Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Oktober 2017 E-ISSN : 2580-930X

Volume 1 Nomor 1 P-ISSN : 2597-8594

EFEKTIFITAS TERAPI AKTVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI


TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA
PASIEN HALUSINASI DI RSJ. PROF. HB. SA’ANIN PADANG
TAHUN 2017
Alber Tanjung 1,Amelia Susanti2, Resi Puspita Sari 3
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang, Jl.Khatib Sulaiman No. 52B, Padang, 2500, Indonesia
Email: albertanjung@gmail.com

ABSTRAK

Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi.Data
pasien gangguan jiwa yang mengalami gangguan halusinasi sebanyak 856 orang. Perawat RSJ. Prof Hb Saanin
padang sudah melakukan TAK stimulasi sesuai prosedur, namun belum memperhatikan indikasi klien yang bisa
diikut sertakan dalam TAK stimulasi dan tidak melakukan follow up terhadap kemampuan klien dalam
mengontrol halusinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas TAK stimulasi persepsi terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi.
Penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperimen dengan rancangan Non Equivalent Control
Group. Penelitian diruang Melati dan Nuri RSJ. Prof. Hb. Sa’anin Padang bulan Februari 2016 – Agustus 2017.
Subjek penelitian klien halusinasi diambildengan teknik purposive sampling berjumlah 10 orang kelompok
kontrol dan 10 orang kelompok intervensi. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner wawancara.Pengolahan
data dilakukan secara komputerisasi.
Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi pada kelompok kontrol
pada pengukuran pretest adalah 11,20 dan posttestadalah 10,70.Rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi
pada kelompok intervensi pretest terapi adalah 14,80 dan posttestterapi adalah 18,60.TAK stimulasi persepsi
efektif untuk meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada Pasien Halusinasi.
Disimpulkan aktivitas kelompok stimulasi persepsi efektif untuk meningkatkan kemampuan mengontrol
halusinasi pada pasien halusinasi. Untuk itu diharapkan kepada perawat RSJ dapat meningkatkan pelaksanaan
TAK stimulasi persepsi dengan memperhatikan indikasi klien yang bisa ikut sertakan dalam kegiatan TAK
stimulasi persepsi dan melakukan follow up terhadap kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi. Bagi
peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan metode dan desain yang berbeda sehingga
didapatkan hasil yang lebih sempurna.
Kata Kunci : Halusinasi, TAK stimulasi persepsi, kemampuan mengontrol halusinasi

ABSTRACT

Hallucinations are one of the mental disorders in which the patient undergoes a perceptual sensory
change. Data of mental disorder patients experiencing hallucinatory disorders as many as 856 people. Nurse
RSJ. Prof Hb Saanin Padang has done TAK stimulation according to the procedure, but has not paid attention to
client indication that can be included in TAK stimulation and do not follow up to client ability in control of
hallucination. This study aims to determine the effectiveness of TAK perceptual stimulation on the ability to
control hallucinations in patients hallucinations.
This research uses Quasi Eksperimen design with Non Equivalent Control Group design. The subject of
this research is the hallucination client. Sampling by purposive sampling with sample of 10 person control and
10 person intervention that fulfill inclusion criteria. The instrument used in the form of an interview
questionnaire. Data processing is done computerized.
The results showed that the average controlling ability of hallucinations in the control group on the
pretest measurement was 11.20 and the posttest was 10.70. The mean controlling ability of hallucinations in the
pretest intervention therapy group was 14.80 and posttest therapy was 18.60. Ineffective stimulation of
perception to improve the ability to control hallucinations in Hallucinatory Patients in RSJ. Prof. Hb. Sa'anin
Padang Year 2017.
It was concluded that the activity of perceptual stimulation group was effective to improve the ability to
control hallucinations in hallucinatory patients. It is expected that the RSJ nurses can improve the
implementation of TAK perceptual stimulation by considering the indication of clients who can participate in
TAK stimulation activities of perception and follow up on the client's ability to control the hallucinations. For
the next researcher to be able to continue this research with different method and design to get more perfect
result.

