Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR

KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Stase Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Angga Setyo Indrako, S.Kep 4006200051
Intan Yuliani Pratiwi, S.Kep 4006200013
Mitha Ayu Lestari, S.Kep 4006200011
Ongky Saputra, S.Kep 4006200060
Riska Yulianti, S.Kep 4006200065
Rohmat Kurnia, S.Kep 4006200034
Yeni Anggraeni, S.Kep 4006200001

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Pengertian sehat dapat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial
seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga
menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya (perry,
potter. 2015: 5)
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat
dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau
penyakit. Oleh karena iu, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan
seoptimal mungkin.
Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor
yakni:
1. Lingkungan berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organic atau an
organic, logam berat, debu),biologic
(virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya
(ekonomi,pendidikan, pekerjaan).
2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku
3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahankecacatan,
rehabilitasi
4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya
pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila
dikelola dengan baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi
produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang
lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban,dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja
yang optimal
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar
“kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan
untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total healthof all at work).
Sebenarnya hal ini merupakan keuntungan bagi pemilik lapangan pekerjaan atau para
pengusaha untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman karena hasilnya adalah
pengurangan biaya yang berhubungan dengan absennya pekerja, perawatan pekerja di
rumah sakit dan kecacatan (suddarth. 2017: 27).
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan atau kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,mental maupun sosial dengan usaha preventif
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.Keselamatan kerja atau Occupational
Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan
sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya
serta hasil budaya dan karyanya.Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia,
merusak harta benda atau kerugian terhadap proses

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu menerapkan proses asuhan keperawatan kesehatan kerja dalam
mengotimalkan pelayanan kesehatan yang meliputi : peningkatan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pengobatan penyakit dengan
memanajemen masalah kesehatan yang ada dalam individu maupun kelompok
pekerja.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Melaksanakan pengkajian kebutuhan dan masalah keperawatan pada pekerja
yang meliputi :
 Mengidentifikasi data yang diperlukan baik individu maupun kelompok.
 Mengumpulkan data dengan menggunakan metode atau strategi yang sesuai.
 Menganalisa data yang telah diperoleh.
 Menentukan masalah keperawatan yang telah diprioritaskan
b. Merencanakan asuhan keperawatan kesehatan kerja
c. Melaksanakan rencana keperawatan kesehatan kerja yang meliputi :
 Independent: health education sesuai dengan kebutuhan baik secara individu
maupun kelompok.
 Menciptakan hubungan yang efektif dengan beberapa sumber yang terkait.
 Membantu dan mengembangkan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap individu atau kelompok pekerja

C. METODE PENULISAN
Metode yang dipakai dalam penulisan Laporan Akhir Keperawatan Kesehatan Kerja
ini adalah dengan menggunakan penulisan diskriptif yaitu pengumpulan data dengan
melakukan observasi terhadap semua keadaan yang terjadi. Pendekatan proses
keperawatan terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Adapun
teknik penulisan yaitu pengumpulan data dengan melakukan observasi kemudian
menggambarkannya dengan memaparkan dalam bentuk Laporan Akhir.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial, dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau ganggguan-gangguan kesehatan
yang diakibatkan fakto-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-
penyakit umum
Higene perusahaan atau lingkungan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu higene
beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar Tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar
suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap
derajat kesehatan setinggi-tingginya. Keselamat kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan
2. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyesuaian antara kapasitas, beban, dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat disekilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja
yang optimal
Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi
permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakanpengendalian.Sasaran
kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerjaitu sendiri
(effendi, ferry. 2009: 233).

