Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621

Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 28-37 28

Hubungan Umur Pubertas Dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa Kelas


XII SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto

Yekti Satriyandari*, Yanindihas Rachma Nurcahyani


Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

INFORMASI ARTIKEL: ABSTRAK


Riwayat Artikel: Latar belakang: Peri l aku seksual adalah s egala tingkah laku ya ng didorong oleh
Ta nggal diterima 3 Mei 2018 ha s rat seksual. Semakin muda umur seseorang m en ga l a mi p ub erta s m a k a
Ta nggal di revisi 15 Juni 2018 s emakin besar ri siko terjadinya perilaku s eks p ra ni ka h. Tujuan penelitian:
Ta nggal di Publikasi 29 Juni 2018
Di ketahuinya hubungan umur pubertas d enga n p eri l a ku s eks ua l re ma ja .
Kata kunci: Metode: Desain penelitian menggunakan analitik korelasi dengan pendekata n
Umur Pubertas,
cross sectional. Pengambilan sampel adalah simpl e random s am pl i ng yai tu
Peri l aku Seksual,
s ebanyak 156 s iswa Kelas XII SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto. An a l is i s
Rema ja.
da ta menggunakan Koefisien Korelasi Kontingens i p a da Chi Square . H asil:
Seba nyak 104 res ponden (66,7%) mengalami pubertas normal, perilaku seksual
pos itif sebanyak 130 responden (83,3%). Ada hubungan umur pubertas dengan
peri laku s eksual remaja nilai þ-value (0,000) < α (0,05). Ke e ra ta n h u bung a n
s edang dengan nilai koefisien kontingensi 0,594. Simpulan: Di harapkan setia p
Keywords: rema ja di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto mendapa tka n p en yul uh a n
Puberty,
kes ehatan reproduksi remaja.
sexual behavior,
adolescence.
Background: Sexua l behavior i s all beha vi or d ri ve n b y s exua l d esi re. Th e
younger the a ge of a person experiencing puberty, th e g re a ter th e ri s k o f
prema rital s exual behavior. Objective: the research aimed to d etermi n e th e
correl ation between the age of puberty a nd sexual behavior of a dol es cence.
Method: The s tudy design used analyti c co rre l a ti o n w i th cro s s s ecti o na l
a pproach. Sampling technique was simple random sampling a s m a ny a s 156
10.32536/jrki.v2i1.22 s tudents of XII Cl ass of Shandy Putra Telkom Vocational School of Purwokerto .
Da ta analysis using the Contingency Correlation Coeff i ci ent o n Ch i S q ua re.
Results: A tota l of 104 res pondents (66.7%) experi enced norma l puberty,
pos itive s exual behavior a s many a s 130 respondents ( 83.3% ) . Th ere w a s a
correl ation between the age of puberty a nd sexual behavior of adolescence þ-
va l ue (0,000) <α (0.05). The cl oseness of the correlation was moderate w i th a
conti ngency coefficient of 0.594. Conclusion: It i s expected that every teenager
a t the Sa ndhy Putra Telkom Vocational School of Purwokerto gets informati on
a bout adolescent reproductive health.

Pendahuluan Masa remaja diawali oleh masa pubertas


yaitu masa terjadinya perubahan fisik dan fungsi
Masa remaja adalah masa terjadinya fisiologis (kematangan organ-organ seksual), yang
perubahan-perubahan baik perubahan yang terjadi disertai dengan perkembangan bertahap dari
pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan seksual primer dan karateristik seksual sekunder.
seperti perubahan intelektual, perubahan emosi, Karateristik seksual primer mencakup
perubahan moral dan perubahan yang dapat perkembangan organ-organ reproduksi sedangkan
langsung diamati adalah perubahan fisik (Lubis, karateristik seksual sekunder mencakup dalam
2009). perubahan bentuk tubuh yang berhubungan
dengan daya tarik seksual (sex appeal).
Kematangan seksual ini menyebabkan munculnya

Korespondensi penulis. minat sosial dan keingintahuan remaja tentang
Alamat E-mail: yekti_1988@yahoo.co.id seksual (Kusmiran, 2011)
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 29
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 28-37