39
E-ISSN : 2580-930X Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Oktober 2017
Volume 1 Nomor 1 P-ISSN : 2597-8594

Keywords: Hallucinations, TAK perceptual stimulation, the ability to control hallucinations

I. PENDAHULUAN Dalam kondisi seperti ini, harus dilakukan


Salah satu gangguan jiwa yang merupakan intervensi terhadap pasien untuk mengubah prilaku
permasalahan kesehatan diseluruh dunia adalah maladaptif menjadi adaptif. Menurut Stuart dan
skizofrenia. Angka kejadian skizofrenia di dunia Laraia (2005)8 intervensi yang diberikan pada
1,7 per mil tanpa memandang perbedaan status pasien halusiansi bertujuan untuk meningkatkan
sosial budaya(Riskesdas, 2013)6. Data Badan kesadaran dan pasien bisa membedakan halusiansi
Kesehatan Dunia (WHO)11 jumlah penderita dengan dunia nyata, dan mampu menegndalikan
gangguan jiwa diseluruh dunia tahun 2017 atau mengontrol halusiansi.
sebanyak 1 63,5 juta orang, terdiri dari 35 juta Kemampuan pasien mengontrol halusinasi
orang terkena depresi, 60 juta orang terkena dapat ditingkatkan dengan pemberian asuhan
bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia dan 47,5 keperawatan yang komperehensif dan terus
juta terkena dimensia. Dimana sepertiganya menerus disertai dengan terapi modalitas seperti
berdomisili dinegara berkembang, sekitar 76-85% terapi aktivitas kelompok. Menurut Purwaningsih
kasus gangguan jiwa parah tidak dapat pengobatan dan Karlina (2010)4, terapi kativitas kelompok
yang layak sebagaimana mestinya. memberikan hasil yang lebih besar terhadap
Data (RisKesDas,2013)6 bahwa prevalensi perubahan prilaku pasien, meningkatkan prilaku
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 adaptif serta mengurangi prilaku maladptif.
per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di Di Terapi aktivitas kelompok merupakan salah
Yogyakarta (2,7%), Aceh (2,7%), Sulawesi Selatan satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
(2,6%), Bali ( 2,3%), Jawa Tengah (2,3%) dan yang kepada sekelompok pasien yang mempunyai
terendah yaitu Sulawesi Utara (0,8%). Berdasarkan masalah keperawatan yang sama.Terapi aktivitas
provinsi mempunyai prevalensi gangguan jiwa kelompok sering digunakan dalam praktek
berat diatas prevalensi nasional, yaitu jawa tengah kesehatan jiwa, bahkan saat ini terapi aktivitas
(6,0%). DKI Jakarta (20,3%), Nanggroe Aceh kelompok merupakan hal yang penting dari
Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (16,7%), keterampilan terapeutik dalam keperawatan (Keliat,
Sumatera Selatan (9,2%), Bangka Belitung, (8,7%), 2005)1. Didalam kelompok tejadi dinamika dimana
Kepulauan Riau (7,4%) dan Nusa Tenggara Barat setiap anggota kelompok saling bertukar informasi
(9,9%) (Depkes RI, 2013)4. dan berdiskusi tentang pengalaman serta membuat
Skizofrenia adalah gangguan jiwa berat kesepakatan untuk mengatasi masalah anggota
(psikosis) yang ditandai dengan gangguan realitas kelompok. TAK stimulasi persepsi juga bertujuan
(halusinasi dan waham), ketidakmampuan untuk mendiskusikan pengalaman, kehidupan dan
berkomunikasi, afek yang tidak wajar , gangguan penyelesaian masalah.
kognitif serta mengalami kesukaran melakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
aktivitas sehari-hari (keliat dkk, 2005)1. Salah satu Persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
gejala positif dari skizofrenia adalah halusinasi. sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman
Halusinasi Halusinasi merupakan gangguan dan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang dapat menyelesaikan masalah. Salah satu
yang sebenarnya tidak terjadi (Maramis, aktivitasnya yaitu mempersepsikan stimulus yang
2009)4.Sensori dan persepsi yang dialami pasien tidak nyata dan respon yang dialami dalam
tidak bersumber dari kehidupan nyata, tetapi dari kehidupan khususnya halusinasi (Keliat dan
diri pasien itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa Akemat, 2014)2.
pengalaman sensori tersebut merupakan sensori Terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi palsu (Yoseph, 2009)10. persepsi halusinasi adalah TAK yang memberikan
Menurut Trimelia (2011)9, halusinasi terjadi stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien
melalui empat tahap dengan masing-masing tahap bisa mengontrol halusinasinya (Purwaningsih dan
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karlina, 2010)4. Dimana aktivitasnya klien
Biasanya pada tahap ketiga pasien halusinasi mempersepsikan stimulus yang tidak nyata dan
menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi respon yang dialami kemudian didiskusikan dalam
dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. kelompok dan hasil diskusi kelompok berupa
Pasien menunjukkan prilaku yang lebih cenderung kesepakatan dan penyelesaian masalah. TAK
mengikuti petunjuk yang diberikan halusinasi stimulasi persepsi: halusinasi terdiri atsa lima sesi
daripada menolaknya. Jika terus berlanjut, dengan kegiatan seperti: sesi 1 klien dapat
halusiansi menjadi menakutkan dan akan berakibat mengenal halusinasi, sesi 2 mengontrol halusinasi
buruk, pasien akan menunjukkan prilaku yang dengan menghardik, sesi 3 mengontrol halusinasi
maldaptif seperti bunuh diri, perilaku kekerasan dengan melakukan kegiatan terjadwal, sesi 4
serta mencederai diri sendiri dan orang lain. mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dan