3. Faktor Resiko di Tempat Kerja


Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta
resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan
bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.Istilah hazard atau potensi
bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau
penyakit, kerusakan atau kerugianyang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi.
Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik
“hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya
pengendaliannya dilaksanakandengan baik.
Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh
(effendi, Ferry. 2009: 233):
1) Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan
pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perludiperhatikan. Beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yangterlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguanatau penyakit akibat kerja.
2) Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,kesegaran
jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitaskerja yang baik
seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik sertakemampuan fisik yang
prima diperlukan agar seorang pekerja dapatmelakukan pekerjaannya dengan baik.
Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal seseorang untuk
melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk
bekerja dapatdipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.
3) Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik,kimia,
biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisilingkungan kerja
(misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll)dapat menjadi beban tambahan
terhadap pekerja. Beban-beban tambahantersebut secara sendiri atau bersama-sama
dapat menimbulkan gangguanatau penyakit akibat kerja.
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utamadalam
kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketigakomponen
tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (effendi,Ferry. 2009: 233).
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor
yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan peke
rjaan Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan
masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja 
danlingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehata kerja,
perilaku kerja, serta faktor lainnya (effendi, Ferry. 2009: 233).

4. Ruang Lingkup Kesahatan Kerja


Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerjadengan pekerjaan
dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis, dalam halcara atau metode, proses,
dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk (effendi,Ferry. 2009: 233):
1) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerjadisemua
lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupunkesejahteraan
sosialnya.
2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja
yangdiakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungannya.
3) Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di
dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang membahayakan kesehatan.
4) Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yangsesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

5. Tujuan Keselamatan Kerja


1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam
melakuakn pekerjaan atau kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas
nasional.
2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
6. Landsan Hukum Kesahatan Kerja
1) UU No. 14 tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja
2) UU No 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
3) UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan
4) UU No 3 tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5) Beberapa keputusan Bersama antara Depertemen Kesehatan dengan Departemen
lain yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja
6) P.P No 32 tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan
7) Permenkes RI No 986/1992 dan keputusan Dirjen P2M-PL No. HK.00.06.44 dan
No.00.06.596 mengenai beberapa Aspek Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit
8) SK Menkes No.43 tahun 1988 Tentang cara pembuatan obat yang baik (CPOB)
9) Konvensi No.155/1981, ILO menetapkann kewajiban setiap negara untuk
merumuskan melaksanakan dan mengevaluasi kebijaksanaan nasionalnya di bidang
kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungannya.