Menurut Hyde (2006) semakin muda umur yang muncul sebagai risiko atau faktor pelindung
seseorang saat mengalami pubertas maka semakin debut seksual dini meliputi tingkat komunitas
besar risiko terjadinya perilaku seks pranikah remaja perkawinan, kekayaan, agama afiliasi
dikarenakan perubahan pada hormon yang terjadi kelompok, pendidikan seks, pemantauan orangtua,
seiring dengan masa pubertas berkontribusi pada kesehatan reproduksi pengetahuan, paparan
meningkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan media, keanggotaan dalam kelompok sosial
hubungan dengan lawan jenis. Hal ini dikarenakan remaja, dan penggunaan alkohol.
pada umur ini adalah potensial aktif bagi mereka Di Indonesia frekuensi terbesar remaja yang
untuk melakukan perilaku seks bebas. pernah melakukan hubungan seks pranikah berada
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebesar
yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan 60,1%, remaja yang mengalami kehamilan yang
lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk -bentuk tidak diinginkan sebanyak 58,5% berada pada
tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari umur 15-19 tahun dan rata-rata 19 tahun remaja
perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, telah melakukan aborsi. Menurut Survei Demografi
bercumbu dan senggama. Berbagai perilaku Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
seksual pada remaja yang belum saatnya untuk menunjukkkan kelompok umur 20- 24 tahun pada
melakukan hubungan seksual secara wajar antara wanita yaitu sebesar 1,8% telah melakukan
lain dikenal sebagai masturbasi atau onani yaitu hubungan seksual sebelum menikah dan pada pri a
suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi sebesar 14,6 %. Kelompok 15 – 19 wanita telah
terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan melakukan hubungan seksual sebelum menikah
hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang sebesar 0,7 % dan pada pria sebesar 4,5 %.
seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan Data BKKBN tahun 2012 tentang pola
emosi. perilaku seksual 127 mahasiswa di Jawa Tengah
Berpacaran dengan berbagai perilaku menunjukkan bahwa sebagian besar (69,2%)
seksual yang ringan seperti sentuhan, pegangan melakukan hubungan intim dengan pacar, pekerja
tangan sampai pada ciuman dan sentuhan- seks 42,3% dan sisanya dengan teman atau orang
sentuhan seks yang pada dasarnya adalah yang tidak dikenal. Alasan melakukan seks bebas
keinginan untuk menikmati dan memuaskan sebagian besar karena kebutuhan biologis yaitu
dorongan seksual. Berbagai kegiatan yang sebanyak 53,8%; sebagai ungkapan cinta (42,3%)
mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang dan alasan lainnya adalah karena coba-coba dan
menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam lain-lain.
mengendalikannya atau kegagalan untuk Upaya pemerintah dari hasil International
mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain Conference on Population and Development (ICPD)
yang sebenarnya masih dapat dikerjakan memberikan upaya untuk mengembangkan
(Novitasari, 2012). program kebutuhan kesehatan reproduksi re maja
Saat ini kecenderungan pola masyarakat (Muzayyanah, 2009). Sekarang ini sudah banyak
khususnya remaja tentang hubungan seksual berkembang PIK-KRR (Pusat Informasi dan
mengalami banyak perubahan. Perubahan- Konseling-Kesehatan Reproduksi Remaja) yang
perubahan itu terjadi dikarenakan iklim sosial saat melibatkan remaja dan mengarahkan remaja
ini yang membuat pola pergaulan anak muda sebagai sasaran untuk lebih menjaga kesehatan
sekarang makin permisif. Dulu orang menganggap reproduksinya.
kalau seks dilakukan setelah menikah. Sekarang SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto
perilaku seks ringan terkesan sebagai suatu yang merupakan sekolah menengah yang mayoritas
lumrah (Sari, 2008). siswanya adalah anak kos, dan dengan kehidupan
Penelitian oleh Stephenson, dkk (2014) yang anak kos yang cenderung bebas tanpa pengawasan
meneliti faktor-faktor tingkat masyarakat terkait orang tua dapat dijadikan sebagai kesempatan
dengan usia dini pada seks pertama di antara untuk berprilaku seksual.
remaja berusia 14-19 tahun di empat negara Afrika Studi pendahuluan yang dilakukan di SMK
yaitu Burkina Faso, Ghana, Malawi, and Uganda. Telkom Sandhy Putra Purwokerto diperoleh data
Komunitas tingkat faktor yang terkait dengan sebagai berikut: dari 20 responden terdiri dari 9
debutnya seksual remaja sangat bervariasi oleh siswa laki-laki dan 11 siswi perempuan kelas XII
negara dan jenis kelamin. masyarakatpengaruh yang telah diwawancarai, 10 orang mengaku tel ah
30 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 28-37

berpegangan tangan dan berpelukan, 6 orang Purwokerto. Uji validitas menggunakan teknik
telah berpegangan tangan, berpelukan serta Korelasi Product Moment di SMK Negeri I
berciuman, 4 orang sudah berpegangan tangan Purwokerto karena pertimbangan bahwa antara
dan melakukan onani/masturbasi, dan seluruhnya SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto dan SMK
mengaku sudah pernah menonton blue film dan Negeri 1 Purwokerto mempunyai karakteristik
membaca cerita dewasa. Dari 20 responden yang yang hampir sama. Uji validitas dilakukan pada 30
diwawancarai 3 orang mengalami pubertas pada responden. Analisis data menggunakan uji statistik
umur 13 tahun, 8 orang pada umur 12 tahun, 4 Koefisien Korelasi Kontingensi pada Chi Square.
orang pada umur 11 tahun, dan 5 pada umur 10
tahun. Selain itu, pada tahun 2011 dan 2012 Hasil dan Pembahasan
terdapat 3 siswa yang diketahui hamil akibat
perilaku seksual remaja. Hasil
Masih kurangnya peran sekolah untuk
meningkatkan pengetahuan tentang pendidikan Penelitian ini menggunakan beberapa
seksual membuat siswa lebih memilih untuk karakteristik yang ditetapkan pada responden
mencari informasi sendiri. Dari fenomena diatas sebagai variabel pengganggu yang nantinya dapat
peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada diketahui variabel-variabel ini berpengaruh be sar
hubungan antara umur pubertas dengan perilaku atau tidak pada responden.
seksual remaja diSMK Telkom Sandhy Putra
Purwokerto. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Berdasarkan uraian di atas, dapat Responden
dirumuskan masalah penelitian ini “Adakah
hubungan antara umur pubertas dengan perilaku Karakteristik Frekuensi Presentasi
seksual remaja siswa kelas XII SMK Telkom Sandhy (n=156) (%)
Putra Purwokerto?” Jenis Kelamin
Tujuan Umum Dalam Penelitian ini adalah Responden
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan umur Laki-laki 87 55,77
pubertas dengan perilaku seksual remaja siswa Perempuan 69 44,23
kelas XII SMK Telkom Shandy Putra Purwokerto. Usia Responden
Tujuan Khususnya untuk mengetahui umur < 17 tahun 23 14,74
pubertas, perilaku seksual dan keeratan hubungan ≥ 17 tahun 133 85,26
umur pubertas dengan perilaku seksual remaja Tempat Tinggal
siswa kelas XII SMK Telkom Sandhy Putra Rumah Orang Tua 72 46,15
Purwokerto Kos 84 53,85
Frekuensi Orang Tua
Metode penelitian Menghubungi
Responden Setiap
Rancangan penelitian menggunakan metode Hari
analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan Selalu 27 32,14
cross sectional Variabel bebasnya Umur Pubertas Sering 36 42,86
Siswa Kelas XII SMK Telkom Sandhy Putra Kadang-kadang 21 25
Purwokerto Tahun Ajaran 2014/2015. Populasinya Tidak Pernah 0 0
adalah siswa kelas XII SMK Telkom Sandhy Putra
Purwokerto yaitu 257 siswa, yang terdiri dari 7
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian
kelas 3 jurusan yaitu Rekayasa Perangkat Lunak
menunjukan bahwa jenis kelamin responden
(RPL) 2 kelas, Teknik Jaringan Akses (TJA) 3 kelas,
sebagian besar adalah laki-laki yaitu 87 responde n
Teknik Komputer Jaringan (TKJ) 2 kelas. Teknik
(55,77 %).
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan tabel di atas hasil penelitian
proportional random sampling Berdasarkan
menunjukan bahwa usia responden mayoritas
perhitungan di atas, jumlah sampel yang
adalah usia 17 atau lebih yaitu 133 responden
digunakan dalam penelitian ini adalah 156 orang
(85,26%). Menurut Dariyo (2006) usia seseorang
siswa kelas XII SMK Telkom Sandhy Putra
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 31
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 28-37

dalam beberapa bidang yang lain, seperti: jenis pubertas normal yaitu sebanyak 104 responden
pendidikan, jenis pekerjaan, dan kedewasaan (66,7%), selain itu sebanyak 29 responden (18,6%)
dalam berpikir dan bertindak. mendapatkan pubertas terlambat, sisanya 23
Berdasarkan tabel di atas hasil penelitian responden (14,7%) mendapatkan pubertas dini.
menunjukkan bahwa responden yang tinggal di kos
lebih banyak daripada yang tinggal di rumah orang Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual
tua yaitu 53,85 %. Pengaruh lingkungan terhadap Remaja Siswa Kelas XII SMK Telkom Sandhy Putra
pergaulan bebas dapat dikatakan sangat Purwokerto
memberikan dampak yang serius terhadap remaja
khususnya siswa. Siswa atau remaja selalu Perilaku Frekuensi (f) Persentase
mengikuti perkembangan gaya hidup yang terus Seksual (%)
berubah ke arah yang lebih bebas jauh dari nilai- Positif 130 83.3
nilai agama. Untuk itu diperlukan pengawasan Negatif 26 16.7
yang lebih baik dari orang tua terhadap anak.
Total 156 100
Untuk karakteristik frekuensi orang tua
menghubungi responden setiap harinya, pada
penelitian ini untuk responden yang tidak tinggal Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat diketahui
setiap hari dengan orang tuanya melakukan bahwa mayoritas responden memiliki perilaku
komunikasi melalui telepon maupun sms (short seksual positif sebanyak 130 responden (83,3%)
dan sebagian kecil memiliki perilaku seksual
message service) untuk setiap harinya responden
negatif sebanyak 26 responden (16,7%).
banyak menjawab sering yaitu 42,86%. Peran
orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
remaja. Remaja dalam keluarga yang bercerai lebih Tabel 4. Hubungan Antara Umur Pubertas Dengan
menunjukkan penyesuaian dibandingkan dengan Perilaku Seksual Remaja Siswa Kelas XII SMK
keluarga remaja yang utuh dengan kehadiran Telkom Sandhy Putra Purwokerto
orang tuanya. Orang tua yang sibuk, kualitas
pengasuhan yang buruk, dan perceraian orang tua, Perilaku_Seksual

