakor
Hasil penelitian menunjukkan bahwa predisposisi, faktor pendorong dan faktor
terdapat hubungan yang bermakna antara pendukung.Pengetahuan termasuk faktor
pengaruh kemiskinan terhadap kejadian seks predisposisi bersama dengan sikap,
pranikah pada remaja putri di SMAN 1 kepercayaan, keyakinan, dan nilai- nilai di
Pagai Utara Selatan Kabupaten Kepulauan masyarakat.Selain itu, faktor pendukung
Mentawai dengan p-value = 0.002, dengan juga memiliki peranan penting dalam
nilai OR 1.138. Artinya remaja putri yang terjadinya suatu tindakan yaitu dengan
mendapat pengaruh positif dari kemiskinan tersedianya sarana, fasilitas, atau kesempatan
berpeluang untuk melakukan seks pranikah untuk terwujudnya suatu tindakan.
sebanyak 1.138 kali dibanding remaja putri Secara keseluruhan dari semua faktor
yang mendapat pengaruh negatif dari yang diteliti ada 2 faktor yang berpengaruh
kemiskinan. Hasil penelitian didukung oleh terhadap kejadian seks pranikah pada remaja
penelitian Odimegwu dan Adedini (2013) putri yaitu tekanan dari teman dan
tentang struktur keluarga dan kemiskinan kemiskinan, sedangkan faktor tekanan dari
mempengaruhi resiko perilaku seksual pacar, sikap orang tua, pergeseran nilai,
menyatakan bahwa mayoritas remaja dari moral dan etika serta pengetahuan orang
keluarga miskin lebih dahulu memulai tidak berpengaruh kejadian seks pranikah.
hubungan seksul dari pada mereka yang Hal ini mungkin juga disebabkan karena
berekonomi menengah. Menurut Aryani adanya faktor-faktor lainyang tidak peneliti
(2010), kemiskinan mendorong terbukanya teliti, sepertidorongan biologis, dipaksa,
kesempatan bagi remaja khususnya wanita kebutuhan dicintai, takut diejek teman,
untuk melakukan hubungan seks pranikah. kebutuhan badaniah, rasa penasaran,
Sebagai contoh, remaja putri terpaksa pelampiasan diri, media massa, dan
bekerja kareka kemiskinan, terkadang pemberian fasilitas yang berlebihan kepada
meyebabkan mereka dieksploitasi dan remaja putri. Menurut Soetjiningsih (2006)
mengalami kekerasan seksual. pemahamantingkat agama (religiusitas) dan
6. Pengaruh pengetahuan terhadap kejadian eksposur media pornografi memiliki
seks pranikah pengaruhyang signifikan, baik
langsungmaupun tidak langsung terhadap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilakuseksual pranikah remaja.
tidak terdapat hubungan yang bermakna Berdasarkan teori Lawrence Green tindakan
antara pengetahuanterhadap kejadian seks seseorang juga dipengaruhi oleh beberapa
715
faktor, seperti sikap, kepercayaan, mempengaruhi terjadi seks pranikah pada
keyakinan, tersedianya sarana dan fasilitas remaja.
ataupun kesempatan untuk terwujudnya SARAN
suatu tindakan. Berdasarkan hasil penelitian yang
Menurut Taufik (2010) situasi dan dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran
kondisi juga dapat menyebabkan terjadinya yang ditujukan kepada:
seks pranikah seperti seks pranikah dapat 1. Sekolah
terjadi di rumah yang tidak diawasi oleh Bagi pimpinan dan tenaga
orang tua karena dalam keadaan kosong, pengajar di sekolah diharapkan dapat
penginapan dan rumah kost atau pada saat untuk memberikan memberikan
remaja sedang merayakan perayaan istimewa pendidikan tentang kesehatan reproduksi
dan tidak disertai oleh orang tua ketika dan pendidikan seksualitas melalui
sedang jalan berdua. Selain itu, sebanyak pelajaan formal serta penambahan buku-
50% remaja putri melakukan seks pranikah buku perpustakaan tentang masalah
di kos dan 16.67% di tempat yang sepi. Hasil seksualitas, sehingga siswa mendapatkan
observasi yang peneliti temukan banyak pengetahuan yang benar tentang seks
terdapat rumah kontrakan atau rumah kos pranikah.