7. Gangguan Kesehatan Dan Daya Kerja


Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan dan daya kerja:
a. Beban Kerja:
a) Fisik
b) Mental
c) Sosial
b. Beban Tambahan Akibat Lingkungan Kerja:
a) Golongan Fisik-Golongan Fisiologis
b) Golongan Kimia-Golongan Psikologis
c) Golongan Giologis
c. Kapasitas Kerja:
a) Keterampilan
b) Jenis Kelamin
c) Keserasian atau fitness-usia
d) Gizi
e) Ukuran tubuh
d. Faktor Bahaya
a) Suara
b) Suhu
c) Cahaya
d) Radiasi, Infared
e) Tekanan Tinggi
f) Getaran
g) Bahan kimia
h) Debu, uap, gas, larutan
i) Biologis
j) Fisiologis
k) Mental-psikologis
l) Tuli, gangguan komunikasi
m)Heat stroke, heat cramps
n) Hhyperpyrexia
o) Frostbie
p) Gangguan penglihatan, silau, kecelakaan
q) Kelainan kulit
r) Katarak pada lensa mata
s) Conjunctivis photoelectria
t) Caisson disease
u) Kelelahan, gangguan gerak penglihatan
v) Keracunan, dermatitis, metal fume
w) Fever
x) Hewan, tumbuhan parasite kuman dll
y) Kontruksi mesin, sikap cara kerja
z) Hubungan sosial
e. Faktor Fisik
Faktor fisik adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat fisika diantaranya
adalah:
1) Iklim kerja
2) Kebisingan
3) Pencahayaan
4) Getaran
5) Gelombang mikro, dll
f. Faktor kimia
1) Debu
Menyebabkan pneumoconiosis, silicosis
2) Uap
Menyebabkan metal fume fever, dermatitis, keracunan
3) Gas
Menyebabkan keracunan missal H2s, co, dll
4) Larutan
Menyebabkan dermatis, keracunan, dll
5) Awan, kabut
Menyebabkan keracunan
g. Ergonomic
Mempermasalahkan hal-ihkwal manusia kerja dengan tujuan membina keserasian
antara kesanggupan tenaga kerja dengan sarana kerjanya, tata kerja dan
lingkungannya sehingga diperoleh efisiensi dan produktivitas kerja tinggi dan
akhirnya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pekerja. Sikap tubuh dalam
kerja :
1) Semua pekerja sebaiknya dalam sikap duduk/duduk-berdiri bergantian
2) Semua sikap tubuh yang tak alami-hindari, bila tak mungkin usahakan beban
statik diperkecil
3) Tempat duduk harus menjamin relaksasi otot-otot, tidak ada penekanan pada
pada sehingga terjaga sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha
h. Gizi kerja
Gizi kerja adalah nutrisi (zat makanan) yang diperlukan pekerja untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan, sehingga kesehatan dan daya kerja
menjadi setinggi-tingginya, gizi pada umumnya: memperlajari bagaimana
memberikan makanan sebaik-baiknya sehingga kesehatan tubuh optimal
dipertimbangkan dalam Menyusun menu:
1) Pola makan: Kebiasaan makanan pokok
2) Kepercayaan atau agama: Pantang makanan tertentu
3) Keuangan: Ekonomis tetapi bergizi
4) Daya cerna: makanan yang biasa dimakan masyarakat sekitar
5) Praktis: mudah diselengarakan
6) Volume: cukup mengenyangkan
7) Variative: jenis menu bervariasi
i. Faktor internal mempengaruhi tenaga kerja:
1) Ekonomi
2) Pengetahuan tentang gizi
3) Prasangka buruk terhadap bahan makanan
4) Faddisme: kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
5) Lingkungan kerja
6) Tekanan panas: air 1,9-2,81, garam 0,1-0,2%
7) Pengaruh kronis bahan kimia: vitamin C mengurangi pengaruh racun
8) Logam berat, larutan organic, venol, sianida dll
9) Parasite dan mikroorganisme
10) Pdikologis
11) Kesejahteraan tinggi, tanpa perhatian gizi dan olahraga

8. Kecelakaan Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998tentang
Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan
kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak didugasemula
yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja
adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkanyang terjadi pada waktu
bekerja pada perusahaan. Tak terduga, oleh karenadibelakang peristiwa itu tidak
terdapat unsur kesenjangan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan (dermawan,
deden. 2012: 189)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah suatu sistem programyang
dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan(preventif)
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalamlingkungan
kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkankecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bilaterjadi hal
demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk
mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat 
hubungan kerja. Namun, patut disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti
pentingnya K3 dan bagaimana implementasinya dalam lingkungan perusahaan.
Penyebab kecelakaan kerjaSecara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan
kerja adalah penyebabdasar (basic causes) dan penyebab langsung (immediate
causes)
1) Penyebab Dasar
a. Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya
kemampuanfisik, mental, dan psikologis, kurang atau lemahnya
pengetahuan danketerampilan (keahlian), stress, dan motivasi yang tidak
cukup atausalah.
b. Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidak cukupan
kemampuan kepemimpinan dan atau pengawasan, rekayasa (engineering ),
pembelian atau pengadaan barang, perawatan (maintenance), alat-alat,
perlengkapan, dan barang-barang atau bahan- bahan, standart-standart
kerja, serta berbagai penyalahgunaan yangterjadi di lingkungan kerja.
2) Penyabab Langsung
a. Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standard atau unsafe
condition),yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya
peralatan pengaman, pelindung atau rintangan yang tidak memadai atau
tidakmemenuhi syarat, bahan dan peralatan yang rusak, terlalu sesak
atausempit, sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai, bahaya-
bahaya kebakaran dan ledakan, kerapian atau tata letak (houskeeping)yang
buruk, lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap,dan
lainnya), bising, paparan radiasi, serta ventilasi dan peneranganyang
kurang (B,sugeng. 2003)
b. Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standard atau unsafeact), yaitu
tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang dapat
menyebabkankecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa wewenang,
gagaluntuk memberi peringatan dan pengamanan, bekerja dengan
kecepatanyang salah, menyebabkan alat-alat keselamatan tidak
berfungsi,memindahkan alat-alat keselamatan, menggunakan alat yang
rusak, menggunakan alat dengan cara yang salah, serta kegagalan
memakaialat pelindung atau keselamatan diri secara benar (B, sugeng.
2003).
9. Kerugian yang disebabkan kecelakaan akibat kerja
Kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian, antara lain:
1) Kerusakan: Kerusakan karena kecelakaan kerja antara lain bagian
mesin, pesawat alat kerja, bahan, proses, tempat, & lingkungan kerja.
2) Kekacauan Organisasi: Dari kerusakan kecelakaan itu, terjadilahkekacauan dai
dalam organisasi dalam proses produksi.
3) Keluhan & Kesedihan: Orang yang tertimpa kecelakaan itu akan mengeluh&
menderita, sedangkan kelurga & kawan-kawan sekerja akan bersedih.
4) Kelainan & Cacat: Selain akan mengakibatkan kesedihan hati, kecelakaan juga
akan mengakibatkan luka-luka, kelainan tubuh bahkan cacat.
5) Kematian: Kecelakaan juga akan sangat mungkin merenggut nyawa orang&
berakibat kematian.

Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya


yangdikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi
biayalangsung & biaya tersembunyi.Biaya langsung adalah biaya pemberian
pertolongan pertama
kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah
selama tak mampu bekerja, kompensasi cacat & biaya perbaikan alat-alat mesin
serta biayaatas kerusakan bahan-bahan. Sedangkan biaya tersembunyi meliputi
segalasesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah
kecelakaan terjadi.

10. Pencegahan kecelakaan akibat kerja


Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:
1) Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkanmengenai
kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,
kontruksi, perwatan & pemeliharaan, pengwasan, pengujian, & cara kerja per
alatanindustri, tugas-tugas pengusaha & buruh, latihan, supervisi medis,
PPPK,& pemeriksaan kesehatan.
2) Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah mati atau
takresmi mengenai misalnya kontruksi yang memnuhi syarat-
syaratkeselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-
praktekkeselamatan & hygiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.
3) Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-
ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.
4) Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas & debu,atau
penelaahan tentang bahan-bahan & desain paling tepat untuktambang-
tambang pengangkat & peralatan pengangkat lainnya.
5) Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis&
patologis faktor-faktor lingkungan & teknologis, & keadaan-keadaanfisik
yang mengakibatkan kecelakaan.
6) Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan
yangmenyebabkan terjadinya kecelakaan.
11. Manajerial keperawatan okupasi
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas
kerja yang optimal. Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan
kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sndiri maupun masyarakat yang berada di sekitarnya.
Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hyperker) adalah bagian dari
usaha kesehatan masyarakat yang ditunjukan kepada masyarakat pekerja,
masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi konsumen
dari hasil produksi perusahaan tersebut sehingga dapat terhindar dari penyakit-
penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan pekerjaan dan lingkungan
pekerjaan, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan. Langkah-langkah
manajerial keperawatan kerja dalam pelaksanaan kesehatan kerja memerlukan
Langkah-langkah manajerial untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja.
Langkah-langkah kesehatan kerja (UKK) merupakan Langkah utama dalam
manajemen keperawatan okupasi. UKK yang dapat dilakukan perusahaan adalah:
1) Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja
3) Perawatan dan mempertinggi efesiensi dan daya produktifitas tenaga kerja
4) Pemberantasan kelelahan tenaga kerja
5) Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
6) Pelindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya pencemaran
yang berasal dari perusahaan
7) Pelindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin di timbulkan
oleh produk-produk industry
8) Pemeliharaan dan peningkatan hygine dan sanitasi perusahaan seperti
kebersihan, pembuangan limbah, sumber air bersih dan sebagainya

Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara


pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik secara fisik maupun psikis
dalam hal cara atau metode kerja, proes kerja dan kondisi kerja yang bertujuan
untuk:
1) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja
disemua lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya baik secara fisik,
mental maupun kesejahteraan sosialnya.
2) Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya
3) Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan
4) Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaannya
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis kerjanya

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja kapasitas kerja,


beban kerja dan lignkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara
ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik
dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan
gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar
seseorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara baik. Beban
kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit
akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat
kimia, dll) dapat merupakan beban tambahan tergadap pekerja. Beban
tambahan tersebut secara sendiri-sendiri maupun Bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibatnya. Gangguan kesehatan
pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari
masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya-bahaya
kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga faktor-faktor
pelayanan kesehatan kerja perilaku kerja serta faktor-faktor lainnya.
Lingkungan kerja dan penyakit yang ditimbulkannya penyakit
akibat kerja dan atau penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dapat
disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Dewasa ini
terhadap kesenjangan antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana
bahya-bahya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya.
Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya-bahya
dilingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan penyakit
akibat kerja utamanya terhadap para pekerja, ditempuh 3 utama yaitu:

1) Pengenalan lingkungan kerja


2) Evaluasi lingkungan kerja
3) Pengendalian lingkungan dari berbagai bahaya dan resiko kerja
BAB III

LAPORAN PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Nama perusahaan :-
Jenis produk yang dihasilkan : batu bata
Alamat : Desa Mekar Jaya Rw 12
Tanggal pengkajian :Senin, 22 Maret 2021
1. BEBAN KERJA
1) Umur : Dari 4 orang pekerja masing-masing usia berada dalam Remaja
Akhir ( 20 Tahun, 23 Tahun, 25 Tahun, 20 Tahun)
2) Jenis Kelamin : Laki-laki
3) Berapa jam dalam sehari bekerja : 9 Jam
4) Berapa jam istirahat : 1 Jam
5) Pengaturan waktu kerja (Rotasi, Mutasi, Pengurangan jam kerja, Terpapar Faktor
Resiko dll) : Tergantung orang yang datang
6) Ergononi kerja
a. Kekuatan Otot : Baik
b. Bentuk dan ukuran tubuh : Baik
c. Sikap tubuh selama bekerja : Membungkuk
d. Kejadian selama dan setelah bekerja( kelelahan kerja) : Lelah, Pegal, resiko
terkena cangkul pada bagian kaki
2. KAPASITAS KERJA
1) Pendidikan pekerja : Dari 4 orang pekerja pendidikan terakhir yaitu SMP
2) Pelatihan dalam bidang pekerjaan : Cara membuat bata yang benar
3) Kejadian selama dan setelah bekerja : Resiko terkena cangkul pada bagian kaki
4) Penyakit yang dialami (3 bulan terakhir) : Tidak terkaji
3. LINGKUNGAN KERJA
1) Lingkungan Fisik
a. Kebersihan ruangan kerja : Tidak bersih karena banyak tanah dan debu
b. Kebisingan ruangan kerja : Tidak terkaji
c. Penerangan : Terang karena tempat pembuatan di ruangan terbuka
d. Kelembaban : Ya
e. Vibrasi atau getaran : Tidak Terkaji
f. Bahan kimia : Tidak terkaji
g. Gas : Tidak terkaji
h. Uap : Tidak terkaji
i. Debu : Ya
j. Binatang/Vektor : Tidak terkaji
k. Kamar mandi atau toilet (kebersihan, penenrangan, kelembaban, dll) : Tidak
tersedia toilet karena tempat bekerja dekat dengan rumah
l. Pembuangan limbah : Tidak ada
2) Lingkungan psikologis
a. Suasana tempat kerja : Tenang
b. Hubungan antar pekerja : Baik
c. Hubungan pekerja dengan majikan : Baik
3) Alat pelindung kerja
a. Jenis APD yang ada : Tidak menggunakan APD
b. Penggunaannya : Tidak terkaji
4. PELAYANAN KESEHATAN KERJA
1) Pelayanan promotive
a. Ada pembinaan kesehatan pada pekerja? Tidak
b. Ada pendidikan dan pelatihan bidang kesehatan pekerja? Tidak
c. Ada upaya perbaikan gizi prakerja? Tidak
d. Ada program olahraga ditempat kerja? Tidak
e. Ada pembinaan cara hidup sehat? Tidak
f. Ada program pencegahan dan penanggualangan penyakit di tempat kerja? Tidak
g. Ada penyebar luasan informasi kesehtan kerja melalui penyuluhan dan media
KIE(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) dengan topik yang relefan? Tidak

