Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

ERGONOMI KERJA

Dosen Pengumpu: Dr.dr. Aila Karyus ,M.kes.,Sp.KKLP

TUGAS KELOMPOK 3

1. Hikmawati (NPM 216131004)


2. Candra Irawati (NPM 216131032)
3. Lia Yuliani (NPM 216131031)

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya perkembangan dan pertumbuhan

suatu bangsa, baik sekarang maupun dimasa yang

akan datang tentunya tidak bias lepas dari proses

industrialisasi. Maju dan mundurnya suatu industri

sangat tergantungdari pada peranan tenaga kerja

(pekerja). Faktor manusia di dalam industry

dianggap merupakan suatu infestasi yang paling

utama dan penting sebagai tenaga kerja, adalah

pelaksana berbagai aspek kegiatan ekonomi, yang

perlu memperoleh perhatian khusus dalam

pemeliharaan kesehatan. Dalam membangun

tenagakerja yang produktif, sehat, dan berkualitas

perlu adanya pengelolaan atau manajemen yang

baik, khususnya yang berkait dengan masalah

kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

Perkembangan industri dan kemajuan teknologi

dewasa ini, tidak jarang diikuti pula oleh

kemungkinan timbulnya resiko lain akibat

pengaruh lingkungan kerja, baik berupa faktorfisik,

kimia, biologi, fisiologi, mental psikologi, maupun


akibat pekerjaan itu sendiri, penyakit akibat kerja

sering dianggap sebagai “the silent killer” yaitu

membunuh secara diam-diam, tidak saja

merugikan pekerja yang tanpa sadar telah

mengidap penyakit akibat kerja atau lingkungan

kerja, melainkan juga mengakibatkan kerugians

osial dan ekonomi serta menurunnya produktivitas

(A.M Sugeng Budiono, 1992).

Di tempat industry tenaga kerja secara tidak

langsung maupun secara langsung akan kontak

dengan alat-alat produksi tersebut, secara potensial

terpapar dengan faktor-faktor yang membahayakan

kesehatannya. Praktik kesehatan kerja bertujuan

agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik

melalui fisik, atau mental, maupun sosial, dengan

usaha-usaha preventif maupun kuratif terhadap

penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan yang

diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan

kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum

lainnya (suma’mur, 2009)

Mengingat pentingnya kesehatan para pekerja yang

akan meningkatkan produktivitas kerja secara

optimal, maka perlu diadakan upaya perlindungan

tenaga kerja berupa penyelenggaraan pelayanan

kesehatan di perusahaan (Suma'mur, 1996). Di


mana pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

RI No.03/MEN/1982 yang di dalamnya termuat

juga tujuan dari pada pelayanan kesehatanya itu

untuk memberikan bantuan kepada tenaga kerja

dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental,

melindungi tenaga kerja terhadap gangguan

kesehatan yang timbul dari pekerjaan,

meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental

dan kemampuan fisik tenaga kerja, pengobatan dan

perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang

menderita sakit (Pungky. W, 2002).

Bertitik tolak pada hal tersebut di atas maka upaya

mengenal, memahami, dan menegakkan diagnosis

penyakit akibat kerja, serta sekaligus

mengupayakan pencegahannya, merupakanfaktor

yang sangat penting peranannya dalam

meningkatkan perlindungan dan derajat kesehatan

tenaga kerja.

Pelaksanaan kesehatan di industri pada program

kuratif yaitu Pelayanan kesehatan yang

terselenggara berbentuk klinik untuk pertolongan

pertama atau pengobatan berkala. Kelambatan

pengembangan poliklinik perusahaan menjadi

pusat pelayanan kesehatan kerja, umumnya bukan

disebabkan oleh masalah biaya tetapi penyebab

utamanya yaitu masalah kesadaran, pengetahuan,


serta sikap pandang manajemen terhadap

kesehatan kerja.