remaja dapat mengalami depresi, kebingungan, Positif Negatif Total


dan ketidakmantapan emosi yang menghambat p-value C
f % f % f %
mereka untuk tanggap terhadap kebutuhan remaja
Pubertas Dini 4 17,4 19 82,6 23 100
sehingga remaja dapat dengan mudah terjerumus
pada perilaku yang menyimpang seperti seks Pubertas 97 93,3 7 6,7 104 100
Normal 0,000 0,594
pranikah (Santrock, 2005).
Pubertas 29 100 0 0 29 100
Setelah dilakukan penelitian tentang Terlambat
hubungan antara umur pubertas dengan perilaku Total 130 26 156
seksual remaja siswa kelas XII SMK Telkom Sandhy
Putra Purwokerto yang dilakukan pada 17 April
2015 didapatkan hasil sebagai berikut: Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa dari
23 responden yang mengalami pubertas dini
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Umur Pubertas Siswa mayoritas memiliki perilaku seksual negatif
Kelas XII SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto sebanyak 19 responden (82,6%), sedangkan dari
104 responden yang mengalami pubertas normal
Umur Pubertas Frekuensi (f) (%) mayoritas memiliki perilaku seksual positif yaitu 97
responden (93,3%), dan dari 29 reponden yang
Pubertas Dini 23 14.7 mengalami pubertas terlambat semuanya memiliki
Pubertas Normal 104 66.7 perilaku seksual positif.
Pubertas Terlambat 29 18.6 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
bahwa þ-value berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan Chi Square sebesar 0,000, dengan
Total 156 100 taraf signifikan 5% nilai α adalah 0,05, sehingga
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat diketahui dapat disimpulakan bahwa þ-value (0,000) < α
bahwa mayoritas responden mendapatkan (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat
32 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 28-37

disimpulkan ada hubungan antara umur pubertas suku dan perkawinan). Faktor lingkungan termasuk
dengan perilaku seksual remaja siswa kelas XII variabel seperti akses dan kontak dengan sumbe r,
SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto. dukungan dan informasi, sosial budaya, nilai dan
Keeratan hubungan antara variabek umur norma sebagai dukungan sosial.
pubertas dengan perilaku seksual dapat dilihat dari Pada saat seorang anak memasuki masa
nilai koefisien kontingensi pada Chi Square yang pubertas yang itandai dengan menstruasi pertama
didapatkan yaitu 0.594, dimana keeratan kedua pada remaja putri tau pun perubahan suara pada
variabel dalam kategori sedang. remaja putra, secara biologis dia mengalami
perubahan yang sangat besar. Pubertas
Pembahasan menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki
kemampuan untuk ber-reproduksi. Karakteristik
Umur Pubertas Siswa Kelas XII SMK Telkom anak puber antara lain: merasa diri sudah dewasa
Sandhy Putra Purwokerto sehingga anak sering membantah atau menentang,
emosi tidak stabil sehingga anak puber cenderung
Berdasarkan Tabel 2 diatas dapat diketahui merasa sedih, marah, gelisah, khawatir, mengatur
bahwa mayoritas responden mendapatkan dirinya sendiri sehingga terkesan egois, dan sangat
pubertas normal yaitu sebanyak 104 responden mengutamakan kepentingan kelompok atau ge nk
(66,7%), selain itu sebanyak 29 responden (18,6%) sehingga mudah terpengaruh oleh teman
mendapatkan pubertas terlambat, sisanya 23 sekelompoknya. Anak mudah terpengaruh oleh
responden (14,7%) mendapatkan pubertas dini. lingkungan dan budaya baru yang sering
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa dari bertentangan dengan norma masyarakat, serta
23 responden yang mengalami pubertas dini 19 memiliki rasa keingitahuan yang besar pada hal-hal
diantaranya memiliki perilaku seksual negatif, baru yang mengakibatkan perilaku coba-coba
sisanya 4 responden memiliki perilaku seksual tanpa didasari dengan informasi yang benar dan
positif. Hasil penelitian didapatkan sebagain be sar jelas (Hurlock, 2006).
responden mengalami pubertas normal, dengan
demikian perubahan hormon yang mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Siswa Kelas XII SMK
perilaku seksual remaja terjadi secara normal. Telkom Sandhy Putra Purwokerto
Hasil ini didukung oleh pernyataan Hyde
(2006) semakin muda umur seseorang saat Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat diketahui
mengalami pubertas maka semakin besar risiko bahwa mayoritas responden memiliki perilaku
terjadinya perilaku seks pranikah dikarenakan seksual positif sebanyak 130 responden (83,3%)
perubahan pada hormon yang terjadi seiring dan sebagian kecil memiliki perilaku seksual
dengan masa pubertas berkontribusi pada negatif sebanyak 26 responden (16,7%).
meningkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan Hasil penelitian mengenai perilaku seksual
hubungan dengan lawan jenis. remaja didukung oleh hasil penelitian yang
Hasil ini didukung dengan hasil penelitian dilakukan oleh Kharisfa (2008), dari 53 responde n,
Nursal (2007) tentang faktor-faktor yang 46 responden (86,8%) memiliki perilaku seksual
berhubungan dengan perilaku seksual muri d SMU positif. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil
Negeri di Kota Padang Tahun 2007 menyatakan penelitian yang dilakukan oleh Hidayah (2013),
remaja yang mengalami usia pubertas dini bahwa dari 144 responden, 125 responden (86,8%)
mempunyai peluang berperilaku seksual berisiko yang memiliki perilaku remaja yang positif.
berat 4,65 kali dibanding responden dengan usia Perilaku seksual sering dianggap sebagai hal
pubertas normal. yang berkonotasi negatif, padahal perilaku seksual
Menurut Suryoputro dkk (2007), faktor yang ini sangat luas sifatnya. Perilaku seksual
berpengaruh pada perilaku seksual antara lain merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik
adalah faktor personal termasuk variabel seperti perhatian lawan jenis. Perubahan dan
pengetahuan, sikap seksual dan gender, perkembangan perilaku seksual yang terjadi pada
kerentanan terhadap risiko kesehatan reproduksi , masa remaja dipengaruhi oleh berfungsinya
gaya hidup, harga diri, lokus kontrol, kegiatan hormon-hormon seksual. Hormon-hormon inilah
sosial, self efficacy dan variabel demografi (seperti: yang berpengaruh terhadap dorongan seksual
umur pubertas, jenis kelamin, status religiusitas, manusia (Kusmiran, 2011).
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 33
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 28-37

Perilaku seksual yang negatif, dapat cerita dewasa/ cerita porno dan 1,92%
mengakibatkan hal negatif pula, seperti kehamilan menyatakan selalu membaca cerita dewasa. Untuk
tidak diinginkan dan meningkatkan kejadian kegiatan menonton film porno/blue film 15,4%
aborsi. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut menyatakan sering, banyak juga yang menyatakan
Pinem (2009) bahwa hubungan seksual dapat tiak pernah yaitu 50%. Sebanyak 65% menyatakan
berakhir dengan kehamilan akan memicu tidak pernah melakukan onani/masturbasi ketika
terjadinya aborsi yang tidak aman (abortus membaca cerita porno/menonton film porno.
provokatus kriminalis). Akibat dari aborsi ini adalah Fantasi seksual seharusnya tidak dilakukan oleh
infeksi organ reproduksi, kemandulan, serta remaja karena dapat menyebabkan remaja
kematian akibat perdarahan. Jika kehamilan melakukan perilaku seks pranikah. Ini sesuai
berlanjut sampai bayi lahir maka kondisi keji waan dengan teori menurut Dariyo (2006) bahwa
ibu akan berpengaruh pada kondisi fisik bayi yang kegiatan berfantasi seksual ini seringnya diiringi
akan dilahirkan. Bayi yang dilahirkan bisa saja dengan kegiatan masturbasi. Kegiatan ini
mengalami BBLR, kecacatan fisik, atau bertujuan menambah kesenangan pada aktivitas
prematuritas seksual yang dilakukan, subtitusi untuk
Berdasarkan penelitian diatas diketahui pengalaman nyata yang tidak mungkin dilakukan.
bahwa dari total responden didapatkan sebanyak Kegiatan ini dapat membuat remaja ingin
34,6% menyatakan selalu tertarik pada lawan mencoba-coba dan membuat rasa penasaran
jenis. Selain itu 52,6 % responden menyatakan remaja tinggi.
bahwa kadang-kadang ingin memiliki pacar ke ti ka Remaja sering kali dipertunjukan majalah
melihat teman mempunyai pacar. Dari total film, acara televisi, lagu, iklan, dan produk-produk
responden 60,9% menunjukan bahwa reponden yang berdaya khayal dan mengandung pesan ke
kadang-kadang tertarik pada laki-laki arah seksual yang merupakan pelengkap konsep
tampan/perempuan cantik. Hal tersebut realita masyarakat yang dikenal dengan
merupakan perilaku seksual yang wajar dialami pornografi, merangsang gairah seksual,
oleh remaja pada umumnya. Sesuai dengan mendorong orang gila seks, meruntuhkan nilai-
pendapat Sarwono (2011), perilaku seksual nilai moral. Hasil studi Gazali (2005), menunjukkan
merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat bahwa ketersediaan dan kemudahan menjangkau
seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama produk media pornografi merupakan faktor
jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa stimulan utama bagi remaja untuk melakukan
bermacam-macam, mulai dari perasaan tetarik perilaku seksual pranikah.
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan Dari total responden sebanyak 25%
bersenggama. menyatakan kadang-kadang ciuman kening atau
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pipi pada teman lawan jenis, sebanyak 1,28%
dihasilkan 39,7% responden kadang-kadang menyatakan selalu berciuman kening atau pipi
berduaan dengan lawan jenis di suatu tempat, dengan lawan jenis. Sebanyak 71,8% menyatakan
sebanyak 13,5% menyatakan selalu, selain i tu ada tidak pernah melakukan ciuman bibir, tetapi 3,85%
19,9% responden menyatakan tidak pernah menyatakan selalu berciuman bibir dengan l awan
berduaan dengan lawan jenis di suatu tempat. jenis (pacar), dan 21,8 % menyatakan kadang-
Sebanyak dan 40,4% menyatakan kadang-kadang kadang berciuman bibir. Karena perilaku seks pada
berpegangan tangan dengan lawan jenis. Pada remaja ada tahapan yang berpacaran mulai dari
perilaku berpelukan dengan lawan jenis, 68,6% tertarik pada lawan jenis, berciuman, berpelukan
reponden menyatakan tidak pernah, tetapi dan akan meraba-raba bagian sensitif
sebanyak 18,6% menyatakan sering pasangannya. Pada penelitian ini 82,1%
melakukannya. Perilaku seksual tidak intim yang menyatakan tidak pernah berciuman disertai
dilakukan seperti berpegangan tangan dan dengan meraba bagian-bagian sensitif pasangan,
berpelukan tanpa disertai perilaku seksual yang tetapi 16% kadang-kadang melakukannya, bahkan
lebih mendalam dapat menjadi awal pada perilaku sisanya 1,92% sering melakukannya.
seksual yang negatif. Berdasarkan hasil penelitian Adawiyah
Pada perilaku seksual yang berupa fantasi (2007), ada perbedaan yang sangat signifikan
seksual, pada penelitian ini dihasilkan 46,2% antara perilaku dengan hubungan seksual pranikah
responden menyatakan kadang-kadang membaca antara remaja yang religiusitasnya tinggi dengan
34 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 28-37

remaja yang religiusitasnya rendah. Remaja yang dan sebagian besar yaitu 81,8% menyatakan tidak
religiusitasnya tinggi menunjukkan perilaku pernah.
terhadap hubungan seksual pranikah rendah Menurut Sarwono (2011), pengetahuan
(menolak), sedangkan remaja yang religiusitasnya yang setengah-setengah justru lebih berbahaya
rendah menunjukkan perilaku terhadap hubungan dari pada tidak tahu sama sekali. Pembentukan
seksual pranikah tinggi (menerima). pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh faktor
Necking juga merupakan perilaku seksual. internal yaitu cara individu dalam menanggapi
Necking merupakan istilah yang digunakan untuk pengetahuan tersebut dan eksternal yang
menggambarkan ciuman disekitar leher dan merupakan stimulus untuk mengubah
pelukan yang lebih mendalam. Pada penelitian i ni pengetahuan tersebut menjadi lebih baik lagi.
80,8% reponden tidak pernah mencium/dicium Pada penelitian ini sebanyak 87,8% dari total
disekitar leher ke bawah, tetapi ada 5,13% sering reponden menyatakan tidak pernah melakukan
melakukannya dan 12,8% menyatakan hanya oral seks, tetapi 19,62% menyatakan kadang-
kadang-kadang. Dari total responden 87,2% tidak kadang melakukannya, bahkan 2,65% sering
pernah berciuman sambil berpelukan yang melakukan oral seks/hubungan seksual melalui
mendalam, namun 0,64% menyatakan selalu mulut. Pada perilaku intercrouse 7,65% mengaku
melakukan berciuman dengan berpelukan yang kadang-kadang melakukan hubungan seksual
mendalam, sisanya 2,56% dan 9,62% menyatakan secara vaginal ketika berpacaran, 5,77%
sering dan kadang-kadang melakukan hal tersebut. menyatakan sering, 7,05% hanya kadang-kadang
Bandura dalam Santrock (2007), melakukannya.
menyatakan bahwa faktor pribadi /kognitif, faktor Masih kurangnya peran sekolah untuk
perilaku dan faktor lingkungan dapat berintraksi meningkatkan pengetahuan tentang pendidikan
secara timbal- balik. Dengan demikian dalam seksual membuat siswa lebih memilih untuk
pandangan Bandura, lingkungan dapat mencari informasi sendiri. Di SMK Telkom Sandhy
memengaruhi perilaku seseorang, namun Putra Purwokerto sendiri hanya ada satu
seseorang dapat bertindak untuk mengubah organisasi kesehatan untuk siswa yaitu PMR,
lingkungan. Menurut Suryoputro dkk (2007), faktor sedangkan keterlibatan siswa belum maksimal,
yang berpengaruh pada perilaku seksual antara hanya sebagian kecil saja, sehingga hanya sedit
lain adalah faktor personal termasuk variabel siswa yang tau tentang kesehatan, khususnyas
seperti pengetahuan, sikap seksual dan gender, kesehatan reproduksi remaja. Berdasarkan hal
kerentanan terhadap risiko kesehatan reproduksi , tersebut agar meratanya pengetahuan tentang
gaya hidup, harga diri, lokus kontrol, kegiatan kesehatan reproduksi remaja khususnya perilaku
sosial, self efficacy dan variabel demografi (seperti: seksual, perlu adanya pemberian materi tentang
umur pubertas, jenis kelamin, status religiusitas, kesehatan reproduksi remaja kepada siswa SMK
suku dan perkawinan). Telkom Sandhy Putra Purwokerto, baik berupa
Tujuan seksual disamping untuk kesenangan penyuluhan atau memasukan dalam mata
atau kepuasan seksual atau juga pengendoran pelajaran.
ketegangan seksual. Kartono juga menjelaskan Pergaulan menjadi kunci sejauh mana
bahwa seks adalah mekanisme bagi manusia untuk mereka dapat menunjukkan eksistensi dirinya.
melanjutkan keturunan. Seks bukan hanya Pergaulan yang bebas terkadang membuat para
perkembangan dan fungsi primer saja, tetapi jug a peserta didik tidak dapat mengontrol dirinya,
termasuk gaya dan cara berperilaku kaum pria dan sehingga mereka terjerumus dalam perilaku
wanita dalam hubungan interpersonal atau sosial seksual. Berbagai perilaku seksual yang di l akukan
(Amrillah, 2006). peserta didik pada zaman sekarang mereka
Pada perilaku seksual petting, yaitu berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang
menggesek-gesekkan alat kelamin ke alat kel amin ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai
pasangan diluar pakaian maupun secara langsung pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang
tidak ada responden yang menyatakan selalu pada dasarnya adalah keinginan untuk meni kmati
melakukannya, namun 11,5% responden dan memuaskan dorongan seksual. Berbagai
menyatakan kadang-kadang melakukan perilaku kegiatan yang mengarah pada pemuasan
tersebut, 7,33% menyatakan sering melakukannya, dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan
tidak berhasilnya seseorang dalam
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 35
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 28-37

mengendalikannya atau kegagalan untuk pubertas, pengetahuan, sikap, status perkawinan


mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain orang tua, pola asuh orang tua, jumlah pacar, lama
yang sebenarnya masih dapat dikerjakan. Sehingga pertemuan dengan pacar dan paparan media
informasi yang baik dan akurat diperlukan oleh elektronik dan media cetak berhubungan
remajauntuk menghindari pengaruh buruk yang bermakna dengan perilaku seksual remaja.
dapat menimbulkan perilaku seksual yang Pubertas adalah masa ketika seseorang anak
menyimpang (Anonim, 2009). mengalami perubahan fisik, psikis, dan
pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dal am
Hubungan Antara Umur Pubertas Dengan dimulai saat berumur 8 hingga 10 tahun dan
Perilaku Seksual Remaja Siswa Kelas XII SMK berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun.
Telkom Sandhy Putra Purwokerto. Pada masa ini memang pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung dengan cepat.
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa dari Berdasarkan hasil penelitian Nursal (2007)
23 responden yang mengalami pubertas dini menyatakan remaja yang mengalami usia puber
mayoritas memiliki perilaku seksual negatif dini mempunyai peluang berperilaku seksual
sebanyak 19 responden (82,6%), sedangkan dari berisiko berat 4,65 kali dibanding responden
104 responden yang mengalami pubertas normal dengan usia pubertas normal. Hal ini terjadi karena
mayoritas memiliki perilaku seksual positif yaitu 97 adanya perubahan-perubahan hormonal yang
responden (93,3%), dan dari 29 reponden yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas).
mengalami pubertas terlambat semuanya memiliki Peningkatan ini membutuhkan penyaluran dalam
perilaku seksual positif. bentuk tingkah laku seksual tertentu (Sarwono,
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui 2011).
bahwa þ-value berdasarkan hasil perhitungan Hal ini juga didukung dengan pendapat
diatas sebesar 0,000, dengan taraf signifikan 5% Suryoputro dkk (2007) bahwa faktor yang
nilai α adalah 0,05, sehingga dapat disimpulakan berpengaruh pada perilaku seksual antara lain
bahwa þ-value (0,000) < α (0,05) maka Ho ditolak adalah faktor personal termasuk variabel seperti
dan Ha diterima. Dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan, sikap seksual dan gender,
antara umur pubertas dengan perilaku seksual kerentanan terhadap risiko kesehatan reproduksi ,
remaja siswa kelas XII SMK Telkom Sandhy Putra gaya hidup, harga diri, lokus kontrol, kegiatan
Purwokerto. sosial, self efficacy dan variabel demografi (seperti:
Hasil penelitian didapatkan ada hubungan umur pubertas, jenis kelamin, status religiusitas,
antara umur pubertas dengan perilaku seksual suku dan perkawinan).
remaja, hal ini bisa disebabkan dengan semakin Penelitian yang mendukung didapatkan dari
muda umur seseorang saat mengalami pubertas hasil penelitian yang dilakukan Taufik dan Anganthi
maka semakin besar risiko terjadinya perilaku seks (2005) mengenai pada perilaku seksual pada
remaja dikarenakan perubahan pada hormon yang remaja SMU di Surakarta denga sampel berjuml ah
terjadi seiring dengan masa pubertas berkontribusi 1.250 orang, berasal dari 10 SMU di Surakarta yang
pada meningkatnya keterlibatan seksual pada terdiri dari 611 laki-laki dan 639 perempuan
sikap dan hubungan dengan lawan jenis. menyatakan bahwa 10,53% temaja pernah
Menurut penelitian Mustofa dan Winarti melakukan ciuman bibir basah, 4,23% petting
(2010) yang berjudul “Faktor yang Mempengaruhi (bercembu), dan ,09% telah melakukan hubungan
Perilaku Seks Pranikah mahasiswa Di Pekalongan seksual(bersanggama) tanpa iktan pernikahan.
Tahun 2009-2010” ada hubungan antara umur Menurut penelitian Wardani (2013) yang
dengan perilaku seks pranikah. Dengan hasil berjudul “Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
penelitian nilai signifikan 0,03 p-value < 0,05, ini Remaja tentang Seks Pranikah Di SMA Negeri 1
menunjukan bahwa umur mempengaruhi perilaku Godong” ada hubungan yang bermakna antara
seks pranikah. pengetahuan dengan perilaku seks pranikah,
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05.
penelitian Nursal (2007) tentang “Faktor-faktor Perilaku seks pada remaja di atas menurut
yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Mur i d islam adalah hal yang diharamkan, dan perilaku
SMU Negeri di Kota Padang Tahun 2007”, seks pada remaja tidak dilarang melainkan
menyimpulkan variabel jenis kelamin, usia melakukan ditempat pribadi dalam ikatan
36 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 28-37

pernikahan, islam menjelaskan hukuman bagi bagi BKKBN. 2012. Jumlah ABG di Kota Besar Indonesia
orang yang berzina akan mendapatkan sikasan yang Sudah Pernah Hubungan Seks.
berat dari Allah AWT serta larangan untuk berkelas http://www.BkkbN.go.id. 23 Desembe r
kasihan yang mereka yang beriman kepada Allah 2014.
SWT pada saat hari kiamat, kepada mereka yang
berzina jika mereka yang menghalangi untuk Dariyo, A. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja.
menjalankan agama Allah yang terdapat pada Al- Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.
Qur’an surat An-Nur ayat 2 yang artinya:
Dariyo. 2006. Memahami Fantasi Seksual Dalam
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang
Konteks Hubungan Kelamin Manusia.
berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
Vol. 4. Jakarta.
keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk Gazali, E. (ed), 2005, Faktor Stimulan Bagi Remaja
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman Untuk Melakukan Perilaku Seksual
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah Pranikah. Jakarta: Penerbit Jurusan
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh Ilmu Komunikasi FISIP UI, Jakarta.
sekumpulan orang-orang yang beriman.(QS: An-
Nuur Ayat: 2) Hurlock, EB. 2006. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Erlangga,
Simpulan
Hyde, J.S. 2006. Psychology of Women. Boston:
Mayoritas responden mengalami pubertas Cengage Learning Publisher.
normal sebanyak 104 responden (66,7%),
Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja
sebanyak 29 responden (18,6%) mendapatkan
dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
pubertas terlambat, dan 23 responden (14,7%)
mendapatkan pubertas dini. Mayoritas responden Lubis, 2009. Perilaku Seksul dan Perubahan Fisik
memiliki perilaku seksual positif sebanyak 130 pada Remaja, Jakarta: Slemba Medika
responden (83,3%), sebagian kecil memiliki
perilaku seksual negatif sebanyak 26 responden Muzayyanah, N. 2009. Perkembangan Organ Seks
(16,7%). Ada hubungan antara umur pubertas Remaja. Jakarta: Balai Pustaka.
dengan perilaku seksual remaja siswa kelas XII
SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto dengan Novitasari, D. 2012. Perilaku Seksual Remaja dan
nilai þ-value (0,000) < α (0,05). Keeratan hubungan Faktor Risiko di Kalangan Siswa Sekolah
antara umur pubertas dengan perilaku seksual Menengah Umum. Majalah Kedokteran
dalam kategori sedang dengan nilai koefisien Indonesia, Volum: 59, Nomor: 6, Juni
kontingensi 0,594. 2012.

Nursal DGA. 2007. Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Perilaku Seksual
Daftar Pustaka
Murid SMU Negeri di Kota Padang
Adawiyah R. 2007.Perbedaan Perilaku Terhadap Tahun 2007. Jurnal Kesehatan
Hubungan Seksual Pranikah Ditinjau Masyarakat. Vol II. No 2. Maret 2008:
Dari Religiusitas. 175-180.
http://etd.library.ums.ac.id/go.php?id=j Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan
tptums-gdl-s1-2007-rabiatulad-5614. 12 Kontrasepsi. Jakarta: KDT
Mei 2015
Santrock, J. W. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: PT
Al-Qur’an al-mu’minun, Syaamil Al-Qur’an Special Raja Grafindo Persada.
For Woman.
Santrock, J.W. 2007 Psikologi Pendidikan (edisi
Amrillah. 2006. Perilaku Seksual Wabal Ditinjau kedua). (Penerj. Tri Wibowo B.S).
Dari Kualitas Komunikasi Orangtua - Jakarta: Kencana
Anak Tentang Seksualitas. Skripsi:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 37
Vol 2, No. 1, Juni 2018, pp. 28-37

Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak, Suryoputro, A, dkk. 2006. Faktor-Faktor yang
edisi ke-11 jilid 1. Jakarta: Penerbit Mempengaruhi Perilaku Seksual
Erlangga. Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya
terhadap Kebijakan dan Layanan
Sari. 2008. Hubungan Antara Presepsi Terhadap Kesehatan Seksual dan Reproduksi.
Gaya Hidup Clubbing Dengan Religiutas Makara, Kesehatan. 10 (1), 29-40.
Pada Remaja di SMA Negeri 5
Surakarta. Surakarta: Skripsi Fakultas Taufik. & Anganthi, N. R. N. 2005. Seksualitas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Remaja: Perbedaan Seksualitas Antara
Surakarta. Remaja Yang Tidak Melakukan
Hubungan Seksual Dan Remaja Yang
Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Melakukan Hubungan Seksual. Jurnal
Raja Grafindo Persada. Penelitian Humaniora, 6(2), 115-129.

Anda mungkin juga menyukai