40
Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Oktober 2017 E-ISSN : 2580-930X
Volume 1 Nomor 1 P-ISSN : 2597-8594

sesi 5 mengontrol halusinasi dengan patuh minum Populasi dalam penelitian ini adalah semua
obat. klien halusinasi yang diruang rawat inap RSJ. Prof.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hb. Sa’anin Padang, dimana populasi yang diambil
Sihotang (2010)7 di RSJ. Provinsi Sumatera Utara pada klien halusinasi yang tercatat rata-rata dalam
Medan didapatkan adanya pengaruh yang bulan Maret-Mei 2017 sebanyak 280 orang.
signifikan terhadap pelaksanaan Terapi Aktivitas Data primer diperoleh dari responden yang
Kelompok Stimulasi Persepsi terhadap menjadi sampel dalam penelitian dengan pedoman
Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi dan wawancara dan mengobservasi ruangan. Data
penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian sekunder diperoleh dari Rekam Medis dan dari
yang telah dilakukan oleh Qodir Muhammad Aksi laporan bulan ruangan yang ada diRSJ. Prof. Hb.
dkk (2013)12, tentang Pengaruh Terapi Aktivitas Sa’anin Padang.
Kelompok Orientasi Realitas sesi I-III terhadap Data yang telah diperoleh kemudian
kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Klien dilakukan analisis untuk mengetahui Efektifitas
Halusinasi di RSJd. Dr. Amino Gondohutomo Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Semarang, didapatkan hasil yang signifikan dari terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi.
TAK sesi 1-3 terhadap kemampuan Mengontrol Proses pengolahan data dilakukan dengan
Halusinasi pada Klien Halusinasi terlihat dari p dua tahap : Analisa univariat digunakan untuk
value sebesar 0,000 (p kurang dari 0,05). mengetahui distribusi frekuensi, menggunakan
Berdasarkan data yang diperoleh dari statistik deskriptif meliputi kemampuan mengontrol
Rekam Medis RSJ. Prof. Hb. Sa’anin Padang tahun halusinasi sebelum dan sesudah pemberian TAK
20165, jumlah pasien gangguan jiwa yang stimulsi persepsi halusinasi. Analisa Bivariat
dipelayanan rawat inap sebanyak 27,758 orang, Untuk menganalisis Efektifitas Terapi
sedangkan jumlah pasien yang mengalami Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi terhadap
gangguan halusinasi sebanyak 856 orang.Jumlah Kemampuan Mengontrol Halusinasi dilakukan
klien halusinasi di unit pelayanan rawat inap dengan menggunakan dengan menggunakan uji
selama 3 bulan terakhir yaitu bulan Maret - Mei wilcoxon, didapatkan nilai р value = 0,190 (p>0,05)
tahun 2017 sebanyak 280orang pasien. pada kelompok kontrol dan 0,005 (p<0,05) pada
Berdasarkan survey awal yang peneliti kelompok intervensi.
lakukan pada bulan Juli 2017 dengan
mewawancarai pasien diruangan, dari 10 orang III. HASIL
pasien yang telah mengikuti TAK Stimulasi
Persepsi halusinasi sesi 1 sampai 5, didapatkan 4 Tabel 4.1
orang klien diantaranya tidak mampu melakukan Rata-rata kemampuan Mengontrol Halusinasi
kegiatan terjadwal, bercakap-cakap dan patuh Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Aktivitas
minum obat, 3 mampu melakukan kegitan Kelompok
terjadwal tapi belum mampu bercakap-cakap dan Stimulasi Persepsi
patuh minum obat dan 3 orang klien mampu Kelompok Mean Median SD Min Maks
melakukan kegiatan terjadwal, bercakap-cakap,
dan patuh minum obat. Selain itu perawat Kontrol Pretest 11.20 11.00 1.751 9 14
diruangan belum sepenuhnya mengevaluasi jadwal
kegiatan harian dan mengevaluasi lebih lanjut Postest 10.70 10.00 2.111 8 15
kemampuan pasien mengontrol halusinasi.
Berdasarkan masalah diatas maka peneliti Intervensi Pretest 14.80 15.00 1.476 12 17
tertarik melakukan penelitian tentang
EfektifitasTerapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Postest 18.60 19.00 0.966 16 19
Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol
Halusinasi pada Pasien Halusinasi di RSJ. Prof.
HB. Sa’anin Padang Tahun 2017” Tabel 4.2
Efektifitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
II. METODE PENELITIAN
Persepsi Terhadap Kemampuan Mengontrol
Jenis penelitian Kuantitatif dengan desain Halusinasi
yang dipakai “Quasy Eksperimen” dengan rancangan
penelitian yang digunakan rancangan “Non
Equivalent Control Group”. Penelitian ini dilakukan P
P
diruang Melati dan Nuri RSJ. Prof. HB. Sa’anin Kelompok
H
Perb
M
N Mean Z V
Padang. Waktu penelitian dilakukan bulan Februari Mean P value
2016 – Agustus 2017. Pengumpulan data dilakukan
pada bulan Agustus 2017. 1 1 0 - 1
Kontrol Pretest 10 1.20 0,500 1,311 ,90

41
E-ISSN : 2580-930X Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Oktober 2017
Volume 1 Nomor 1 P-ISSN : 2597-8594

1 1
Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi
Postest
10 0.70 Realitas sesi I-III terhadap kemampuan Mengontrol
1 1
Halusinasi pada Klien Halusinasi di RSJd. Dr. Amino
Pr Pretest
10 4.80 3 - Gondohutomo
0 Semarang, didapatkan hasil rata-rata
Intervensi
13,80 1 2,814 ,005 kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada
Postest
10 8.60 kelompok intervensi pretes adalah 13,40 dan postest
sebesar 18,30.
Menurut peneliti bahwa pada kelompok
IV.PEMBAHASAN intervensi sebagian besar terjadi peningkatan
terhadap kemampuan klien dalam mengontrol
1. Analisa Univariat halusinasi dan kemajuan perawatan pada pasien
a. Rata-rata kemampuan Mengontrol Halusinasi Halusinasi.Hal ini disebabkan karena klien
Pada Kelompok Kontrol mendapatkan stimulus dalam bentuk TAK Halusinasi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sehingga klien sudah mampu mengekspresikan
perbedaan pada kelompok kontrol sebelum dan perasaan dan mampu menjawab serta melakukanapa
setelah kelompok intervensi dilakukan terapi yang diajarkan oleh therapist atau perawat. Dalam
aktivitas kelompok stimulasi persepsi bahwa rata-rata TAK Halusinasi ini dilakukan oleh peneliti yang
kemampuan mengontrol halusinasi pada kelompok didampingi oleh perawat terlatih dan teman sehingga
kontrol terjadi perubahan skor dari pada pengukuran responden kooperatif selama dilakukan TAK.
pretest adalah 11,20 dan posttest adalah 10,70. Hal Walaupun demikian, masih ada klien yang tidak
ini menunjukan bahwa pada kelompok kontrol terjadi mengalami kemajuan perawatan, hal ini disebabkan
penurunan skor dan menunjukan kemampuan masih ada sebagian dari klien tidak fokus karena
mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah pada banyak orang yang ada di Ruangan TAK sehingga
kelompok kontrol tidak signifikan. Hasil penelitian membuat klien sulit mempersepsikan perasaannya,
yang telah dilakukan oleh Sihotang (2010)7 di RSJ. membuat klien menjadi menarik diri bahkan
Provinsi Sumatera Utara Medan didapatkan rata-rata mencoba untuk menunjukkan reaksi emosional
kemampuan pasien mengontrol halusinasipada berlebihan.
kelompok kontrol pretes adalah 11,00 dan postest 2. Analisa Bivariat
sebesar 11,30. Efektifitas Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut peneliti pada Pre-Test responden Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol
sebagian besar tidak memahami kata-kata yang Halusinasi
digunakan perawat saat bertanya sehingga responden Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan pada
tidak memperhatikan saat diajak berkomunikasi, kelompok kontrol didapatkan perbedaan kemampuan
mudah teralihkan perhatiannya membuat responden mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah terapi
menjadi tidak fokus dan merasa cepat bosan karena aktifitas kelompok stimulasi persepsi didapatkan
tidak adanya stimulus rangsangan untuk sebesar 0,500 dengan nilai p value = 0,190 (p>0,05)
mengekspresikan persepsi sehingga kadang berarti tidak terdapat perbedaan kemampuan
responden menunjukkan reaksi emosional dengan mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah pada
meninggalkan perawat. Pada Post-Test ada beberapa kelompok kontrol. Sedangkan pada kelompok
responden yang mendapat kemajuan perawatan. Hal intervensi didapatkan perbedaan kemampuan
ini disebabkan karena sebelumnya sudah pernah mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah terapi
dilakukan SP (Strategi Pelaksanaan), sehingga aktifitas kelompok stimulasi persepsi didapatkan
responden mampu menjawab pertanyaan dari sebesar 3,80 dengan nilai p value = 0,005 (p<0,05)
perawat. berarti terdapat perbedaan rerata kemampuan klien
dalam mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah
b. Rata-Rata Kemampuan Mengontrol Halusinasi dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Pada Kelompok Intervensidi Persepsi.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi V KESIMPULAN
pada kelompok intervensi pretest (sebelum) terapi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang
adalah 14,80 dan posttest (setelah) terapi adalah Efektifitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
18,60. Hal ini memperlihatkan adanya peningkatan Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol
skor kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi. Halusinasi pada Pasien Halusinasi di RSJ. Prof. Hb.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sa’anin Padang Tahun 2017 di ambil kesimpulan
penelitian yang telah dilakukan oleh Sihotang (2010)7 sebagai berikut :
di RSJ. Provinsi Sumatera Utara Medan didapatkan 1. Rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi pada
rata-rata kemampuan pasien mengontrol halusinasi kelompok kontrol pada pengukuran pertama
pada kelompok intervensi pretest adalah 11,30 dan (sebelum) adalah 11,20 dan sesudah adalah 10,70.
postest sebesar 16,60.Penelitian yang dilakukan oleh
Qodir Muhammad Aksi dkk (2013) 12, tentang

42
Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Oktober 2017 E-ISSN : 2580-930X
Volume 1 Nomor 1 P-ISSN : 2597-8594

2. Rata-rata kemampuan mengontrol halusinasi pada 4. Purwaningsih, W, Karlina I. 2010. Asuhan


kelompok intervensi sebelum terapi adalah 14,80 Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika
dan sesudah terapi adalah 18,60. Press.
3. Terdapat perbedaan kemampuan mengontrol 5. Rekam Medis RSJ. Prof. Hb. Sa’anin Padang
halusinasi sebelum dan sesudah terapi aktifitas tahun 2016.
kelompok stimulasi persepsipasien halusinasi di 6. Riskesdas,
RSJ. Prof. Hb. Sa’anin Padang Tahun 2017. 2013.http://www.depkes.go.id/article/view/1610
0700005/peran-keluarga-dukung-kesehatan-
jiwa-masyarakat.html Diakses pada 22 januari
2017.
Acknowledgment 7. Sihotang, L.G. (2010). Pengaruh Terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi
Penulis mengucapkan terima kasih kepada terhadap kemampuan mengontrol halusinasi
Yayasan Pendidikan Alifah Nur Ikhlas, Ketua di rumah sakit jiwa Provsu
STIKes Alifah Padang dan Rumah Sakit Jiwa. Prof. Medan Diperoleh tanggal 1 Januari 2017 dari
HB. Sa,anin Padang atas kesempatan melakukan http://repository.usu.ac.id/6/Abstract.pdf
penelitian serta fasilitas yang telah diberikan untuk 8. Stuart dan Laria, 2005. Keperawatan jiwa Edisi
melakukan TRI DHARMA Perguruan Tinggi. 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
9. Trimelia, 2011. Asukan keperawatan klien
DAFTAR PUSTAKA halusinasi. Jakarta: perpustakaan Nasional.
1. Keliat & Akemat. 2005. Keperawatan jiwa: 10. Yoseph. 2009. Keperawatan jiwa, edisi revisi.
terapi aktivitas kelompok. Jakarta: Penerbit Bandung: PT. Refika Aditama.
Buku Kedokteran EGC. 11. WHO. 2016.
2. Keliat & Akemat. 2014. Keperawatan http://www.depkes.go.id/article/view/16100700
kesehatan Jiwa: terapi aktivitas kelompok. Edisi 005/peran-keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-
2 : Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. masyarakat.htmlDiakses pada22 januari 2017.
3. Maramis, 2009. Catatan Ilmu Kedokteran jiwa. 12. Qodir, MA Dkk. 2013. Pengaruh Terapi
Edisi 2. Surabaya : Airlangga. Aktivitas Kelompok Orientasi Realita Sesi 1-3
terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi.
The Ejournal Keperawatan.

43

Anda mungkin juga menyukai