Terdapat risiko bahaya yang cukup besar di sebuah

perusahaan antaralain : kebakaran, peledakan,

iritasikulit, keracunan gas maupun efek kronis

yang dapat mengganggu kesehatan. Sudah tentu

seluruh karyawan yang ada mempunyai resiko

terjangkit penyakit akibat kerjabaik karyawan shift

maupun non shift.

Karena mengingat pentingnya kesehatan karyawan

maka penulis tertarik untuk membahas pelayanan

kesehatan di perusahaan yang mempunyai tujuan

untuk menjaga dan meningkatkan derajat

kesehatan karyawan secara optimal untuk

menunjang peningkatan produktivitas kerja dan

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di

perusahaan. Sehingga dengan bertolak dari hal

tersebut maka penulis mengambil judul makalah

”kuratif pelayanan Kesehatan ditempat kerja ’’


BAB II

LADASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisikuratif

Istilah kuratiff diartikan sebagai

"pengobatan". Yang dimaksud dengan

kuratif kesehatan atau upaya kesehatan

kuratif adalah suatu upaya kesehatan yang

dilakukan untuk mencegah penyakit

menjadi lebih parah melalui pengobatan.

Upaya kesehatan kuratif juga dapat

diartikan sebagai usaha medis yang

dilakukan untuk menyembuhkan atau

mengurangi rasa sakit yang diderita

seseorang. Termasuk dalam tindakan ini

adalah mengenal dan mengetahui jenis

penyakit pada tingkat awal serta


mengadakan pengobatan yang tepat dan

segera.

Tujuan utama dari usaha pengobatan

(kuratif) adalah pengobatan yang setepat-

tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap

jenis penyakit sehingga tercapai

penyembuhan yang sempurna dan segera.

B. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi

(Depnaker, 2001)

1) Kesehatan kuratif

Kesehatan kuratif adalah menekan

seminimal mungkin angka absen karena

sakit, serta memperpendek lamanya

sakit.

2) Kesehatan preventif

Kesehatan prefentif merupakan upaya

untuk mencegah tenaga kerja

mengalami gangguan kesehatan dan

penyakit.

3) Kesehatan rehabilitatif

Pengamanan bahaya oleh karena proses

produksi yang mungkin berakibat

kepada tenaga kerja maupun

masyarakat luas.

4) Kesehatan promitif
Penyesuaian diantara tenaga kerja dan

pekerjaannya dengan tujuan kegairahan

dan efisiensi kerja.

Setiap perusahaan wajib menyelenggarakan

program kesehatan kerja di mana tujuan dari pada

penyelenggaraan kesehatan kerja tersebut adalah untuk

kepentingan semua pihak yang terliat dalam proses

produksi, seperti pengusaha dan tenaga kerja, serta semua

orang yang berada di lingkungan perusahaan.

TUGAS PELAYANAN KESEHATAN KERJA

PERMENAKERTRANS NO. Per. 03 /Men/1982

1. Pemeriksaan kesehatan tenagakerja


2. Pembinaan & pengawasan Penyesuaian pekerjaan
terhadap tenaga kerja
3. Pembinaan & pengawasan Lingkungan Kerja
4. Pembinaan & pengawasan sanitasi
5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan untuk
kesehatan tenaga kerja
6. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit
umum & PAK
7. P3K
8. Latihan Petugas P3K
9. Perencanaan tempat kerja, APD, gizi, &
penyelenggaraan makanan di tempatkerja
10. Rehabilitasi akibat Kecelakaan atau PAK
11. Pembinaan terhadap tenaga kerja yang punya
kelainan.
12. Laporan berkala.
Berikut adalah Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja
Permennakertrans No. Per. 03/Men/1982
1. Memberikan bantuan kepada TK dalam
penyesuaian diri
2. Melindungi TK thd. Gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental
(rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta

rehabilitasi

C. Upaya Kuratif

Yang mencakup upaya kuratif adalah

a. Tindakan P3K dan kasus gawat darurat

lainnya

b. Rawat Jalan

c. Rawat Inap

d. Pengobatan, perawatan Tk yang sakit

e. Tindakan Operasi.Merujukpasien, dll

a. Pemberian P3K

P3K merupakan upaya memberikan

pertolongan pertama secara cepat dan tepat

kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain

yang berada di tempat kerja, yang

mengalami sakit atau cedera di tempat

kerja.

Petugas P3K di tempat kerja adalah

pekerja/buruh yang ditunjuk oleh

pengurus/pengusaha dan diserahi tugas

tambahan untuk melaksanakan pertolongan


pertama pada kecelakaan kerja. Petugas ini

wajib memiliki lisensi dan buku kegiatan

P3K dari Kepala Instansi yang

bertanggungjawab di bidang

ketenagakerjaan setempat.

Sementara, untuk mendapatkan lisensi,

personel harus memenuhi beberapa syarat,

antara lain:

1. bekerja pada perusahaan yang

bersangkutan;

2. sehatjasmani dan rohani;

3. bersediaditunjukmenjadipetugas P3K;

dan

4. memilikipengetahuan dan keterampilan

dasar di bidang P3K di tempatkerja yang

dibuktikan dengan sertifikat pelatihan.

B. Rawat jalan, rawat inap

Hak karyawan dalam menggunakan asuransi

perusahaan saat sakit parah tergantung pada

jaminanbiayaperawatan yang

diberikanperusahaan. asuransikaryawan yang

diberikanperusahaanseperti pada rawatjalan dan

rawatinap.

1. Rawat jalan, yaitu jenis perawatan kesehatan

di faskes akibat sakit atau kecelakaan tanpa

harus menginap di rumah sakit. Perawatan ini


bias dilakukan sebelum, sesudah, atau tanpa

rawat inap.

2. Rawat inap, yaitu perawatan kesehatan yang

mengharuskan karyawan menginap di rumah

sakit. Biasanya karena sakit atau kecelakaan.

D. Pengobatan, perawatan Tk yang sakit

Program kesehatan yang menekankan upaya

kuratif adalah

• Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah

mengalami gangguan Kesehatan

• Pelayanan diberikan meliputi pengobatan

terhadap penyakit umum maupun penyakit

akibat kerja. Misalnya penanggulangan

Penyakit TB di tempat kerja

• Pengobatan Kecelakaan akibat kerja seperti

Terjepit,Terjatuh, Terpukul,Tergelincir,

Tertimbun tanah,Terkena aliran listrik,

Terbakar, terbelit, kejatuhan benda, terkena

debu atau gas, tenggelam, dll

Penyakit Akiba tKerja (PAK)

Dalam melakukan tugasnya di perusahaan atau

sekelompok pekerja beresiko mendapat

kecelakaan atau PAK. PAK merupakan

penyakit yang timbul karena


Hubungan kerja/disebabkan oleh

pekerjaan/lingkungan kerja (Suma’mur, 1996).

Bahkan seseorang atau sekelompok pekerja

yang melakukan tugasnya di perusahaan pun

dapat beresiko terkena kecelakaan atau

penyakit akibat kerja. Dalam Peraturan Mentri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

02/MEN/1981 Penyakit Akibat Kerja adalah

setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

atau lingkungan kerja, sedangkan dalam

Keputusan Presiden No. 22 tahun 1993 tentang

Penyakit yang Timbul

Akibat Hubungan Kerja pada pasal 1 dan 2

disebutkan bahwa penyakit yang timbul karena

hubungan kerja berhak mendapat jaminan

kecelakaan kerja baik pada saat masalah dalam

hubungan kerja ataupun setelah hubungan kerja

berakhir.

Dalam Peraturann Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. PER 01/MEN/1981 tentang

Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja

bahwa penyakit akibat kerja adalah setiap

penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau

lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja

(occupational disease) ditetapkan berdasarkan

karakteristik penyebab dan proses terjadinya

lambat (kronis). Bila proses terjadinya cepat


atau mendadak (akut) disebutkecelakaan

(Tarwaka, 2008).

Yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja

adalah sebagai berikut (suma’mur, 2009)

a. Faktor fisik, seperti :

1) Suara yang dapatmengakibatkankatulian.

2) Radiasisinarrontgenatausinarradioaktif

3) Suhu yang terlalutinggimenyebabkan heat

stroke (pukulanpanas)

4)

Tekanandarahtinggimenyebabkanpenyakitkaiso

n.

5) Peneranganlampu yang

burukdapatmengakibatkankelainan pada

indrapenglihatan.

b. Faktor kimiawi, seperti :

1) Debu yang menyebabkan pneumoconiosis.

2) Uap yang dapatmenyebabkan dermatosis

3) Gas

4) Larutan zat kimia menyebabkan iritasi pada

kulit.

5) Awan atau kabut.

c. Faktor biologis, misalnya bibit penyakit

antraks atau brucella yang mengakibatkan

penyakit akibat kerja pada pekerja penyamak

kulit.

d. Faktor fisiologis/ergonomis, yaitu antara lain

kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang


tidak benar dalam melakukan pekerjaan dan

lain-lain yang dapat menyebabkan kelelahan

fisik dan gangguan kesehatan.

e. Faktor mental psikologi, misalnya hubungan

kerja atau industrial yang tidak baik, dengan

akibat timbulnya misalnya depresi atau

penyakit psikosomatis

Cara menegakkan penyakit akibat kerja agak

berlainan dari pada diagnose penyakit umum.

Langkah yang perlu diambil untuk

menegakkan suatu diagnose penyakit akibat

kerja adalah :

a. Riwayat penyakit dan Riwayat pekerjaan

b. Pemeriksaan klinis

c. Pemeriksaan labolatorium

d. Pemeriksaan Ro

e. Pemeriksaan tempat kerja dan ruangan

f. Hubungan antara bekerja dan tidak bekerja

dengan gejala penyakit.

Bila seluruh cara di atas masih dianggap

meragukan, kesimpulan pada akhirnya

berada dan sesuai dengan keputusan dokter

yang memeriksanya.
Diagnosis penyakit akibat kerja adalah

landasan terpenting bagi manajemen

penyakit tersebut promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif. Diagnosis

penyakit akibat kerja juga merupakan

penentu bagi dimiliki atau tidak

dimilikinya hak atas manfaat jaminan

penyakit akibat kerja yang tercakup dalam

program jaminan kecelakaan kerja.

Sebagaimana berlaku bagi semua penyakit

pada umumnya, hanya dokter yang

kompeten membuat diagnose penyakit

akibat kerja (Suma’mur, 2009).

Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja RI

No. KEPTS. 333/MEN/1989 tentang

Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat

Kerja, bahwa diagnosis penyakit akibat

kerja ditegakkan melalui serangkaian

pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

kondisi pekerjaan serta lingkungan nya

untuk membuktikan adanya hubungan

sebab akibat antara penyakit dan

pekerjaannya.

KecelakaanKerja

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang

tidak diinginkan, datangnya dengan tiba-

tiba dan sudah terduga yang bisa


menyebabkan kerugian pada manusia,

perusahaan, masyarakat, maupun

lingkungan. Kecelakaan diakibatkan antara

kontak dengan sumber energi (kimia,

mekanik, elektrikal, dan lain-lain) yang

melebihi ambang batas tubuh (Suma’mur,

1996).

Kecelakaan kerja selain menimbulkan

kerugian secara ekonomi juga

menimbulkan kerugian non ekonomi yang

sulit dinilai. Kerugian ekonomi antara lain

kerusakan mesin dan bahan, hari karja yang

hilang, produksi yang hilang dan biaya

kecelakaan. Kerugian non ekonomis sulit

dinilai seperti penderita korban kecelakaan

yang anggota tubuhnya hilang atau

anggota kelurganya yang meninggal akibat

kecelakaan. Oleh karena itu menejemen

berkewajiban agar selalu meningkatkan

pelaksanaan keselamatan dan Kesehatan

kerja yang dipimpinnya (Syukri Sahab,

1997).

Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh

dua hal yaitu Tindakan manusia yang tidak

aman (unsafe Act) dan keadaan lingkungan

yang tidakaman (unsafe condition). Karena


penyebab utama kecelakaan adalah dari

factor manusia misalnya konsentrasi

berkurang, kurang disiplin, kerja sambal

bergurau dan coba-coba, ambil cara

pendekatan mudahnya, dan sifat tergesa-

gesa oleh karena itu sumberdaya manusia

dalam hal ini memegang peranan penting

dalam penciptaan keselamatan dan

Kesehatan kerjatenaga kerja yang mau

membiasakan dirinya dalam keadaan yang

aman akan sangat membantu dalam

memperkecil angka kecelakaan kerja

(Suma’mur, 1996).

Menurut Suma’mur (1996) setiap

kecelakaan atau penyakit akibat kerja yang

terjadi merupakan serangkaian proses

sebab akibat. Dengan cara memutuskan

mata rantai tersebut peristiwa kecelakaan

dan penyakit akibat kerja dapat dicegah.

Biaya-biaya yang dikelurkan untuk usaha-

usaha pencegahan jauh lebih kecil

dibandingkan dengan biaya-biaya

kecelakaan atau penyaki takibat kerja.

Penyebabdasarkecelakaanadalah :

a. Faktor pekerjaan

1) Supervisi yang kurangmemadai


2) Rekayasa yang kurangmemadai

3) Pengadaankurangmemadai

4) Peralatan dan perkakaskurangmemadai

5) Standartkerjakurangmemadai

6) Keausan

7) Salah pakai dan perlakuan yang keliru

b. Faktor individu

1) Pengetahuan kurang

2) Keterampilan kurang

3) Stresatautegang

4) Motivasi yang kurang

Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh

kecelakaan akibat kerja, adalah : a.

Kerusakan

b. Kekacauanorganisasi

c. Keluhan dan kesedihan

d. Kelainan dan cacat

e. Kematian

(Suma’mur, 1987 dalam Dwi Adhitiya

Budi Lestyowati, 2008) Pekerja yang

mengalami resiko ini berhak mendapat

jaminan dari perusahaan. Kecelakaan yang

berakibat cidera dan kehilangan hari kerja

pada kecelakaan yang berakibat cidera dan

kehilangan hari kerja dilaporkan

keDepnaker dan Jamsostek. Lapor ke

Jamsostek guna membayar santunan yang

menjadi hak pekerja sebagai akibat


kecelakaan, misalnyabiayaperawatan,

santunancacat, kematian, dan sebagainya.

Sedangkan laporan ke Depnakerada 2

manfaatnya ialah untuk mengawasi dan

memastikan bahwa pekerja telah

memperoleh haknya dan mengumpulkan

data untuk dianalisis guna kebijakan untuk

mencegah kecelakaan kerja (Syukri Sahab,

1997).

E. Tindakan operasi

Operasi atau tindakan medis akibat kecelakaan

kerja.

Kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang

adalah suatu kondisi darurat medis yang harus

segera mendapatkan pertolongan medis.

Tindakan emergency ini penting untuk

meminimalisir risiko Kesehatan tulang yang

lebih parah.

• Jika kondisipatahtulangcukupparah dan

harusmenjalanitindakanoperasi,

makadokterakanmelakukanpemasangan gip

s di area patah guna untuk meluruskan

Kembali bagian sudut yang cidera.

Tindakan ini sekaligus untuk


mengembalikan fungsi tulang seperti

semula.

• “Apabilakondisipasien emergency makatind

akanoperasiakandipercepat pada saatitu

juga.

• Merujuk pasien ke fasilitas yang lebih

tinggi bila tidak mampu di tangani oleh RS

yang ada.

BAB 111

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

Kerjadi perusahaan meliputi program

promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif.

a. Program promotif : Penyuluhanumum,

Cooking class, Senam sehat.

b. Program preventif : Medical check up

(pemeriksaanberkala), Penyuluhan khusus,


c. Program kuratif : bekerjasama dengan

RS dan perusahaan dalam pengobatan

karyawan.

d. Program rehabilitatif : bekerjasama

dengan RS dg perusahaan selama

pemulihan karyawan setelah sakit.

2. Program Pelayanan Kesehatan Kerja

yang di selenggarakan sebuah perusahaan

meliputi :

a. Pemeriksaaan kesehatan karyawan telah

sesuai dengan Peraturan Mentri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi RI No.

Per-03/MEN/1982 tantang Pelayanan

Kesehatan Tenaga Kerjapasal 2 huruf (a).

b. Pemeriksaan lingkungan kerja sudah

sesuai dengan Peraturan Mentri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi RI No.

Per-03/MEN/1982 tantang Pelayanan

Kesehatan Tenaga Kerja pasal 2 huruf (c).

c. Penyediaan APD (Alat Pelindung Diri)

sudah sesuai dengan Peraturan Mentri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

01/MEN/1981 pasal 4 ayat 3.

d. Pengelolaan gizi kerja belum memenuhi

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. : SE.01/MEN/1979

tentang Pengadaan Kantin dan Ruang

Tempat Makan.
e. Pengelolaan gizi kerja belum memenuhi

PT /perusahaan kurang sesuai dengan

Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI No. Per-03/MEN/1982

tantang Pelayanan Kesehatan Tenaga

Kerjapasal 2 huruf (i)

“…..penyelenggaraan makanan di tempat

kerja.”

f. Penyuluhan kesehatan sudah sesuai

dengan Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI No. Per-03/MEN/1982

tantang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja

pasal 2 huruf (h).

g. Penyuluhan PPPK sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. 03/MEN/1982 tentang

pelayanan kesehatan pasal 2 (g).

h. Penyediaan kotak P3K di lingkungan

Kerja sudah sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia No:

Per-15/MEN/VIII/2008 Tentang

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di

Tempat Kerjapasal 8 ayat 1.

i. Pengadaan safety shower sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia No:

Per15/MEN/VIII/2008 Tentang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di

Tempat Kerja pasal 8 ayat 3.

j. Penanganan penyakit akibat kerja telah

sesuai dengan

KepmenakerNo.Kep-333/MEN/1989

tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyaki

tAkibat Kerjap asal 3 ayat 2.

k. Dokter dan tenaga paramedis yang ada

di perusahaan telah mendapat sertifikat

Hiperkes sesuai dengan Permenakertrans

KOP No. Per 01/MEN/1976 dan

Permenakertrans No. Per 01/MEN/1979. l.

Keringanan biaya pengobatan telah

diberikan bagi tenaga kerja dan

keluarganya yang meliputi biaya

pengobatan biasa, biaya pengobatan rawat

inap dan biaya pengobatan khusus. m.

Laporan yang dibuat setiap bulan oleh

perusahaan sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No. 03/MEN/1982 tentangPelayanan

Kesehatan Kerjapasal 7 ayat 1.

B. Saran

saran sebagai bahan pertimbangan bagi

perusahaan antara adalah:

1. Perlu dilakukan pengendalian

pemantauan lingkungan kerja


dilaksanakan dengan rutin dan

dilakukan pengendalian

2. Perlu disediakan kantin atau ruang

makan yang dipantau sanitasinya agar

kebutuhan gizi karyawan dapat

dipantau dengan baik .

3. Perlu ditingkatkan program pelatihan

atau training P3K dan tim P3K dalam

upaya penanggulangan kecelakaan

kerja .

4. Perlu ditingkatkan kegiatan managed

care dalam membantu peningkatan

derajat kesehatan tenaga kerja .

Anda mungkin juga menyukai