2) Pelayanan Preventif
a. Ada penilaian terhadap faktor resiko kesehatan di tempat kerja (health hazard
risk assessment) yang meliputi:
a) Ada penilaian untuk mengidentifikasi faktor bahaya kesehatan kerja melalui:
pengamatan, walk through survey, pencatatan atau pengumpulan data dan
informasi? Tidak
b) Ada penilaian/pengukuran potensi bahaya kesehatan kerja? Tidak
b. Ada pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (awal, berkala dan khusus)? Tidak
c. Ada survailan dan analisis penyakit akibat kerja (PAK) dan penyakit umum
lainnya? Tidak
d. Ada pencegahan keracunan makanan bagi tenaga kerja? Tidak
e. Penempatan tenaga kerja sesuai kondisi atau status kesehatannya? Tidak
f. Ada penetapan prosedur kerja aman atau standar operating procedure (SOP)?
Tidak
g. Ada pengendalian binatang penular (vector) penyakit? Tidak
3) Pelayanan Kuratif
a. Ada kegiatan pengobatan dan perawatan? Tidak
b. Ada Tindakan P3K dan kasus gawat darurat lainnnya? Tidak
c. Ada respon tanggap darurat? Ada, dengan membawa pekerja ke Puskesmas
d. Ada Tindakan operatif? Tidak
4) Pelayanan Rehabilitatif
a. Ada sarana konsultasi psikologis (Rehabilitasi mental)? Tidak
b. Ada ortphpse dan protheses (pemberian alat bantu misalnya: alat bantu dengar,
tangan/kai palsu dll) ? Tidak
c. Ada penempatan kembali dan optimalisasi tenga kerja yang mengali cacat akibat
kerja di sesuaikan dengan kemampuannya.? Tidak
d. Ada program rehabiliatsi kerja? Tidak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Cedera Pada Pekerja Batu Bata

C. PERENCANAAN

No Dx Kep Perencanaan Keperawatan


Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko Cedera Setelah diberikan 1. Pemberian 1. Agar
pada pekerja asuhan keperawatan pendidikan kesehtan pekerja
Batu Bata selama 1x pertemuan tentang kesehatan mampu
di harapkan masalah kerja (APD) menerapkan
keperawatan dapat 2. Perekomendasian masalah
teratasi dengan alat pelindungan diri dan
kriteria hasil: atau APD kebutuhan
1. Pekerja mereka
menggunakan APD sendiri serta
mampu
memahami
kebutuhan
mereka
sendiri
2. Memberika
suasana
kerja yang
menunjang
rasa aman
bagi
pekerja
D. PELAKSANAAN

No Tanggal Diagnosa Tindakan Paraf


1 Rabu, 31 Maret Resiko Cidera akibat 1. Melakukan pendidikan kesehatan mengenai alat Kelompok 5
2021 kerja berhubungan pelindung diri
dengan kurang
2. Memberikan rekomendasi alat pelindung diri bagi para
pengetahuan pekerja
pekerja (pelindung kepala)
dan pemilik usaha
tentang standar
E.
keselamatan dan
kesehatan kerja
karena tidak
menggunakan APD