baik rumah kos tanpa induk semang maupun Diharapkan kepada pihak sekolah
rumah kos dengan induk semang di sekitar untuk dapat mengontrol perilaku remaja di
SMA Negeri 1 Pagai Utara Selatan yang sekolah dan menambahkan kegiatan
dapat dijadikan tempat untuk melakukan ekstrakulikuler sehingga waktu luang yang
seks pranikah oleh remaja putri. Selain itu, dimiliki remaja lebih bermanfaat dan dapat
banyak terdapat kafe-kafe yang sering mengurangi remaja berkumpul bersama
dijadikan tempat berkumpul para remaja temannya di cafe-cafe atau tempat wisata
sambil makan dan minum dilengkapi seperti pantai.
fasilitas karoke yang dibuka sampailarut 2. Orang tua
malam. Bagi orang tua diharapkan supaya
KESIMPULAN dapat lebih membimbing dan
Berdasarkan hasil penelitian dapat memonotoring pergaulan remaja putri dan
disimpulkan bahwa mayoritas responden memberikan pengetahuan seputar
berada pada rentang usia (15-17 tahun). pendidikan seks kepada anaknya.
Responden terbanyak berada pada kelas X 3. Peneliti Lain
dan responden paling banyak melakukan Bagi peneliti selanjutnya, hasil
hubungan seksual pertama kali pada usia 15- penelitian ini dapat dijadikan sebagai data
17 tahun. Tekanan dari teman dan pacar atau informasi dasar untuk melaksanakan
terhadap seks pranikah sebagian besar penelitian lebih lanjut dengan judul
positif, sikap orang tua sebagian besar baik effektivitas promosi kesehatan tentang
terhadap seks pranikah, pergeseran nilai, kesehatan reproduksi remaja terhadap
moral dan etika serta kemiskinan positif sikap dan pengetahuan remaja.
terhadap seks pranikah dan mayoritas
responden mempunyai pengetahuan yang DAFTAR PUSTAKA
rendah tentang seks pranikah. Berdasarkan
analisis bivariat terdapat hubungan Aisyaroh, N. (2009). Kesehatan reproduksi
kemiskinan dan tekanan dari teman terhadap remaja. Jurnal majalah ilmiah Sultan
angka kejadian seks pranikah. Hal ini AgungDiterbitkanolehUnissula.
menunjukkan bahwa pengaruh teman dan Amrillah, A. (2008).Hubungan antara
kemiskinan merupakan faktor yang pengetahuan seksualitas dan kualitas
komunikasi orangtua anak dengan
716
perilaku seksual pranikah.Diambil seks pranikah pada remaja SMA Negeri 5
pada tanggal 17 Juli 2014 pada: Palu. Diperoleh tanggal 20 Januari 2015
http://eprints.ums.ac.id dari
Andayani. (2010). Peran teman terhadap http://jurnalunismuhpalu.org/index.php/PJK
perilaku seks remaja.Diperoleh tanggal /article/view/47/49.
21 Januari 2015 dari http://pdf-search- Kasmiati. (2011). Faktor – faktor yang
engine.com. berhubungan dengan persepsi remaja
Aryani, R.(2010). Kesehatan remaja problem terhadap perilaku seks bebas di Desa
dan solusinya.SalembaMedika: Jakarta Pasi Jeumerang Kecamatan Kembang
Damanik, F.H.S. (2006). Menguak makna Tanjong Kabupaten Pidie. Diperoleh
keperawanan bagi siswi SMA (Sekolah tanggal 21 Januari 2015 dari
Menengah Atas). Diperoleh tanggal 21 http://180.241.122.205/dockti/KASMIA
Januari 2015 dari TI-06020071.pdf.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 KementerianKesehatan RI. (2013).Riset
456789/15294/1/har-sep2006- kesehatan dasar (RISKESDAS)
%20(5).pdf. 2013.Diaksespada tanggal 06 desember
Dewi, I. N. C. T. (2009). Pengaruh faktor 2014.Diperolehdari:
personal dan lingkungan terhadap http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.i
perilaku seks pranikah pada remaja di d/download/TabelRiskesdas2013.pdf.
SMA Negeri 1 Baturraden dan SMA Nursalam.(2008). Konsepdan penerapan
Negeri 1 Purwokerto. Diperoleh tanggal metodologi penelitian ilmu
21 Januari dari keperawatan.SalembaMedika: Jakarta
http://eprints.undip.ac.id/24193/1/Ika_N Odimegwu, C & Adedini, M. A. (2013).
ur_Chaerani_Tunggal_Dewi.pdf. Struktur keluarga dan kemiskinan
Dianawati, A. (2006). Pendidikan seks untuk mempengaruhi perilaku risiko seksual.
remaja. Depok: Kawan Pustaka. Diperoleh tanggal 27 Januari (2015) dari
DinkesMentawai. (2013). Rikesda http://www.ajol.info/index.php/ajrh/artic
2013.Diambiltanggal 6 Agustus 2014 le/viewFile/98387/87667.
pada: http://google.com/rikesda- Pangkahila, W (2004). Peranan seksologi
2013/hasil-rikesda-2013/mentawai.com. dalam kesehatan reproduksi.
DinkesSumbar. (2013). Seksbebas marak, HIV/ Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
AIDS meningkat di Sarwono Prawirohardjo.
Padang.Diambiltanggal 22 Juli 2014 Planned parenthood federation of america Inc.
pada:http://dinkes.sumbarprove.go.id. (2010).Diambiltanggal 23 Juli
Eman.(2008). Penyimpangan seksual 2014.Pada: http://Medscape/planed-
remaja.Diambilpadatanggal 4 april 2014 parenthood-federation-of-
pada: america/inc/.html.
http://www.seksehat.info/lifestyle/penyi Pranoto, J. (2010). Hubungan pengetahuan dan
mpangan-seksual/50-remaja-indonesia- sikap remaja terhadap tindakan
melakukan-seks-pra-nikah.html. hubungan seksual pranikah di SMK
Hurlock, B. E. (2007). Psikologi perkembangan Negeri X Medan tahun 2009. Diperolah
suatu pendekatan sepanjang rentang tanggal 21 januari 2015 dari
kehidupan. PenerbitErlangga. Jakarta. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
Hyde, J.S. (2006). Psychology of Women. 456789/14274/1/10E00023.pdf.
California: Cengage Learning Publisher. Prawestri, Wardani, R. S & Sonna.
Jufri, M & Yakub, M. (2011). Faktor-faktor Pengetahuan, sikap dan perilaku remaja
yang berhubungan dengan tentang seks pra nikah. Diperoleh
kecenderunganmelakukan hubungan tanggal 20 Januari dari
717
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JK
Mat/article/view/932/0.
Santrock, J.W. (2007). Remaja, Cetakan
pertama, EdisiKesebelas, Jilid I, Jakarta:
Erlangga.
Sari CP. (2007). Jurnal harga diri pada
remaja yang telah melakukan hubungan
seks pranikah. Diperoleh tanggal22
Januari 2015 dari
http://www.gunadarma.ac.id/libra
ry/articles/graduate/industrialt
echnology/2009/Artikel_10504036.
pdf.
Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja. Edisi
revisi, Jakarta: Rajawali Pers.
Soetjiningsih, dkk.(2006). Buku
Ajar:Tumbuhkembang remajadan
permasalahannyaCetakanke II. Jakarta:
SagungSeto.
Suryoputro, A., Nicholas, J.F., Zahroh, S.
(2006). Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual remaja
di Jawa Tengah: implikasinya terhadap
kebijakan dan layanan kesehatan
seksual Dan reproduksi. Makara
kesehatan. vol.10. no.1 juni 2006: 29-
40.
Taufik, M. (2010). Analisis penyebab perilaku
hubungan seksual pra nikah pada
remaja di kota Pontianak. Diperoleh
tanggal 20 Januari 2015 dari
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20253
132-T%2028497-
Analisis%20penyebab-full%20text.pdf.

718

Anda mungkin juga menyukai