EVALUASI

No Diagnosa Keperawatan Hari Tanggal Jam SOAP Paraf


1. Resiko Cidera akibat kerja Kamis, 01 April 2021 S: Pekerja mengatakan sudah Kelompok 5
berhubungan dengan memahami tentang resiko cider ajika
kurang pengetahuan tidak menggunakan alat pelindung
pekerja dan pemilik usaha diri
tentang standar O: Pekerja terlihat menggunakan alat
keselamatan dan kesehatan pelindung diri
kerja karena tidak A: Intervensi resiko cidera teratsi
menggunakan APD P: Hentikan intervensi resiko cidera
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

1. Saat di lakukan pengkajian terhadap perusahaan batu bata tingkat pencegahan


Kecelakaan Akibat kerja tidak terdapat penkes pada pegawai atau karyawan nya
sedangkan menurut teori perlu adanya Peningkatan Kesehatan (Healt Promotion)
dengan Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pendidikan kesehatan kepada
pekerja, peningkatan dan perbaikan gizi pekerja, perkembangan kejiwaan pekerja
yang sehat, penyediaan perumahan pekerja yang sehat, rekreasi bagi pekerja,
penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat.

2. Sedangkan untuk Perlindungan Khusus pada pegawai tidak terdapat karena satu
dan lain hal tetapi menurut teori perlu adanya Perlindungan Khusus (Spesifik
Protection) Kegiatan yang dapat dilakukan adalah higiene kerja yang baik,
sanitasi lingkungan kerja yang sehat, perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya
pekerjaan, pengendalian bahaya akibat kerja agar dalam keadaan aman,
perlindungan terhadap faktor karsinogen, menghindari sebab-sebab alergi,
perserasian manusia (pekerja) dengan mesin.

3. Untuk perancanaan nya pada pengkajian tidak sesuai dengan teori melainkan di
teori mesti terdapat Promosi kesehatan yang meliputi kegiatan pendidikan
kesehatan, istirahat dan olahraga bagi pekerja.

 Pencegahan injuri, yang meliputi pendidikan keselamatan, penggunaan


alat pelindung diri (APD), penanganan zat berbahaya, menurunkan bahaya
yang mengancam keselamatan, meningkatkan kesehatan ergonomis.
Prevensi sekunder
 Pemeriksaan (screening) kepada calon pekerja, pemeriksaan kesehatan
secara berkala, pemeriksaan terhadap aspek lingkungan.
 Penatalaksanaan kasus (case management)
 Penanganan kegawatan yang meliputi kegawatan fisik, psikologis maupun
kecelakaan akibat kerja.
BAB V

KESIMPULAN

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupiun lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja
adalah semua upaya untuk menyerasikan kapistas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya maupun masyarakat yang ada di sekililingnya
(Depkes, 995:2)

1) Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja


2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja
3) Perawatan dan mempertinggi efiisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja
4) Pemberantasan kelelahan tenaga kerja
5) Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
6) Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-bahaya pencemaran yang berasal
dari perusahaan
7) Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-
produk industry
8) Pemeliharaan dan peningkataan hygine dan sanitasi perusahaan seperti kebersihan
pembuangan limbah, sumber air bersih dan sebagainya.
BAB VI

REKOMENDASI

1. Merekomendasikan pekerja agar lebih mengutamakan kesehatan dan keselamatan


kerja
2. Merekomendasikan pekerja untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) agar tidak
cedera saat melakukan pekerjaan.
REFERENSI

Konradus, D. (2012). Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Membangun SDM Pekerja yang Sehat,
Produktif dan Kompetitif. Edisi Revisi. Jakarta: Bangka Adinatha.

Lestari, M. I., dan Effendi, Y. (2005). Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) RI: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja (CD-ROM ver. 0.1). Jakarta: PortalK3.

Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Rijanto, B. Boedi. (2010). Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Industri Konstruksi,
edisi pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai